Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERBEDAAN PP NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BAPPEK DAN PP NOMOR


79 TAHUN 2021 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Kepegawaian

Dosen Pengampu:

Jonny Simamora, S.H., M.Hum

Disusun Oleh:

Prananda Alrin Putra B1A020387

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Perbedaan Antara PP No. 24 Tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP No.79 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil .......................................................................... 3
2.2 Kedudukan PP Tersebut Dilihat dari UU ASN Khususnya Pasal 29 .......................... 4
2.3 Kedudukannya Dilihat dari UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, dan Dilihat dariPasal 75-79 dan Perma No.1 Mengenai Upaya Administratif
..................................................................................................................................... 4
2.4 Kedudukan Fiktif Positif ............................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peran penting dalam pemerintahan di
Indonesia. Pemerintah telah menerbitkan peraturan-peraturan untuk menjaga kualitas dan
kedisiplinan PNS, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2011 tentang BAPPEK
dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS. Perbedaan antara
kedua peraturan ini harus dipahami agar kita dapat mengikuti perubahan dan penyesuaian
dalam sistem hukum PNS di Indonesia.
Pemahaman tentang kedudukan hukum kedua peraturan ini sangat penting dalam
konteks UU ASN dan UU Administrasi Pemerintahan Tahun 2014. Ini memungkinkan
individu dan masyarakat memahami hak, kewajiban, tanggung jawab, serta tindakan yang
dapat diambil dalam kerangka hukum yang berlaku. Dengan pemahaman yang baik, PNS
dan warga negara dapat menjalankan peran mereka dengan patuh terhadap peraturan yang
berlaku sambil memperjuangkan hak-hak dan kepentingan mereka.
Pemahaman tentang fiktif positif, penolakan fiktif positif, SEMA No. 5 Tahun
2021, dan UU Cipta Kerja juga relevan dalam memastikan keadilan dan keberlanjutan
dalam administrasi pemerintahan. Penolakan fiktif positif yang tidak adil dapat merugikan
individu dan masyarakat secara finansial maupun sosial. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa proses administrasi pemerintahan dilakukan dengan itikad baik,
transparansi, dan akuntabilitas. Dalam perspektif humanis, nilai-nilai keadilan,
kemanusiaan, dan kesetaraan sangat dijunjung tinggi. Kebijakan pemerintah harus menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, melindungi hak asasi manusia,
serta mendorong partisipasi aktif dan inklusif dari semua pihak yang terlibat.
Dalam era kemajuan teknologi dan informasi, partisipasi publik dan akses terhadap
informasi semakin penting. Pemerintah harus memberikan informasi yang jelas, transparan,
dan mudah diakses mengenai peraturan-peraturan yang ada. Hal ini penting untuk
mendorong pemerintah agar lebih terbuka dan responsif terhadap aspirasi masyarakat, serta
memastikan bahwa proses pembuatan kebijakan melibatkan mereka secara adil dan
representatif. Dengan memahami konteks dan latar belakang ini, kita dapat bekerja menuju
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, yang menghargai dan melindungi hak-hak
setiap individu, serta mendorong kesejahteraan dan keadilan bagi semua.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka terdapat rumusan
masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Perbedaan antara PP No. 24 tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP No. 79 tahun 2021
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil?
2. Bagaimana kedudukan PP tersebut dilihat dari UU ASN khususnya pasal 129?
3. Bagaimanakedudukannya dilihat dari UU No.30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, dan dilihat dari Pasal 75-79 dan Perma No.1 mengenai upaya
administratif?
4. Bagaimana kedudukan fiktif positifnya dan apakah penolakan fiktif positif itu dilihat
dari SEMA No. 5 Tahun 2021 menjadi positif atau negatif? Serta dikaitkan dengan UU
No. 5 Tahun 1986 dan Pasal 175 angka 6 UU Ciptakerja.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara PP No. 24 tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP
No. 79 tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan PP tersebut dilihat dari UU ASN khususnya
pasal 129
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukannya dilihat dari UU No.30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, dan dilihat dari Pasal 75-79 dan Perma No.1 mengenai
upaya administratif.
4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan fiktif positifnya dan apakah penolakan fiktif
positif itu dilihat dari SEMA No. 5 Tahun 2021 menjadi positif atau negatif? Serta
dikaitkan dengan UU No. 5 Tahun 1986 dan Pasal 175 angka 6 UU Ciptakerja.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik secara teoritis
maupun praktis sebagai berikut:
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perbedaan PP
No.24 tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP No. 79 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi pada kajian relevan selanjutnya bagi
peneliti yang akan datang untuk meneliti lebih lanjut sehingga mendapatkan
kebaharuan kedepannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Antara PP No. 24 Tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP No.79 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Perbedaan antara Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Pertimbangan Kepegawaian dan PP No. 79 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup: PP No. 24 Tahun 2011 mengatur tentang Badan Pertimbangan
Kepegawaian (BPK) yang bertugas memberikan pertimbangan dalam pengangkatan,
kenaikan pangkat, pemberhentian, dan mutasi pegawai negeri sipil (PNS). Sedangkan,
PP No. 79 Tahun 2021 mengatur tentang disiplin PNS, termasuk tindakan disiplin,
prosedur pemeriksaan, dan sanksi yang dapat diberikan kepada PNS yang melanggar
disiplin.
2. Fokus Regulasi: PP No. 24 Tahun 2011 berfokus pada proses pengambilan keputusan
terkait kepegawaian, di mana BPK menjadi lembaga yang memberikan pertimbangan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan karier PNS. Sementara itu, PP No. 79 Tahun 2021
berfokus pada aspek disiplin, dengan memberikan panduan terkait pelanggaran disiplin
PNS dan konsekuensinya.
3. Mekanisme Penanganan: PP No. 24 Tahun 2011 menetapkan bahwa Badan
Pertimbangan Kepegawaian (BPK) menjadi lembaga yang memberikan pertimbangan,
sedangkan keputusan akhir tetap di tangan Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).
Sementara itu, PP No. 79 Tahun 2021 mengatur prosedur pemeriksaan terkait pelanggaran
disiplin oleh PNS, termasuk penyelidikan, pemeriksaan, dan proses hukumnya.
4. Subjek Regulasi: PP No. 24 Tahun 2011 berlaku untuk seluruh PNS, baik PNS di
lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sedangkan, PP No. 79 Tahun 2021 juga
berlaku untuk seluruh PNS, namun lebih fokus pada aspek disiplin.
Perbedaan di atas menunjukkan bahwa PP No. 24 Tahun 2011 dan PP No. 79 Tahun
2021 memiliki fokus dan ruang lingkup yang berbeda. PP No. 24 Tahun 2011 berfokus
pada pengangkatan, kenaikan pangkat, pemberhentian, dan mutasi PNS, sementara PP No.
79 Tahun 2021 berfokus pada disiplin PNS dan sanksi yang dapat diberikan jika terjadi
pelanggaran disiplin.

