Anda di halaman 1dari 35

Pengaruh Environmental Sustainability Orientation, Corporate Social

Responsibility, dan Green Capability terhadap Environmental Performance


pada Perusahaan Retail Buku di Jakarta

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRISAKTI

Disusun Oleh :
Maya Monica
022001902067

1
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN........................................................................................4
B. PERUMUSAN MASALAH........................................................................................................6
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................................................6
D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................................................6

BAB II
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................8
2.1 Tinjauan Pustaka......................................................................................................................8
2.2 Rerangka Konseptual .............................................................................................................22
2.3 Pengembangan Hipotesis ........................................................................................................22

BAB III
METODE PENELITIAN..............................................................................................................25
3.1 Rancangan Penelitian..........................................................................................................25
3.2 Variabel dan Pengukuran...................................................................................................25
3.3 Posedur dan Pengumpulan Data........................................................................................29
3.4 Uji Instrumen........................................................................................................................30

2
ABSTRAK

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian

Gramedia Asri media merupakan anak cabang dari kompas group. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 2 Februari 1970 dengan diawali dari satu toko buku kecil berukuran 25m²
di daerah Jakarta Barat dan sampai tahun 2002 telah berkembang menjadi lebih dari 50 toko
yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain menyediakan buku, Toko Buku Gramedia
menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat olahraga, alat
musik, dan lain-lain.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Gramedia Asri Media merupakan
perusahaan retail di indonesia yang menyediakan berbagai keperluan edukasi seperti buku, alat
tulis, alat musik, alat olahraga dan berbagai barang lainnya. Pada dasarnya, bisnis ritel adalah
bisnis yang melibatkan penjualan barang atau jasa kepada konsumen dalam jumlah satuan atau
eceran. Konsumen yang membeli produk atau jasa secara eceran ini bertujuan untuk
mengonsumsinya atau menggunakannya secara pribadi dan tidak menjualnya kembali.

Sebagai perusahaan retail barang-barang yang berhubungan dengan media massa,


Gramedia Asri Media dalam melakukan penjualan buku tidak hanya bekerja sama dengan
berbagai toko buku di indonesia, Gramedia Asri Media juga memiliki percetakan sendiri dalam
memproduksi buku sebagai kebutuhan konsumen. Di era industri seperti saat ini, terjadi ledakan
permintaan kebutuhan. Hal ini berpengaruh kepada produksi barang yang selalu naik setiap
tahunnya. Namun hal ni berimbas kepada masalah lingkungan. Limbah dari perusahaan hanya
15% hingga 20% yang terolah dengan baik melalui pengolahan yang sesuai namun sisanya
hanya dibuang melalui sungai dan kali sehingga menciptakan banjir dan masalah lainnya hingga
menjadi sumber penyakit bagi masyarakat yang terkena langsung. Diperkirakan 85% dari kota-
kota kecil dan 50% dari kota berukuran menengah membuang sampah mereka di tempat terbuka.
(Ikhsan, 2008)

Percetakan menjadi bagian penting dalam penerbitan buku-buku, majalah serta


percetakan koran, media promosi ataupun pencetakan transaksi. Banyaknya kebutuhan
percetakan juga menghasilkan berbagai macam limbah industri percetakan yang dihasilkan.

4
Percetakan adalah industri yang memproduksi massal tulisan atau gambar pada media cetak
seperti kertas dengan menggunakan mesin cetak. Dalam proses pembuatannya akan
menggunakan tinta diatas media tertentu serta dikerjakan menggunakan mesin cetak khusus.

Environmental Performance telah menjadi subjek yang menarik bagi para peneliti dan
pembuat kebijakan (Banerjee et al. 2019; Bragdon dan Marlin 1972; Muhammad et al. 2015b;
Porter dan Van der Linde 1995; Williamson et al. 2006). Di sisi lain penting bagi perushaan
unutk memperhatikan Orientasi strategis perusahaan yang mengacu pada sikap dan
kecenderungan seluruh organisasi untuk mengejar arah yang membentuk pola tindakan
organisasi yang konsisten saat berinteraksi dengan lingkungan bisnisnya.

Mempromosikan environmental performance juga merupakan prasyarat penting untuk


menjawab tantangan global. Dan dengan adanya Environmental Sustainability Orientation ini
dapat mencerminkan strategi perusahaan yang disengaja untuk mengkonfigurasi ulang sistem,
struktur, proses, dan aktivitas organisasinya untuk mengurangi dampak negatif dari praktiknya
terhadap lingkungan alam. Selain itu, pentingnya Corporate Social Responsibility juga telah
meningkatkan kebutuhan untuk melakukan bisnis dengan cara baru, dengan sengaja
mengintegrasikan masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam tindakan dan strategi kegiatan
bisnis (Hernández et al., 2020).

Saat ini sebagai perusahaan retail buku di jakarta Gramedia yang dianggap sebagai salah
satu perusahaan yang menghasilkan ilmbah industri dan berpengaruh terhadap lingkungan dapat
menagndalkan Green Capability dalam mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan
kinerja yang unggul. Istilah Green Capability berkonsentrasi untuk mengintegrasikan,
membangun, dan mengkonfigurasi ulang baik internal sumber daya dan sumber daya eksternal
mengenai perlindungan lingkungan (Qiu et al., 2020). Literatur menjelaskan bahwa kemampuan
organisasi secara signifikan meningkatkan kinerja perusahaan (Rehman, Bhatti, & Chaudhry,
2019). Argumen sebelumnya di antara Corporate Social Responsibility, green capability, , and
environmental, menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berdampak pada
Enviromental dan mengisyaratkan perbaikan penghargaan lingkungan. Pekerjaan Corporate
Social Responsibility sebelumnya secara sugestif memperluas penghargaan organisasi (Orazalin
2020).

