Anda di halaman 1dari 49

MATERI UJIAN KSM 2021

Tingkat : Nasional
Mata Uji : MA-FIS

1.
The following information is an illustration at the intersection with traffic light (TL) of the city of Mecca.

On the road with three lanes like the Figure, car A, car B, and car C with speeds of 50 km/h, 60 km/h, and 70 km/h, respectively, at a distance of
400 m in front of TL that lights up green in 3rd second. If each car experiences an acceleration of 2 m/s2, 1.5 m/s2, and 1 m/s2, which car passes
through TL if the order of the lights is green-yellow-red-yellow-green and the green time is 30 seconds, yellow is 10 seconds, and red is 60
seconds?

(A) Car A
(B) Car A and B
(C) Car B and C
(D) Car A, B, and C

2.
Pada QS. Ar-Ra’ad (13) ayat 11, Allah menjelaskan pentingnya perubahan dalam kehidupan kita, untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan benar.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri meraka sendiri”

Terkait perubahan dalam kasus ini, tinjau tiga buah motor yang mengalami perubahan nilai kecepatan terhadap waktu, yang dapat dinyatakan
dalam grafik berikut ini:

Berdasarkan grafik tersebut, terdapat 5 pernyataan berikut.


. Percepatan yang pernah dialami motor P adalah 4,5 ms-2
. Untuk 3 jam pertama, motor Q bergerak lurus dipercepat dan 2 jam berikutnya bergerak lurus beraturan
. Jika arah Utara merupakan arah positif dari pergerakan motor P, perpindahan motor P adalah 225 km ke Utara
. Motor R menempuh perpindahan sejauh 247,5 km dalam waktu 5 jam
. Motor Q menempuh jarak terjauh dalam waktu 5 jam

Pernyataan yang benar adalah nomor ….

(A) 1-2-3
(B) 2-3-4
(C) 3-4-5
(D) 1-3-5

3.
Sebuah sistim dua benda masing-masing bermassa m dihubungkan dengan sebuah pegas dengan konstanta pegas k yang tersusun seperti pada
gambar. Sistim dua benda ini diletakkan diatas lantai dan dapat bergerak bebas. Jika pada saat t = 0 kita tahan benda yang di atas sedemikian
sehingga pegasnya tertekan sejauh s dari panjang normalnya, maka nilai s agar benda bawah dapat lepas kontak dengan lantai adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)

4. Ahmad, siswa Madrasah Aliyah Al-Khawarizmi ingin menghubungkan tape stereo dengan speaker yang lokasinya cukup jauh. Antara tape
dan kedua speakernya dihubungkan dengan sebuah kabel. Jika masing-masing kawat panjangnya 20 meter dan kawat tersebut terbuat dari
tembaga (ρ=1,68 x 10-8Ωm) dan diketahui besar arus yang mengalir ke masing-masing speaker sebesar 2A dan hambatannya 0,1 Ohm, maka
diameter kawat dan penurunan tegangan listrik di sepanjang kawat adalah…

(A) 2,0 mm dan 0,1 Volt


(B) 2,1 mm dan 0,1 Volt
(C) 2,2 mm dan 0,2 Volt
(D) 2,3 mm dan 0,2 Volt
5.
Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni atau lebih dikenal dengan Al Biruni merupakan fisikawan muslim bidang gravitasi termasuk di
dalamnya adanya gesekan. Berikut ini adalah salah satu ilustrasi penerapan atas temuan penting beliau.

Benda bermassa M mula-mula meluncur di atas lantai dengan kecepatan v0 dan setelah sampai di titik B benda lepas meninggalkan ujung lantai
dan mendarat di ujung bawah tangga yaitu titik A. Diketahui μk adalah koefisien gesek kinetik antara benda dengan lantai, g percepatan
gravitasi dan gesekan udara diabaikan. Dengan menyatakan jawaban dalam M, v0 , μk , H, D dan g, maka percepatan benda M saat meluncur di
atas lantai dan jarak s yang telah ditempuh oleh benda M sebelum lepas meninggalkan lantai adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)

6.
Sebuah demonstrasi yang dilakukan oleh peserta KSM diilustrasikan berikut ini.
Sebuah tongkat homogen bermassa M dengan panjang AB=L berada di atas meja datar dan sedang dalam posisi sejajar dengan sumbu-y. Benda
dengan massa m yang sedang bergerak pada arah x dengan kelajuan v menumbuk tongkat di titik C (anggap momen inersia tongkat terhadap
titik pusat massanya adalah 1/12 ML2 ). Apabila diketahui benda m menumbuk tongkat secara elastis di titik C dengan panjang AC=3L/4. Setelah
tumbukan, yaitu ketika tongkat sudah sejajar terhadap sumbu x untuk pertama kalinya, maka jarak antara titik B pada ujung tongkat dengan
benda m dinyatakan dalam L (agar perhitungan lebih sederhana, anggap m = M) adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)