3
2.2 Kedudukan PP Tersebut Dilihat dari UU ASN Khususnya Pasal 29
Pasal 129 Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) memberikan
kewenangan kepada pemerintah untuk mengeluarkan peraturan pelaksanaan atau peraturan
turunan yang berkaitan dengan pelaksanaan UU ASN. Oleh karena itu, PP 24 Tahun 2011
dan PP 79 Tahun 2021 merupakan peraturan pelaksanaan yang diterbitkan oleh pemerintah
dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU ASN.
Dalam konteks Pasal 129 UU ASN, kedudukan PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun
2021 adalah sebagai peraturan turunan yang mengatur hal-hal yang lebih rinci dan teknis
terkait dengan Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPPEK) dan disiplin pegawai negeri
sipil (PNS) sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU ASN.
Peraturan-peraturan tersebut (PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021) dibuat
berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh UU ASN kepada pemerintah untuk merinci
dan mengatur aspek-aspek tertentu yang lebih detail mengenai BAPPEK dan disiplin PNS.
Namun, tetap perlu diperhatikan bahwa PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021 tidak
dapat bertentangan dengan ketentuan yang terdapat dalam UU ASN itu sendiri.
Dengan demikian, PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021 memiliki kedudukan
sebagai peraturan pelaksana yang turut mengatur aspek-aspek yang lebih rinci dan teknis
terkait dengan BAPPEK dan disiplin PNS berdasarkan ketentuan yang diatur dalam UU
ASN, termasuk Pasal 129 UU ASN.
2.3 Kedudukannya Dilihat dari UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, dan Dilihat dariPasal 75-79 dan Perma No.1 Mengenai Upaya
Administratif
Dalam konteks Undang-Undang Administrasi Pemerintahan (UU 30 Tahun 2014),
khususnya Pasal 75-79, serta Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara, kedudukan
PP 24 Tahun 2011 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPPEK) dan PP 79 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengajuan dan Penyelesaian Sengketa Administratif:
Pasal 75-79 UU 30 Tahun 2014 dan Perma Nomor 1 Tahun 2017 mengatur tentang
pengajuan dan penyelesaian sengketa administratif di Indonesia. Ketika terjadi sengketa
yang berkaitan dengan BAPPEK atau disiplin PNS, pihak yang merasa dirugikan dapat
mengajukan upaya administratif untuk mencari penyelesaian sengketa sebelum
mengajukan ke pengadilan.

