Maternitas KLPK 3
Maternitas KLPK 3
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
AKHMADI 113122126
LULU ULYATI 113122131
MISRI AL KHAIRONI 113122136
NASRULLAH 113122141
RIZA FEBRIANA RAHMAYANTI 113122148
SAHABUDIN 133122152
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................................................................
Tujuan .............................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................
Konsep Askep..................................................................................................................................
Askep Kehamilan Dengan Ginjal Kronik........................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................................
Saran ...............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya
menghindari kehamilan, telah ada sejak abad lalu. Luaran bayi dipercaya akan kurang
baik dan pasien yang menderita penyakit ginjal disarankan melakukan terminasi
kehamilan. Setelah tahun 1975 rasa pesimis itu berganti menjadi optimis sehubungan
dengan banyaknya publikasi studi kasus mengenai kehamilan dengan penyakit ginjal
yang dikonfirmasi dengan biopsi ginjal, sehingga kebanyakan perempuan dengan
gangguan ginjal dapat melewati kehamilan tanpa kelainan yang berarti. Selain itu, data-
data mengenai perempuan hamil dengan transplantasi ginjal sejak tahun 2000 telah
memberikan hasil yang menggembirakan. Kesemuanya ini memberikan pandangan
bahwa sebagian besar perempuan yang mempunyai gangguan fungsi ginjal minimal dapat
hamil dengan kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90%.
Penyakit ginjal kronis (CKD) dilaporkan mempengaruhi 3% perempuan antara
usia 20 dan 39 tahun. Mengingat bertambahnya usia di mana banyak perempuan sekarang
mempertimbangkan kehamilan pertama mereka, serta prediksi bertambahnya jumlah
individu dengan CKD karena diabetes tipe 2 11, ada kemungkinan bahwa CKD akan
menjadi masalah yang lebih umum di kantor dan klinik yang menyediakan perawatan
antenatal. Keadaan ini, penting, sehingga pelayanan kesehatan yang profesional dapat
menyadari potensi komplikasi yang terkait dengan kondisi ini.
CKD akhir-akhir ini didefinisikan kembali sesuai dengan perkiraan laju filtrasi
glomerular (eGFR) yang sesuai dengan pedoman Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative (K/DOQI). CKD12 dikatakan terjadi ketika eGFR kurang dari 60 ml/mnt/1.73m,
atau kombinasi dari eGFR dan struktur ginjal abnormal dan/atau terdapat proteinuria
ketika eGFR lebih dari 60 ml/mnt/1.73m 2. eGFR mengkompensasi sampai batas tertentu
dari kekurangan kreatinin serum sebagai penanda fungsi ginjal, yaitu keragamannya
berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis, diet dan massa otot dan ketidakmampuan untuk
mendeteksi kerusakan ginjal sampai sebanyak 70% fungsi ginjal yang hilang 13. Menurut
epidemiologi data dari Amerika Serikat, 3% dari perempuan usia 20-39 mengidap CKD
stadium 1 atau 214. Kecil kemungkinan bahwa tingkat kerusakan ginjal mempengaruhi
kesuburan, sehingga secara teori sebanyak 1 dalam 30 kehamilan dapat terjadi komplikasi
akibat CKD lebih rendah dibandingkan 39% wanita dengan CKD stadium 1 atau 2 yang
memiliki hipertensi terdeteksi atau proteinuria14, banyak perempuan dengan CKD awal
tidak terdiagnosis. Sehingga, ketika seorang perempuan dengan CKD menjadi hamil, dua
aspek yang perlu diperhatikan; bagaimana kehamilan mempengaruhi perkembangan
penyakit ginjal dan apakah efek penyakit ginjal tersebut terhadap hasil dari kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan
kehamilan dengan penyakit ginjal kronik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah meningkatkan pengetahuan dan wawasan
pembaca dalam memahami tentang konsep dan askep kehamilan dengan penyakit ginjal
kronik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang persisten
(keberlangsungan lebih dari 3 bulan) dengan
a. Kerusakan ginjal; dan
b. Kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR kurang dari
60ml/menit/1.73 m2
Berdasarkan analisa definisi diatas, jelas bahwa gagal ginjal kronis merupakan gagal
ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan peristen
dan dampak yg bersifat kontinyu. Sedangkan National Kidney Foundation (NKF)
mendefinisikan dampak dari kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria
atau over proteinuria, abnormalitas sedimentasi, dan abnormalitas gambaran ginjal
(Azwar Agoes, dkk. 2018). Ginjal juga bertindak sebagai organ endokrin yang
memproduksi erythropoietin, vitamin Daktif dan renin. Produksi dari ketiga hormone
tersebut meningkat selama kehamilan normal, tetapi efek mereka akan ditutupi oleh
perubahan lain. Sebagai contoh, pada awal kehamilan, vasodilatasi perifer meningkatkan
renin-aldosteron yang menyebabkan ekspansi volume plasma, sehingga tekanan darah
turunp ada kehamilan 12 minggu. Sebaliknya, ekspansi volume plasma akan
menyebabkan peningkatan eritropoetin yang menyebabkan peningkatan masa sel darah
merah,menyebabkan anemia fisiologis. Demikian pula, vitamin D aktif yang beredar dua
kali lebih banyak dibandingkan yang tidak hamil, tetapi bersamaan dengan itu terjadi
pengurangan separuh dari kadar hormon paratiroid hiperkalsiuria dan peningkatan
kebutuhan janin menyebabkan kadar plasma terionisasi kalsium tidak berubah.
