Anda di halaman 1dari 7

Agroland 14 (3) : 201 - 207, September 2007 ISSN : 0854 – 641X

KETERLIBATAN WANITA TANI PADA KEGIATAN USAHATANI


“BAWANG GORENG LOKAL PALU” DALAM UPAYA PENINGKATAN
PENDAPATAN KELUARGA DI KABUPATEN DONGGALA
Oleh:
Rosmini1)

ABSTRACT

The aim of the research was to identify the participation level of female farmers on the farming system of fried onion
var. local Palu, activities dominantly carried out by the female farmers in the farming system, and their contribution to family
incomes. The research used a Survey method with a descriptive analysis. Respondents were purposively determined based on
the marital status of the female farmers as housewives who actively participate in the farming system activities. There were 4
research locations in where 10 respondents were taken from each location, thus in total there were 40 respondents. The results
showed that there was no significant difference in the involvement of the female farmers on the farming system activities
among the research locations except for Sidera area where the female farmer only carried out certain activities. The types of
the farming system activities showing high involvement of the female farmer were planting, cleaning, and harvesting. The
level of family incomes derived by the female farmers due to their involvement in the farming system activities was varied
among the research locations. The largest income was generated by the female farmers in Guntarano which was IDR 763,875
per planting season followed by those in Wombo which was IDR 728,437. The income generated by the female farmers in
Soulowe and Sidera was IDR 409,500 and IDR 389,812 per planting season, respectively.

Keywords : Participation level, female farmers, fried onion-farming system, family income.

I. PENDAHULUAN Dalam rangka pengembangan usahatani


bawang goreng untuk memenuhi kebutuhan
Tanaman ‘Bawang Goreng’ lokal Palu masyarakat dan untuk ekspor, dapat dilakukan
merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dengan cara intensifikasi, dengan mengarahkan
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pada upaya perbaikan teknik agronomi melalui
usaha agro industri bawang goreng di Kabupaten penanganan secara intensif pada aspek
Donggala. Hal ini ditunjang oleh banyaknya pemeliharaan seperti pemupukan, penyiangan,
pengairan, penggemburan, dan pengendalain
tersedia lahan pertanian yang menyediakan bahan
hama dan penyakit, sedangkan kegiatan
baku dari petani. Jenis bumbu masak bawang ekstensifikasi diarahkan pada perluasan areal
goreng Palu mempunyai kelebihan tersendiri tanam pada lahan-lahan yang memungkinkan
yaitu beraroma harum, gurih dan renyah serta untuk pengembangannya. Kedua jenis kegiatan
dapat bertahan lama bila dikemas dengan baik. tersebut berimplikasi pada peningkatan jumlah
Hal tersebut disebabkan oleh bawang goreng Palu tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga untuk
memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh mendapatkan tambahan tenaga kerja dapat
daerah-daerah lainnya di Indonesia. dilakukan antara lain dengan melibatkan
Meskipun pengusahaan bawang goreng anggota keluarga lainnya seperti perlibatan istri
lokal Palu telah menyebar hampir di seluruh sebagai wanita tani.
wilayah sentra produksi bawang goreng lokal Dalam hal mendorong terbukanya
Palu, namun produksi yang dicapai masih kesempatan kerja dan berusaha terutama di
perdesaan perlu diperhatikan keberadaan tenaga
sangat rendah yakni baru mencapai 5,9 ton/ha kerja wanita. Apabila tenaga kerja wanita dapat
sedangkan potensi hasil dapat mencapai 10–12 dilibatkan secara aktif dalam pembangunan,
ton/ha (BPS Kab. Donggala, 2003). maka dapat menjadi sumber potensi yang
1)
Staf Pengajar pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan sangat besar nilainya. Untuk itulah berbagai
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. langkah ditempuh dalam memposisikan wanita

