Anda di halaman 1dari 9

PSIKOPEDAGOGIA ©2016Universitas Ahmad Dahlan

2016. Vol. 5, No.1 ISSN: 2301-6167

Studi Deskriptif Persepsi Peserta Didik terhadap Guru Bimbingan dan Konseling
dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual

Dian Putri Rachmadhani


SMP Muhammadiyah 2 Kebumen
Jl. A. Yani No 83, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia
Email: dianrachmadhani@gmail.com

This study aimed to describe the students' perception of guidance and counseling teachers in the implementation of
individual counseling services. This research is descriptive quantitative with data collection instruments in the form
of a questionnaire. The research subjects was 36 students of grade IX SMP Negeri 2 Kebumen taken through
purposive sampling technique. The perception of students towards guidance and counseling teachers in the
implementation of individual counseling services were analyzed using a simple calculation with a grouping of three
criteria: good, average, and poor. The results showed that students' perception of guidance and counseling teachers
in the implementation of the services of individual counseling class IX SMP Negeri 2 Kebumen as many as 21
(58%) are in good category, 53 (42%) are in the average category, and 0 (0%) in the poor category. The results of
this study can be used as a feedback and self-evaluation materials for guidance and counseling teachers in
developing the quality of individual counseling services in schools.

Keywords: students’ perception, individual counseling services, quantitative descriptive

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi peserta didik terhadap guru bimbingan dan konseling
dalam melaksanakan layanan konseling individual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitaif dengan
instrumen pengumpulan data berupa angket. Subjek penelitian berjumlah 36 peserta didik kelas IX SMP Negeri 2
Kebumen yang diambil melalui teknik purposive sampling. Data persepsi peserta didik terhadap guru bimbingan
dan konseling dalam melaksanakan layanan konseling individual dianalisis menggunakan penghitungan sederhana
dengan pengelompokan tiga kriteria yaitu baik, sedang, dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
peserta didik terhadap guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan konseling individual kelas IX
SMP Negeri 2 Kebumen yaitu sebanyak 21 (58 %) berada pada kategori baik, 53 (42 %) berada pada kategori
sedang, dan 0 (0%) pada kategori kurang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) dan
bahan evaluasi diri bagi guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kualitas layanan konseling
individual di sekolah.

Kata kunci: persepsi peserta didik, layanan konseling individual, deskriptif kuantitatif

Pendahuluan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kegiatan-


kegiatan yang terkait dengan bidang keagamaanan.
Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan Hal tersebut dimaksudkan agar terdapat kemudahan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan dalam pencapaian perkembangan diri peserta didik
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif yang optimal. Perkembangan diri yang optimal
mengembangkan potensi diri untuk memiliki dapat diwujudkan dengan adanya bidang pelayanan
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, pendidikan. Pada era globalisasi saat ini banyak
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta sekali berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
keterampilan yang diperlukan individu, remaja atau peserta didik. Permasalahan-
masyarakat, bangsa dan negara. Keterampilan permasalahan yang terjadi menyangkut pada
tersebut dapat diwujudkan dengan belajar di bidang pribadi, belajar, sosial, dan karir. Salah satu
sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal yang bentuk permasalahan yang terjadi di kalangan
secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan peserta didik SMP yakni perilaku membolos.
pendidikan bagi warga masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Gracian (2011)
Belajar di sekolah tidak hanya untuk mendapat mengungkap bahwa perilaku yang dilakukan oleh
nilai dan meningkatkan intelektualitas peserta didik peserta didik pada saat membolos adalah
semata, akan tetapi dengan belajar di sekolah nongkrong, bermain playstation, atau bermain
peserta didik juga diajarkan mengenai tata karma, internet di warnet (warung internet), merokok,
sopan santun, tenggang rasa, toleransi, minum minuman keras dan perkelahian antar

