Birrul Walidain
Birrul Walidain
Al Birr iaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. : “Al Birr adalah baiknya akhlaq“.
(HR. Muslim)
Birrul Walidain بِ ِّر ا ْل َوالِ َد ْي ِنmerupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang
anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal
tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman. Manakala
wajibatul walid (kewajipan orang tua) adalah untuk mempersiapkan anak-anaknya agar dapat
berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW., “Allah merahmati orang tua yang menolong
anaknya untuk boleh berbakti kepadanya”.
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah – mudah-mudahan Allah merahmatinya -: Berkata Abu
Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir “Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya
marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang)
kembali“.[ii]
Syari’at Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-dua setelah
beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas)
banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan kewajipan yag khusus untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua:
س ٰـ ۬نًا
َ ٱعبُدُو ْا ٱهَّلل َ َواَل ت ُۡش ِر ُكو ْا بِ ِهۦ ش َۡي ۬ـًٔ ۖا َوبِ ۡٱل َوٲلِد َۡي ِن ِإ ۡح
ۡ َو
“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan
sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa“. (QS. An Nisa’ : 36).
س ٰـنً ۚا ِإ َّما يَ ۡبلُ َغنَّ ِعن َد َك ۡٱلڪِبَ َر َأ َح ُد ُه َمآ َأ ۡو ِكاَل ُه َما فَاَل تَقُل لَّ ُه َمآ ُأ ۬فٍّ َواَل
َ ض ٰى َربُّ َك َأاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا ِإآَّل ِإيَّاهُ َوبِ ۡٱل َوٲلِد َۡي ِن ِإ ۡح
َ ََوق
۬ڪ ِري ًما ۬ َ ُ
َ ًتَنہَ ۡر ُه َما َوقل لَّ ُه َما ق ۡوال ۡ
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya
semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari
keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan
peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar)
sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi
katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).“. (QS. Al Isra’:
23).
ِ ٱشڪ ُۡر لِى َولِ َوٲلِد َۡي َك ِإلَ َّى ۡٱل َم
صي ُر َ ِسـٰنَ ِب َوٲلِد َۡي ِه َح َملَ ۡتهُ ُأ ُّمهُۥ َو ۡهنًا َعلَ ٰى َو ۡه ۬ ٍن َوف
ۡ ص ٰـلُهُۥ فِى عَا َم ۡي ِن َأ ِن َ ص ۡينَا ٱِإۡل ن
َّ َو َو
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung
hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun;
(dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah),
kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).” (QS. Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, “Tiga ayat dalam Al Qur’an yang
saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah
menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: “bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua
ibubapamu“, Berkata beliau. “Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia
tidak bersyukur pada kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab
itu.”[iii].
Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan
orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)[iv].
Keutamaan Birrul Walidain
ِ ( َأ َح ُّب ْاَأل ْع َمamal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas Solat) (
َّ ال ِإلَى هللاِ بَ ْع َد ال
1. صالَ ِة
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas’ud ra “Aku
pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah ?” Rasulullah
bersabda “Solat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda
Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah
“Jihad dijalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah menafikan kewajipan
birrul walidain kerana Rasulullah SAW. pernah menolak permohonan salah seorang sahabat
untuk jihad fisabilillah kerana masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah
SAW. memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan tersebut dahulu.
Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf di tengah-tengah kaum
muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu kecil lalu ibunya seringkali berdoa
agar Allah SWT. memulihkan penglihatan beliau.
Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim ‘alaihis salam yang
berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena
begitu banyaknya kamu berdoa.”
Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan
penglihatannya.[v]
Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
manjurnya do’a orang tua pada anaknya.
4. Bukan beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan
ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)
5. Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari
kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah SAW.
dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi
SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW.
menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!,
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab, Bapakmu ”
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.
7. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.
Melaksanakan Birrul Walidain
Semasa Mereka Masih Hidup
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul
Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya
mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari
Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya.
Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan
minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan
hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau
risikonya”.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)
Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan
menghentikan mogok makannya.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS. An-Nisaa’: 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut
hingga keadaan mereka melemah dan sangat memerlukan bantuan dan perhatian daripada
anaknya.
Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam
berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur,
beliau masih melayan bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak
ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir apabila ayahnya
menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota
keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas Solat (mendirikan Solat) dan diampuni dosa-
dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu
Bakar As Siddiq ra.
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud
meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata
si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas
berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang
menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku
boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?”
Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada
keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu
‘anhu)
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia
berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kamu dan hartamu milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat
baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara,
karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka,
menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya,
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela
ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain
lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia sudah
meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali
persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR.
Muslim)
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu
Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana meninggal dunia saat Rasulullah
SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya
mengajak Rasulullah ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah
Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul
Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya
berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada pengasuhnya yang
bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.