7.
Seutas rantai homogen, yang panjangnya L dan massanya M, pada awalnya digunakan di langit-langit kubah masjid Madinah untuk
mengangkat sebuah lampu, sehingga ujung bawahnya hampir menyentuh lantai. Setelah selesai digunakan, rantai kemudian dilepaskan dari
gantungannya sehingga mulai menumpuk di atas lantai (g adalah percepatan gravitasi).
Ketika ujung atas berjarak x dari langit-langit, gaya total yang diterima lantai adalah F(x). Gaya total yang diterima lantai ketika seluruh bagian
rantai tepat berada di atas lantai (ketika x=L) adalah F(L). Adapun waktu yang dibutuhkan sehingga seluruh bagian rantai berada di atas lantai
adalah t. Pernyataan yang bersesuaian dengan variable-variabel fisis tersebut adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)

8.
Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shayigh at-Tujibi bin Bajjah, atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah atau Avempace (1095-1138M)
merupakan ilmuan Islam yang berhasil mendefinisikan pengertian kecepatan benda bergerak dan relatifitasnya terhadap benda lain serta
pengaruhnya. Seperti halnya dalam objek berikut ini. Sebuah bola dengan massa (m), berjari-jari (r) dan momen inersianya ((2mr2)/5) berada di
atas sebuah kereta bermassa (M). Mula-mula kereta (M) diam, sedangkan bola m bergerak dengan kecepatan (v0) tanpa menggelinding sama
sekali. Kemudian bola memasuki bagian kasar di atas kereta. Ketika keluar dari bagian kasar, bola sedang menggelinding tanpa slip. Berdasarkan
informasi tersebut maka kecepatan akhir m dan M relatif terhadap bumi ketika bola sudah bergerak tanpa slip serta panjang minimum S agar
bola bisa menggelinding tanpa slip adalah… (diketahui koefisien gesek pada bagian kasar adalah µ)

(A)

(B)

(C)

(D)
9.
Al-Ṣābiʾ Thābit ibn Qurrah al-Ḥarrānī (826-901 M) adalah ilmuan fisika muslim yang tertarik membahas lebih dalam tentang ilmu mekanika.
Diantaranya proyeksi gerak benda dalam lintasan melengkung dan melingkar. Seperti halnya dalam kasus berikut ini. Terdapat dua buah manik-
manik masing-masing massanya m diletakkan di atas puncak sebuah loop cincin (tanpa gesekan) bermassa M dan berjari-jari R, loop diletakkan
vertikal di atas lantai. Manik-manik diberi ganguan yang sangat kecil, sehingga meluncur ke bawah satu kekiri dan satunya ke kanan.
Berdasarkan informasi tersebut maka nilai terkecil [m/M] agar loop cincin terangkat atau tidak menyentuh lantai adalah …

(A) 1 : 5
(B) 1 : 3
(C) 2 : 3
(D) 2 : 5

10.
Kitab al-Asrar fi Nataij al-Afkar merupakan karya fenomenal dari seorang Ilmuwan Islam Andalusia yang bernama Ahmad ibn Khalaf al-Muradi
(Abad ke-11 M). Dalam kitabnya, beliau menjelaskan rancang bangun sistem mekanik dan dasar-dasar pendukungnya. Salah satunya yaitu gaya
kontak dan gaya gesek antar suatu benda. Diilustrasikan suatu benda yang mengalami kehilangan gaya kontak dan gaya gesek disaat akan lepas
satu sama lainnya. Bola kecil bermassa m, dengan jari-jari a, dan momen inersia ((2ma2)/5) menggelinding dari posisi awalnya di atas sebuah
silinder besar berjari-jari b. Bola m mula-mula dalam keadaan diam di puncak silinder. Posisi silinder dibuat tetap tidak bisa bergerak dan
koefisien gesek antara permukaan bola dan silinder adalah (µ). Berdasarkan informasi tersebut maka sudut (θmaks) dimana bola mulai
meninggalkan silinder dan kecepatan pusat massa bola saat meninggalkan silinder adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)
11.
Dengan memanfaatkan konsep pesawat sederhana yang dimodifikasi sedemikian rupa, Tim Robot Madrasah Al-Munawwar mendesain alat
untuk memindahkan barang dengan mudah dan efisien. Dengan pemanfaatan bidang miring [θ] yang dipasang banyak sekali roda berbentuk
silinder dengan massa m dan jari-jari r. Permukaan roda ini dilapis karet dan jarak antar roda d. Kemudian, sebuah balok bermassa M dilepas dari
atas bidang miring dan meluncur turun di atas bidang miring tersebut. Anggap dimensi balok jauh lebih besar dari d. Karena adanya lapisan
karet, maka ada gesekan antara balok dan roda. Setelah beberapa saat balok M mencapai kecepatan terminal (saat mencapai kecepatan, balok M
meluncur turun dengan keceptan konstan). Kecepatan terminal massa M (bila dinyatakan dalam θ, d, M, m, g, l) adalah…

(A)

(B)

(C)

(D)

12. Suatu lokasi berada pada koordinat lintang -6° 10' 11,6148'' LS dan bujur 106° 49' 51,6936''. Jika “Equation of Time” di lokasi tersebut pada
tanggal 23 Oktober 2021 adalah +15m 42d, bujur daerah sebesar 105°, serta ikhtiyat 2 menit, maka waktu sholat Dzuhur lokasi tersebut adalah
jam …
(A) 12.29 WIB
(B) 12.09 WIB
(C) 11.39 WIB
(D) 11.29 WIB