57
58
RACHMADHANI

peserta didik. Perilaku yang menyimpang dari dengan begitu konseli akan merasa aman dan
peraturan sekolah tersebut terjadi karena rasa nyaman serta bisa lebih terbuka dengan konselor.
solidaritas antar teman yang berperilaku negatif Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
sehingga mendorong mereka melakukan tindakan dilakukan oleh Purwanti (2013) yang menunjukkan
melanggar peraturan sekolah. hasil terdapat hubungan yang signifikan antara
Data lain ditemukan dalam koran Republika persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan azas
tanggal 15 Oktober 2014 halaman 1 yang kerahasiaan oleh guru bimbingan dan konseling
menjelaskan bahwa kasus bullying di sekolah dengan minat peserta didik untuk mengikuti
menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat konseling perorangan di SMAN 4 Padang. Hal ini
ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di ditunjukkan dengan koefisien korelasi x dan y yaitu
sektor pendidikan. Pada tahun 2011 sampai 0,749. Semakin baik persepsi peserta didik
Agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terhadap pelaksanaan azas kerahasiaan oleh guru
masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total bimbingan dan konseling maka semakin baik pula
pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 minat peserta didik untuk mengikuti konseling
kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk perorangan. Sebaliknya, apabila persepsi peserta
kekerasan di sekolah mengalahkan tawuran pelajar, didik terhadap pelaksanaan azas kerahasiaan oleh
diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan guru bimbingan dan konseling kurang maka
liar. semakin rendah pula minat peserta didik untuk
Permasalahan yang terjadi pada peserta didik mengikuti konseling perorangan.
begitu beragam sehingga perlu diadakan kerjasama Bimbingan dan konseling merupakan bagian
yang baik antara guru, orangtua, dan staf yang integral dari proses pendidikan. Layanan
berperan aktif dalam dunia pendidikan. Salah satu bimbingan dan konseling diberikan oleh guru
komponen penting dalam pendidikan yang bimbingan dan konseling atau konselor sekolah.
berperan dalam mengembangkan potensi peserta Kurang optimalnya pemahaman guru bimbingan
didik dan membantu memecahkan permasalahan dan konseling dalam menangani berbagai perilaku
yang dialami oleh peserta didik adalah layanan menyimpang peserta didik akan berdampak buruk
bimbingan dan konseling. Berbagai layanan yang terhadap persepsi peserta didik terhadap peran dan
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling fungsi guru bimbingan dan konseling di sekolah.
untuk mencegah serta membantu mengatasi Persepsi dapat diartikan sebagai cara individu
permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik memandang dunia atau segala sesuatu yang ada di
sangatlah beragam. Salah satu layanan yang sekitar dan merupakan suatu proses penting karena
digunakan untuk membantu peserta didik dalam merupakan dasar perilaku terbentuk. Banyak
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi adalah peserta didik yang beranggapan bahwa guru
layanan konseling individual. bimbingan dan konseling merupakan polisi sekolah
Layanan konseling individual adalah layanan sehingga peserta didik takut terhadap guru
yang diberikan kepada peserta didik secara tatap bimbingan dan konseling. Sejalan dengan hal
muka dan dilakukan hanya oleh dua orang saja, tersebut, Fathur Rahman (2010: 4) menyataan
yaitu konselor (guru bimbingan dan konseling) dan bahwa anggapan kebanyakan peserta didik, guru
konseli (peserta didik). Layanan ini dilakukan bimbingan dan konseling menjelma menjadi polisi
untuk membahas dan mengentaskan permasalahan sekolah yang angker dan lembaga bimbingan dan
yang peserta didik hadapi dengan lebih intens konseling sendiri berubah fungsi menjadi fungsi
(dalam). administrasi peserta didik yang bertujuan
Konseling individual efektif dalam menggali mendisiplinkan, menertibkan, dan memberi
permasalahan yang dimiliki oleh peserta didik hukuman atau punishment bagi
karena peserta didik dapat menceritakan secara peserta didik-peserta didik yang dianggap bertindak
langsung kepada konselor masalah yang mereka subversif dan tidak taat peraturan tata tertib
hadapi. Tentu saja masalah mereka akan terjamin sekolah. Bahkan di beberapa sekolah peran guru
aman karena bimbingan dan konseling memiliki bimbingan dan konseling tak ubah seperti satpam,
asas kerahasiaan dan kerahasiaan selalu dianggap yakni pagi-pagi sekali sudah harus hadir di depan
sebagai dasar konseling. Konselor wajib menjaga gerbang untuk mengamati peserta didik-peserta
kerahasiaan masalah yang dimiliki oleh konseli, didik mana saja yang terlambat masuk sekolah.
