Materi 1 Berlaku Istiqomah
Materi 1 Berlaku Istiqomah
ٰۤ
استَ َق ُام ْوا تَتَ نَ َّزُل َعلَْي ِه ُم الْ َم هل ِٕى َكةُ اَََّّل ِ ِ
ْ َّاّللُ ُُث ٰا َّن الَّذيْ َن قَالُْوا َربُّنَا ه
30 : فصلت.كْن تُ ْم تُ ْو َع ُد ْو َن ُ ََتَافُ ْوا َوََّل ََْتَزنُ ْوا َواَبْ ِشُرْوا ِِب ْْلَن َِّة الَِّ ِْت
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,”
kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat
kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih
hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu.” [QS. Fushshilat : 30]
(30) Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang mengatakan dan
mengakui bahwa tuhan yang menciptakan, memelihara, dan menjaga
kelangsungan hidup, memberi rezeki, dan yang berhak disembah,
hanyalah Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, kemudian mereka tetap
teguh dalam pendiriannya itu, maka para malaikat akan turun untuk
mendampingi mereka pada saat-saat diperlukan. Di antaranya pada
saat mereka meninggal dunia, di dalam kubur, dan dihisab di akhirat
nanti, sehingga segala kesulitan yang mereka hadapi terasa menjadi
ringan.
Dalam hadits Nabi SAW diterangkan bahwa teguh dalam pendirian itu
merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang mukmin:
3
ِ ِ ِۚ ِه ِ ِ ِ ٰۤ ِ
اْلَهيوة الدُّنْيَا َوِف ْاَّلخَرة َولَ ُك ْم فْي َها َما تَ ْشتَه ْْٓي
ْ ََْن ُن اَْوليَا ُؤُك ْم ِف
32:فصلت.ك ْم فِْي َها َما تَدَّعُ ْو َن
ُ َاَنْ ُف ُس ُك ْم َول
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Di dalamnya (surga) kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai
dan apa yang kamu minta.[QS. Fushshilat : 31]
(31) Selanjutnya para malaikat itu menyatakan kepada orang-orang
yang beriman bahwa mereka selalu mendampingi dan menolong
orang-orang tersebut dalam segala urusan dunia. Para malaikat
selalu memberi petunjuk yang menuju kepada kebaikan, kebenaran,
dan kemaslahatan. Demikian pula para malaikat akan bersama-sama
orang-orang beriman di akhirat nanti, menemani mereka di dalam
kubur, pada waktu hari qiyamat, dan hari perhitungan sampai mereka
masuk ke dalam surga.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang menyatakan kepada
orang-orang beriman dalam ayat ini ialah Allah sendiri, sehingga
maksud ayat ini adalah: “Dan Allah wali bagi orang-orang yang
beriman yang kuat pendiriannya . . .”
Malaikat mengatakan bahwa di dalam surga itu orang-orang yang
beriman akan memperoleh berbagai macam kesenangan,
kebahagiaan, dan kenikmatan yang selalu diidam-idamkan, serta
segala yang diinginkan dan diminta.
4
ال اِنَِّ ِْن ِم َن ِ ومن اَحسن قَوًَّل ِّٰمَّن دعآْ اِ ََل هاّللِ وع ِمل ص
َ َاْلًا َّوق َ َ ََ ٰ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ
32: فصلت.ي ِِ
َ ْ الْ ُم ْسلم
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” [QS.
Fushshilat : 33]
(33) Ayat ini mencela orang-orang yang mengatakan yang bukan-
bukan tentang Al-Qur'an. Al-Qur'an mempertanyakan: perkataan
manakah yang lebih baik daripada Al-Qur'an, siapakah yang lebih baik
perkataannya dari orang yang menyeru manusia agar taat kepada
Allah.
Ibnu Sirin, As-Suddi, Ibnu Zaid, dan Al-Hasan berpendapat bahwa
orang yang paling baik perkataannya itu ialah Rasulullah SAW.
Apabila membaca ayat ini, Al-Hasan berkata bahwa yang dimaksud
adalah Rasulullah, ia adalah kecintaan dan wali Allah. Ia adalah yang
disucikan Allah dan merupakan pilihan-Nya. Ia adalah penduduk bumi
yang paling cinta kepada Allah. Allah memperkenankan seruannya
dan ia menyeru manusia agar mengikuti seruan itu. Sebagian ulama
lain berpendapat bahwa ayat ini maksudnya umum, yaitu semua orang
yang menyeru orang lain untuk menaati Allah. Rasulullah termasuk
orang yang paling baik perkataannya, karena beliau menyeru manusia
kepada agama Allah.
Ayat ini menerangkan bahwa seseorang dikatakan paling baik apabila
perkataannya mengandung tiga perkara, yaitu:
1. Seruan pada orang lain untuk mengikuti agama tauhid,
mengesakan Allah dan thaat kepada-Nya.
2. Ajakan untuk beramal shalih, thaat melaksanakan perintah-
perintah Allah dan menghentikan larangan-Nya.
3. Menjadikan Islam sebagai agama dan memurnikan kethaatan
hanya kepada Allah saja. Dengan menerangkan perkataan yang
paling baik itu, Allah menegaskan kepada Rasulullah bahwa tugas
5
yang diberikan kepada beliau itu adalah tugas yang paling mulia.
Oleh karena itu, beliau diminta untuk tetap melaksanakan dakwah,
dan shabar dalam menghadapi kesukaran-kesukaran dan
rintangan-rintangan yang dilakukan orang-orang kafir.
