Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Kasus Harga Diri Rendah

STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif:
● Ibu S merasa malu pada masyarakat sekitar
● Ibu S merasa gagal mendidik anaknya dengan baik
● Ibu S merasa bersalah pada Masyarakat karena tidak dapat memberikan contoh yang
baik

Data Objektif
● Kontak mata kurang
● Bicara pelan dan lirih

2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Situasional (HDRS)

3. Tujuan Khusus
Kognitif
● Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari HDRS
● Mengetahui kemampuan yang dimiliki dan dapat dilakukan
● Mengetahui cara mengatasi HDRS

Psikomotor
● Memilih kemampuan yang dapat dilakukan
● Melatih kemampuan yang dipilih
● Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan kondisi kesehatan

Afektif
● Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
● Memilih aspek positif dan makna kehidupannya

4. Tindakan Keperawatan
1. Kaji tanda dan gejala HDRS
2. Menjelaskan proses terjadinya HDRS
3. Melatih cara meningkatkan harga diri klien
a. Meminta klien membuat daftar aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
b. Membantu klien dalam menilai aspek positif dan kemampuan yang
dimilikinya yang masih dapat dilakukan serta bantu klien untuk
melakukan pujian terhadap diri sendiri.
c. Membantu klien untuk memilih aspek positif dan kemampuan yang
dapat dilatih.
d. Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih dan dapat
dilakukan klien.
e. Membantu klien dalam menyusun jadwal latihan secara bertahap.

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

ORIENTASI
1. Salam terapeutik
P: “Assalamualaikum” (mengetuk pintu) (dipersilahkan masuk dan duduk)
P: “Selamat pagi bu, perkenalkan saya Nanda Oktaviani, mahasiswa keperawatan UI,
ibu bisa memanggil saya Nanda. Saya sedang melaksanakan profesi stase keperawatan
jiwa di RW 04 Kelurahan Kembang Tulus”
P: “Kalau begitu, kita kenalan dulu ya bu, silahkan disebutkan nama ibu”
P: “Ibu lebih suka dipanggil apa?”

2. Evaluasi/ validasi
P: “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
P: “Dari yang ibu rasakan, apa yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi hal
tersebut?”
P: “Apa yang ibu rasakan setelah ibu melakukan hal tersebut?”

3. Kontrak:
Topik dan tujuan
P: “Bagaimana jika hari ini kita mendiskusikan mengenai kesehatan ibu dan cara
mengatasi masalah tersebut?. Tujuannya agar ibu bisa mengerti dan meningkatkan
kesehatan ibu”
Waktu
P: “Untuk waktunya sekitar 30 menit. Apakah ibu bersedia?”
Tempat
P: “Untuk tempatnya mau dimana bu? Apakah posisinya sudah nyaman?”

KERJA: (langkah-langkah tindakan keperawatan)

1. Pengkajian lanjut:
Pengkajian menggunakan SRQ (Self-Reporting Questionnaire)
P: “Baik sekarang saya akan memulai skrining kesehatan jiwa ya bu. Skrining ini
berisi pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu ibu
selama 30 hari terakhir.”
P: “Saya nanti akan bertanya kepada ibu dan ibu cukup menjawab dengan ya atau
tidak ya bu.”
P: “Jawaban yang ibu berikan ini bersifat rahasia dan hanya akan saya gunakan
sebagai data untuk membantu ibu mendapatkan pemecahan masalah yang sedang ibu
hadapi.”
P: “Bagaimana bu, Apakah ibu sudah siap?”
P: “Baik, saya mulai ya bu, Apakah ibu sering menderita sakit kepala bu?”
P: “Apakah ibu kehilangan nafsu makan dan tidurnya kurang lelap selama 1 bulan
belakangan ini?”
P: “Baik selanjutnya, apakah ibu merasa jadi mudah takut, sering merasa cemas,
tegang dan khawatir?”
P: “Apakah tangan ibu gemetar dan ibu mengalami gangguan pencernaan?”
P: “Baik bu, Selanjutnya apakah ibu merasa sulit untuk berpikir jernih?”
P: “Selanjutnya apakah ibu merasa tidak bahagia dan lebih sering menangis?”
P: “Apakah ibu mengalami kesulitan untuk menikmati aktivitas sehari-hari?”
P: “Apakah ibu mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?”
P: “Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu ibu terbengkalai?”
P: “Apakah ibu merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?”
P: “Baik selanjutnya ya bu, apakah ibu merasa kehilangan minat terhadap banyak
hal?”
P: “Apakah ibu merasa tidak berharga dan mempunyai pikiran untuk mengakhiri
hidup ibu?”
P: “Apakah ibu merasa lelah sepanjang waktu, merasa tidak enak di perut dan mudah
merasa lelah?”
P: “Baik maaf sebelumnya saya akan menanyakan hal yang cukup sensitif bu, apakah
ibu mengkonsumsi alkohol atau narkoba? Mohon maaf sebelumnya ya bu apabila
cukup menyinggung”
P: “Baik bu, selanjutnya ya bu Apakah ibu merasa bahwa seseorang mencoba
mencelakai ibu dengan cara tertentu?”
P: “Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam pikiran ibu?“
P: “Apakah ibu pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya atau yang orang lain
tidak dapat mendengar?”
P: “Apakah ibu mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu bencana/musibah
atau adakah saat-saat Ibu seolah mengalami kembali kejadian bencana itu?”
P: “Apakah ibu menghindari kegiatan, tempat, orang atau pikiran yang mengingatkan
Anda akan bencana tersebut?”
P: “Apakah minat ibu terhadap teman dan kegiatan yang biasa ibu lakukan
berkurang?”
P: “Apakah ibu merasa sangat terganggu jika berada dalam situasi yang
mengingatkan ibu akan bencana atau jika Anda berpikir tentang bencana itu?”
P: “Baik bu, terakhir ya bu, Apakah ibu kesulitan memahami atau mengekspresikan
perasaan ibu?”
P: “Baik ibu pertanyaan mengenai skrining kesehatan jiwa sudah selesai ya ibu. Ibu
jangan khawatir karena data ini akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk
keperluan perawatan saja.”