59
PERSEPSI PESERTA DIDIK, LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Guru bimbingan dan konseling di sekolah harus Layanan konseling individual merupakan upaya
bisa menjadi sahabat peserta didik sehingga peserta pemberian bantuan kepada peserta didik yang
didik tidak memiliki persepsi yang negatif terhadap mengalami permasalahan guna memecahkan
guru bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, permasalahan yang dialami dan membantu
perlu ditanamkan persepsi yang positif kepada mengembangkan potensi yang dimiliki. Melalui
peserta didik agar dalam pelaksanaan layanan konseling individual, peserta didik yang mengalami
bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan permasalahan baik permasalahan secara pribadi,
dengan lancar. Masih banyak peserta didik yang sosial, dan akademik dapat terfasilitasi untuk
menilai guru bimbingan dan konseling hanya mencari solusi yang tepat. Dengan demikian,
dengan sebelah mata karena mereka melihat teman- mengetahui persepsi peserta didik pada guru
teman mereka yang terkadang mendapatkan sanksi bimbingan dan konseling dalam melaksanakan
ketika melakukan pelanggaran, hal tersebut layanan konseling individual menjadi penting
mendatangkan persepsi yang kurang baik untuk untuk diteliti. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
guru bimbingan dan konseling. sebagai umpan balik (feed back) dan bahan
Banyak persepsi yang ditujukan terhadap evaluasi diri bagi guru bimbingan dan konseling
layanan konseling individual di sekolah, peserta dalam mengembangkan kualitas layanan konseling
didik masih memiliki persepsi negatif terhadap individual di sekolah.
layanan konseling individual karena peserta didik .
hanya dipanggil oleh guru bimbingan dan Kajian Literatur
konseling apabila melakukan kesalahan atau
melanggar tata tertib di sekolah tetapi ada juga Persepsi Peserta didik
yang menafsirkan bahwa salah satu manfaat Persepsi peserta didik terhadap guru bimbingan
konseling individual adalah masalah yang peserta dan konseling dapat memengaruhi antusias peserta
didik hadapi bisa teratasi. didik untuk mengikuti layanan bimbingan dan
Senada dengan uraian di atas, berdasarkan hasil konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan
wawancara dengan dua guru bimbingan dan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan
konseling yang peneliti lakukan di SMP Negeri 2 konseling yang banyak bertindak menjadi polisi
Kebumen pada tanggal 11 Agustus 2014 sekolah dapat membuat peserta didik memiliki rasa
menunjukkan bahwa konseling individual sudah enggan untuk masuk ke ruang bimbingan dan
berjalan dengan baik. Siswa yang datang ke ruang konseling. Sebaliknya, peserta didik yang memiliki
BK bukan hanya yang bermasalah saja tetapi ada persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling
juga yang datang dengan sendiri untuk adalah orang yang menyenangkan, akan
menceritakan permasalah yang mereka hadapi. membuatnya lebih antusias untuk mengikuti
Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara kegiatan bimbingan dan konseling.
dengan tujuh siswa di SMP Negeri 2 Kebumen Desmita (2010: 216) mengemukakan bahwa
pada tanggal 11 Agustus 2014 menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses penggunaan
masih jarang siswa yang mau bercerita tentang pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh
masalah yang dihadapi kepada guru BK, karena dan menginterpretasikan stimulus (rangsangan)
kebanyakan siswa menganggap jika ada siswa yang yang diterima oleh sistem pada indera manusia.
masuk ke ruang BK adalah siswa yang bermasalah. Jadi persepsi menyangkut hubungan manusia
Sehingga siswa lebih nyaman untuk bercerita dengan lingkungan menggunakan pengetahuan
dengan teman atau tidak menceritakan yang dimiliki. Menurut Daryanto (2010: 77)
permasalahan mereka kepada orang lain. persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
Berdasarkan hasil wawancara antara guru pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
bimbingan dan konseling dengan siswa di SMP Melalui persepsi manusia terus menerus
Negeri 2 Kebumen yang memiliki informasi yang mengadakan hubugan dengan lingkungannya.
kontradiksi tersebut, maka peneliti tertarik ingin Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu
mengetahui tentang persepsi peserta didik pada indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa,
guru bimbingan dan konseling dalam dan penciuman.
melaksanakan layanan konseling individual kelas Berdasarkan pendapat para ahli di atas
IX di SMP Negeri 2 Kebumen. diketahui bahwa persepsi merupakan proses yang
menyangkut pesan atau informasi yang masuk ke
dalam otak manusia kemudian diproses dan
60
RACHMADHANI