13.
Jika suatu cahaya dengan intensitas tertentu dilewatkan pada suatu medium zat penyerap, maka cahaya yang dilewatkan tersebut akan
mengalami pelemahan secara eksponensial, P'/P0 = e -αx. Eksperimen dan analisis atas interaksi cahaya dan material pertama kali dilakukan oleh
ibn al-Haytham (965-1040) dalam Qawl fi al-Daw’, kemudian dilanjutkan oleh para peneliti di Eropa seperti Pierre Bouguer (1729), Johann
Heinrich Lambert (1760) dan August Beer (1852).
Misalkan seberkas cahaya terkolimasi melintas dalam arah +x dan melewati suatu medium plastik dengan ketebalan |Δx|. Berkas cahaya yang
datang pada medium dengan daya P0 dan yang keluar dari medium dengan daya P' (lihat gambar diatas).
Jika pada eksperimen diperoleh data sebagaimana pada tabel, maka dengan menggunakan metode regresi linier, besar koefisien absorpsi α
medium plastik tersebut adalah … m-1

(A) 2097,5
(B) 3905,6
(C) 4897,3
(D) 5453,5

14.
Dalam Kitab Mizan al-Hikmah karya Abu al-Fath Abd al-Rahman Mansur al-Khazini (1077-1155 M) menjelaskan tentang konsep keseimbangan
statika benda. Sebuah sistem massa-pegas dapat digambarkan sebagai berikut, (a) kondisi awal massa tertahan; (b) kondisi akhir ketika massa
benda dilepaskan dari penahannya dan mencapai keseimbangan.

Jika semua pegas identik dengan konstanta pegas k = 10 N/m, dan semua beban bermassa sama, m = 2 kg, serta percepatan gravitasi di lokasi
pengamatan sebesar g = 9,8 m/s2, maka besar pergeseran beban pertama saat sistem dalam kondisi seimbang adalah … m
(A) 5,88
(B) 7,67
(C) 9,44
(D) 12,52

15.

Sebuah rangkaian listrik disusun seperti pada gambar. Jika diketahui R1 = 2200 Ohm, R2 = 10 kOhm, R3 = 6900 Ohm, R4 = 9100 Ohm, R5 = 3300
Ohm, VS1 = 12 Volt, VS2 = 3,3 Volt, dan IS = 2 mA, maka besar tegangan pada V1 adalah … Volt

(A) 23,32
(B) 20,59
(C) 12,57
(D) 10,23

16.
Suatu kapasitor yang telah terisi penuh muatan listrik jika dihubungkan secara seri dengan resistor maka akan terjadi proses pengosongan
muatan secara eksponensial, V=V0 e(-t/τ) dengan τ=RC adalah konstanta waktu.
Jika pada eksperimen menggunakan R = 5 Mega Ohm, maka sesuai hasil regresi linier data, besar kapasitas kapasitor adalah … Mikro Farad
(keterangan: nyatakan dalam bentuk bilangan bulat)

17.
ibn al-Haytham (965-1040 M) dalam karyanya yaitu Kitab al-Manadzir merupakan ilmuwan bidang optika dalam peradaban Islam, yang juga
mengamati terjadinya difraksi optika. Pada suatu eksperimen, ketika sinar laser ditembakkan pada suatu kisi, maka akan mengalami difraksi pada
layar sebagaimana ilustrasi berikut:

Saat dilakukan eksperimen mengamati difraksi untuk m = 1, diperoleh data seperti tabel diatas.
Jika pada eksperimen menggunakan kisi 600 garis/mm, maka sesuai regresi persamaan linier data, panjang gelombang sinar laser adalah … nm.
(A) 658,5
(B) 602,2
(C) 588,7
(D) 564,9

18.
Abu Rayhan al-Biruni (973-1050 M) merupaka seorang ilmuwan yang menguasai banyak disiplin keilmuan, salah satunya adalah hidrostatika
serta merupakan inventor dari piknometer. Berikut adalah studi kasus hidrostatika sistem pelampung.

Sebuah pelampung berbentuk kerucut terpotong yang terbalik digunakan untuk menahan sebuah beban bermassa M. Jika pelampung bermassa
m = 50 kg, memiliki diameter bagian bawah Db = 34 cm, diameter bagian atas Da = 82 cm, serta dari tinggi pelampung 1,2 m terdapat h = 0,2 m
bagian terapung di atas permukaan air bermassa jenis 1030 kg/m3 [asumsikan π=3,14], maka massa beban M pada kondisi tersebut adalah … kg