5
Saat ini sebagai perusahan retail buku di Jakarta yang melakukan berbagai relasi bisnis
dengan perusahaan lain dalam menjalankan usahanya. Artinya perusahaan harus memastikan
apakah mereka telah beroperasi dalam norma yang dijunjung oleh masyarakat dan bahwa
aktivitas mereka dapat diterima pihak luar (di legitimasi). Hal ini merupakan cara perusahaan
dapat tetap berlangsung hidup. Namun jika perusahaan melanggar kontrak sosial dengan
masyarakat sekitar maka keberlangsungan hidup perusahaan dapat terancam. Maka dari itu CSR
dapat membantu keberlangsungan hubungan baik dengan pihak luar perusahaan.

Teori lainnya yang menyokong CSR adalah teori stakeholder. Cahyonowati (2023)
mengemukakan bahwa teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan
memerlukan dukungan stakeholder, sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan
persetujuan dari stakeholder. Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus semakin
beradaptasi dengan stakeholder. Pengungkapan sosial kemudian dipandang sebagai dialog antara
perusahaan dengan stakeholder. Stakeholder yang dimaksud adalah semua pihak baik internal
maupun eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan seperti pemilik modal, karyawan, dan
kreditur. Sedangkan pihak eksternal perusahaan diantaranya adalah konsumen, pemerintah,
masyarakat sekitar, Lembaga masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas maka judul dari penelitian ini adalah :
“Pengaruh Antara Environemntal Sustainability Orientation, Corporate Social Responsibility,
Green Capability, Green Transformational Leadership terhadap Environmental pada Rumah
Sakit di Jakarta”.

B. Perumusan Masalah

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah pada
penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh Antara Environemntal Sustainability
Orientation, Corporate Social Responsibility, dan Green Capability terhadap Environmental
Performance pada perusahaan retail buku di Jakarta?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

6
1. Untuk menganalisis pengaruh antara Environemntal Sustainability Orientation,
Corporate Social Responsibility, dan Green Capability terhadap Environmental
Performance pada Perusahaan Retail Buku di Jakarta.
2. Untuk menganalisis pengaruh Environemntal Sustainability Orientation terhadap
Environmental Performance Perusahaan Retail Buku di Jakarta..
3. Untuk menganalisis pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Enviromental Perusahaan Retail Buku di Jakarta..
4. Untuk menganalisis pengaruh Green Capability terhadap Environmental
Performance pada Rumah Sakit di Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Perusahaan Retail buku di Jakarta. Penelitian ini diharapkan memberikan masukkan bagi
karyawan agar dapat memaksimalkan keefektifan dalam bekerja dengan cara memodifikasi atau
mendesain pekerjaan agar dapat bekerja secara lebih efektif.

2. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap pentingnya memahami
cara-cara memaksimalkan keefektifan dalam melakukan pekerjaan dengan memodifikasi atau
mendesain pekerjaan agar dapat bekerja secara lebih efektif, karena keefektifan tersebut dapat
memotivasi diri sendiri di dalam bekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan terasa lebih mudah
dan nyaman.

3. Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan atau referensi dalam meneliti pengaruh antara
Environemntal Sustainability Orientation, Corporate Social Responsibility, Green Capability,
terhadap Environmental Performance pada Perusahaan Retail buku di Jakarta.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Environmental Sustainability Orientation

1.1 Definisi Environmental Sustainability Orientation

Menurut (Pramono, 2021) Praktik strategi sustainability telah menjadi minat besar

dalam industri retail yang menguntungkan dalam pengembangan perusahaan. Implikasi

lingkungan, sosial dan budaya yang tidak diinginkan yang memaksakan perlunya industri

retail berada di bawah konsep pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan pengembangan

industri retail tergantung pada peluang lingkungan untuk memastikan kestasbilan

Menurut (Danso et al. 2019) Environmental Sustainability Orientation telah

diamati sebagai sikap filosofis organisasi untuk melakukan kegiatan mereka dengan cara

yang ramah lingkungan. Environmental Sustainability Orientation menyiratkan bahwa

perusahaan harus mengintegrasikan masalah lingkungan ke dalam orientasi perusahaan

mereka dan menyelaraskan dan mengubah strategi mereka untuk mencerminkan hal ini

(Roxas, Ashill, and Chadee 2017) Dengan kata lain, Environmental Sustainability

Orientation mewakili konstruksi strategis tingkat perusahaan yang mengarahkan

perusahaan untuk terlibat dan berkomitmen pada masalah lingkungan, sumber daya,

aktivitas, proses, dan praktik. Konstruk ini menyiratkan orientasi perusahaan strategis

yang tercermin dalam kemampuan untuk mengenali peluang untuk mendapatkan nilai

ekonomi, ekologi, dan sosial dengan terlibat dalam kegiatan hijau (Lei Jiang, Hai-feng

Zhou, Ling Bai 2018)

8
Ini menyiratkan bahwa Environmental Sustainability Orientation terkait dengan

kecenderungan perusahaan terhadap kegiatan hijau yang bertujuan untuk berinovasi,

meningkatkan proaktif, dan pengambilan risiko. Lebih khusus, inovasi berkaitan dengan

kesediaan perusahaan untuk mengubah praktik, produk, dan teknologi saat ini untuk

menangkap peluang hijau baru yang sering mengarah pada pengembangan dan

penggunaan sumber daya baru. Proactiveness berkaitan dengan orientasi pencarian

peluang perusahaan, yaitu kemampuan untuk menangkap peluang baru yang datang dari

tuntutan pasar yang sedang berkembang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

Akhirnya, pengambilan risiko berkaitan dengan disposisi perusahaan terhadap investasi

dalam inisiatif hijau dengan pengembalian yang tidak pasti (Brettel, Malte Chomik

2015). Environmental Sustainability Orientation mencerminkan kemampuan untuk

mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang wirausaha dengan cara yang bertanggung

jawab secara ekologis dan sosial (DiVito and Bohnsack 2017).

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian teori diatas mengenai

Environmental Sustainability Orientation merupakan sikap filosofis organisasi

untuk melakukan kegiatan mereka dengan cara yang ramah lingkungan. Pengertian

ini menyiratkan orientasi perusahaan strategis yang tercermin dalam kemampuan

untuk mengenali peluang untuk mendapatkan nilai ekonomi, ekologi, dan sosial

dengan terlibat dalam kegiatan kelestarian lingkungan.

2. Corporate Social Responsibility

2.1 Definisi Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility atau sering disingkat dengan CSR merupakan

istilah yang berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu Corporate yang

9
berarti perusahaan besar, Social yang berarti masyarakat dan Responsibility yang berarti

pertanggung jawaban. Sehingga CSR berarti sebuah pertanggung jawaban perusahaan

besar terhadap masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.

Menurut (Wong 2013) mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility

adalah organisasi untuk membuat kemampuan lingkungan yang menghasilkan

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Corporate Social Responsibility adalah

konsep fundamental yang sangat penting bagi organisasi yang harus terus memperhatikan

faktor lingkungan (Arrive et al. 2019). Corporate Social Responsibility adalah konsep

yang tidak mempengaruhi kinerja lingkungan di organisasi manufaktur besar (Kraus,

Sascha, Shafique Ur Rehman 2016) Konsep Corporate Social Responsibility juga

mengharuskan organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman yang

menangani keragaman dan mendorong distribusi yang adil dari keuntungan organisasi di

masyarakat secara etis (Zulfiqar et al. 2019). (Hamidu, Haron, and Amran 2015)

mengidentifikasi isu-isu inti yang diungkapkan oleh para pendukung Corporate Social

Responsibility untuk memasukkan keseimbangan klaim pemangku kepentingan yang

bersaing dengan sumber daya perusahaan dan transparansi dan akuntabilitas keuangan

kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Kami berpendapat bahwa

kegiatan CSR meningkatkan nasib perusahaan jika dilakukan secara strategis dan dengan

harapan memperoleh manfaat ekonomi di masa depan Saidi et al. (2015).

Menurut (Rusdianto 2013) konsep dari CSR mengandung arti bahwa organisasi

bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri (selfish). Konsep

CSR dimaknai sebagai komitmen perusahaan atau organisasi untuk terus menerus

bertindak 12 secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan

10
ekonomi, bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya

sekaligus juga peningkatan kulaitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

2.2 Dimensi Corporate Social Responsibility

Ada lima dimensi dalam CSR. Menurut Alexander Dahlsrud, 2006 ke lima

dimensi tersebut dapat digambarkan dengan sebuah tabel skema lima dimensi CSR

sebagai berikut:

Dimension The definition is Example phrases


coded to the
dimension if it refers
to
The The natural 'lingkungan yang lebih bersih'
environmental environment 'pemeliharaan lingkungan' 'kepedulian
dimension lingkungan dalam operasi bisnis
The social The relationship berkontribusi pada masyarakat yang
dimension between business and lebih baik 'mengintegrasikan
society kepedulian sosial dalam operasi bisnis
mereka mempertimbangkan cakupan
penuh dari dampaknya terhadap
masyarakat.
The economic Socio-economic or berkontribusi pada pembangunan
dimension financial aspects, ekonomi dengan menjaga profitabilitas
including describing operasi bisnis.
CSR in terms of a
business operation

The stakeholder Stakeholders or interaksi dengan pemangku


dimensio stakeholder groups kepentingan mereka bagaimana
organisasi berinteraksi dengan
pemasok, pelanggan, dan komunitas
karyawan mereka.
The Actions not prescribed berdasarkan nilai-nilai etis 'di luar
voluntariness by law kewajiban hukum sukarela'
dimension

11
2.3 Ciri-ciri Corporate Social Responsibility

Menurut Ahmad Hamidu (2015) karaktersitik inti dari CSR ada 4 yang dirangkum

dibawah ini :

a. Voluntary

Banyak perusahaan sekarang sudah terbiasa dan lebih bersedia untuk

mempertimbangkan tanggung jawab tanggung jawab di luar batas minimum

hukum, dan pada kenyataannya pengembangan inisiatif CSR mandiri dari

badan-badan korporasi sering dilihat sebagai cara untuk mengurangi atau

menghindari tanggung jawab yang tidak sesuai dengan hukum.

b. Internalizing or managing externalities

Eksternalitas dalam CSR mengacu pada semua jenis faktor yang berdampak

pada hak-hak pemangku kepentingan yang berbeda yang tidak secara

langsung diurus dalam proses pengambilan keputusan organisasi bisnis.

c. Multiple stakeholder orientation

Untuk mengidentifikasi orientasi pemangku kepentingan berdasarkan tiga

atribut yang mendefinisikan kekuatan, klaim legitimasi dan urgensi.

d. Alignment of social and economic responsibilities

CSR dari kalangan bisnis dan pemerintah menekankan bahwa CSR adalah

tentang enlightened self-interest, di mana tanggung jawab sosial dan ekonomi

diseimbangkan.

2.4 Faktor-faktor Corporate Social Responbility

Faktor yang mempengaruhi implementasi dan pengungkapan CSR adalah

diantaranya political economy theory, legitimacy theory, dan stakeholder theory

12
(Craven and Shrives 2022:35). (Haigh and Jones 2006) Mengungkapkan bahwa

terdapat 6 faktor yang mempengaruhi CSR oleh perusahaan. Keenam faktor tersebut

adalah:

a. Internal pressures on business managers

b. Pressures from business competitors

c. Investors and consumers

d. regulatory pressures coming from government and non-governmental

organizations.

3. Green Capability

3.1 Definisi Green Capability

Green capability (Albort-Morant, Leal-Millán, and Cepeda-Carrión 2016) yaitu

kapabilitas untuk mengidentifikasi peluang perubahan, mengambil peluang tersebut,

dan menyusun ulang sumber daya untuk merespon perubahan terutama yang

berkaitan dengan aspek lingkungan. Penelitian lain membahas model konseptual

mengenai keterkaitan green capability dan absorptive capacity dengan green

innovation performance (R. Amaranti 2019)

Green capability mengacu pada kemampuan perusahaan untuk untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan dan konsep hijau dalam lingkungan yang terus berubah.

Green capability menekankan pada integrasi, konstruksi, dan rekonfigurasi sumber

daya internal dan eksternal yang terkait dengan perlindungan lingkungan. Green

capability adalah kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan, mengidentifikasi,

dan memperkirakan informasi eksternal seperti perubahan green technology ,green

13
demand, dan berbagai kebijakan kebijakan yang terkait dengan pengembangan green

company (Lin, YH., Chen 2017).

Secara spesifik, green capability meliputi kapabilitas integrasi sumber daya dan

kapabilitas lingkungan. Kapabilitas integrasi sumber daya mencakup integrasi sumber

daya internal dan eksternal. Menekankan nilai kolaborasi antara unit lingkungan dan

departemen lain serta kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan

keberlanjutan dan kemampuan untuk memasukkan konsep hijau ke dalam operasi

perusahaan (Dangelico et al., 2017). Pengertian berikutnya dari green capability

adalah kemampuan perusahaan untuk menyerap pengetahuan dari sumber eksternal

(Mathews 2017). Pengetahuan dari sumber eksternal (Verona, 1999), termasuk

kemampuan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan mentransfer pengetahuan di

antara berbagai pemegang kepentingan eksternal seperti, pelanggan, pemasok,

pemegang saham, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan organisasi

nonpemerintah yang terlibat dalam perlindungan lingkungan. Integrasi sumber daya

eksternal mencakup kemampuan untuk secara efektif merekrut orang-orang dengan

keterampilan dan keahlian lingkungan (Dangelico, 2016).

3.2 Dimensi Green Capability

Pendekatan Resource Based View (RBV) berpendapat bahwa sumber daya dan

kemampuan yang berharga, langka, dan tak ada bandingannya merupakan dasar

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Barney 1991). RBV memiliki dua

dimensi yang berbeda, yaitu:

1) fokus pada kondisi mapan yaitu kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif dan

14
2) fokus pada kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan memanfaatkan

lingkungan yang dinamis (Schulze 1994)

4. Environmental Performance

4.1 Definisi Environmental Performance

Kinerja Lingkungan (environmental performance) adalah kinerja perusahaan

dalam menciptakan lingkungan yang baik (Suratno dkk, 2006). Kinerja lingkungan

adalah hasil pencapaian dari sistem manajemen lingkungan perusahaan yang dapat

diukur sesuai dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Kinerja lingkungan dapat

diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran kinerja lingkungan kuantitatif

diukur berdasarkan sistem manajemen lingkungan yang terkait dengan aspek kontrol

lingkungan secara fisik. Pengukuran kinerja lingkungan kualitatif diukur berdasarkan

ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja

yang dialami para pelaku kegiatan.

Ada berbagai macam cara pengukuran untuk mengukur kinerja lingkungan

menurut beberapa literatur, diantaranya menggunakan indeks reputasi perusahaan

MAC Inggris yang dipublikasikan dalam Management Today sebagai proksi untuk

mengukur kinerja lingkungan perusahaan (Toms, 2002 dan Salama, 2004). Ingram

dan Katherine (1980), Freedman dan Bikki (1992) menggunakan indeks pencemaran

dari Dewan Prioritas Ekonomi di Amerika Serikat, Hughes, et al. (2001)

menggunakan pengungkapan lingkungan (environmental disclosure), Gupta dan

Goldar (2003) menggunakan peringkat lingkungan yang disediakan oleh sebuah LSM

lingkungan terkemuka di India. Di sisi lain, Schaltegger dan Terje (2001)

menyarankan bahwa penelitian dan praktik bisnis harus lebih fokus pada ekoefisiensi

15
sebagai pengukuran kinerja lingkungan. Ekoefisiensi menunjukkan peningkatan

efisiensi yang berasal dari perbaikan kinerja lingkungan (Hansen dan Mowen, 2011:

410). Verma, et al. (2001) dalam Sarumpaet (2005) menyatakan bahwa pengukuran

kinerja lingkungan harus obyektif, akurat dan dapat diandalkan dalam rangka untuk

memenuhi kepentingan stakeholder yang tertarik dengan pengungkapan informasi ini.

4.2 Dimensi Environmental Perfomance

Menurut Andie (2000), kinerja lingkungan (Environmental Perfomance) dapat diukur

dengan dua cara, yaitu:

1. Kinerja lingkungan kualtitatif

2. Kinerja lingkungan kuantitatif

Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dapat diukur dari hal-hal yang

terkait dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi,

dan semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan

kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan targetnya. Kinerja lingkungan

kuantitatif adalah hasil dapat yang diukur dari sistem manajemen lingkungan yang

terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya (Andie, 2000: 4).

Menurut Eiffeliena (2010:37) kinerja lingkungan kualitatif adalah:

“ukuran yang didasarkan pada penilaian semantik, pandangan, persepsi seseorang

berdasarkan pengamatan dan penilaiannya terhadap sesuatu. Keuntungan dari

metrik ini adalah pengumpulan datanya relatif mudah dilakukan dan mudah

diimplementasikan. Kerugiannya adalah metrik ini secara implisit melibatkan

subyektifitas dan karenanya sulit divalidasi”.

16
Sedangkan kinerja lingkungan kuantitatif dalam Eiffeliena (2010: 37) adalah:

“ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil numerik yang

mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik, keuangan, atau bentuk lain.

Contohnya adalah batas baku mutu limbah. Keuntungan dari metrik ini adalah

objektif, sangat berarti, dan dapat diverifikasi. Kerugiannya adalah data yang

diperlukan mungkin sulit diperoleh”.

4.3 Faktor-faktor Enviromental Perfomance

Menurut Berry dan Rondinelly (1998) dalam Ja’far dan Arifah, (2006)

mensinyalir ada beberapa faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan

tindakan Enviromental Perfomance adalah sebagai berikut:

1) Regulatory demand, tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan muncul

setelah masyarakat meningkatkan tekanannya kepada pemerintah untuk

menetapkan peraturan pemerintah sebagai dampak meluasnya polusi. Sistem

pengawasan manajemen lingkungan menjadi dasar untuk skor lingkungan,

seperti program-program kesehatan dan keamanan lingkungan.

2) Cost factors, adanya komplain terhadap produk-produk perusahaan, akan

membawa konsekuensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi,

karena semua aktivitas yang terlibat dalam proses produksi perlu dipersiapkan

dengan baik. Konseksensi perusahaan untuk mengurangi polusi juga

berdampak pada munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan pengolahan

limbah, penggunaan mesin yang clean technology, dan biaya pencegahan

kebersihan.

17
3) Stakeholder forces, Strategi pendekatan proaktif terhadap manajemen

lingkungan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen, yakni

mengurangi waste dan mengurangi biaya produksi, demikian juga respond

terhadap permintaan konsumen dan stakeholder.

4) Competitive requirements, semakin berkembangnya pasar global dan

munculnya berbagai kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada

munculnya gerakan standarisasi manajemen kualitas lingkungan. Persaingan

nasional maupun internasional telah menuntut perusahaan untuk

mendapatakan jaminan dibidang kualitas.

2.2 Rerangka konseptual

Berdasarkan uraian teoritis yang telah disampaikan diatas, maka rerangka konseptual

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Environmental
Sustainability
Orientation

Corporate Social Environmental


Responsibility Performance

Green Capability

18
2.3 Pengembangan Hipotesis

1. Environmental Sustainability Orientation terhadap Environmental Performance

Dalam (Sikandar, 2023) mendapatkan hasil bahwa ESO ini memajukan ruang

lingkup teori kemampuan, motivasi, dan peluang serta teori identitas sosial. Hasil

menunjukkan bahwa manajer harus mengadopsi, menerapkan, dan mempromosikan

praktik hijau, karena hal ini mengarah pada keterlibatan karyawan dalam aktivitas yang

dapat mengurangi dampak buruk pada masyarakat dan meningkatkan kinerja ekonomi

perusahaan, termasuk dalam hal reputasi dan keuntungan.

Berdasarkan penelitian (Danso et al. 2019) terhadap UKM di Ghana

mengungkapkan bahwa perusahaan yang mengejar strategi diferensiasi dapat secara

positif meningkatkan dampak pada kinerja dengan ESO daripada tanpa strategi

diferensiasi. tanpa strategi diferensiasi. Hasil penelitian kami lebih lanjut menunjukkan

bahwa perusahaan dapat menggunakan strategi berbiaya rendah atau strategi terintegrasi

untuk mendapatkan dampak yang lebih tinggi pada kinerja. biaya rendah atau strategi

terintegrasi untuk mendapatkan dampak yang lebih tinggi pada kinerja dengan ESO

masing-masing.

HI: Enviromental Sustainability Orientation berpengaruh positif terhadap Environmental

Performance

2. Corporate Social Responsibility terhadap Environmental Performance

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh (Yanti, 2020) terhadap Pengaruh Corporate

Social Responsibility Dan Environmental Performance Terhadap Kinerja Keuangan

Bumn Dan Non Bumn Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia 2009-2012. Mendapatkan

hasil bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap

19
Environmental Performance, hal ini disebabkan dengan adanya pandangan sosial

terhadap perusahaan yang menerapkan CSR bahwa perusahaan tersebut mengemukakan

kemnanfaatan kepada masyarakat dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan Resources-Based View (RBV), perusahaan dapat mencapai

keunggulan kompetitif menggunakan sumber daya tidak berwujud, berbeda dan unik

dengan yang lain seperti perilaku etis atau daya tanggap sosial yang tercermin dalam

GSCR. (Tanimoto, 2013). CSR merupakan kerangka kerja etis apabila digunakan dengan

benar memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan inovasi untuk menciptakan

nilai dengan memanfaatkan sumber daya untuk tetap unggul dari pesaing. (Rexhepi et al.,

2013). Perusahaan yang menerapkan GSCR akan lebih mudah menerapkan green

inovation sebagai tindakan nyata penerapan GSCR, perusahaan akan menggunakan

teknologi maupun inovasi hijau untuk mendukung GSCR.

H2: Corporate Social Responsibility berpengerahuh positif terhadap Environmental

Performance

3. Green Capability terhadap Environmental Performance

Menurut (Luthfi, 2023) menyatakan bahwa Green Capability memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Enviromental Performance, dimana GC adalah kemampuan

perusahaan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan berkonsep green (hijau)

dalam lingkungan yang terus berubah dapat mempengaruhi kinerja lingkungan pada suatu

perusahaan tertentu.

H3: Green Capability berpengaruh positif terhadap Environmental Performance

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ( Elisa

Giacosa et al., 2022) dan (Stefano Bresciani et al., 2022). Uji hipotesis yang

dilakukan untuk menguji pengaruh Environmental Sustainability Orientation dan

Corporate Social Responsibility terhadap Green Capability, dan Environmnetal

Performance pada Perusahaan Retail buku di Jakarta. Penelitian ini dilakukan berupa

studi lapangan dan menggunakan data Spss Amos dan karena data yang

dikumpulkan hanya pada satu waktu untuk mencari hubungan antara variabel. Unit

analisa yang digunakan adalah individu yaitu karyawan Perusahaan Retail buku di

Jakarta.

3.2 Variabel dan Pengukuran

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdiri dari empat variabel yaitu:

Environmental Sustainability Orientation dan Corporate Social Responsibility sebagai

independent variable, dan Green Capability. Environmental Performance sebagai dependent

variable Pada beberapa Karyawan Perusahaan Retail buku di Jakarta.

3.2.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Environmental Sustainability

Orientation dan Corporate Social Responsibility. Variabel Environmental Sustainability

diukur dengan kuesioner yang dikembangkan (Jagani and Hong, 2022) yang berisikan 4

item pernyataan. Variabel Corporate Social Responsibility di ukur dengan kuesioner

21
yang di kembangkan oleh (Banerje, 2022) yang berisi 4 item pernyataan. Skala

pengukuran yang di gunakan dalam mengukur variabel ini yaitu skala interval yang

berpedoman pada skala likert lima point dengan keterangan sebagai berikut :

Skala 1= Sangat tidak setuju

Skala 2 = Tidak setuju

Skala 3 = cukup setuju

Skala 4 = setuju

Skala 5 = sangat setuju

3.2.1.1 Environmental Sustainability Orientation

1. Perusahaan kami memiliki rencana strategis untuk meminimalkan limbah berbahaya


selama proses kerja.
2. Perusahaan kami mengomunikasikan kebijakan sumber ramah lingkungan untuk semua
pemasok.
3. Perusahaan kami menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk pengelolaan bahan baku
yang bertanggung jawab.
4. Perusahaan kami mendukung pencapaian tujuan lingkungan yang luas.

3.2.1.2 Green Capability

1. Perusahaan memiliki kemampuan yang dapat memantau lingkungan untuk

mengidentifikasi peluang hijau baru.

2. Perusahaan memiliki rutinitas yang efektif untuk mengidentifikasi dan mengembangkan

pengetahuan hijau baru.

3. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi hijau.

4. Perusahaan memiliki kemampuan untuk berbaur, mempelajari, menghasilkan,

menggabungkan, berbagi, mengubah, dan menerapkan pengetahuan hijau baru.

22
5. Perusahaan berhasil dalam mengintegrasikan dan mengelola pengetahuan hijau khusus di

dalam perusahaan.

6. Perusahaan berhasil mengkoordinasikan karyawan untuk mengembangkan teknologi

hijau.

7. Perusahaan berhasil mengalokasikan sumber daya untuk mengembangkan inovasi hijau.

3.2.1.3 Corporate Social Responsibility

1. Perusahaan kami berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas lingkungan alam.
2. Perusahaan kami melakukan investasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi
generasi mendatang.
3. Perusahaan kami menerapkan program khusus untuk meminimalkan dampak negatifnya
terhadap lingkungan alam.
4. Perusahaan kami menargetkan pertumbuhan berkelanjutan yang mempertimbangkan
generasi masa depan.

3.2.2 Variabel Bebas (dependent Variable)

Variabel terikat di dalam penelitian ini ialah Enviromental Performance yang di

ukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh (Pavlou and El Sawy (2011)) yang berisi

7 item pernyataan. Variabel Green Transformational Leadership yang di ukur dengan

kuesioner yang kembangkan oleh (García-Morales et al. (2012)) yang berisi 6 item

pertanyaan. Variabel Environmental Performance yang dikembangkan oleh (Paillé et al.

(2014)). yang berisi 7 pertanyaan. Skala pengukuran yang di gunakan dalam mengukur

variabel ini yaitu skala interval yang berpedoman pada skala likert lima point dengan

keterangan sebagai berikut:

23
Skala 1 = Sangat tidak setuju

Skala 2 = Tidak setuju

Skala 3 = cukup setuju

Skala 4 = setuju

Skala 5 = sangat setuju

Yang terdiri ada item-item pernyataan sebagai berikut :

3.2.2.3 Environmental Performance

1. Mengurangi dampak lingkungan dari produk/jasanya.

2. Mengurangi pembelian bahan, bahan kimia, dan komponen yang tidak dapat diperbarui.

3. Mengurangi limbah dan emisi dari operasi dan komponen.

4. Membantu meningkatkan reputasi organisasi kami.

5. Menghemat energi.

6. Mengurangi Polutan

7. Menghemat Air

3.3 Prosedur dan Pengumpulan Data

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat melakukan penelitian ini, diperlukan data yang berkaitan dengan pertanyaan

yang sedang di teliti lalu mengolah dan menganalisis data tersebut

a) Data Primer

24
Data primer yaitu data yang dikumpulkan peneliti secara langsung. Dalam

penelitian ini data primer peneliti peroleh melalui penyebaran kuesioner secara online

kepada karyawan pada karyawan Perusahaan retail buku di Jakarta.

b) Studi Pustaka

Dalam studi Pustaka, peneliti memperoleh data dari artikel,buku,internet,literatur

maupun data yang di peroleh dari peneliti sebelumnya yaitu mengenai pengaruh

Environmental Sustainability Orientation dan Corporate Social Responsibility

terhadap Green Capability, dan Environmnetal Performance pada Perusahaan retail

buku di Jakarta.

3.3.2 Teknik Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yakni metode yang di dasarkan atas pertimbangan kriteria tertentu. Sampel ini diambil

dari karyawan Rumah Sakit di Jakarta sebagai responden.Penelitian ini memiliki 28 item

pertanyaan.Karena itu,jumlah sampel yang di pakai dalam penelitian ini adalah ukuran sampel =

jumlah item pertanyaan x 5 (sampel minimum) atau 10 (sampel maksimum)

 Sampel minimum = 28 x 5 = 140

 Sampel maksimum = 31 x 10 = 310

Sehingga dari penjelasan di atas, di ketauhi bahwa jumlah sampel minimum dalam penelitian ini

sebanyak 155 responden dan untuk sampel maksimum sebanyak 280 responden. Maka sampel

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sampel minimum 140 responden.

3.4 Uji Instrumen

25
Uji instrumen dilakukan dengan menguji validitas dan reliabilitas. Validitas

memastikan bahwa skala mengukur apa yang ingin diukur (Salas-Vallina et al., 2017).

Sedangkan menurut (Mousa et al., 2020a) analisis reliabilitas bertujuan untuk menilai kualitas

model.

1. Uji Validitas

Menurut (by, 2013) Uji validitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

valid atau tidaknya kuesioner. Hasil tersebut dapat dikatakan valid, jika data yang

dikumpulkan memiliki data yang sama dengan data yang sebenarnya pada objek penelitian.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

26
Tabel 3.1
Factor Loading

Berdasarkan sumber (Hair et al., 2014) dengan jumlah sampel sebanya 144 maka

Indikator uji validitasnya adalah : factor loading ≥ 0,50 (item pernyataan menunjukkan valid)

dan factor loading ≤0,50 (item pernyataan menunjukkan tidak valid).

Tabel 3.2
Component Matrixa
Component
1
ESO1 .786
ESO2 .670
ESO3 .692
ESO4 .700
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
extracted.
Pada Tabel 4.1 terlihat hasil uji validitas dari variabel yang diteliti yaitu

Environtment Sustainability Orientation diperoleh nilai factor loading ≥ 0,50 yang

berarti setiap item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel ini dinyatakan

27
tepat atau dapat diukur. Bahwa dari 4 pernyataan ternyata semua item yang valid

sehingga tidak ada itemyan yang harus dihilangkan/dibuang.

Tabel 3.3
Component Matrixa
Component
1
CSR1 .794
CSR2 .701
CSR3 .679
CSR4 .658
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
extracted.

Pada Tabel 4.3 terlihat hasil uji validitas dari variabel yang diteliti yaitu

Corporate Social Responsibility diperoleh nilai factor loading ≥ 0,50 yang berarti setiap

item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel ini dinyatakan tepat atau

dapat diukur. Bahwa dari 4 pernyataan ternyata semua item yang valid sehingga tidak

ada item yang harus dihilangkan/dibuang.

Tabel 3.4
Component Matrixa
Component
1
GC1 .835
GC2 .714
GC3 .705
GC4 .568
GC5 .711
GC6 .713

28
GC7 .700
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
extracted.
Pada Tabel 3.4 terlihat hasil uji validitas dari variabel yang diteliti yaitu Green

Capability diperoleh nilai factor loading ≥ 0,50 yang berarti setiap item pertanyaan yang

digunakan untuk mengukur variabel ini dinyatakan tepat atau dapat diukur. Bahwa dari

7 pernyataan ternyata semua item yang valid sehingga tidak ada item yang harus

dihilangkan/dibuang.

Component Matrixa
Component
1
EP1 .771
EP2 .697
EP3 .690
EP4 .588
EP5 .380
EP6 .605
EP7 .588
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
extracted.
Pada Tabel 3.6 terlihat hasil uji validitas dari variabel yang diteliti yaitu

Environmental Perfomance diperoleh nilai factor loading ≥ 0,50 yang berarti setiap item

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel ini dinyatakan tepat atau dapat

diukur. Bahwa dari 7 pernyataan ternyata semua item yang valid sehingga tidak ada item

yang harus dihilangkan/dibuang.

29
2. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas dilakukan dengan program SPSS

dengan menggunakan metode Cronbach's Alpha (by, 2013). Menurut (Hair et al., 2014)

dasar pengambilan keputusan uji realibilitas ini adalah sebagai berikut :

a. Jika Cronbach’s Coefficient Alpha ≥ 0,60 maka pernyataan dalam kuesioner

layak digunakan (construct reliable).

b. Jika Cronbach’s Coefficient Alpha ≤0,60 maka pernyataan dalam kuesioner

tidak layak digunakan (construct unreliable).

No Item Pernyataan Cronbach’s Alpha Keterangan

Enviroment Sustainability
1
Orientation  0.665  Reliable

Corporate Social Responsibility


2  0.830  Reliable

Green Capability
3
 0.739  Reliable

4 0,724 Reliabel
Green Transformational Leadership
Environmental Perfomance
5  0.741  Reliable

Sumber: data diolah dengan menggunakan SPSS Versi 21

Pada tabel di atas terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebagai hasil uji reliabilitas dari

instrument yang ada pada Enviroment Sustainability Orientation, Corporate Social

30
Responsibility, Green Capability, Environtmental Perfomance. Hasilnya menunjukan bahwa

semua instrument yang ada pada setiap variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yang

berarti semua instrumen yang digunakan dalam variabel penelitian adalah reliable.

4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis Enviroment Sustainability Orientation, Corporate Social

Responsibility, Green Capability, Green Transformational Leadership, Environtmental

Perfomance.pada Rumah Sakit di Jakarta menggunakan statistics deskriptif bentuk rata-

rata.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara Enviroment Sustainability Orientation, Corporate

Social Responsibility yang dimediasi oleh Green Capability, Green Transformational

Leadership, Environtmental Perfomance pada Rumah Sakit di Jakarta menggunakan

Structural Equation Model (SEM)SPSS Amos versi 23 dengan software SPSS Statistics

versi 21. Sebelum menguji hipotesis dilakukan uji goodness of fit model. Adapun uji

goodness of fit model dan uji hipotesis dilakukan sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Goodness of fit

Sebelum menganalisis hipotesis, kecukupan keseluruhan model harus dinilai terlebih

dahulu untuk memastikan bahwa model dapat menggambarkan semua efek kausal. Menurut

(Widmier & Hair, n.d.)pengujian kesesuaian model goodnes of fit dilakukan dengan melihat

beberapa kriteria pengukuran, yaitu :

31
 Absolute Fit Measure

Mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model

pengukuran secara bersamaan). Kriterianya dengan melihat nilai :

a. The Likehood Ratio Chi-Square Statistic

Tingkat signifikansi minimum yang diterima adalah 0,05 dan 0,01. Pengukuran chi-

square sangat tergantung pada jumlah sampel, karena itu beberapa peneliti menganjurkan

untuk menggabungkan pengukuran ini dengan pengukuran lain.

b. Goodness of Fit Model Index (GFI)

Semakin tinggi nilai GFI, semakin fit sebagai model. Tidak ada model yang dijadikan

acuan, tetapi beberapa peneliti merekomendasikan nilai GFI sebesar 0,90 atau lebih.

c. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square

statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang dapat

diharapkan bila model diestimasi dalam populasi, RMSEA dapat digunakan bila nilai chi-

square signifikan. Nilai yang dibutuhkan agar RMSEA dapat dikatakan fit adalah ≤ 0,8.

 Incremental Fit Measure

Adalah ukuran untuk membandingkan model yang diajukan (proposed model) model

lain yang dispesifikasi oleh peneliti. Kriteria dengan melihat nilai :

a. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)

Indeks ini dikembangkan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang disesuaikan dengan

rasio derajat kebebasan. Analog dengan R2 dalam regresi berganda. Nilai yang

direkomendasikan adalah AGFI ≥ 0.90, semakin tinggi nilai AGFI maka model semakin fit.

b. Normed Fit Index (NFI)

32
Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara model yang diusulkan dengan

model nol. Nilai yang disarankan adalah NFI ≥ 0,90.

c. Turker-Lewis Index (TLI)

TLI adalah indeks kecocokan inkremental yang membandingkan model yang diuji

dengan model baseline. TLI digunakan untuk menyelesaikan masalah karena kompleksitas

model. Nilai penerimaan yang disarankan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI adalah indeks yang

tidak terlalu terpengaruh oleh ukuran sampel.

d. Comparative Fit Index (CFI)

CFI juga merupakan indeks kepatuhan tambahan. Ukuran indeks ini bervariasi dari 0

sampai 1, dengan nilai mendekati 1 menunjukkan model yang baik. Indeks ini

direkomendasikan karena relatif tidak sensitif terhadap ukuran sampel dan tidak terlalu

terpengaruh oleh kompleksitas model. Nilai penerimaan yang disarankan adalah CFI ≥ 0,90.

 Parsimonious Fit Measure

Penyesuaian dimensi dapat dibandingkan antara model dengan koefisien yang berbeda.

Nilai chi-square (CMIN/DF) yang dinormalisasi digunakan sebagai kriteria. Nilai yang

disarankan adalah batas bawah 1 atau batas atas 5.

Uji hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lain dianggap

konstan. Alasan di balik keputusan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Jika p-value > α 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan

diantara kedua variabel.

b. Jika p-value < α 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan kedua

33
variabel. Apabila salah satu kriteria goodness of fit telah terpenuhi, maka model yang

digunakan dapat dikatakan layak untuk dilakukan ke pengujian berikutnya.

Tabel 5.1
Hasil Uji Goodness of Fit Model

Jenis Pengukuran Nilai Batas Kesimpulan

Pengukuran Penerimaan

yang

Disarankan

Absolute Fit Chi-square ??? Diharapakan Poor Fit

Measure kecil

p-value 0,000 ≥ 0,05 Poor Fit

GFI ??? ≥ 0,90 Poor Fit

RMSEA 0,059 ≤ 0,10 Poor Fit

Incremental NFI 0,754 ≥ 0,90 Marginal of Fit

fit measures TLI 0,880 ≥ 0,90 Goodness of Fit

CFI 0,899 ≥ 0,90 Goodness of Fit

Parsimonius CMIN/DF 1,497 Batas bawah 1, Goodness of Fit

fit measures batas atas 5

Sumber : Data diolah menggunakan AMOS versi 23

Berdasarkan pengujian nilai goodness of fit dari tabel diatas, bahwa keseluruhan model

yang digunakan dalam penelitian ini cukup memenuhi kriteria dari beberapa indikator

34
kesesuaian model. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan model yang digunakan dalam

penelitian ini menghasilkan tingkat kesesuaian model yang baik dan penerimaan yang baik.

Dengan demikian secara keseluruhan Structural Equation Model (SEM) yang digunakan dapat

diterima dan pengujian hipotesa dapat dilakukan. Structural Equation Model (SEM) dari

penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

35

Anda mungkin juga menyukai