2. Diagnosis keperawatan:
P: “Berdasarkan apa yang sudah ibu sampaikan tadi di dalam diagnosis keperawatan
hal tersebut disebut Harga Diri Rendah Situasional. Harga Diri Rendah Situasional
yaitu munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi
yang sedang dialami. Untuk tanda dan gejala yang ada pada ibu yaitu merasa malu
dan bersalah, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, dan
menilai diri negatif.”

3. Tindakan:
P: “Sekarang kita akan berdiskusi terlebih dahulu bagaimana cara supaya ibu tidak
mengalami harga diri rendah situasional.”
P: “Hal apa yang paling ibu sukai dari diri ibu? Kita bisa sambal menuliskannya ya
bu di kertas ini”
P: “Baik, lalu aktivitas apa yang ibu suka lakukan?”
P: “Menurut ibu untuk mengatasi perasaan negatif yang ibu rasakan, ibu bisa
melakukan apa diantara kegiatan-kegiatan tersebut?”
P: “Baik, jadi ibu suka memasak ya bu? Ibu bisa memulai untuk memasak dan nanti
makan bersama-sama dengan teman dekat ibu? Ibu suka berbicara dengan siapa
biasanya bu? Oh dengan Ibu Lita.”
P: “Ibu bisa mencoba memasak dan mengajak Ibu Lita secara perlahan-lahan. Nanti
baru ibu bisa perlahan-lahan mengikuti arisan dan pengajian lagi ya Bu.”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
P: “Jadi bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tadi?”
Evaluasi objektif
P: “Baik, lalu tadi bagaimana bu cara mengatasi perasaan malu ibu?”

2. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
P: “Baik ibu, nanti ibu bisa melatih memasaknya ya sambil ditemani Ibu Lita. Untuk
rencananya ibu mau memasak kapan?”

3. Rencana tindak lanjut perawat (kontrak yang akan dating)


Topik:
P: “Baik bu, minggu depan saya akan kembali ya untuk menemani ibu memasak
bersama Ibu Lita. Selanjutnya, kita akan lakukan kegiatas-kegiatan positif lainnya
yang tadi sudah kita tuliskan”
Waktu:
P: “Baik bu, minggu depan berarti di Hari Senin, tanggal 8 Agustus 2023 ya bu.”
Tempat:
P: “Baik bu, tempatnya disini lagi saja ya bu.”

4. Salam:
P: Baik bu, pertemuan kita sudah selesai. Kalau seperti itu, saya izin pamit. Sampai
bertemu kembali minggu depan.”
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus :
Ibu S merupakan seorang ibu yang tinggal bersama anak dan suaminya di RW
04 Kelurahan Kembang Tulus. Anak Ibu S, Tn. B merupakan ODHA yang belum
menikah. Berdasarkan data Kader Kesehatan Jiwa setempat, masyarakat sekitar sudah
mengetahui kondisi Tn.B yang diduga menjadi penyebab Ibu S tidak lagi aktif di
kegiatan pengajian dan arisan warga. Saat kunjugan rumah, mahasiswa FIK UI bertemu
dengan Ibu S.
Hasil pengkajian didapatkan data bahwa Ibu S merasa malu pada Masyarakat
sekitar karena gagal mendidik anaknya dengan baik. Ibu S juga merasa bersalah karena
selama ini seringkali dijadikan sebagai tempat tukar pikiran oleh tetangganya dengan
masalah tertentu, namun tidak bisa memberi contoh yang baik. Saat diajak berbicara,
kontak mata Ibu S kurang dan bicaranya pelan serta lirih