(A) 112,775
(B) 150,275
(C) 196,554
(D) 249,594

19.
Abu Nasr al-Farabi (870-950) adalah ilmuwan islam pertama yang meneliti tentang relasi antara tekanan dan volume suatu gas dalam Maqalah
fi al-Khala. Penelitian kinetic gas kemudian dilanjutkan oleh Robert Boyle (1627-1691), Jacques Charles (1746-1823), Amedeo Avogadro (1776-
1856), Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850), serta Johannes Diderik van der Waals (1837-1923). Pada persamaan van der Waals ditunjukkan
relasi antara tekanan P (dalam atm), volume V (dalam L) dan suhu T (dalam K) untuk gas riil:

dimana n adalah bilangan mol, R = 0,08206 (L atm)/(mole K) sebagai konstanta gas, dan ( L2 atm/mole2) dan b ( L/mole) adalah konstanta
material. Jika terdapat 1,5 mol gas Nitrogen ( = 1,39 L2 atm/mole2, b = 0,03913 L/mole) saat suhu 250C dan tekanan 13,5 atm pada tangki, maka
volume gas pada saat tersebut adalah … L (keterangan: tuliskan jawaban Anda dalam bentuk tiga angka di belakang koma)

20.
Pada masa peradaban Islam banyak bangunan seperti Masjid, Istana, dan Jembatan, yang dibangun oleh seorang arsitek cerdas bernama Mimar
Sinan (1490 – 1588) dari dinasti Utsmaniyyah. Gambar berikut ini adalah ilustrasi bagian struktur suatu bangunan.

Jika struktur menahan beban eksternal sebesar 2000 N, maka gaya reaksi yang muncul pada titik tumpu yang dapat menggelindingkan V3 adalah
…N

(A) 500
(B) 767
(C) 866
(D) 1000

21. Gambar berikut merupakan pembangkit gaya gerak listrik yang memanfaatkan gelombang laut merah di perbatasan Saudi Arabia dan
Mesir. Amplitudo gelombang dan frekuensi getarnya adalah 25 cm dan 5 Hz. Jumlah lilitan dari kumparan adalah 2000 lilitan. Anggap
simpangan getar batang magnet terhadap keseimbangan cukup kecil, sehingga medan magnet di kumparan sebanding dengan jarak batang
magnet ke kumparan. Pada saat di titik terjun di atas keseimbangan, fluks magnetiknya 0,4 weber. Saat titik keseimbangan dan titik terjauh di
bawah keseimbangan, fluks magnetiknya 0,32 weber

Pada saat t = 0 s, posisi pelampung ada pada jarak terjauh di atas titik keseimbangan O. Pernyataan-pernyataan berikut ini yang benar adalah
nomor…

. GGL induksi maksimum yang dihasilkan adalah 1600π volt


. Pada saat t = 0,5 s besarnya GGL induksi adalah nol
. Pada saat t = 0 s, s/d t = 1,25 s, arah arus induksi pada kumparan dari titik A ke terminal B
. Perubahan titik fluks magnetik adalah fungsi dari panjang gelombang air laut

22.
Ibtesan Saeed Badhrees adalah fisikawan asal Arab Saudi yang menerima penghargaan Women Physicist of the Month untuk bulan Agustus 2014
dari Masyarakat Fisika Amerika Serikat (APS). Salah satu percobaan yang pernah dilakukan saat studi adalah percobaan Milikan, dimana butiran-
butiran oli bermuatan negatif disemprotkan pada ruang tak bertekanan yang diberi medan listrik sebesar E = 3×104 N/C ke bawah. Sebuah
butiran bermassa m = 2 x 10-15 kg teramati bergerak ke atas sejauh 2,5 cm dalam waktu 0,1 s dari keadaan diam. Muatan listrik butiran tersebut
adalah p x 10-19 C. Nilai p adalah …. (lakukan pembulatan tanpa decimal, dan g = 9,8 m/s2)

23.
Dalam Kitab Mizan al-Hikmah karya Abu al-Fath Abd al-Rahman Mansur al-Khazini (1077-1155 M) menjelaskan tentang konsep statika dan
dinamika sistem.

Batang AB dengan massa 400 gram terletak di sepanjang permukaan bagian dalam yang halus dan licin dari mangkuk setengah bola. Jika batang
dilepaskan dari keadaan diam dari posisi yang ditunjukkan, maka kecepatan sudut batang tersebut pada saat ia berayun ke bawah dan menjadi
horizontal adalah … rad/s

(A) 2,613
(B) 4,543
(C) 6,275
(D) 8,504

24.
Dalam Kitab Mizan al-Hikmah karya Abu al-Fath Abd al-Rahman Mansur al-Khazini (1077-1155 M) menjelaskan tentang konsep statika dan
dinamika sistem.

Dua tabung A dan B dengan berat masing-masing 10 N, digantung pada sebuah titik O dengan panjang tali yang sama, r (lihat gambar). Jika
tabung ketiga, C, ditempatkan di antara A dan B, maka berat maksimal C agar keseimbangan sistem tidak terganggu adalah … N.

