Laporan Hasil Kegiatan Social Project Mata Kuliah Pendampingan Keagamaan
Laporan Hasil Kegiatan Social Project Mata Kuliah Pendampingan Keagamaan
PENDAMPINGAN KEAGAMAAN
Dosen Pengampu : Arina Faila Saufa, M.A
Disusun Oleh :
Arina Amalia Husna (221010500006)
Zuliany Rizki Aulia (221010500011)
Alya Farras Fauziyyah (22101050029)
Qurrota‘aini (22101050027)
Rifka Aini Nurfajriyah (22101050004)
Faiz Naufal Falah (22101050016)
Ahmad Alwi Iskandar (22101050024)
Muhammad Zainal Arifin (22101050021)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “LAPORAN HASIL KEGIATAN
SOCIAL PROJECT MATA KULIAH PENDAMPINGAN KEAGAMAAN” dapat kami
selesaikan dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
seluruh pihak TPA Al-Hidayah, Ibu Dosen Arina Faila Saufa, M.A selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendampingan Keagamaan dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan
Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
LATAR BELAKANG
Perubahan zaman ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Seirk;ing dengan berkembangnya ilmu dan teknologi juga menuntut para
penanggungjawab pendidikan di bidang apapun untuk mewujudkan sumber daya yang
berkualitas.
Saat ini kegiatan pendidikan keagamaan pada anak-anak merupakan hal yang sangat
penting. Selain untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini, juga sebagai
pembentuk karakteristik bagi anak.
Salah satu contoh penerapan fasilitas ilmu keagamaan bagi anak di zaman sekarang
adalah dengan diadakannya kegiatan pemberdayaan TPQ(Taman Pendidikan Al-Qur’an).
Selain memberi pengetahuan tentang keagamaan, TPQ juga dapat menjadi tempat
pemberian pendidikan dasar bagi anak. TPQ merupakan satuan unit keagamaan dalam
lingkup pendidikan yang saat ini masih berstatus non-formal dalam kegiatan
pembelajarannya. Dibangun dengan filosofis “TAMAN” yaitu, tentram, amanah,
menyenangkan dan nyaman. Sehingga diharapkan dapat menciptakan santri yang
bertakwa dan beriman.
Keberadaan lembaga pemberdayaan TPQ memberikan banyak peluang tak hanya bagi
anak-anak maupun orangtua. Di TPQ, anak-anak mendapatkan pendidikan karakter yang
di dalamnya ada nilai religius, akhlakul hasanah, disiplin, kesederhanaan, menghormati
orangtua maupun orang yang lebih tua, dan memberikan pemahaman tentang makna
hidup.
PERMASALAHAN
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi generasi muda terutama anak-
anak, tetapi kebanyakan orang tua hanya memberikan pendidikan di sekolah tanpa
membekali anak dengan pengetahuan keagamaan. Pendidikan keagamaan merupakan
pendidikan yang harus diberikan kepada anak sejak dini. TPQ merupakan sarana paling
umum bagi anak untuk mengetahui tentang pengetahuan keagamaan, anak-anak dapat
mempelajari ilmu tentang akhlak, akidah, dan cara beribadah yang baik. Dengan adanya
pemberdayaan kegiatan TPQ ini, diharapkan anak-anak memiliki akhlak dan perilaku
terpuji.
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan minat anak dan kesadaran para orang tua
tentang pendidikan keagamaan. Salah satunya dengan adanya tugas mata kuliah
Pendampingan Keagamaan untuk melakukan bakti sosial di TPQ Al-Hidayah, diharapkan
dapat menjadi sarana guna membantu meningkatkan minat anak-anak sekitar dusun
Papringan untuk datang dan mengikuti kegiatan TPQ Al-Hidayah.
Sehingga dari uraian tersebut, ditemukan permasalahan dari kegiatan ini berupa
“Kegiatan Bakti Sosial TPQ Al-Hidayah.”
TPA merupakan lembaga belajar nonformal. Dalam satu perkumpulan bukan tidak
mungkin terdapat banyak murid dengan umur berbeda-beda. Di TPA ini sendiri terbagi dalam
3 kelas yaitu kelas awaliyah, wustha, dan ulya. Pembagian tersebut ditentukan berdasarkan
kemampuan murid dalam membaca dan menulis Al-Qur’an. Kelas awaliyah adalah kelas bagi
para pemula. Kisarannya anak-anak berumur 5-8 tahun dengan pencapaian mengaji iqro’
tingkat awal. Di kelas ini kita lebih menfokuskan perhatian dan kesabaran dalam mengajar
anak kecil. Mereka dalam masa bermain adalah hal yang paling menarik, jadi materi harus
disampaikan secara menarik dan menghibur.
Selanjutnya, kelas wustha atau tengah. Kisaran anggotanya berumur 9-12 tahun
dengan pencapaian mengaji iqro' tingkat akhir. Karena rata-rata adalah siswa SD, maka
materi yang disampaikan bukan yang pertama mereka dengar. Rata-rata mereka sudah pernah
mendapatkan materi serupa di SD meski masih sering terlupa. Jadi, proses mengajar di kelas
ini seperti me review pelajaran yang lalu.
Kelas akhir atau kelas ulya. Murid di kelas ini dikategorikan kemampuan mengajinya
sudah tingkat membaca Al-qur’an. Bagian kelas ini diluar tanggung jawab mengajar kami
karena mereka sepenuhnya di handle oleh pengajar asli TPA.
Hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran adalah karakter anak. Terkadang
ada satu atau dua anak yang menolak mengaji dan malah bermain. Sering juga anak-anak
malah sibuk mengobrol daripada memperhatikan materi. Tapi, hal tersebut tidak berlangsung
lama karena kakak-kakak pengajar asli langsung sigap menenangkan. Jadi tidak begitu lama
mengganggu proses pembelajaran.
Faktor pendukung misalnya, TPA ini terletak didalam masjid yang berada di kawasan
pemukiman penduduk. Di depan masjid terdapat halaman yang digunakan sebagai lahan
parkir. Letak masjid terkesan akses khusus karena hanya ada masjid itu dan kos-kosan
diseberangnya yang mengisi ujung gang. Akses masuk arena masjid adalah jalan kecil yang
menghubungkan dengan jalan umum desa. Jadi, kondisi tersebut tergolong tenang dan
kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran karena jauh dari kebisingan hiruk pikuk
jalanan. Selain itu kesigapan para pengajar asli yang langsung menenangkan begitu ada anak
yang membuat keributan sehingga membantu proses belajar berjalan lancar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Taman Pendidikan Al-Qur’an atau disingkat TPA/TPQ adalah sekelompok orang atau
lembaga yang memiliki tujuan memberikan pendidikan dan pengajaran dasar tentang
Islam bagi anak-anak dari usia dini hingga usia sekolah dasar. Jenis pendidikan yang
diselenggarakan bersifat tidak formal dan bersifat dasar yang biasanya diselenggarakan di
Masjid sekitar masyarakat. Macam pendidikan yang diselenggarakan diantaranya : baca
tulis Al-Qur’an, tata cara sholat yang benar, tata cara bersuci, serta aqidah dan akhlaq
yang sekiranya bisa difahami dan dipraktekkan oleh anak-anak.
Di TPA ini sendiri terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas awaliyah, wustha, dan ulya yang
pembagiannya berdasarkan kemampuan murid dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.
Kelas awaliyah adalah kelas kisarannya berumur 5-8 tahun dengan pencapaian mengaji
iqro’ tingkat awal yang disampaikan secara menarik dan menghibur.
Selanjutnya, kelas wustha atau tengah. Kisaran anggotanya berumur 9-12 tahun dengan
pencapaian mengaji iqro’ tingkat akhir. Proses mengajar di kelas ini seperti pengulangan
materi pelajaran yang lalu.
Kelas akhir atau kelas ulya. Murid di kelas ini dikategorikan kemampuan mengajinya
sudah tingkat membaca Al-Qur’an. Bagian kelas ini diluar tanggung jawab mengajar
kami dan sepenuhnya dilaksanakan oleh pengajar asli TPA.
Berdasarkan project mengajar yang telah kami lakukan, penulis menyarakan untuk