II. Proses terjadinya masalah :


HDRS merupakan perubahan dari persepsi positif ke negatif tentang harga diri,
penerimaan diri, kemampuan diri, dan sikap terhadap diri sendiri dalam merespon
situasi saat ini (Herdman et al., 2021). Kasus HDRS dapat terjadi karena Ibu S memiliki
Masalah Koping Tidak Efektif, khususnya terhadap situasinya saat ini akibat anaknya
berstatus sebagai ODHA. Koping Tidak Efektif teridentifikasi dengan pengakuan Ibu S
yang sering merasa lesu dan tidak semangat melakukan apapun.
HDRS akibat Koping Tidak Efektif dapat ditandai dengan Ibu S merasa gagal
dalam mendidik Tn.B sehingga Ibu S menjadi malu dan merasa bersalah kepada
masyarakat karena tidak dapat memberikan contoh yang baik padahal dirinya selama ini
dijadikan tempat tukar pikiran jika ada tetangganya memiliki masalah. Ibu S juga
berbicara pelan dan lirih. Masalah HDRS pada Ibu S berdampak terhadap kegiatan
sosialnya dimana Ibu S mengalami masalah Risiko Isolasi Sosial yang ditunjukkan
dengan kontak mata kurang dan pengakuan dari masyarakat yang mengatakan Ibu S
menjadi tidak lagi aktif di kegiatan pengajian dan arisan warga

III. Data yang perlu dikaji (terkait diagnosa keperawatan utama):


Masalah Harga Diri Rendah Situasional (HDRS)

Data Subjektif:
● Ibu S merasa malu pada masyarakat sekitar
● Ibu S merasa gagal mendidik anaknya dengan baik
● Ibu S merasa bersalah pada Masyarakat karena tidak dapat memberikan contoh yang
baik

Data Objektif
● Kontak mata kurang
● Bicara pelan dan lirih

Data Tambahan (Keliat et al., 2019; PPNI, 2017)


Subjektif
● Menilai diri negatif
● Merasa malu/bersalah
● Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
● Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
● Kurang konsentrasi

Objektif
● Berbicara pelan dan lirih
● Menolak berinteraksi dengan orang lain
● Berjalan menunduk
● Postur tubuh menunduk
● Kontak mata kurang
● Lesu dan tidak bergairah
● Pasif
● Tidak mampu membuat keputusan

IV. Pohon masalah dan prioritas diagnosa keperawatan:

V. Rencana tindakan keperawatan (untuk diagnosa keperawatan utama):


Diagnosis Tujuan (Keliat et al., Intervensi (Keliat et al.,
Keperawatan 2019) 2019)
Harga Diri Rendah Kognitif 1. Kaji tanda dan
Situasional (HDRS) ● Mengetahui gejala HDRS
pengertian, 2. Menjelaskan proses
tanda dan gejala, terjadinya HDRS
penyebab dan 3. Melatih cara
akibat dari meningkatkan harga
HDRS diri klien:
● Mengetahui ● Meminta klien
kemampuan membuat daftar
kemampuan
yang dimiliki
yang dimiliki.
dan dapat ● Membantu klien
dilakukan menilai
● Mengetahui cara kemampuan
mengatasi yang dimilikinya
HDRS dan kemampuan
yang masih
Psikomotor dapat dilakukan.
Bantu juga klien
● Memilih
untuk melakukan
kemampuan
pujian terhadap
yang dapat
diri sendiri.
dilakukan
● Bantu klien
● Melatih
memilih
kemampuan
kemampuannya
yang dipilih
yang dapat
● Menyusun
dilatih.
rencana kegiatan
● Melatih
sesuai dengan
kemampuan
kondisi kesehatan
yang dipilih
klien dan
Afektif
kemampuan
● Merasakan
yang dapat
manfaat latihan
dilakukan klien.
yang dilakukan
● Bantu klien
● Memilih aspek
dalam menyusun
positif dan
jadwal latihan
makna
secara bertahap.
kehidupannya

VI. Referensi
Keliat, B. A., Hamid, A. Y., Putri, Y. S., Daulima, N. H., et al. (2019). Asuhan
keperawatan jiwa. EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar diagnosis keperawatan
indonesia: Definisi dan indikator diagnostik. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai