Anda di halaman 1dari 17

“ TEORI BELAJAR BEHAVIORITISME PADA

PESERTA DIDIK”

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

1. Hanifah Qonita ( 06051182126002 )


2. Evi Puspita Sari ( 06051382126073 )
3. Rezki Setiawan ( 06051382126069 )
4. Aisha Zulfa Hanum ( 06051282126039 )
5. M. Ivan Fadhil Putra Saidi ( 06051382126056 )

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Umi Chotimah, M.Pd.,Ph.D Dan Kurnisar S.Pd.,M.H

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJA TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmatnya sehinga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Umi Chotimah,
M.Pd.,PH.D. dan Bapak Kurnisar S.Pd.,M.H. yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penelitian dalam
makalah ini.
Makalah berjudul “Teori belajar behaviritisme pada peserta didik” disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah belajar dan pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga diharapkandapat menambah pengetahuan parapembaca
mengenai teori behavioritisme. Kami berharap apa yang sudah kami jelaskan
dalam makah ini bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran
terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan
senang hati.

Palembang,13 November 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


BAB 1 ................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Teori Behaviorisme .................................................................. 6
2.2 Ciri-ciri Teori Behaviorisme ....................................................................... 7
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme ......................................... 8
2.4 Prinsip-prinsip Belajar Behaviorisme ........................................................ 10
2.5 Implementasi Teori Behavioristik Terhap Peserta Didik .......................... 12
BAB III ............................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................ 15
3.1 Simpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................ 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar yang merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu


yang relatif menetap menjadi berkembang adalah hasil dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses tingkah laku yang timbul
akibat proses tersebut. Proses belajar dapat berhasil apabila terdapat stimulus apa
saja yang diberikan guru kepada siswa,dan juga respon berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam
makalah ini kami akan membahasa menganai salah satu hal yang ada dalam
proses balajar yaitu teori belajar Dalam proses belajar terdapat beberapa teori
yang dapat digunakan salah satunya yaitu teori belajar behavioritisme yang akan
dibahasa lebih jelas dalam makalah ini. Behaviorisme yang menekankan pada
perubahan tingkah laku yang didasari oleh prinsip stimulus dan respon. Dalam
penentuan kebijakan pendidikan paham behavioris ini masih mendominasi
terutama pada kebijakan-kebijakan yang bersifat hakekat dan prinsip, sedangkan
kebijakan penetapan program kurikulum, penyiapan tenaga guru yang kualifikatif,
serta sistem penilaian yang baik merupakan sebuah usaha untuk memberikan
stimulus yang terbaik untuk menghasilkan respon yang diharapkan. Teori
behaviorisme dalam proses pembelajaran masih bisa dikatakan cukup efektif
dalam menetukan keberhasilan pada proses belajar yang dilakukan oleh peserta
didik

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami merumuskan permasalahan yang akan dibahas


menjadi beberapa poin yang berisikan beberapa pertanyaan :
1. Apa itu teori behaviorisme dan kegunaannya bagi peserta didik?
2. Apa saja ciri-ciri dari penerapan teori behaviorisme dalam proses belajar
peserta didik?

4
3. Adakah kelebihan dan kekurangan salam menerapkan teori belanjar
behaviorisme bagi peserta didik?
4. Prinsip-prinsip apa saja yan terdapat dalam belajar behaviorisme?
5. Bentuk Pengaplikasian teori behaviorisme dalam pembelajaran peserta
didik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui teori behaviorisme dan kegunaannya bagi peserta didik


2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari penerapan teori behaviorisme
dalam proses belajar peserta didik
3. Untuk mengetahui Adakah kelebihan dan kekurangan salam menerapkan
teori belanjar behaviorisme bagi peserta didik
4. Menjelaskan Prinsip-prinsip apa saja yan terdapat dalam belajar
behaviorisme
5. Menjelaskan bentuk Pengaplikasian teori behaviorisme dalam
pembelajaran peserta didik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme

Menurut teori behaviorisme, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat


dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian.
Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan
tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan
perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah
masukan atau Input yang berupa stimulus dan keluaran atau Output yang berupa
respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-
cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Menurut teori behaviorisme, apa yang terjadi diantara stimulus
dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. oleh sebab
itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa
(respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.

Teori Behaviorisme adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.


Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.

6
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut
teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku,
mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang
merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa seharusnya
dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan
menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya
berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan
pendekatan inkuiri terbimbing.

2.2 Ciri-ciri Teori Behaviorisme

1. Mengutamakan Pengaruh Lingkungan.


Dalam teori belajar ini lingkungan memiliku pengaruh yang begitu besar
dalam pengaplikasiannya. Lingkungan sering dianggap sebatas ruang, alam, dan
benda-benda yang ada di sekeliling kita. Lebih dari itu lingkungan juga meliputi
segala hal, situasi, dan kondisi yang menyelubungi seseorang, baik itu budaya,
norma, hingga berbagai pemahaman dalam kehidupan manusia dan sekitarnya.
Dalam teori behaviorisme, seseorang akan merespons suatu stimulus dari
lingkungan yang memberikan reward dan menghindari yang memberikan
punishment. Selanjutnya respons terhadap stimulus lingkungan itu akan diingat
dan dilakukan kembali di masa yang akan datang. Dengan demikian, terbentuklah
perilaku seseorang yang berdasarkan respons terhadap stimulus yang diberikan
oleh lingkungannya.
2. Hasil Pembelajaran Fokus Pada Terbentuknya Perilaku yang Diinginkan.
Teori behaviorism memfokuskan pembentukan perilaku yang sesuai
dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembentukan perilaku
ini tentunya dilakukan dengan beberapa upaya melalui stimulus yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik sehingga para peserta didik mampu

7
meresepon stimulus tersebut dengan perilakuyang diharapkan oleh guru pada
saat melakukan proses pembelajaran.
3. Memerlukan Reflek Dalam Pembentukan Reaksi atau Respon.
Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari
unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari
terhadap suatu pengarang. Dalam diri setiap orang pasti memiliki reaksi
spontan yang dapat ia lakukan dalam keadaaan yang tidak terduga. Selain
membentuk perilaku yang sesuai teori ini juga mengandalkan reflex yang
terbentuk dalam diri peserta didiknya.
4. Bersifat Mekanisme dan Terstruktur Yang Dilakukan Dengan Mekanis
Tertentu.
Dalam teori behaviorisme stimulus yang dilakukan harus berproses dan
tertata yang nantinya akan menjadikan siswa beradaptasi terhadap keadaan
dan mulai membiasakan diri dengan lingkungan dia berada. Mekanisme ini
dapat berupa suatu punissment dan reward atau keseharusan yang sesu ia
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat seperti mengucapkan maaf
apabila melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nilai yang ada dalam
lingkungan masyarakat.
5. Hasil Belajar Yang Dicapai Adalah Perilaku Yang Diinginkan.
Dalam teori behaviorisme hasil yang diinginkan adalah terbentuknya
perilaku peserta didik yang sesuai dengan apa yang diingnkan oleh para
guru. Perilaku siswa yang sesuai dengan norma dan disiplin adalah salah satu
contohnya. Dengan terbentuknya perilku yang diinginkan tentunya proses
pembelajaran akan berjalan sesuai harapan karena stimulus yang guru berikan
dan respon yang didapat dari peserta didik berjalan beriringan.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme

Belajar dalam teori behaviorisme merupakan suatu proses perubahan


tingkah laku dimana penghargaan dan penguatan serta hukuman menjadi stimulus
untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Kekurangan dan kelemahan dari teori

8
behaviorisme ini sering mendapat kritikan karena tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks. Dalam teori behaviorisme tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus
dan respon itu sendiri, teori ini menyederhanakan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan belajar hanya sekedar pada hubungan stimulus dan respon saja.
Selain itu walaupun para siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama, teori
behaviorisme kurang mampu untuk menjelaskan tentang adanya variasi tingkat
emosi siswa tersebut. Jadi teori behaviorisme ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
sama ternyata memiliki perilaku terhadap suatu pelajaran berbeda dan juga dalam
memilih tugas sangat berbeda pada tingkat kesulitannya. Teori behaviorisme
hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati serta tidak
memperhatikan keberadaan pengaruh perasaan ataupun pikiran yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behaviorisme ini juga
lebih mengarahkan siswa untuk berpikir linier, tidak kreatif dan tidak produktif
serta menjadikan siswa sebagai individu yang pasif. Dalam proses pembelajaran
efektif menurut teori ini murid hanya berperan sebagai pendengar dan
menghafalkan apa yang didengar sehingga inisiatif siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.

Pandangan teori behaviorisme belajar merupakan suatu proses


pembentukan yang membawa siswa mencapai target tertentu, sehingga hal ini
menjadikan siswa tidak bebas untuk berimajinasi dan juga berkreasi. Dalam teori
belajar behaviorisme pembelajaran siswa yaitu berpusat pada guru sehingga
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Jadi pembelajaran yang dilakukan yaitu guru sebagai center, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melati serta menentukan apa yang harus dipelajari
siswa.

Selain beberapa kritik yang muncul tentunya ada beberapa kelebihan yang
didapat dari teori belajar behaviorisme, diantaranya yaitu: teori behaviorisme ini
membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi

9
belajar. Dalam teori belajar behaviorisme mampu membentuk suatu perilaku yang
diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif yang didasari pada perilaku yang tampak. Serta
materi yang diberikan pada teori belajar behaviorisme sangat detail, bahan
pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu menghasilkan
suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. Dengan melalui
pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan dapat mengoptimalkan bakat
dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya, jika anak sudah mahir
dalam suatu bidang tertentu akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan
dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut agar lebih optimal. Teori
belajar behaviorisme ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan. Contohnya percakapan bahasa asing, menari
mengetik dan olahraga. Teori belajar behaviorisme juga cocok diterapkan untuk
anak yang masih membutuhkan dominasi peran suka meniru, suka meniru, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung.

2.4 Prinsip-prinsip Belajar Behaviorisme


Prinsip Belajar Behaviorisme Teknik behaviorisme telah digunakan dalam
pendidikan sejak lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
a. Stimulus dan Respons
Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, seperti alat
peraga, gambar atau bagan tertentu untuk membantu mereka belajar. Sedangkan
respon adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru,
reaksi ini harus dapat diamati dan diukur.

10
b. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan yang akan memperkuat perilaku disebut
penguatan, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan yang akan
melemahkan perilaku disebut hukuman.

1). Penguatan positif dan negatif


Pemberian stimulus positif yang diikuti dengan respon disebut penguatan
positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dianggap negatif untuk memperkuat
perilaku disebut penguatan negatif
2). Penguatan primer dan sekunder
Penguatan primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3). Penguatan segera (immediacy)
Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan
menyebabkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik daripada pemberian
penguatan yang ditunda-tunda.
4). Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut Skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Memecah perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang
lebih detail;
b. menentukan tulangan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan jika suatu perilaku tampak mendekati perilaku
yang akan dibentuk.

5) Kepunahan (Extinction)

Kepunahan akan terjadi jika respon yang telah terbentuk tidak


mendapatkan penguatan kembali dalam waktu tertentu.

11
2.5 Implementasi Teori Behavioristik Terhap Peserta Didik

Pada teori behavioristik peserta didik lebih ditekankan pada terbentuknya


suatu perilaku yang sebagai hasil belajar dan menggunakan hubungan stimulus
respon sebagai individu pasif. Hubungan situmulus respon individu atau peserta
didik yang pasif sebagai hasil yang jelas terbentuknya suatu perilaku (shaping)
dengan adanya pembenahan kondisi yang sangat ketat, reiforcement atau
hukuman, ini adalah unsur-unsur yang sangat penting dalam penerapan teori
behavioristik. Hal ini sangat tampak dalam penyelenggaraan pembelajaran peserta
didik dari tingkat yang paling dini seperti kelompok bermain taman kanak-kanak,
sekolah Dasar, sekolah Menengah bahkan perguruan tinggi, dalam pembentukan
perilaku dengan cara Derril (pembiasaan) beserta dengan reiforcement atau
hukuman. Hal ini masih sering dilakukan di pembelajaran yang ada di Indonesia.
Dalam implementasi teori behavioristik ini kegiatan pembelajarannya itu masih
tergantung dalam beberapa hal yaitu tujuan pembelajaran, sifat yang ada di materi
dalam pembelajaran, karakteristik pada peserta didik media dan fasilitas yang
digunakan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran yang dibentuk pada teori
behavioristik ini memandang bahwa pengetahuan merupakan objektif tetap, dan
tidak berubah. Pengetahuan telah tersusun secara rapi, sehingga belajar
merupakan perolehan pengetahuan sedangkan mengajar merupakan memindahkan
suatu pengetahuan ( transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau peserta
didik. Fungsi mind atau pikiran untuk menjebak suatu struktur yang sudah ada
pengetahuan dalam melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilih
sehingga akan menghasilkan suatu proses berpikir yang di tentukan oleh
karakteristik, struktur pengetahuan. Sehingga peserta didik akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkannya. Artinya apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh peserta
didik (degeng 2006)
Dalam proses suatu pembelajaran mengajar peserta didik dianggap sebagai
objek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidikan oleh sebab itu peserta didik dapat mengembangkan kurikulum yang
tersusun dengan menggunakan st andar-standar yang terdapat dalam proses suatu

12
pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. Sehingga dalam evaluasi
proses pembelajaran peserta didik dapat diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat observable kurang dijangkau dalam
proses evaluasi. Guru yang menggunakan suatu Teori behaviorisme ini akan
menyusun bahan pembelajaran yang sudah siap untuk diberikan kepada peserta
didik agar bisa dikuasai yang disampaikan secara utuh oleh guru tersebut.
Sehingga guru tidak hanya memberikan nasehat tetapi juga memberikan contoh-
contoh bahkan pelajar yang disusun dari hal yang sederhana sampai ke hal yang
lebih kompleks hal ini dalam pembelajaran dapat diukur dan diamati sehingga
kesalahan dapat dibenahi.
Teori behaviorisme ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan dan
memberikan praktek pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan daya tahan seperti percakapan bahasa asing, menari, menggunakan
komputer, berenang atau olahraga dan sebagainya. Hal ini juga sangat cocok
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan orang dewasa seperti halnya
seperti suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan secara
langsung. Pengimplementasian dari teori behaviorisme ini dalam suatu proses
pembelajaran dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuan yang ada di dalam
dirinya.
Karena pada sistem pembelajaran itu bersifat otomatis dan mekanis dalam
menghubungkan adanya respon sehingga terkesan seperti mesin ataupun robot.
Akibatnya para peserta didik kurang mampu untuk mengembangkan hal yang
sesuai dengan potensi yang ada di dalam diri mereka karena pada teori
behavioristik ini memandang bahwa sebagian pengetahuan telah struktur rapi dan
teratur maka peserta didik ataupun individu yang belajar harus dihadapkan
dengan suatu aturan yang sangat jelas diterapkan secara ketat. Karena disiplin
menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
banyak dikaitkan dengan kedisiplinan. Dalam dalam ketidakmampuan ataupun
kegagalan penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang

13
pantas diberikan hadiah. Hal itu pun juga sama dengan adanya ketaatan atau pada
aturan yang dipandang sebagai penutup keberhasilan dalam pembelajaran.
Peserta Didik merupakan suatu objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan oleh karena itu belajar harus dapat dipegang oleh sistem yang berada di
dalam diri siswa. Sehingga di sini dapat disimpulkan bahwa mengenai kurang
secara umum dalam teori ini ialah pembelajaran siswa yang harus berpusat pada
guru yang sifatnya mekanistik dan hanya berorientasi kepada hasil yang
dipandang pasif, murid hanya mendengar menghafal menjelaskan sehingga guru
sebagai sentral yang bersifat otoriter atau yang berkuasa

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa
hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia adalah hasil belajar. Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-
mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Refleks yang bisa meberikan respons kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment
menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut
pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behaviorisme
adalah Pavlov : Classic Conditioning, Skinner : Operant conditioning, Edwin
Guthrie : Conditioning, Watson , Conditioning, Thorndike : koneksionisme.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme adalah 1) Sangat cocok untuk
memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsurunsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan
daya tahan. Contoh : percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang,
olahraga, 2) Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah atau pujian, dan 3) Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti

15
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Sedangkan kekurangan
teori ini adalah 1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur, 2) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( teori
skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata– kata kasar , ejekan ,
jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

3.2 Saran

Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik sebaiknya dan


seharusnya mempertimbangkan keadaan mental peserta didiknya disamping
tingkah laku yang diamati

16
DAFTAR PUSTAKA

A.M.Irfan Taufan Asfar, A.M.Iqbal Akbar Asfar, & Mercy F Halamury. (2019).
Teori behaviorisme (Theory of Behaviorism). Program Doktoral Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Makassar.
Amsari ,D. & Mudjiran. (2018). Impelemtasi teori belajar e. Thorndike
(behavioristik) dalam pembelajaran matematika. Jurnal Basicedu, 2(2),
52-60.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka
Ciptae
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Karwono. Mularsih, Heni.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kusmintardjo. Mantja, W. (2011). Landasan-Landasan Pendidikan dan
Pembelajaran. Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan, Universitas
Negeri Malang.
Mohammad Syamsul Anam (2020), Teori belajar behavioristik dan implikasinya
dalam pembelajaran. Universitas Negeri Malang.
Nahar, & Novi Irwan.(2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,1(3), 34-52.
Setiawan, A.M. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Palangka Raya : Uwais
Inspirasi Indonesia
Shahbana, E B., Farizqi, F.K. & Satria, R.(2020). Implementasi Teori Belajar
Behavioristik dalam Pembelajaran Malang. Jurnal Serunai Administrasi
Pendidikan,9(1),26-59.

17

Anda mungkin juga menyukai