dikategorikan dalam suatu gaya tertentu. Dengan kelengkapan (closure), prinsip searah
kata lain, persepsi adalah interpretasi terhadap (direction), dll.
rangsangan yang diterima oleh lingkungan yang 3. Penafsiran merupakan proses
bersifat individual, meskipun stimulus yang menginterpretasikan informasi atau stimulus ke
diterima sama, tetapi karena setiap orang memiliki dalam bentuk tingkah laku sebagai respon. Pada
pengalaman yang berbeda, kemampuan berfikir proses ini individu membangun kaitan-kaitan
yang berbeda, maka hal tersebut sangat antara stimulus yang datang dengan struktur
memungkinkan terjadi perbedaan persepsi pada kognitif yang lama, dan membedakan stimulus
setiap individu. yang datang untuk memberi makna berdasarkan
Persepsi satu peserta didik dengan peserta didik hasil interpretasi yang dikaitkan dengan
lain kadang berbeda meskipun yang ditanggapi pengalaman sebelumnya, dan kemudian
sama, sehingga kadang persepsi yang diterima bertindak atau bereaksi.
tidak sesuai dengan apa yang sedang terjadi. Hal Irwanto (2002: 96), mengungkapkan faktor-
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, faktor yang dapat mempengaruhi persepsi antara
seperti situasi batin seseorang, kemampuan lain perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan,
analisis, serta kurang sempurna keterangan yang nilai-nilai individu, dan pengalaman terdahulu.
ditangkap oleh seseorang. Oleh karena itu, sangat Penjelasan faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
mungkin apabila terjadi perbedaan persepsi peserta 1. Perhatian yang selektif.
didik tentang pelaksanaan layanan konseling Dalam kehidupan manusia banyak menerima
individual. rangsangan dari lingkungan tetapi tidak semua
Desmita (2010: 117) menyatakan persepsi rangsangan ditanggapi, individu memusatkan
merupakan suatu interaksi yang rumit yang perhatian pada objek tertentu saja. Persepsi selektif
melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu menginterpretasikan secara efektif apa yang dilihat
seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Adapun seseorang yang berdasarkan minta, latar belakang,
penjelasan dari pernyataan tersebut: dan sikap seseorang. Hal itu ditinjau dari segi
1. Seleksi merupakan proses penyaringan oleh positif dan negatif. Positifnya adalah memandang
indera terhadap stimulus. Dalam proses ini, guru bimbingan dan konseling dari cara kebutuhan
struktur kognitif yang telah ada akan akan karir, misal peserta didik datang kepada guru
menyeleksi, membedakan data yang masuk dan bimbingan dan konseling karena mambutuhkan
memilih data mana yang relevan sesuai dengan informasi mengenai perguruan tinggi atau peluang
kepentingan dirinya. Jadi selektif perceptual ini kerja untuk masa yang akan datang. Negatif yang
tidak hanya tergantung pada determinan- ada dalam perhatian selektif ini adalah peserta
determinan utama dari perhatian, seperti didik melihat guru bimbingan dan konseling dari
intensitas, kualitas, kesegaran, kebaruan, latar belakang saja misalnya, peserta didik
gerakan, dan kesesuaian, dengan muatan memandang guru bimbingan dan konseling dari
kesadaran yang telah ada melainkan juga segi sosial atau penampilan fisik. Hal itu
bergantung pada minat, kebutuhan-kebutuhan, merupakan perhatian selektif atau perhatian yang
dan nilai-nilai yang dianut. memandang sesuai dengan pilihan yang dianggap
2. Penyusunan adalah proses mereduksi, lebih dibutuhkan berdasarkan minat ataupun
mengorganisasikan, menyederhanakan kebutuhan.
informasi yang kompleks ke dalam suatu pola 2. Ciri-ciri rangsangan.
yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt, Rangsang atau stimulus yang lebih menarik
manuasia secara alamiah memiliki yaitu yang bergerak daripada yang diam, yang
kecenderungan tertentu dan melakukan besar daripada yang kecil, yang kontras dengan
penyederhanaan struktur di dalam latar belakangnya, yaitu intensitas paling kuat.
mengorganisasikan objek-objek perceptual. Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa
Maka Gestalt mengajukan beberapa prinsip tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa
tentang kecenderungan-kecenderungan manusia orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu
dalam menyusun informasi ini, diantaranya biasa berpengaruh terhadap persepsi orang yang
prinsip kemiripan (similarity), prinsip melihat. Contoh dalam segi positif dan negatif,
kedekatan (proximity), prinsip ketertutupan atau contoh segi positif peserta didik merasa nyaman
ketika permasalahan peserta didik terselesaikan
61
PERSEPSI PESERTA DIDIK, LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

dengan tuntas, maka persepsi peserta didik Faktor intern tersebut adalah masalah pribadi yang
terhadap guru bimbingan dan konseling dalam dimiliki oleh peserta didik yang berasal dari diri
layanan konseling individual akan dipandang baik. peserta didik itu sendiri sedangkan faktor ekstern
Kemudian contoh negatif dari stimulus yang terjadi adalah permasalahan yang dimiliki peserta didik
misalnya peserta didik pernah merasakan hukuman yang dipengaruhi oleh faktor dari luar diri peserta
dari guru bimbingan dan konseling karena didik, misal masalah keluarga, teman, dan
terlambat masuk sekolah, maka peserta didik akan lingkungan.
mempersepsikan guru bimbingan dan konseling
sebagai polisi sekolah. Layanan Konseling Individual
3. Nilai-nilai individu. Layanan konseling di sekolah dibedakan
Menimbulkan pola rasa dan cita rasa yang menjadi layanan konseling individual dan layanan
berbeda dalam pengamatan yang dilakukan konseling kelompok. Konseling indvidual
individu, situasi dimana pembentukan persepsi itu merupakan upaya pemberian bantuan kepada
terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain. peserta didik yang mengalami permasalahan guna
Contoh dari segi positif, ketika peserta didik sedang membantu memecahkan permasalahan yang
berbicara dengan guru bimbingan dan konseling dialaminya dan membantu mengembangkan
yang baik dan penuh humor akan memberikan efek potensi yang dimiliki. Melalui konseling individual
kenyamanan bagi diri peserta didik. Berbeda peserta didik yang mengalami permasalahan baik
dengan persepsi negatif yang ditunjukkan peserta permasalahan secara pribadi, sosial, dan akademik
didik yaitu, ketika peserta didik bertemu dengan dapat terfasilitasi untuk mencari solusi yang tepat.
guru bimbingan dan konseling dengan pakaian Menurut Hahn (Willis, 2010: 18) Layanan
yang rapi, paras yang serius, dan nada suara yang konseling individu adalah suatu proses yang terjadi
lantang akan menimbulkan penilaian yang berbeda dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu
yaitu peserta didik lebih takut dan tidak nyaman individu yang mengalami masalah yang tidak dapat
ketika peserta didik berhadapan dengan guru yang diatasi, dengan seorang petugas professional yang
super serius dan mengakibatkan persepsi negatif. telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk
4. Pengalaman terdahulu. membantu agar klien mampu memecahkan
Pengalaman terdahulu mempengaruhi kesulitan yang klien miliki. Prayitno (2004: 288)
begaimana seseorang mempersepsi dunia penulis. menyatakan bahwa konseling perseorangan/
Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa individu sebagai pelayanan khusus dalam
terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri hubungan langsung tatap muka antara konselor dan
objek atau target yang diartikan atau dalam konteks klien. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
situasi dimana persepsi tersebut dibuat. Peserta dapat disimpulkan bahwa layanan konseling
didik akan memberikan persepsi positif kepada individual merupakan bentuk layanan yang
guru bimbingan dan konseling yang memberikan dilakukan oleh dua orang yang saling bertatap
pelayanan dengan baik dan memuaskan bagi muka, yaitu konseli dan konselor. Layanan ini
peserta didik maka peserta didik akan berfikir dilakukan untuk membahas dan mengentaskan
bahwa guru bimbingan dan konseling adalah baik permasalahan pribadi yang dimiliki oleh klien
dan tidak menakutkan. Berbeda dengan persepsi (konseli).
pengalaman yang berkembang dibanyak kalangan Terdapat beberapa peserta didik yang tidak mau
peserta didik bahwa guru bimbingan dan konseling menceritakan masalah pribadi atau urusan pribadi
hanya bisa menghukum peserta didik yang dalam diskusi di kelas, mereka merasa tidak
bersalah, peserta didik bermasalah saja atau guru nyaman dan cenderung malu untuk bercerita
yang hanya menangani orang-orang yang dengan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu,
bermasalah saja. Maka dari itu pengalaman peserta konseling individual tidak terlepas dari psikoterapi,
didik akan menentukan dunia mereka ketika didasarkan pasa asumsi bahwa konseli itu akan
pengalaman baik atau buruk dalam pikirannya lebih suka bercerita sendiri dengan konselor tanpa
sehingga menerapkannya dalam persepsi adanya paksaan. Asas kerahasiaan sangat
selanjutnya. diperlukan dalam layanan konseling individual,
Persepsi dipengaruhi oleh faktor yang berasal karena kerahasiaan selalu dianggap sebagai dasar
dari diri individu atau faktor intern dan faktor yang konseling. Konselor wajib menjaga kerahasiaan
berasal dari luar individu atau faktor ekstern. masalah yang dihadapi konseli, dengan begitu
62
RACHMADHANI