Proteinuria akan sedikit meningkat pada kehamilan normal, namun peningkatan yang
lebih dari 260mg/24jam harus dipertimbangkan sebagai suatu keadaan yang abnormal.
2. Etiologi
a. Infeksi saluran kemih (Pielonefritis kronis).
b. Penyakit peradangan (Glomerulonefritis) untuk glumerulonefritis kronik ditandai
dengan kerusakan glomerulus secara progresif, akan tampak ginjal mengkerut. Ini
disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karna tubulus mengalami
atropi, fibrosis intestisial dan penebalan dinding arteri.
c. Penyakit vaskuler hipertensif (Nefrosklerosis, stenosis renalis). Merupakan penyakit
primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sebaliknya, GGK dapat
menyebabkan hipertensi.
d. Penyakit metabolik, misalnya: Diabetes Mielitus, Asam Urat, Hiperparatiroidisme
e. Nefropati toksik
f. Batu saluran kemih. (Rudi Haryono, 2013).
3. Pathway
Penurunan fungsi ginjal bisa terjadi akibat kehamilan pada pasien-pasien dengan
penyakit ginjal,dipengaruhi oleh derajat beratnya penyakit ginjal. Kehamilan
dihubungkan dengan penurunan fungsi ginjal permanen antara 0-10% pada perempuan
dengan LFG hanya menurun ringan (kreatinin serum < 1,5 mg/dl).
Banyak wanita dengan penyakit ginjal kronis yang mengalami kehamilan mempunyai
disfungsi ginjal ringan dan kehamilan biasanya tidak mempengaruhi prognosis pada
penyakit ginjal tersebut.Sebuah studi yang meneliti 360 wanita dengan glomerulonefritis
primer dan disfungsi ginjal ringan (kreatinin serum < 110 μmol/l),proteinuria minimal (1
g/24h) dan tidak adanya kontrol ataupun kontrol yang baik terhadap hipertensi sebelum
kehamilan menunjukkan bahwa kehamilan mempunyai sedikit bahkan tidak mempunyai
efek jangka panjang terhadap fungsi ginjal ibu. Situasi yang berbeda terjadi pada wanita
dengan gangguan ginjal sedang sampai berat (stadium 3-5).Pada beberapa penelitian
menyebutkan bahwa risiko terbesar terhadap perburukan ginjal terjadi pada wanita
dengan fungsi ginjal yang buruk. Proteinuria persisten dan hipertensi akan meningkatkan
risiko yang lebih buruk. Pada beberapa penelitian retrospektif terhadap wanita yang
menderita penyakit ginjal pun didapatkan bahwa mereka yang pada awalnya sudah
memiliki gangguan ginjal sedang (serum kreatinin 124-168 mmol/l) mempunyai risiko
sebesar 40% terhadap perburukan fungsi ginjal selama kehamilan,dan separuhnya akan
menetap setelah kelahiran. Begitupun halnya dengan wanita yang sudah memiliki
gangguan ginjal berat (serum kreatinin > 177mmol/l) akan mengalami perburukan pada
kehamilan trimester ketiga,dan sebagian besar akan menetap dan memburuk hingga
akhirnya akan menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Perburukan fungsi ginjal selama
kehamilan pun dialami pada wanita yang sebelum hamil mempunyai GFR<40
ml/menit/1,73m dan proteinuria > 1g/24 jam.