201
pada berbagai kegiatan pembangunan misalnya memberi kontribusi yang cukup besar dalam
memperbanyak kegiatan produktif wanita di ketersediaan tenaga kerja dan peningkatan
perdesaan (Ulfa, 1994). penghasilan ekonomi rumah tangganya. Dalam
Kegiatan ekonomi utamanya di perdesaan melakukan kegiatan produktif khususnya
tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan di sektor kegiatan usahatani, wanita tani hampir terlibat
pertanian. Peranan wanita di sekor pertanian dalam semua sektor kegiatan usahatani. Hal ini
cukup besar disamping dalam kegiatan rumah menandakan bahwa pertisipasi wanita untuk
tangga, mereka umumnya bekerja pada beberapa semua jenis pekerjaan dalam usaha tani tidak
aspek; produksi, panen, pasca panen, distribusi dapat diabaikan.
pangan dan konsumsi. Sajogyo (1985), Keterlibatan wanita tani pada kegiatan
menyebutkan bahwa wanita di perdesaan usahatani bawang goreng lokal Palu diberbagai
utamanya dalam kalangan rumah tangga petani tempat penanaman bawang merah di Kabupaten
sudah terbiasa dalam melakukan pekerjaan Donggala bervariasi antara satu daerah dengan
produktif yang dapat menciptakan tambahan daerah lainnya. Hal ini terkait dengan adat dan
penghasilan rumah tangga. Dengan demikian kebiasaan yang berlaku pada masing-masing
dalam upaya mengoptimalkan segala potensi di daerah tersebut.
perdesaan, khususnya dalam pemanfaatan tenaga Dalam setiap jenis kegiatan usahatani
kerja pada kegiatan usahatani bawang goreng lokal yang melibatkan wanita tani umumnya hanya
Palu, perlu mendapat dukungan dan perhatian. dipandang sebagai bentuk partisipasi terhadap
Wanita melalui perannya di rumah kepala keluarga (petani), sangat kurang
sebagai pribadi, istri dan ibu rumah tangga disejajarkan sebagai pengambil keputusan,
memiliki peranan yang menentukan seperti yang sehingga besarnya kontribusi terhadap
dikatakan Buvinic (1986) bahwa wanita juga peningkatan pendapatan keluarga hampir tidak
dianggap terhormat untuk berperan sebagai pernah diperhitungkan.
penentu kebijakan bila kepadanya diberikan Berkaitan dengan keterlibatan wanita
kesempatan untuk berkreasi sepenuhnya. tani pada kegiatan usaha tani bawang merah,
Dalam hal keberadaan wanita yang maka fokus pemikiran yang akan dikaji adalah
tugasnya selain sebagai ibu rumah tangga, juga unsur keterlibatan wanita sebagai variabel yang
dapat ikut membantu suami dalam melakukan independent. Gambaran logika kinerja yang
aktivitas usahataninya. Keberadaan wanita ternyata akan dicermati sebagaimana disajikan berikut :

USAHATANI BAWANG

KETERLIBATAN KEGIATAN DALAM USAHATANI KETERLIBATAN


PETANI BAWANG GORENG: WANITA TANI :
1. PENGOLAHAN TANAH Sebagai Pekerja
2. PEMBUATAN BEDENGAN Sebagai Individu
3. PENANAMAN
4. PEMUPUKAN
5. PENYIANGAN
6. PENYIRAMAN
7. PENGENDALIAN HAMA DAN
PENYAKIT
8. PEMANENAN
9. PEMASARAN

HASIL USAHATANI
(PENDAPATAN)

Gambar 1. Proses Keterlibatan Petani dan Wanita Tani dalam Usahatani


Bawang Goreng Lokal Palu

202
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa 2.1. Metode Penelitian
kegiatan dalam usahatani bawang goreng lokal
Penelitian ini menggunakan metode
Palu tidak hanya melibatkan petani, tetapi
survei dengan analisis deskriptif melalui
keberadaan wanita tani mempunyai kaitan yang
cukup erat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan dan kajian pustaka.
usahatani tersebut. Hal ini ditunjang oleh tujuan Penelitian lapangan dilakukan untuk
yang diharapkan dalam setiap kegiatan mendapatkan data primer yang diperoleh
usahatani yakni keinginan untuk mendapatkan melalui sumber informan terpilih, sedangkan
hasil usahatani (pendapatan) yang optimal, data sekunder diperoleh kajian pustaka
dalam rangka menunjang kelanjutan proses dilakukan dengan menelusuri hal-hal yang
produksi selanjutnya. berkenaan dengan objek yang diteliti dari
Bertitik tolak dari uraian yang telah sumber literatur yang ada.
disebutkan diatas maka permasalahan yang 2.2. Teknik Pengambilan Sampel
akan dikaji adalah : Sejauh mana tingkat
keterlibatan wanita tani pada kegiatan usahatani Sampel yang dipilih dalam penelitian ini
bawang goreng lokal Palu di Kabupaten adalah wanita tani yang secara aktif terlibat
Donggala dalam rangka meningkatkan dalam kegiatan usahatani bawang merah pada
pendapatan keluarganya dan jenis kegiatan masing-masing daerah pengambilan sampel.
usaha tani yang bagaimana, wanita tani di Teknik penentuan responden dilakukan secara
perdesaan tingkat partisipasinya tinggi yang purposive dengan pertimbangan bahwa responden
memberi kontribusi terhadap peningkatan terdiri dari wanita tani dengan status rumah
penghasilan keluarga petani. tangga yang aktif dalam kegiatan usahatani. Pada
Penelitian ini bertujuan untuk masing-masing daerah yang ditetapkan sebagai
mengindentifikasi jenis kegiatan yang dominan lokasi penelitian diambil sampel masing-masing
melibatkan wanita tani dalam usahatani bawang 10 orang, sehingga jumlah responden secara
goreng pada masing-masing daerah pertanaman keseluruhan sebanyak 40 orang.
bawang goreng lokal Palu dan mengetahui 2.3. Teknik Pengumpulan Data
besarnya konstribusi yang diberikan terhadap
Data yang akan diperoleh pada penelitian
pendapatan keluarga akibat keterlibatan
ini terdiri atas data primer dan data sekunder.
wanita tani khususnya pada kegiatan usahatani
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan
bawang goreng.
responden baik menggunakan kuesioner maupun
II. BAHAN DAN METODE dengan teknik observasi partisipatif di lapangan,
sedangkan data sekunder diperoleh dari
Penelitian ini berlangsung selama berbagai kantor atau instansi terkait serta dari
6 (enam) bulan yakni dimulai pada bulan Jurnal-jurnal dan laporan penelitian yang
April sampai dengan September 2007. berkaitan dengan penelitian ini.
Lokasi penelitian yakni di daerah-daerah 2.4. Analisis Data
sentra pertanaman bawang merah di
Kabupaten Donggala, yaitu di Desa Sidera di Untuk mencapai tujuan dalam
penelitian ini, maka analisis data yang
Kecamatan Sigi Biromaru, Desa Soulowe di
digunakan meliputi : analisis deskriptif dan
Kecamatan Dolo, Desa Wombo di Kecamatan analisis alokasi waktu dalam usaha tani.
Tanantovea, dan di Desa Guntarano di Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
Kecamatan Palu Utara. mengetahui gambaran tentang kegiatan mana
Bahan yang digunakan adalah yang paling dominan dilakukan oleh wanita tani
quisioner, sedangkan peralatan yang dipakai yang memberi kontribusi terhadap pendapatan
antara lain : kantong plastik, hekter, pelubang keluarganya, dan mengetahui potensi yang
kertas, map plastik, dan alat tulis menulis. dimilikinya baik kekuatan-kekuatan maupun

203
kelemahan-kelemahannya untuk merumuskan namun petani yang telah berumur tua akan
model yang mungkin untuk diterapkan guna mempunyai lebih banyak pengalaman. Petani
meningkatkan keterlibatan kerja produktif. yang berumur relatif lebih muda umumnya
Analisis alokasi waktu dalam usahatani mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat
dimaksudkan untuk mengetahui besarnya dan lebih mudah mengadopsi teknologi/inovasi-
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari inovasi baru yang bertujuan untuk
penerapan cara kerja efektif bagi wanita tani
meningkatkan pengalaman melalui perubahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN penggunaan input dalam proses produksinya.
Bila dilihat dari segi umur seperti pada
3.1. Identifikasi Responden Tabel 1, maka sebagian besar wanita tani
tergolong dalam usia kerja produktif (20-40
Kondisi rumah tangga wanita tani tahun) yaitu masing-masing sebesar 80% di
wanita pada umumnya berpengaruh terhadap Desa Guntarano, 50% di Desa Wombo dan
keterlibatan mereka dalam kegiatan produktif Soulowe, dan 60% di Desa Sidera.
untuk menunjang pemenuhan kebutuhan pokok
anggota keluarganya. Hal demikian ini juga Pendidikan formal yang pernah
dialami oleh responden dari kelima lokasi ditempuh oleh wanita tani sangat erat kaitannya
penelitian. Berbagai karakteristik wanita tani dengan cara berfikir kreatif, adanya pendidikan
disajikan pada Tabel 1. membuat seseorang terbuka pikirannya
Umur seseorang dapat mempengaruhi sehingga dapat menjadi pendorong bagi
kemampuan dan prestasi bekerja secara fisik perubahan yang memungkinkan inovasi dapat
maupun secara mental. Pada umumnya petani segera diadopsi oleh masyarakat tani yang ingin
atau pekerja yang berumur lebih muda dan sehat maju. Tingkat pendidikan seseorang juga dapat
secara fisik memiliki kemampuan bekerja yang mempengaruhi orang yang bersangkutan dalam
lebih besar daripada yang berumur lebih tua, mengambil suatu keputusan atau tindakan.
Tabel 1. Identitas Responden pada Masing-masing Daerah Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
Tempat/Desa yang lebih tinggi pada umumnya akan lebih
No. Uraian
Guntarano Wombo Soulowe Sidera mudah menerima perubahan atau pembaharuan
1. Umur
a. 20–30 1 3 2 4 dibandingkan dengan mereka yang memiliki
b. 31–40 7 2 3 2
c. 41–50 2 5 4 3
tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini
d.  50 0 0 1 1 erat kaitannya dengan kesiapan mereka dalam
2. Pendidikan
a. Tamat SD 5 1 6 5 menghadapai resiko berusahatani.
b. Tamat SMP 2 3 2 3 Dilihat dari jenjang pendidikan seperti
c. Tamat SMA 2 3 2 1
d. Diploma 1 3 0 1 pada Tabel 1 tersebut, menunjukkan bahwa
3. Jumlah Tanggungan
Keluarga
wanita tani yang tamat SMU dan Universitas
a. 1-2 3 0 3 3 masing-masing di Desa Guntarano sebesar 30%,
b. 3-4 5 6 7 5
c.  4 1 4 0 2 di Desa Wombo sebesar 60%, di Desa Soulowe
4. Luas Lahan dan Sidera masing-masing sebesar 20%.
Garapan
a. ≤ 0,5 4 6 9 3 Sedangkan wanita tani yang hanya tamat SD dan
b. 0,5–1 6 1 1 5 SMP masing-masing di di Desa Guntarano
c.  1 0 3 0 2
5. Pengalaman sebesar 70%, di Desa Wombo sebesar 40%, di
Berusaha tani
a. ≤ 1 0 0 0 0
Desa Soulowe dan Desa Sidera masing-masing
b. 1–3 1 0 0 0 sebesar 80%. Berdasarkan jenjang pendidikan
c. 4–6 1 0 0 0
d. ≥ 6 8 10 10 10
seperti tersebut terlihat bahwa wanita tani
6. Status Lahan umumnya masih berpendidikan rendah yakni
Garapan
a. Milik 6 7 9 6 sebagian besar hanya tamat SD dan SMP.
b. Garap 3 3 0 3 Jumlah anggota keluarga akan
c. Sewa 1 0 1 1
Jumlah mempengaruhi besarnya beban ekonomi
Sumber : Data Primer yang diolah (2007) terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-

204
hari dalam satu pihak, namun di pihak lain akan memperlihatkan adanya keragaman aktivitas,
dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan mulai dari pengolahan tanah sampai dengan
tenaga kerja dalam kegiatan usahatani. kegiatan pasca panen bawang merah yang
Jumlah anggota keluarga yang terbanyak mencakup : pembersihan bawang, penjemuran,
yakni yang lebih dari 4 orang masing-masing di sortasi, dan pengikatan. Sebagaimana terlihat
Desa Guntarano sebesar 10%, di Desa Wombo dalam usahatani bawang goreng terdapat
sebesar 40%, dan di Desa Sidera sebesar 20%. beberapa komponen kegiatan seperti pengolahan
Sedangkan untuk jumlah tanggungan keluarga tanah, tanam, dan panen menghendaki waktu
antara 2-3 orang memperlihatkan jumlah yang yang relatif singkat sehingga harus melibatkan
lebih tinggi yakni masing-masing di Desa tambahan tenaga kerja di luar keluarga.
Guntarano sebesar 50%, di Desa Wombo sebesar Penggunaan tenaga kerja tersebut pada
60%, di Desa Soulowe sebesar 70% dan di Desa umumnya dilakukan secara sistem berkelompok.
Sidera sebesar 50%. Dari Tabel 1 tersebut Dalam bekerja kelompok ini memperoleh upah
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga borongan dengan perhitungan tertentu, namun
yang terbanyak pada kelompok 2-3 orang yang senantiasa memperioritaskan lahan milik
mencapai 57,5%. anggotanya yang dikerjakan secara bergiliran
Luas lahan wanita tani mempengaruhi dengan alokasi waktu yang tertentu pula, jenis
besarnya penghasilan yang dapat diperoleh kegiatan usahatani bawang yang melibatkan
namun juga berakibat pada banyaknya tenaga wanita tani ditunjukkan pada Tabel 2.
kerja yang digunakan. Luas lahan garapan wanita Pada jenis kegiatan usahatani (Tabel 2)
tani yang berkisar antara 0,5-1 ha masing-masing terlihat bahwa hanya wanita tani yang bermukim
di Desa Guntarano sebesar 60%, di Desa Wombo di Desa Guntarano yang melaksanakan seluruh
jenis kegiatan usahatani bawang goreng,
sebesar 10%, di Desa Soulowe sebesar 10% dan
sedangkan wanita tani di Desa Wombo, Soulowe
di Desa Sidera sebesar 50%.
dan Sidera terdapat jenis kegiatan usahatani
Pengalaman berusahatani oleh wanita
tani akan mempengaruhi tingkat adopsi terhadap bawang goreng yang tidak dilakukan yaitu
suatu teknologi yang diperkenalkan oleh kegiatan pemupukan di Desa Wombo, kegiatan
petugas. Pengalaman berusahatani antara 4-6 pengolahan tanah di Desa Soulowe dan kegiatan
tahun ke atas masing-masing di Desa Guntarano pengolahan tanah, pembuatan bedeng dan
sebesar 90%, di Desa Wombo, Desa Soulowe pemupukan di Desa Sidera. Meskipun demikian
dan Sidera masing-masing sebesar 100%. secara umum keterlibatan wanita tani pada kegiatan
Status kepemilikan lahan usahatani akan Tabel 2. Jenis Kegiatan Usahatani yang Melibatkan Wanita Tani pada
mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima Masing-masing Daerah (orang)

oleh petani. Wanita tani yang berstatus sebagai No. Uraian Tempat/Desa
Guntarano Wombo Soulowe Sidera
petani pemilik masing-masing di Desa 1. Pengolahan 10 (100) 10 (100) 0 0
Guntarano sebesar 60%, di Desa Wombo tanah
2. Pembuatan 10 (100) 2 (20) 6 (60) 0
sebesar 70%, di Desa Soulowe sebesar 90% dan bedeng
di Desa Sidera sebesar 60%. Sedangkan yang 3. Penanaman 9 (90) 10 (100) 10 (100) 10 (100)
4. Pemupukan 6 (60) 0 4 (40) 0
berstatus sebagai penggarap dan penyewa 5. Pengairan 8(80) 2 (20) 5 (50) 4 (40)
masing-masing di Desa Guntarano sebesar 40%, 6. Pengendalian 8(80) 9 (90) 10 (100) 10 (10)
Gulma
di Desa Wombo sebesar 30%, di Desa Soulowe 7. Pengendalian 8(80) 4 ( 40) 4 (40%) 3 (30%)
sebesar 10% dan di Desa Sidera sebesar 10%. HP
8. Panen 10 (100) 10 (100) 10 (100) 10 (10)
9. Pembersihan 10 (100) 2 (20) 10 (100) 4 (40)
3.2. Keterlibatan Wanita Tani Dalam Bawang
10 Penjemuran 10 (100) 2 (20) 9 (90) 5 (50)
Kegiatan Usahatani Bawang Goreng .
11 Sortasi 10 (100) 3 (30) 10 (100) 5 (50)
a. Jenis Keterlibatan Wanita Tani yang .
12 Pengikatan 10 (100) 4 (40) 10 (100) 4 (40)
Dominan .
Sumber : Data Primer yang diolah (2007)
Keterlibatan responden pada semua Keterangan : Angka yang terdapat di dalam tanda kurung menunjukkan nilai
jenis kegiatan usahatani bawang goreng lokal persentase

