Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran

kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa

kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah

lahir. Untuk keperluan bidan desa berat lahir diterima dalam 24 jam pertama

setelah lahir (Surasmi,2003).

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada

masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan

mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga

membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Handayani, 2006).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007)

diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38%

dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi

rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di

negara berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara

satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9% - 30%.(WHO,2007).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 AKB di Indonesia sebesar

35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling

umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%.
2

Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini

menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu

saat melahirkan. (Depkes RI, 2008).

Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir

rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR

ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar

antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah

2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000

dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).

Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena

kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR

pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi

(Depkes RI, 2005).

Selama bulan September 2014 ada 6 bayi lahir dengan BBLR dalam 37

persalinan (16%) di ruang bayi RS.DKT Bandar Lampung.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengangkat

“Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Berat

Badan Lahir Rendah” sebagai laporan pendahuluan pada praktik di lahan.


3

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan

berat badan lahir rendah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari berat badan lahir rendah.

b. Untuk mengetahui penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah.

c. Untuk mengetahui gejala klinis pada bayi dengan berat badan lahir

rendah.

d. Untuk mengetahui patofisiologi pada bayi dengan berat badan lahir

rendah.

e. Untuk mengetahui komplikasi pada bayi dengan berat badan lahir

rendah.

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada bayi dengan berat badan

lahir rendah.

C. MANFAAT

1. Bagi Klien

Memberikan informasi kepada klien tentang bayi dengan berat badan

lahir rendah dan cara perawatannya.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang bayi dengan berat

badan lahir rendah dan asuhan yang diberikan.


4

3. Bagi Mahasiswa

Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan asuhan kebidanan

pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Anda mungkin juga menyukai