Dari ayat ini dipahami bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan
oleh seorang muslim ialah memperbaiki diri lebih dahulu, dengan
memperkuat iman di dada, menaati segala perintah Allah, dan
menghentikan segala larangan-Nya. Setelah diri diperbaiki, serulah
orang lain mengikuti agama Allah. Orang yang bersih jiwanya, kuat
imannya, dan selalu mengerjakan amal yang shalih, ajakannya lebih
diperhatikan orang, karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan
yang kuat dan dengan suara yang mantap, tidak ragu-ragu.
السيِٰئَةُ ۗ اِ ْدفَ ْع ِِبلَِّ ِْت ِه َي اَ ْح َس ُن فَاِ َذا الَّ ِذ ْي ْ َوََّل تَ ْستَ ِوى
َّ اْلَ َسنَةُ َوََّل
34 : فصلت.َحْيم َِ ك َوبَيْنَهٗ ع َداوة ََكَن َّهٗ وِلي
َ َبَْي ن
َ َ َ
Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan)
dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada
permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang
sangat setia. [QS. Fushshilat : 34]
(34) Ayat ini menerangkan bahwa kebaikan yang diridlai Allah dan
diberi pahala itu tidak sama dengan keburukan yang dibenci-Nya dan
orang yang melakukannya pasti diadzab.
Ayat ini dapat ditafsirkan dengan pernyataan bahwa tidak sama
dakwah orang yang menyeru kepada Allah dan mengikuti Islam,
dengan perbuatan mencela orang-orang yang melaksanakan dakwah
itu.
Sikap orang kafir yang mencela para da’i diterangkan dalam firman
Allah:
ال الَّ ِذيْ َن َك َفُرْوا ََّل تَ ْس َمعُ ْوا ِِله َذا الْ ُق ْراه ِن َوالْغَ ْوا فِْي ِه لَ َعلَّ ُك ْم
َ ََوق
26: فصلت.تَ ْغلِبُ ْو َن
Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan
(bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar
kamu dapat mengalahkan (mereka).” [QS. Fushshilat : 26)
Dengan ayat ini, seakan-akan Allah menyatakan kepada Rasulullah
SAW bahwa jika ia mengerjakan kebaikan, maka akan memperoleh
ganjaran kebaikan berupa penghargaan selama hidup di dunia dan
pahala yang besar di akhirat nanti. Sedang orang-orang kafir yang
mengerjakan kejahatan itu akan memperoleh penghinaan di dunia,
dan di akhirat mereka akan memperoleh adzab yang pedih. Rasulullah
juga dilarang untuk membalas kejahatan mereka dengan kejahatan.
Jika ia membalas kejahatan dengan kejahatan tentu mereka akan
memperoleh kerugian yang berlipat ganda. Oleh karena itu, Rasulullah
diperintahkan untuk membalas kejahatan mereka dengan kebaikan.
Kemudian Allah menerangkan cara membalas kejahatan orang-orang
kafir itu dengan kebaikan dengan memerintahkan kepada Rasulullah
agar membalas kebodohan dan kejahatan orang-orang kafir dengan
cara yang paling baik, membalas perbuatan buruk mereka dengan
perbuatan baik, memaafkan kesalahan mereka, dan menghadapi
kemarahan mereka dengan kesabaran. Jika Nabi berbuat demikian,
lambat laun mereka akan menilai sendiri perbuatan mereka, dan
menimbulkan malu kepada mereka karena tindakan-tindakan mereka
itu.
Allah menerangkan hasil yang akan diperoleh orang-orang yang
beriman jika membalas perbuatan buruk orang-orang kafir dengan
perbuatan baik. Allah mengatakan jika orang-orang beriman berhasil
berbuat demikian, tentu permusuhan orang-orang kafir kepada
7
mereka akan berubah menjadi persahabatan, kebencian akan
berubah menjadi kecintaan.
Ibnu Abbas berkata bahwa pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada
manusia agar berlaku sabar ketika marah, penyantun terhadap orang
yang bodoh, dan memaafkan kesalahan orang. Jika seseorang
mengerjakan yang demikian, Allah akan memelihara mereka dari
setan, dan musuh-musuh mereka akan tunduk dan patuh kepada
mereka.
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mencela Qunbur, budak Ali bin
Abi Thalib, yang telah dimerdekakannya. Ali lalu memanggilnya dan
berkata: “Wahai Qunbur, tinggalkanlah orang yang mencelamu itu,
biarkanlah ia, semoga Allah Yang Maha Penyayang meridlai, dan
setan menjadi marah.”
Menurut Muqatil, ayat ini turun berhubungan dengan Abu Sufyan. Dia
adalah salah seorang musuh Rasulullah yang paling besar. Akan
tetapi karena kesabaran dan sikap Nabi yang baik kepadanya, Abu
Sufyan menjadi sahabat Nabi yang akrab, dengan mengadakan
hubungan perbesanan (mushaharah).
ِوا
َّ استَعِ ْذ ِِب هّٰللِ ِان َّهٗ ُه َو
الس ِمْي ُع ِ ه ِ َّك
ۗ
ْ َف غز
ْ ن
َ ن ط َّي
ْ الش ن
َ م َ نغَ ز ن
ْ
ََ َي امَّ
36 : فصلت.الْ َعلِْيم
ُ
Jika setan sungguh-sungguh menggodamu dengan halus (untuk
meninggalkan perilaku baik itu), maka berlindunglah kepada Allah!
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(36) Ayat ini menerangkan bahwa jika setan menggoda agar engkau
membalas kejahatan dengan kejahatan pula, maka berlindunglah
kepada Allah dari segala tipu daya setan yang terkutuk itu. Allah Maha
Mendengar permohonanmu dan Maha Mengetahui segala yang
dibisikkan setan ke dalam dadamu itu.
--oo0oo--