konseli akan merasa nyaman dan bisa lebih terbuka Metode Penelitian
dengan konselor. Tidak ada yang lebih aman
daripada konseling individu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Menurut Willis (2010: 2) tujuan dari konseling kuantitatif. Subjek penelitian yang diambil
individu untuk menumbuhkan, mengembangkan, sebanyak 36 siswa kelas IX SMP Negeri 2
dan membantu individu yang membutuhkannya. Kebumen yang diambil dengan teknik purposive
Lebih lanjut, terdapat beberapa proses/ prosedur sampling. Instrumen yang digunakan dalam
dalam pemberian layanan konseling: penelitian ini adalah angket persepsi peserta didik
1. Perilaku attending (menghampiri klien) pada guru bimbingan dan konseling dalam
2. Empati melaksanakan layanan konseling individual yang
3. Refleksi telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Teknik
4. Eksplorasi analisis data yang digunakan peneliti untuk
5. Menangkap pesan utama (paraphrasing) mengungkap persepsi subjek penelitian terhadap
6. Bertanya membuka percakapan guru bimbingan dan konseling dalam
7. Dorongan minimal melaksanakan konseling individual yaitu dengan
8. Interpretasi penghitungan sederhana menggunakan
9. Mengarahkan pengelompokan kriteria. Kriteria tersebut adalah
10. Menyimpulkan sementara baik, sedang dan kurang.
11. Konfrontasi
12. Fokus Hasil Penelitian dan Pembahasan
13. Memimpin (leading)
14. Menjernihkan (clariflying) Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui
15. Memudahkan (facilitating) bahwa data persepsi peserta didik terhadap guru
16. Mengambil inisiatif bimbingan dan konseling dalam melaksanakan
17. Memberi nasehat layanan konseling individual dapat dikatakan
18. Memberi informasi berada pada kategori baik dengan persentase 58%.
19. Merencanakan program bersama klien Kategori baik tersebut dapat dinilai dan dilihat pada
20. Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup beberapa aspek dalam pelaksanaan konseling
sesi konseling individual. Aspek-tersebut antara lain attending,
Sejumlah prosedur dalam layanan konseling empati, refleksi, eksplorasi, menangkap pesan
individual yang dikembangkan oleh Willis tersebut, utama, kecakapan bertanya, dorongan minimal,
menjadi acuan bagi peneliti untuk mengungkap interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan
persepsi peserta didik terhadap guru bimbingan dan sementara, konfrontasi, fokus, memimpin,
konseling dalam memberikan layanan konseling menjernihkan, memudahkan, mengambil inisiatif,
individual di SMP Negeri 2 Kebumen. Kurang problem solving, memberi informasi,
optimalnya pemahaman guru bimbingan dan merencanakan program bersama klien,
konseling dalam pelayanan konseling individual menyimpulkan, mengevaluasii dan menutup sesi
untuk menangani berbagai perilaku menyimpang konseling. Kategorisasi dan persentase hasil
peserta didik akan berdampak buruk terhadap persepsi peserta didik pada guru bimbingan dan
persepsi peserta didik terhadap peran dan fungsi konseling dalam melaksanakan layanan konseling
guru bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak individual dapat dilihat pada Tabel 1. Distribusi
persepsi yang ditujukan terhadap layanan konseling kategorisasi dan persentase hasil persepsi siswa
individual di sekolah, guru bimbingan dan pada guru bimbingan dan konseling dalam
konseling yang terbiasa memanggil peserta didik pelaksanaan layanan konseling individual pada tiap
apabila melakukan kesalahan atau melanggar tata aspek dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2,
tertib di sekolah, dapat mempengaruhi persepsi Gambar 3, dan Gambar 4.
negatif peserta didik terhadap guru bimbingan dan
konseling.
63
PERSEPSI PESERTA DIDIK, LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Tabel 1 Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil Persepsi Siswa Pada Guru BK
Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil Dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Pada Tiap Aspek

Persepsi Peserta Didik pada Guru Bimbingan dan Baik Sedang Kurang

Konseling dalam Melaksanakan Layanan


Konseling Individual 86%
78% 78%

No Interval Freku- Presenta- Kriteria


Skor ensi se 42% 44%

1 156-208 21 58% Baik


2 105-155 15 42% Sedang 22% 22%
18% 18%
14%

3 52-104 0 0% Kurang 0% 3% 0%
8% 6%

Total 36 100% - Konfrontasi Memfokuskan Memimpin Menjernihkan Memudahkan

Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil Persepsi Siswa pada Guru BK


Gambar 3
dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual pada Tiap Aspek
Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil
Baik Sedang Kurang
Persepsi Siswa pada Guru BK dalam Pelaksanaan
Layanan Konseling Individual pada Tiap Aspek
80%
75% Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil Persepsi Siswa Pada Guru BK
72%
Dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Pada Tiap Aspek
67%

Baik Sedang Kurang

42%

33%

25%
83%
17% 17%
12% 69% 67%
10%
8% 56%
3% 6% 50%
5% 44% 44%
31%
22%
Attending Empati Refleksi Eksplorasi Menangkap pesan 14%
6% 11%
0% 0% 3%

Mengambil inisiatif Problem solving Memberi informasi Merencanakan Menympulkan dan


Gambar 1 program bersama
konseli
menutup sesi
konseli

Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil


Persepsi Siswa pada Guru BK dalam Pelaksanaan
Layanan Konseling Individual pada Tiap Aspek

Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil Persepsi Siswa Pada Guru BK


Dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Pada Tiap Aspek Gambar 4
Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil
Baik Sedang Kurang Persepsi Siswa pada Guru BK dalam Pelaksanaan
Layanan Konseling Individual pada Tiap Aspek
83%
75%
72%
67%
Persepsi dan minat siswa terhadap layanan
bimbingan dan konseling merupakan salah satu
33%
faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan
27%
25%
25% bimbingan dan konseling. Setiap siswa memiliki
14%
10%
persepsi dan minat yang berbeda terhadap layanan
3%
0% 0% 0% 0% bimbingan dan konseling. Persepsi dapat terbentuk
Kecakapan bertanya Dorongan minimal Interpretasi Mengarahkan Menyimpulkan dari perhatian siswa terhadap performance
sementara
konselor, seperti; penampilan fisik dan perilaku
dari konselor. Kemampaun konselor dalam
Gambar 2 memberikan layanan bimbingan dan konseling
Distribusi Kategorisasi dan Presentase Hasil yang diberikan di sekolah juga berpengaruh
Persepsi Siswa pada Guru BK dalam Pelaksanaan terhadap persepsi siswa. Persepsi yang baik dapat
Layanan Konseling Individual pada Tiap Aspek berpengaruh pada sikap yang baik pula dalam diri
64
RACHMADHANI

siswa sehingga mampu menimbulkan minat yang peserta didik. Guru bimbingan dan konseling
tinggi terhadap layanan bimbingan dan konseling. sebagai tenaga profesional, hendaknya selalu
Persepsi siswa akan terbentuk baik apabila yang mengembangkan diri agar dapat tercapai tujuan
menjadi perhatiannya tersebut sesuai dengan apa layanan dengan optimal. Hal tersebut senada
yang diharapkan. Siswa yang memiliki persepsi dengan hasil penelitian Setiyowati (2011) bahwa
baik dan berminat terhadap objek tertentu diharapkan konselor sebagai pemangku layanan
cenderung menaruh perhatian lebih terhadap objek konseling memperhatikan aspek-aspek
tersebut (Djaali, 2008:121). Persepsi positif dan penyelenggaraan layanan konseling yang dirasa
minat siswa terhadap layanan bimbingan dan masih jauh di bawah standar untuk dilakukan
konseling ditunjukkan dengan partisipasi dan perbaikan. Lebih lanjut Setiyowati (2011)
antusias tinggi dalam mengikuti layanan. Hal ini menjelaskan bahwa konselor sebagai tenaga
sejalan dengan hasil penelitian Cahyono (2013) profesional diharapkan meningkatkan kompetensi
bahwa terdapat hubungan yang positif dan profesional dan pribadinya dalam rangka
signifikan antara persepsi dan sikap siswa terhadap mewujudkan pelayanan konseling profesional.
layanan bimbingan dan konseling dengan minat Peningkatan kompetensi profesional dan pribadi
untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konselor salah satunya bertujuan agar peserta didik
konseling. dapat memiliki persepsi yang lebih baik kepada
Persepsi siswa terhadap guru bimbingan dan guru bimbingan dan konseling dan dapat
konseling dapat mempengaruhi antusias siswa merasakan manfaat dari layanan konseling
untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling individual.
yang diberikan oleh konselor di sekolah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa Simpulan
terhadap layanan konseling individu di kelas IX
SMP Negeri 2 Kebumen berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
Layanan konseling di sekolah berperan penting data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
dalam membantu mengoptimalkan pencapaian hasil bahwa peserta didik kelas IX SMP Negeri 2
belajar siswa. Hal ini senada dengan penelitian Kebumen memiliki persepsi baik pada guru
yang dilakukan oleh Carrell dan Hoekstra (2014) bimbingan dan konseling dalam melaksanakan
dalam jurnal yang berjudul “Are school counselors layanan konseling individual. Diharapkan guru
an effective education input”. Penelitian ini bimbingan dan konseling untuk dapat
bertujuan untuk mengetahui keefektifan peranan mempertahankan kualitas dalam pelaksanaan
konselor sekolah dalam pendidikan. Hasil layanan konseling individual kepada siswa. Bagi
penelitian menunjukkan bahwa konselor sekolah peneliti yang akan datang diharapkan meneliti
berperan dalam mengurangi perilaku kenakalan pelaksaan layanan konseling individual dengan
siswa dan dapat meningkatkan prestrasi belajar metode pengumpulan data yang lebih variasi,
siswa laki-laki. Berdasarkan penelitian ini misalnya dengan misalnya dengan dengan metode
menunjukkan bahwa konselor sekolah berperan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini dapat
penting dalam membantu mengoptimalkan dijadikan sebagai umpan balik (feed back) dan
pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian, bahan evaluasi diri bagi guru bimbingan dan
persepsi siswa terhadap layanan konseling di konseling dalam mengembangkan kualitas layanan
sekolah menjadi aspek penting untuk diperhatikan, konseling individual di sekolah.
agar menjadi feedback bagi konselor untuk
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan Referensi
konseling di sekolah.
Persepsi siswa terhadap layanan konseling Anas, Salahudin. (2010). Bimbingan dan
individual di SMP Negeri 2 Kebumen walaupun Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
berada pada kategori baik, kualitas layanan Azwar, Saifuddin. (2012). Reliabilitas dan
konseling individual tetap harus dijaga kualitasnya Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan masih perlu untuk ditingkatkan. Upaya ______________. (2010). Penyusunan Skala
peningkatan kualitas tersebut bisa melalui Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
peningkatan keterampilan konseling dalam Cahyono, A.H., Darminto, E. (2013). Hubungan
memberikan layanan konseling individual kepada Antara Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap
65
PERSEPSI PESERTA DIDIK, LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Bimbingan dan Konseling dengan Minat Siswa se-Kota Malang. (Online),


untuk Memanfaatkan Layanan Bimbingan dan (http://library.um.ac.id/free-
Konseling. UNESA Jurnal Bimbingan dan contents/index.php/pub/detail/riset-evaluatif-
Konseling, 1(1): 17-25. penyelenggaraan-layanan-konseling-di-sma-se-
Carrell, Scott E. &Hoekstra, Mark. (2014) Are kota-malang-arbin-janu-setiyowati-
school counselors an effective education input?. 50485.html), diakses 23 Desember 2014.
Economics Letters Journal, 125 (2014): 66–69. Sobur, Alex, (2003). Psikologi Umum. Bandung:
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ranawidya. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualtatif.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Bandung: Alfabeta.
Didik. Bandung: Remaja Roskadarya. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Djaali, H. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bumiaksara. Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar
Komalasari, Gantina, Eka wakyuni, & Karsih. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
(2011). Asesmen Teknik Nontes dalam Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prespektif bimbingan dan konseling Syaodih, Nana S. (2012). Metode Penelitian
Komperhensif. Jakarta: Indeks. Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurihsan, Juntika A. (2009). Bimbingan dan Willis. (2010). Konseling Individual Teori dan
Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Praktek. Bandung: Alfabeta.
Bandung: Refika Aditama. Winkel. W. S dan Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan
Prayitno dan Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar dan Konseling di Institusi Sekolah. Yogyakarta:
Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Media Abadi.
Cipta. Yusuf, Syamsu. (2012). Jenis Layanan dan
Setiyowati, Arbin Janu. (2011). Riset Evaluatif Pendukung Kegiatan bimbingan dan konseling.
Penyelenggaraan Layanan Konseling di SMA Bandung: Risqi Press

Anda mungkin juga menyukai