(A) 12,17
(B) 15,27
(C) 17,37
(D) 19,87

25.
Dalam Kitab Mizan al-Hikmah karya Abu al-Fath Abd al-Rahman Mansur al-Khazini (1077-1155 M) menjelaskan tentang konsep statika dan
dinamika sistem.
Sebuah benda dengan berat W, dalam kondisi seimbang seperti pada gambar. Jika sisi segitiga d=20√3 cm dan jarak antara dua penyangga a=10
cm, maka besar sudut θ agar sistem seimbang selain θ=0° adalah … derajat

Ekspolorasi/Eksperimen
1.
D.1 PERCOBAAN PERTAMA

Jika diketahui pada qous al-irtifa’ menunjukkan sudut dan lebar sumur sebesar 2 meter maka kedalaman sumur dapat ditentukan sebagai
berikut:

D.2 PERCOBAAN KEDUA

Seorang pengamat berdiri ditepi sungai dengan membawa rubu’ mujayyab untuk mengukur lebar sungai, jika diketahui tepi seberang sungai
dapat teramati pada qous al-irtifa’ menunjukkan sudut dan posisi rubu’ mujayyab 1,5 meter diatas tanah maka lebar sungai dapat ditentukan
sebagai berikut:

D.3 PERCOBAAN KETIGA

Seorang pengamat melihat pucak monas yang telah diketahui tingginya sebesar 132 meter dari tanah, jika pengamat tersebut melihat
menggunakan rubu’ mujayyab dengan qous al-irtifa’ menunjukkan sudut dan posisi rubu’ mujayyab 1,5 meter dari tanah maka jarak antara
rubu’ mujayyab terhadap monas dapat ditentukan sebagai berikut:
2.

3.

4.
Tuliskan laporan kegiatan Anda dalam format berikut.

. Rumusan masalah (skor 3)

. Hipotesis (skor 2)

. Identifikasi Variabel Percobaan (Variabel manipulasi, respon, dan kontrol) (skor 3)

. Definisi Operasional Variabel Percobaan (Variabel manipulasi, respon, dan kontrol) (skor 3)

. Langkah Kerja (skor 5)

. Gambar atau Desain Demonstrasi (skor 4)

. Analisis Data (skor 3)

. Kesimpulan (skor 2)
5.
Berikut adalah data hasil percobaan penentuan konstanta pegas.
Tugas Anda adalah menentukan nilai k masing-masing pegas!
EKSPERIMEN 1: INSTRUMENT RUBU’ MUJAYYAB AL-KHWARIZMI
[BOBOT SOAL 15]
NOTE: KHUSUS EKSPERIMEN 1,
DILARANG MENGGUNAKAN KALKULATOR!

A. PENDAHULUAN
A.1 PENGETAHUAN DASAR TRIGONOMETRI RUBU’ MUJAYYAB
Salah satu instrument astronomi Islam yang paling banyak digunakan pada era klasik di
wilayah Nusantara yaitu rubu’ mujayyab. Rubu’ mujayyab pertama kali diperkenalkan oleh
Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi [780-850 M] dalam Maqalah fi ‘amal bi al-asturlab,
serta banyak ilmuwan muslim setelahnya. Di Nusantara, desain dan penggunaan rubu’
mujayyab terdapat dalam Kitab al-jawahir an-naqiyah fi al-a’mal al-jaibiyah karya Syeikh
Ahmad Khatib al-Minangkabawi [1860-1916 M], Kitab taqrib al-maqshod karya Syeikh
Raden Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri [1862-1930 M], Jadwal rubu’ al-
mujayyab bi-syakal al-badi’ wa al-khoth al-jamil karya Syeikh Muhammad Mansur bin
Abdul Hamid bin Damiri al-Batawi (1878-1967), dan karya-karya ulama Nusantara lainnya.
Rubu’ mujayyab atau sine quadrant adalah instrument astronomi yang memiliki dua fungsi
utama yaitu sebagai kalkulator perhitungan trigonometri, serta sebagai instrument observasi
dalam astronomi Islam. Melalui dua fungsi utama tersebut, dengan rubu’ mujayyab kita dapat
menentukan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus, tangent, cotangent, secant, dan cosecant
dari suatu sudut yang ingin diketahui fungsi trigonometrinya, selain itu rubu’ mujayyab juga
dapat digunakan sebagai instrument pengukuran ketinggian objek, kedalaman sumur, lebar
sungai, menentukan arah kiblat, waktu sholat, ketinggian Matahari dan benda langit, koordinat
lintang suatu lokasi dan lain-lain.

Gambar E1.1 Desain rubu’ mujayyab dalam Jadwal rubu’ al-mujayyab bi-syakal al-badi’
wa al-khoth al-jamil karya Syeikh Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Damiri al-
Batawi (1878-1967).
Tabel E1.1 Bagian-bagian rubu’ mujayyab dalam Kitab al-jawahir an-naqiyah fi al-a’mal al-
jaibiyah karya Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi [1860-1916 M].
Nama bagian
No Keterangan
rubu’
1 Al-Markaz yaitu lubang yang pada tengah rubu’ itu pada pihak kepalanya,
tempat menempelnya benang penanda [khait].
2 Qous al-Irtifa’ yaitu seperempat lingkaran yang memiliki 90 derajat dan dibagi
nilainya kepada mustawi dan al-ma’kusah.
3 Jaib at-Tamam yaitu garis yang turun dari markaz menuju awal qous al-irtifa’.
4 Juyub yaitu enam puluh garis yang turun dari jaib at-tamam menuju qous
Mankusah al-irtifa’.
5 As-Sittini yaitu garis yang turun dari markaz menuju akhir qous al-irtifa’ dan
terbagi kepada enam puluh bagi pula dengan juyub mabsuthoh.
6 Juyub yaitu enam puluh garis yang turun dari sittini kepada qous al-irtifa’.
Mabsuthoh
7 Dairoh al-Mil yaitu seperempat dairoh yang melengkung dengan markaz
keluarnya daripada dua puluh empat derajat daripada jaib at-tamam
dan sittini.
8 Dua Nujaib yaitu dua garis yang pertama setengah dairoh yang keluar dari
[Dairata at- markaz menuju akhir qous dan yang kedua dari markaz menuju
Tajyib] awal qous.
9 Dua ‘ashor Terdapat dua garis, yaitu garis yang pertama keluar dari awal qous
[Qousa al- kepada empat puluh dua [42] derajat dan dua puluh lima [25]
‘Asraini] daqiqoh daripada sittini dan garis yang kedua keluar dari awal qous
kepada dua puluh enam [26] derajat dan empat puluh sembilan [49]
daqiqoh daripada sittini.
10 Dua Qoimah Terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama qoimah yang mankusah
Nawang yaitu garis yang kedua belas daripada jaib at-tamam sampai kepada
[Qaimata az- akhir qous jika qoimah ashobi’u dan yang ketujuh daripadanya
Zil] sampai kepadanya jika qoimah aqdam dan yang kedua qoimah al-
mabsuthoh yaitu daripada dua belas daripada sittini sampai kepada
qous jika qoimah ashobi’u dan daripada tujuh daripadanya sampai
kepada qous jika qoimah aqdam.
11 Al-Hadaftani yaitu dua siku daripada siku rubu’ yang tinggi keduanya yang
keluar daripada rupa rubu’ pada satu segi daripada segi rubu’ dan
terkadang ia di atas jaib at-tamam dan terkadang diatas sittini.
12 Al-Khait yaitu benang rubu’ yang diikat bersama dengan asy-syaqul.
13 Al-Muri yaitu benang yang diaturkan pada benang rubu’ itu dan yaitu
terkadang dua benang dan terkadang satu.
14 Asy-Syaqul yaitu batu pemberat yang digantungkan pada benang itu dan tanda
betul rubu’ yaitu bahwa dihantarkan akan benang rubu’ itu kepada
empat puluh lima daripada qous al-irtifa’

A.2 Panduan Menentukan Nilai Fungsi Trigonometri Menggunakan Rubu’ Mujayyab


Keterangan Ilustrasi
Menentukan Nilai Sinus
Untuk menentukan nilai sinus dengan menggunakan rubu’
mujayyab langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(A) Letakkan al-khait pada qous al-irtifa’ pada nilai derajat
yang ingin dicari sinus-nya, misalnya 30° .
(B) Lihat nilai sinus pada bagian as-sittini, yaitu bernilai 30.
(C) Bagi nilai yang diperoleh pada as-sittini dengan 60, maka
hasilnya adalah nilai sinus 30° yaitu 0,5. Hasil ini sama
dengan perhitungan kalkulator scientific sebesar 0,5.
30
sin 30° = = 0,5
60

Menentukan Nilai Cosinus


Untuk menentukan nilai cosinus dengan menggunakan rubu’
mujayyab langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(A) Letakkan al-khait pada qous al-irtifa’ pada nilai derajat
yang ingin dicari cosinus-nya, misalnya 30° .
(B) Lihat nilai cosinus pada bagian jaib at-tamam, yaitu
bernilai 52.
(C) Bagi nilai yang diperoleh pada jaib at-tamam dengan 60,
maka hasilnya adalah nilai cosinus 30° yaitu 0,866667.
Hasil ini sedikit berbeda dengan perhitungan kalkulator
scientific sebesar 0,866025.
52
cos 30° = = 0,866667
60
Menentukan Nilai Tangent
Untuk menentukan nilai tangent dengan menggunakan rubu’
mujayyab langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(A) Letakkan al-khait pada qous al-irtifa’ pada nilai derajat
yang ingin dicari tangent-nya, misalnya 30° .
(B) Lihat nilai pada bagian as-sittini, yaitu bernilai 30.
(C) Lihat nilai pada bagian jaib at-tamam, yaitu bernilai 52.
(D) Bagi nilai yang diperoleh pada bagian as-sitini dengan nilai
yang diperoleh pada bagian jaib at-tamam, yaitu 30/52
maka hasilnya adalah nilai tangent 30° yaitu 0,576923.
Hasil ini sedikit berbeda dengan perhitungan kalkulator
scientific sebesar 0,57735.
30
tan 30° = = 0,576923
52
A.3 Panduan Menentukan Besar Sudut dari Fungsi Trigonometri
Keterangan Ilustrasi
Menentukan Besar Sudut dari Nilai Sinus
Untuk menentukan besar sudut dari nilai sinus dengan
menggunakan rubu’ mujayyab langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
(A) Tentukan nilai sinus yang ingin dicari besar sudutnya,
misalnya 0,5. Kemudian kalikan nilai tersebut dengan 60,
dalam hal ini yaitu 30. Selanjutnya, lihat nilai sinus pada
bagian as-sittini yang ingin dicari besar sudutnya, dalam
hal ini bernilai 30.
(B) Tarik garis lurus dari titik nilai pada as-sittini sejajar
dengan jaib at-tamam, sampai memotong garis qous al-
irtifa’.
(C) Lihat nilai pada qous al-irtifa’. Dalam hal ini, diperoleh
30° .
𝑦
sin 𝜃 = = 0,5
𝑟
Karena 𝑟 = 60, maka
𝑦
= 0,5
60
𝑦 = 0,5 ∙ 60 = 30
Nilai pada bagian as-sittini adalah 30, sehingga besar sudut
pada qous al-irtifa’ yaitu 30° .
Menentukan Besar Sudut dari Nilai Cosinus
Untuk menentukan besar sudut dari nilai cosinus
dengan menggunakan rubu’ mujayyab langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
(A) Tentukan nilai cosinus yang ingin dicari
besar sudutnya, misalnya 0,866667.
Kemudian kalikan nilai tersebut dengan 60,
dalam hal ini yaitu 52. Selanjutnya, lihat nilai
cosinus pada bagian jaib at-tamam yang
ingin dicari besar sudutnya, dalam hal ini
bernilai 52.
(B) Tarik garis lurus dari titik nilai pada jaib at-
tamam sejajar dengan as-sittini, sampai
memotong garis qous al-irtifa’.
(C) Lihat nilai pada qous al-irtifa’. Dalam hal ini,
diperoleh 30° .

𝑥
cos 𝜃 = = 0,866667
𝑟
Karena 𝑟 = 60, maka
𝑥
= 0,866667
60
𝑥 = 0,866667 ∙ 60 = 52
Nilai pada bagian jaib at-tamam adalah 52,
sehingga besar sudut pada qous al-irtifa’ yaitu
30° .
Menentukan Besar Sudut dari Nilai Tangent
Untuk menentukan besar sudut dari nilai tangent
dengan menggunakan rubu’ mujayyab langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
(A) Tentukan nilai tangent yang ingin dicari
besar sudutnya, 0,576923. Kemudian kita
bagi nilai sembarang pada bagian as-sittini,
misalnya 30, dengan 0,576923, maka
diperoleh 52.
(B) Nilai 52 tersebut adalah nilai pada bagian
jaib at-tamam.
(C) Kemudian tarik garis pertama dari nilai as-
sittini sejajar dengan jaib at-tamam, dan tarik
garis kedua dari nilai jaib at-tamam sejajar
dengan as-sittini. Setelah diperoleh
perpotongan dari kedua garis, tarik al-khait
dari al-markaz menuju titik perpotongan
tersebut sampai memotong pula garis sudut
pada qous al-irtifa’, dalam hal ini pada nilai
30° .
𝑦
tan 𝜃 = = 0,576923
𝑥
Kita misalkan, 𝑦 = 30, maka
30
= 0,576923
𝑥
30
𝑥= = 52
0,576923
Setelah nilai 𝑥 dan 𝑦 diketahui, tarik al-khait dari
al-markaz menuju titik perpotongan dari dua nilai
tersebut sampai memotong pula garis sudut pada
qous al-irtifa’, yaitu 30° .

B. TUJUAN
Berikut ini tujuan dari eksperimen:
1. Dapat menghitung kedalaman objek menggunakan rubu’ mujayyab.
2. Dapat menghitung lebar objek menggunakan rubu’ mujayyab.
3. Dapat menghitung ketinggian objek menggunakan rubu’ mujayyab.
4. Dapat menghitung arah kiblat menggunakan rubu’ mujayyab.

C. ALAT DAN BAHAN


Berikut ini adalah daftar alat dan bahan yang dibutuhkan dalam eksperimen. Sebelum
melakukan eksperimen, silahkan periksa dan ceklist terlebih dahulu alat dan bahan yang
akan digunakan.
Tabel E1.2 Daftar alat dan bahan eksperimen.
No Nama Alat / Bahan Banyak Ceklist
1 Kit rubu’ mujayyab:
Rubu 1
Tali 1
Mur 4 mm 1
D. EKSPERIMEN DAN PENGUJIAN
D.1 PERCOBAAN PERTAMA
Jika diketahui pada qous al-irtifa’ menunjukkan sudut 60° dan lebar sumur sebesar 2 meter
maka kedalaman sumur dapat ditentukan sebagai berikut:

Gambar E1.2 Ilustrasi pengukuran kedalaman sumur.

Pada rubu’ mujayyab berlaku:


As-sittini 𝑦𝑟𝑢𝑏𝑢′ =
Jaib at-tamam 𝑥𝑟𝑢𝑏𝑢′ =

tan 𝜃 =

Pada sumur berlaku:


Kedalaman sumur:
𝑦𝑠𝑢𝑚𝑢𝑟 = 𝑥𝑠𝑢𝑚𝑢𝑟 ∙ tan 𝜃

𝑦𝑠𝑢𝑚𝑢𝑟 =
D.2 PERCOBAAN KEDUA
Seorang pengamat berdiri ditepi sungai dengan membawa rubu’ mujayyab untuk mengukur
lebar sungai, jika diketahui tepi seberang sungai dapat teramati pada qous al-irtifa’
menunjukkan sudut 30° dan posisi rubu’ mujayyab 1,5 meter diatas tanah maka lebar sungai
dapat ditentukan sebagai berikut:

Gambar E1.3 Ilustrasi pengukuran lebar sungai.

Pada rubu’ mujayyab berlaku:


As-sittini 𝑦𝑟𝑢𝑏𝑢′ =
Jaib at-tamam 𝑥𝑟𝑢𝑏𝑢′ =

tan 𝜃 =

Pada sungai berlaku:


Lebar sungai:
𝑦𝑟𝑢𝑏𝑢′
𝑥𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 =
tan 𝜃

𝑥𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 =
D.3 PERCOBAAN KETIGA
Seorang pengamat melihat pucak monas yang telah diketahui tingginya sebesar 132 meter
dari tanah, jika pengamat tersebut melihat menggunakan rubu’ mujayyab dengan qous al-
irtifa’ menunjukkan sudut 30° dan posisi rubu’ mujayyab 1,5 meter dari tanah maka jarak
antara rubu’ mujayyab terhadap monas dapat ditentukan sebagai berikut:

Gambar E1.4 Ilustrasi pengukuran jarak objek.


Pada rubu’ mujayyab berlaku:
As-sittini 𝑦𝑟𝑢𝑏𝑢′ =
Jaib at-tamam 𝑥𝑟𝑢𝑏𝑢′ =

tan 𝜃 =

Pada monas (objek) berlaku:


Jarak objek:
𝐻 − 𝑦𝑟𝑢𝑏𝑢′
𝑥𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 =
tan 𝜃

𝑥𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 =
D.4 PERCOBAAN KEEMPAT

Kiblat berasal dari terjemahan bahasa Arab yang berarti "arah", kiblat adalah arah yang
mengarah ke Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi. Menghadap ke
arah Kiblat adalah salah satu syarat Sholat. Karena pentingnya, para ilmuwan Muslim awal
mengembangkan berbagai metode matematika untuk menentukan arah kiblat seperti al-
Khwarizmi (Charette and Schmidl 2004), al-Biruni (Kennedy 1974), Ibn al-Haytham (Dallal
1995), Abu al-Wafa al-Buzjani (Kennedy 1984), (Moussa 2011), dan lainnya (Schwartz 2010).

Gambar E1.5 Ilustrasi trigonometri bola.


Dari Gambar E1.5, diketahui busur 𝑎 adalah panjang busur penghubung titik B dan C, busur
b adalah panjang busur penghubung titik A dan C, busur c adalah panjang busur penghubung
titik A dan B, koordinat titik C (kutub utara) memiliki lintang = 90°, sudut 𝐶 = 𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 , 𝑎 =
90° − 𝐿𝑏 , 𝑏 = 90° − 𝐿𝑎 , cos(90° − 𝐿𝑏 ) = sin(𝐿𝑏 ), sin(90° − 𝐿𝑏 ) = cos(𝐿𝑏 ),
cotan(90° − 𝐿𝑎 ) = tan(𝐿𝑎 ), maka arah kiblat (B) terhadap utara bumi adalah:

sin (𝐵𝑏 −𝐵𝑎 )


𝐵 = 𝑎𝑟𝑐 tan2 (cos(𝐿 ) (E1. 1)
𝑏 )∙tan(𝐿𝑎 )−sin(𝐿𝑏 )∙cos(𝐵𝑏 −𝐵𝑎 )

dimana 𝐵 adalah azimut Kiblat Lokasi terhadap Kutub Utara Bumi, 𝐿𝑎 adalah garis lintang
Mekah, 𝐵𝑎 adalah bujur dari Mekah, 𝐿𝑏 adalah garis lintang suatu Lokasi, dan 𝐵𝑏 bujur suatu
Lokasi. Dengan fungsi arctan2:

𝑦
arctan (𝑥 ) jika 𝑥 > 0
𝑦
arctan ( ) + 𝜋 jika 𝑥 < 0 dan 𝑦 ≥ 0
𝑥
𝑦
𝑎𝑡𝑎𝑛2(𝑦, 𝑥) arctan (𝑥 ) − 𝜋 jika 𝑥 < 0 dan 𝑦 < 0 (E1. 2)
𝜋
+2 jika 𝑥 = 0 dan 𝑦 > 0
𝜋
−2 jika 𝑥 = 0 dan 𝑦 < 0
{ tidak terdefinisi jika 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 0
Tabel E1.2 Ketentuan menentukan arah Kiblat metode trigonometri bola.
No. Ketentuan Rumus Arah Kiblat
1 Jika B> 0 Terhadap Utara:
𝐾𝑖𝑏𝑙𝑎𝑡 = 360 − 𝐵
2 Jika B< 0 Terhadap Utara:
𝐾𝑖𝑏𝑙𝑎𝑡 = −𝐵
Jika diketahui data lokasi suatu masjid seperti pada Tabel E1.3, maka tentukan arah kiblat di
lokasi masjid tersebut!
Tabel E1. 3 Data Koordinat Lokasi dan Arah Kiblat Terhadap Utara.
Arah Kiblat
Lokasi (Kota) