Makalah BDP Kelompok 5.
Makalah BDP Kelompok 5.
PESERTA DIDIK”
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Umi Chotimah, M.Pd.,Ph.D Dan Kurnisar S.Pd.,M.H
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmatnya sehinga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Umi Chotimah,
M.Pd.,PH.D. dan Bapak Kurnisar S.Pd.,M.H. yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penelitian dalam
makalah ini.
Makalah berjudul “Teori belajar behaviritisme pada peserta didik” disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah belajar dan pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga diharapkandapat menambah pengetahuan parapembaca
mengenai teori behavioritisme. Kami berharap apa yang sudah kami jelaskan
dalam makah ini bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran
terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan
senang hati.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
3. Adakah kelebihan dan kekurangan salam menerapkan teori belanjar
behaviorisme bagi peserta didik?
4. Prinsip-prinsip apa saja yan terdapat dalam belajar behaviorisme?
5. Bentuk Pengaplikasian teori behaviorisme dalam pembelajaran peserta
didik?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut
teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku,
mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang
merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa seharusnya
dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan
menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya
berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan
pendekatan inkuiri terbimbing.
7
meresepon stimulus tersebut dengan perilakuyang diharapkan oleh guru pada
saat melakukan proses pembelajaran.
3. Memerlukan Reflek Dalam Pembentukan Reaksi atau Respon.
Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari
unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari
terhadap suatu pengarang. Dalam diri setiap orang pasti memiliki reaksi
spontan yang dapat ia lakukan dalam keadaaan yang tidak terduga. Selain
membentuk perilaku yang sesuai teori ini juga mengandalkan reflex yang
terbentuk dalam diri peserta didiknya.
4. Bersifat Mekanisme dan Terstruktur Yang Dilakukan Dengan Mekanis
Tertentu.
Dalam teori behaviorisme stimulus yang dilakukan harus berproses dan
tertata yang nantinya akan menjadikan siswa beradaptasi terhadap keadaan
dan mulai membiasakan diri dengan lingkungan dia berada. Mekanisme ini
dapat berupa suatu punissment dan reward atau keseharusan yang sesu ia
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat seperti mengucapkan maaf
apabila melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nilai yang ada dalam
lingkungan masyarakat.
5. Hasil Belajar Yang Dicapai Adalah Perilaku Yang Diinginkan.
Dalam teori behaviorisme hasil yang diinginkan adalah terbentuknya
perilaku peserta didik yang sesuai dengan apa yang diingnkan oleh para
guru. Perilaku siswa yang sesuai dengan norma dan disiplin adalah salah satu
contohnya. Dengan terbentuknya perilku yang diinginkan tentunya proses
pembelajaran akan berjalan sesuai harapan karena stimulus yang guru berikan
dan respon yang didapat dari peserta didik berjalan beriringan.
8
behaviorisme ini sering mendapat kritikan karena tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks. Dalam teori behaviorisme tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus
dan respon itu sendiri, teori ini menyederhanakan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan belajar hanya sekedar pada hubungan stimulus dan respon saja.
Selain itu walaupun para siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama, teori
behaviorisme kurang mampu untuk menjelaskan tentang adanya variasi tingkat
emosi siswa tersebut. Jadi teori behaviorisme ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
sama ternyata memiliki perilaku terhadap suatu pelajaran berbeda dan juga dalam
memilih tugas sangat berbeda pada tingkat kesulitannya. Teori behaviorisme
hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati serta tidak
memperhatikan keberadaan pengaruh perasaan ataupun pikiran yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behaviorisme ini juga
lebih mengarahkan siswa untuk berpikir linier, tidak kreatif dan tidak produktif
serta menjadikan siswa sebagai individu yang pasif. Dalam proses pembelajaran
efektif menurut teori ini murid hanya berperan sebagai pendengar dan
menghafalkan apa yang didengar sehingga inisiatif siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
Selain beberapa kritik yang muncul tentunya ada beberapa kelebihan yang
didapat dari teori belajar behaviorisme, diantaranya yaitu: teori behaviorisme ini
membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
9
belajar. Dalam teori belajar behaviorisme mampu membentuk suatu perilaku yang
diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif yang didasari pada perilaku yang tampak. Serta
materi yang diberikan pada teori belajar behaviorisme sangat detail, bahan
pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu menghasilkan
suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. Dengan melalui
pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan dapat mengoptimalkan bakat
dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya, jika anak sudah mahir
dalam suatu bidang tertentu akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan
dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut agar lebih optimal. Teori
belajar behaviorisme ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan. Contohnya percakapan bahasa asing, menari
mengetik dan olahraga. Teori belajar behaviorisme juga cocok diterapkan untuk
anak yang masih membutuhkan dominasi peran suka meniru, suka meniru, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung.
10
b. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan yang akan memperkuat perilaku disebut
penguatan, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan yang akan
melemahkan perilaku disebut hukuman.
5) Kepunahan (Extinction)
11
2.5 Implementasi Teori Behavioristik Terhap Peserta Didik
12
pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. Sehingga dalam evaluasi
proses pembelajaran peserta didik dapat diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat observable kurang dijangkau dalam
proses evaluasi. Guru yang menggunakan suatu Teori behaviorisme ini akan
menyusun bahan pembelajaran yang sudah siap untuk diberikan kepada peserta
didik agar bisa dikuasai yang disampaikan secara utuh oleh guru tersebut.
Sehingga guru tidak hanya memberikan nasehat tetapi juga memberikan contoh-
contoh bahkan pelajar yang disusun dari hal yang sederhana sampai ke hal yang
lebih kompleks hal ini dalam pembelajaran dapat diukur dan diamati sehingga
kesalahan dapat dibenahi.
Teori behaviorisme ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan dan
memberikan praktek pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan daya tahan seperti percakapan bahasa asing, menari, menggunakan
komputer, berenang atau olahraga dan sebagainya. Hal ini juga sangat cocok
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan orang dewasa seperti halnya
seperti suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan secara
langsung. Pengimplementasian dari teori behaviorisme ini dalam suatu proses
pembelajaran dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuan yang ada di dalam
dirinya.
Karena pada sistem pembelajaran itu bersifat otomatis dan mekanis dalam
menghubungkan adanya respon sehingga terkesan seperti mesin ataupun robot.
Akibatnya para peserta didik kurang mampu untuk mengembangkan hal yang
sesuai dengan potensi yang ada di dalam diri mereka karena pada teori
behavioristik ini memandang bahwa sebagian pengetahuan telah struktur rapi dan
teratur maka peserta didik ataupun individu yang belajar harus dihadapkan
dengan suatu aturan yang sangat jelas diterapkan secara ketat. Karena disiplin
menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
banyak dikaitkan dengan kedisiplinan. Dalam dalam ketidakmampuan ataupun
kegagalan penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
13
pantas diberikan hadiah. Hal itu pun juga sama dengan adanya ketaatan atau pada
aturan yang dipandang sebagai penutup keberhasilan dalam pembelajaran.
Peserta Didik merupakan suatu objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan oleh karena itu belajar harus dapat dipegang oleh sistem yang berada di
dalam diri siswa. Sehingga di sini dapat disimpulkan bahwa mengenai kurang
secara umum dalam teori ini ialah pembelajaran siswa yang harus berpusat pada
guru yang sifatnya mekanistik dan hanya berorientasi kepada hasil yang
dipandang pasif, murid hanya mendengar menghafal menjelaskan sehingga guru
sebagai sentral yang bersifat otoriter atau yang berkuasa
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa
hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia adalah hasil belajar. Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-
mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Refleks yang bisa meberikan respons kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment
menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut
pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behaviorisme
adalah Pavlov : Classic Conditioning, Skinner : Operant conditioning, Edwin
Guthrie : Conditioning, Watson , Conditioning, Thorndike : koneksionisme.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme adalah 1) Sangat cocok untuk
memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsurunsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan
daya tahan. Contoh : percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang,
olahraga, 2) Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah atau pujian, dan 3) Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti
15
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Sedangkan kekurangan
teori ini adalah 1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur, 2) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( teori
skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata– kata kasar , ejekan ,
jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Irfan Taufan Asfar, A.M.Iqbal Akbar Asfar, & Mercy F Halamury. (2019).
Teori behaviorisme (Theory of Behaviorism). Program Doktoral Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Makassar.
Amsari ,D. & Mudjiran. (2018). Impelemtasi teori belajar e. Thorndike
(behavioristik) dalam pembelajaran matematika. Jurnal Basicedu, 2(2),
52-60.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka
Ciptae
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Karwono. Mularsih, Heni.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kusmintardjo. Mantja, W. (2011). Landasan-Landasan Pendidikan dan
Pembelajaran. Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan, Universitas
Negeri Malang.
Mohammad Syamsul Anam (2020), Teori belajar behavioristik dan implikasinya
dalam pembelajaran. Universitas Negeri Malang.
Nahar, & Novi Irwan.(2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,1(3), 34-52.
Setiawan, A.M. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Palangka Raya : Uwais
Inspirasi Indonesia
Shahbana, E B., Farizqi, F.K. & Satria, R.(2020). Implementasi Teori Belajar
Behavioristik dalam Pembelajaran Malang. Jurnal Serunai Administrasi
Pendidikan,9(1),26-59.
17