Pemantauan surveilans janin secara periodik sangat penting karena penyakit ginjal
dihubungkan dengan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) dan saat yang tepat untuk
dilakukan intervensi tergantung perubahan status janin. Persalinan prematur mungkin
diperlukan jika Terdapat tanda-tanda distressjanin Fungsi ginjal menurun secara progresif
Hipertensi tidak terkontrol PreeklampsiBeberapa literatur menyarankan persalinan elektif
lebih dini (34-36 minggu) pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal ataupun pada pasien
yang menjalani dialisis,terutama jika paru-paru janin telah matur. Pada pasien-pasien
dengan transplantasi ginjal, persalinan tetap menunggu awitan, jika ibu dan janin tidak
menunjukkan tanda-tanda distress.
Peningkatan GFR terjadi selama fase luteal dari siklus menstruasi dan terus
meningkat setelah konsepsi, kemudian mencapai puncak sampai sekitar 50% di atas
kadar pada perempuan tidak hamil sampai akhir trimester kedua. Sejak kehamilan
trimester kedua, GFR akan meningkat sampai 30-50% di atas nilai normal perempuan
tidak hamil. Peningkatan ini menetap sampai usia kehamilan 36 minggu, lalu terjadi
penurunan 15-20%
Peningkatan RPF dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan disebabkan oleh
efek kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi vascular ginjal sebagai
peningkatan produksi prostasiklin ginjal. RPF akan meningkat sebesar 50-80% di atas
kadar perempuan tidak hamil, dengan rata-rata 137 ml/menit. Setelah itu, nilainya
akan turun mendekati 25%, tetapi relatif masih lebih tinggi di atas kadar perempuan
tidak hamil. Semakin tua kehamilan, efek kompresif dari pembesaran uterus pada
aorta-vena kava dapat menurunkan aliran darah ginjal yang efektif menjadi 20%.
Akibatnya, akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan urea nitrogen darah
Sebagai akibat peningkatan GFR juga, konsentrasi asam urat serum menurun selama
kehamilan trimester kedua, tetapi akan kembali normal seperti keadaan tidak hamil (4-60
mg/dl) pada trimester ketiga. Beberapa peneliti meyakini bahwa preeklamsia secara
selektif mempengaruhi reabsorbsi tubulus dan menyebabkan peningkatan asam urat.
1. Pengkajian
a. Anamnase
1) Identitas Penderita
Gagal ginjal kronik beresiko lebih besar pada usia ˃60 tahun. Hal ini disebabkan
karena semakin bertambahnya usia, semakin berkurang fungsi ginjal dan
berhubungan dengan penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan memburuknya
fungsi tubulus (Pranandari & Supadmi, 2015). Untuk jenis kelamin laki-laki lebih
beresiko terkena penyakit gagal ginjal kronik sebesar 0,3% daripada perempuaan
(Riskesdas, 2013). Pekerjaan yang beresiko menderita penyakit gagal ginjal kronik
adalah petani, buruh, kuli, supir truck dengan alasan mereka sering mengkonsumsi
minuman penambah stamina (Dharma, 2014).
2) Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, bisa berupa output urine menurun (oliguria sampai
anuria), anoreksia, mual, muntah, fatigue, nafas bau urea, sesak nafas, edema, pucat,
dan hematuria (Prabowo & Pranata, 2014).
3) Riwayat Penyakit sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, demam, perubahan pola napas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea napas
(Prabowo & Pranata, 2014)
4) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Kemungkinan adanya riwayat penyakit Diabetes Mellitus, nefrosklerosis, hipertensi,
gagal ginjal akut yang tidak tertangani dengan baik, obstruksi atau infeksi urinarius,
penyalahgunaan analgetik (Prabowo & Pranata, 2014).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga sisilah keluarga
tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM
dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakt tersebut bersifat herediter, kaji pola kesehatan keluarga yag
diterapkan jka ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit
(Prabowo & Pranata, 2014).
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Gaya hidup atau perilaku yang tidak sehat seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan
cepat saji, kesibukan yang membuat stress, duduk seharian di kantor, sering minum
kopi dan jarang minum air putih, merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal
(Aroem, 2015). Perilaku merokok, kurang aktivitas fisik, kurangnya konsumsi air
putih, konsumsi minuman beralkohol, konsumsi minuman bersoda, konsumsi
minuman berenergi, konsumsi kafein.