4
2. Upaya Administratif:
Dalam hal PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021, pihak yang merasa dirugikan
oleh keputusan atau tindakan yang berkaitan dengan BAPPEK atau disiplin PNS dapat
mengajukan upaya administratif. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 75 UU 30 Tahun
2014, yang mengatur tentang upaya administratif sebagai salah satu cara penyelesaian
sengketa administratif sebelum masuk ke ranah pengadilan.
3. Prosedur dan Ketentuan Upaya Administratif:
Prosedur dan ketentuan mengenai upaya administratif dalam hal BAPPEK atau
disiplin PNS akan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih khusus. Dalam
hal ini, PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021 akan menjadi acuan dalam mengatur
prosedur dan ketentuan terkait upaya administratif dalam konteks BAPPEK dan disiplin
PNS.
Dengan demikian, dalam hubungannya dengan UU 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, PP 24 Tahun 2011 dan PP 79 Tahun 2021 memiliki kedudukan
sebagai peraturan pelaksana yang mengatur prosedur dan ketentuan terkait upaya
administratif dalam penyelesaian sengketa administratif yang terkait dengan BAPPEK dan
disiplin PNS. Peraturan-peraturan ini melengkapi ketentuan UU 30 Tahun 2014 dan Perma
Nomor 1 Tahun 2017 dalam memberikan pedoman dan prosedur yang lebih spesifik dalam
penyelesaian sengketa administratif di bidang BAPPEK dan disiplin PNS.
2.4 Kedudukan Fiktif Positif
Fiktif positif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana
suatu permohonan atau pengajuan administrasi dianggap diterima atau disetujui secara
otomatis jika tidak ada tanggapan atau keputusan tertulis yang dikeluarkan dalam batas
waktu yang ditentukan oleh peraturan atau ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini, fiktif
positif memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang mengajukan permohonan,
sehingga permohonan tersebut dianggap diterima.
Penolakan fiktif positif, di sisi lain, terjadi ketika permohonan atau pengajuan
administrasi tidak mendapatkan tanggapan atau keputusan tertulis dalam batas waktu yang
ditentukan. Dalam konteks SEMA No. 5 Tahun 2021, penolakan fiktif positif mengacu
pada situasi di mana tidak adanya tanggapan tertulis dari pihak yang berwenang mengenai
permohonan atau pengajuan administrasi dianggap sebagai penolakan.
Dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, terdapat
ketentuan mengenai upaya hukum terhadap penolakan fiktif positif. Pasal 175 angka 6 UU

5
Cipta Kerja mengatur bahwa penolakan fiktif positif dapat diajukan sebagai alasan
pembatalan keputusan administrasi di pengadilan tata usaha negara.
Dalam hal ini, penolakan fiktif positif dilihat sebagai suatu pelanggaran terhadap
hak pihak yang mengajukan permohonan atau pengajuan administrasi, karena tidak adanya
tanggapan tertulis yang menyebabkan ketidakpastian hukum. Oleh karena itu, dengan
mengacu pada SEMA No. 5 Tahun 2021, penolakan fiktif positif dilihat sebagai sesuatu
yang negatif, karena dapat mengakibatkan kerugian bagi individu atau pihak yang terkait.
Pada saat yang sama, UU Cipta Kerja, termasuk Pasal 175 angka 6, memperkuat
perlindungan hukum terhadap penolakan fiktif positif dengan memberikan dasar hukum
untuk mengajukan pembatalan keputusan administrasi yang melibatkan penolakan fiktif
positif tersebut di pengadilan tata usaha negara.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perbedaan antara PP 24 Tahun 2011 tentang BAPPEK dan PP 79 Tahun 2021
tentang Disiplin PNS terletak pada lingkup regulasi, fokus regulasi, subjek regulasi, dan
implementasi. PP 24/2011 mengatur tentang pembinaan hukum nasional secara umum,
sementara PP 79/2021 lebih fokus pada tata tertib dan disiplin PNS. Kedudukan PP 24/2011
dan PP 79/2021 dalam UU ASN, khususnya Pasal 129, dapat dipahami sebagai peraturan
turunan yang diterbitkan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh UU ASN. PP harus
selaras dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU ASN. Dalam konteks UU
Administrasi Pemerintahan dan Perma No. 1 Tahun 2018 tentang upaya administratif, PP
24/2011 dan PP 79/2021 melengkapi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU AP dan
memberikan pedoman lebih rinci terkait dengan bidang yang diatur. Warga negara yang
merasa dirugikan dapat mengajukan upaya administratif sebelum mengajukan gugatan ke
pengadilan administrasi. Meskipun tidak secara langsung mengatur tentang fiktif positif,
SEMA No. 5 Tahun 2021 dapat menjadi acuan dalam penanganan kasus penolakan fiktif
positif dalam perkara administrasi di lingkungan peradilan tata usaha negara. UU No. 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara memberikan landasan bagi peradilan tata
usaha negara, sedangkan Pasal 175 Angka 6 UU Cipta Kerja memberikan dasar hukum
bagi perlindungan hak-hak individu dalam konteks hubungan kerja.

7
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang
PP No. 79 Tahun 2021 Upaya Administratif dan Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara
Pasal 129 UU ASN
PP 24 Tahun 2011 mengatur tentang BAPPEK
Pasal 75-79 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Pasal 175 angka 6 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai