KAK SOP MTBS 2021new
KAK SOP MTBS 2021new
DINAS KESEHATAN
Padang Baru Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung
A. LATAR BELAKANG
Anak sebagai generasi penerus bangsa, harus mendapat perhatian yang serius agar tercipta
generasi bangsa yang sehat tangguh dan cerdas. Hal ini diamanatkan dalam Undang Undang 1945
28b & 28h; Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1,4 & 8 dan
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79,131,133,136,137&139. Sekitar
70% kematian balita disebabkan oleh Pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi.
Penanggulangan masalah ini tidak mudah karena masing-masing program mempunyai Standar
Operasional Prosedur tersendiri. Beberapa penyakit tersebut saling berhubungan seperti diare yang
berulang mengakibatkan gizi buruk. Diare yang bersamaan dengan campak akan menjadi lebih
parah, untuk itu seluruh balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun dan bayi muda kurang 2 bulan
harus dilayani dengan pendekatan MTBS. Hal ini sejalan dengan Permenkes Nomor 25 Tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak, dan Standar Pelayanan Minimal.
Sejak tahun 2006 Departemen Kesehatan bekerjasama dengan WHO mengembangkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Indonesia. MTBS adalah suatu pendekatan pelayanan
kesehatan balita yang terintegrasi atau terpadu, keterpaduan tersebut meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. MTBS menjelaskan tatalaksana penyakit, serta mengajarkan
petugas kesehatan untuk memperhatikan secara cepat semua gejala anak sakit sehingga dapat
ditangani dengan segera. Kegiatan ini dilaksanakan di unit rawat jalan fasilitas pelyanan kesehatan
dasar.
Kabupaten Padang Pariaman sejak tahun 2005 telah melaksanakan Pelatihan MTBS. Tahun
2005 diadakan pelatihan untuk 6 Puskesmas. Tahun 2006 dengan dana propinsi dilakukan pelatihan
3 Puskesmas. Tahun 2007 telah dilakukan untuk 11 Puskesmas. Kabupaten Padang Pariaman
mempunyai 25 buah Puskesmas sedangkan yang sudah dilatih mengenai MTBS sebanyak 25
Puskesmas pada tahun 2013, tetapi Pelaksanaan nya belum maksimal serta tidak sesuai dengan
standar.
Salah satu kendala utama penerapan MTBS adalah lemahnya manajemen penerapan MTBS di
Puskesmas dan kurangnya supervisi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Harus dipahami bahwa
penerapan MTBS harusnya diawali dari komitmen Kepala Puskesmas untuk memberikan pelayanan
sesuai standar dan komitmen dokter puskesmas sebagai motivator perawat dan bidan disamping
fungsinya sebagai supervisor dan menerima rujukan.
Pelaksanaan MTBS dipandu dengan bagan MTBS, pedoman ini sangat menekankan peran
semua pihak, yang bertujuan mempercepat penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup
anak. Penerapan MTBS akan melindungi perawat, Bidan dan petugas lain teekait bilaman
menjumpai permasalahan setelah memberikan pelayanan.
B. TUJUAN
I. Tujuan Umum
Mempercepat penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup anak.
II. Tujuan Khusus
Terwujudnya Kesiapan Puskesmas dalam mengoptimalkan penerapan MTBS
Terlaksananya penerapan MTBS oleh Puskesmas dan jaringannya
Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan MTBS
Terlaksananya Monitoring evaluasi dan supervisi fasilitatif berkala penerapan MTBS
Adanya kesinambungan komitmen dukungan pemerintah kabupaten / Kota dalam
penyelenggaraan MTBS
C. INDIKATOR
1. Cakupan Kunjungan Balita Sakit ke Fasilias Kesehatan dengan pendekatan MTBS
2. Cakupan Kunjungan Neonatus Sakit ke Fasilitas Kesehatan dengan Pendekatan MTBS
D. KEGIATAN POKOK
E. SASARAN
Seluruh Balita Sakit yang berkunjung ke Fasitas Kesehatan
G. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan dilakukan setiap hari kerja pada jam Pelayanan
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dapat dipedomani dan kalau ada
kekurangan ataupun kesalahan akan diperbaiaki sebagaimana mestinya.