(15xKgBB)
Pantangan makan Tidak ada pantangan makanan Makanan dengan natrium dan
kalium tinggi dan makanan
tinggi fosfor
Menu makan Nasi, lauk pauk, sayur Diet lunak, cukup energi
a. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium,
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah, perubahan membran mukosa mulut
c. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah, prosedur
dialisis
d. Ketidakefektifan pola nafas b.d kongesti paru
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah ke seluruh
tubuh
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d suplai okigen ke otak menurun
g. Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic sekunder
h. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan preload
3. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil: R/: agar kulit klien tidak tertekan dengan baju
yang sempit
1) Klien dan
keluarga klien 3. Anjurkan keluarga klien mengoleskan lotion
mampu memahami pada daerah yang tertekan
tentang penyebab
kerusakan integritas R/: agar kelembapan kulit klien terjaga
kulit
2) Klien mau memakai 4. Observasi tanda kemerahan pada kulit
pakaian yang longgar
3) Keluarga klien mau R/: agar mengetahui ada tanda infeksi atau tidak
mengoleskan lotion
pada daerah yang 5. Observasi aktivitas mobilisasi klien
ertekan
4) Tidak ada tanda R/:agar tidak terjadi terjadi decubitus
kemerahan pada kulit
5) Tidak ada decubitus 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat diuresis
1. Jelaskan pada klien dan R/: agar kerja jantung tidak berat
keluarga klien
tentang penyebab 3) Monitor TTV
penurunan curah
jantung
2. Pasien mau
mengurangi stress R/: agar mengetahui perubahan TTV
3. TTV dalam batas
normal saat beraktivitas 4) Monitor sianosis
Tekanan darah:
Systole:100-120 mmHg R /: agar mengetahui aliran darah lancer atau
Diastole: 60-80 mmHg tidak
Suhu: 36,5-37,4 c
o
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yang di
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana memberikan askep dalam
pengumpulan data serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan rumah sakit (Wijaya &
Putri, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaa pasien ( Hasil
yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat (Rohmah, N. 2014).
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan
(Wijaya & Putri, 2013).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu spektrum dari berbagai proses patofisiologi yang
berkaitan dengan berbagai proses patofisiologi yang berkaitan dengan kelainan fungsi
ginjal serta penurunan progresif laju filtrasi glomerulus (LFG), yang pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal.Selanjutnya gagal ginjal adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,diikuti dengan penimbunan sisa
metabolism proteindan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,yang pada derajat
tertentu memerlukan terapi pengganti ginjal permanen,berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.
Penyakit ginjal pada kehamilan merupakan suatu kelainan medis yang penting yang
mengakibatkan semakin menurunnya fungsi ginjal dan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin
Daftar Pustaka
8. Jakarta : EGC.
Asrat T, Nageotte MP. Renal Disease. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, eds. High
risk pregnancy. Management options. London: WB Saunders Company Limited 1996:
465-79.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III L, Wenstrom KD. Renal and
urinary tract disorders. Williams Obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw-Hill 2005:
1093-110.
Davison J. Renal disease. In: Edmonds DK, editor. Dewhurst’s textbook of obstetrics and
gynaecology. 17th ed. Massachusetts: Blackwell Publishing 2007: 260-9.
Dewi, Nurma. 2015. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik Terhadap
Kepatuhan Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit MH Thamrin. Jurnal Ilmiah
Kesehatan: Vol.1,No.7. Diakses pada tanggal 18/12/2018.
Harahap, Solihuddin. 2016. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik (GGK)
DiRuang Hemodialisa (HD) RSUP H. Adam Malik Medan. Diakses pada tanggal
15/01/2019.
Haryono, Rudi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Andi
Offest.
Hudono ST, Yunizaf. Penyakit ginjal dan saluran kemih. Dalam: Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadhi T. Editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo 1999: 510-17.
Kammerer. 2007. Adherene in Patients On Dialysis: Strategies for Succes. Nephrology Nursing
Journal: Vol.34,No.5, 479-485.
Kesler SS, ShahN, Hwang JJ. Urologic complications during pregnancy. In: Apuzzio JJ,
Vintzileos AM, Iffy L, eds. Operative obstetrics. 3 rd ed. London dan New York: Taylor
dan Francis 2006: 441-9.
Lindheimer MD, Grundfeld JP, Davidson JM. Renal disorders. In: Baron WM, Lindheimer MD,
Davidson JM, eds. Medical disorders during pregnancy. 3 rd ed. St. Louis: Mosby 2000:
39-70.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Penerjemah dr.
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sehdev HM. Renal disease in pregnancy. In: Bader TJ. Editor. Ob/gyn secrets. 3 rd ed.
Philadelphia: Elsevier-Mosby, 2005: 245-9.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi
Steinfeld JD, Wax JR. Maternal physiologic adaptations to pregnancy. In: Seifer DB, Samuels P,
Kniss DA, eds. The physiologic basis of gynecology and obstetrics. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins 2001: 365-73.
WHO. 2003. Adherence long-term therapies. Evidence for action. Diperoleh dari http://
www.emro.who.int/ncd/publicity/adherence.report.in.diabetic.patien diakses pada tanggal
21/01/2019.