205
usahatani bawang goreng pada semua lokasi Alokasi jam kerja (Tabel 3)
memperlihatkan tingkat keterlibatan yang tinggi, menggambarkan besarnya curahan waktu
kecuali di Desa Wombo dengan tingkat produktif wanita tani pada masing-masing lokasi
keterlibatan yang rendah. selama kegiatan usahatani itu berlangsung.
Terjadinya perbedaan jenis keterlibatan Besarnya curahan waktu kerja produktif untuk
wanita pada kegiatan usahatani disebabkan oleh masing-masing kelompok daerah (lokasi)
kebiasaan yang berlaku pada setiap kelompok berkisar 3,88 jam/hari pada daerah Guntarano,
masyarakat, pada setiap kegiatan produktif. 2,08 jam/hari di daerah Wombo, 3,70 jam/hari
Selain itu, juga adanya perbedaan pengetahuan di daerah Soulowe, dan 1,98 jam/hari di daerah
dan ketrampilan serta kemampuan ekonomi Sidera. Dominasi curahan waktu keterlibatan
yang membatasi seseorang didalam menentukan wanita tani dalam kegiatan produktif usahatani
keterlibatannya pada suatu kegiatan produktif. bawang goreng tampak pada kegiatan usahatani
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh panen, pembersihan bawang dan penanaman
pada semua daerah dengan keterlibatan waktu
Sajogjo (1991) bahwa adanya perbedaan
kerja masing-masing untuk kegiatan panen
kemampuan ekonomi keluarga dan pembedaan berkisar 4,0–6,0 jam/hari, kegiatan pembersihan
daerah dapat menyebabkan pula adanya bawang berkisar 2,4-6,0 jam/hari, dan kegiatan
berbedaan pola alokasi sumberdaya rumah penanaman berkisar 3,6– 6,0 jam/hari.
tangga, namun demikian perilaku setiap
Tabel 3. Alokasi Jam Kerja Produktif Rata-rata/Hari Wanita Tani pada
keluarga dalam mengalokasikan potensi dan Masing-masing Daerah.
sumberdayanya dipengaruhi oleh faktor No. Uraian Tempat/Desa
besarnya pendapatan rumah tangga, jumlah Guntarano Wombo Soulowe Sidera
1. Pengolahan tanah 4,6 4,8 0 0
anggota keluarga, pendidikan, status rumah 2. Pembuatan 4,0 0,8 2,4 0
tangga, adat istiadat, dan etos kerja sesoarang. bedeng
3. Penanaman 6,0 3,6 6,0 4,0
4. Pemupukan 2,4 0 2,4 0
b. Alokasi Waktu Produktif Wanita Tani 5. Pengairan 3,2 0,4 2,0 0,8
dalam Kegiatan Usahatani Bawang Goreng 6. Pengendalian 3.2 1,8 4,0 2,0
Gulma
7. Pengendalian HP 3,2 1,6 4,0 2,0
Dalam mengalokasikan waktu setiap 8. Panen 4,0 4,0 4,0 6,0
anggota rumah tangga menghadapi beberapa 9. Pembersihan 4,0 3,8 6,0 2,4
Bawang
faktor yang turut menentukan pola alokasi waktu 10. Penjemuran 4,0 0,8 3,6 2,0
tersebut antara lain umur, pendidikan, kondisi 11. Sortasi 4,0 1,8 6,0 3,0
12. Pengikatan 4,0 1,6 4,0 1,6
sosial budaya, tingkat upah, kemampuan Jumlah 46,6 25,0 44,4 23,8
memanfaatkan peluang yang ada, status rumah Rata-rata 3,88 2,08 3,70 1,98

tangga dan faktor dalam diri yang bersangkutan Sumber : Data Primer yang diolah (2007)

serta faktor luar yang secara langsung


mempengaruhi kegiatan usahatani tersebut. Memperhatikan alokasi jam kerja wanita
Namun demikian, bagi rumah tangga yang tani pada masing-masing daerah tersebut
termasuk dalam kategori ekonomi lemah, alokasi yakni berkisar antara 1,98–3,88 jam/hari
waktu kegiatan produktif pada umumnya mengisyaratkan bahwa wanita tani memiliki
ditentukan oleh tersedianya kesempatan untuk peran ganda yang sangat penting dalam
bekerja tanpa memikirkan apakah imbalan dari mendukung kebutuhan ekonomi rumah
sekian curahan kerja sesuai atau tidak. Kenyataa tangganya. Hal ini sesuai dengan yang
ini didukung informasi kurangnya peluang kerja dikemukakan oleh Pujiwati (1985), bahwa wanita
di perdesaan. Oleh karena itu, tujuan utama mempunyai peran ganda, baik dari golongan
alokasi waktu kegiatan produktif bagi wanita tani rumah tangga miskin maupun kaya pada
adalah bagaimana agar pendapatan rumah umumnya memerlukan waktu 7 jam per hari
tangga meningkat sesuai bertambahnya untuk kegiatan rumah tangga dan untuk kegiatan
kebutuhan rumah tangga. Gambaran alokasi mencari nafkah dibutuhkan waktu sebanyak 4
waktu produktif wanita tani pada masing- jam per hari. Selanjutnya Rachmatiah (1991)
masing lokasi seperti tertuang dalam Tabel 3. menjelaskan bahwa wanita yang terlibat dalam

206
kegiatan mencari nafkah mengatakan bahwa IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kegiatan pokok mereka adalah tetap mengurus
rumah tangga atau aktivitas domestik, 4.1 Kesimpulan
sedangkan kegiatan mencari nafkah yang
Tidak terdapat perbedaan keterlibatan
sesungguhnya menghasilkan pendapatan hanya
wanita tani pada jenis kegiatan usahatani bawang
sebagai kegiatan sampingan.
goreng pada masing-masing daerah penanaman
c. Analisis Keterlibatan Wanita Tani pada bawang goreng kecuali di daerah Sidera yang
Kegiatan Usahatani Bawang Goreng hanya mengerjakan jenis kegiatan tertentu.
Jenis kegiatan usahatani bawang goreng
Bila diasumsikan bahwa pada kegiatan yang mempelihatkan keterlibatan wanita tani
usahatani bawang goreng yang berlangsung yang tinggi pada semua daerah adalah kegiatan
sekitar 3 bulan, dan untuk setiap hari jumlah penanaman, pembersihan dan panen.
alokasi waktu yang digunakan oleh wanita tani Besarnya pendapatan keluarga yang dapat
untuk kegiatan usahatani rata-rata antara 1,98– diperoleh atas keterlibatan wanita tanik pada
3,88 jam, maka jumlah jam kerja yang digunakan kegiatan usahatani bawang goreng pada masing-
selama satu musim tanam berjumlah 178,2–349,2 masing daerah bervariasi yaitu masing-masing
jam. Bila dikaitkan dengan jumlah jam kerja pria sebesar sebesar Rp. 763,875,- di daerah Guntarano,
yakni sebanyak 8 jam/hari, maka sesuai dengan Rp. 728 437.- di daerah Wombo; Rp. 409.500,-
HKSP (hari kerja setara pria) untuk kegiatan di daerah Soulowe dan Rp. 389.812,- di daerah
produktif wanita adalah sebesar 70% dari jumlah Sidera per musim tanam bawang goreng.
jam kerja pria, sehingga besarnya alokasi waktu
4.2. Saran
wanita berdasarkan HKSP tersebut adalah
berkisar 15,59–30,55 hari. Mengingat besarnya kontribusi yang
Dengan upah tenaga yang berlaku di diberikan atas keterlibatan wanita tani pada
wilayah Kabupaten Donggala saat ini yakni kegiatan usahatani bawang goreng di masing-
sebesar Rp. 25.000,/hari, maka besarnya masing daerah penanaman bawang goreng,
kontribusi yang diberikan atas keteribatan wanita tergolong kategori sedang, maka perlu terus
tani pada kegiatan usahatani bawang goreng dilakukan pembinaan kepada wanita tani agar
dalam menunjang ekonomi keluarganya berkisar jati dirinya sebagai wanita tidak hanya terbatas
antara Rp. 389.812–Rp.763.875,-/musim tanam pada mengurus rumah tangga, tetapi juga pada
(selama tiga bulan). kegiatan produktif lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Buvinic, M. 1986. Women and development. Overseas Development Council Library of Congress. Card Catalog No. 76-146-01

BPS Sulteng. 2003. Kabupaten Toli-toli dalam angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Palu

Pujiwati, S., 1985. Peranan wanita dalam perkembangan masyarakat desa. Yayasan Ilmu-ilmu sosial. Jakarta.

Racmatiah, B.I., 1991. Partisipasi wanita dalam meningkatkan pendapatan keluarga pada berbagai bidang di
Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian Unieversitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Sajogyo, P. 1986. Strategi peningkatan peranan ekonomi wanita dan status sosialnya dalam masyarakat berpenghasilan
rendah. Rumusan Lokakarya. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta

________. 1991. beberapa aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam proses peningkatan peranan wanita di pedesaan
dan pengambilan keputusan. Analisis Sosial Ekonomi. Lokakarya Nasional Peranan Wanita Dalam Pembangunan
Desa : 52-54

Ulfa, M. 1994. Peranan dan kedudukan wanita Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

207

Anda mungkin juga menyukai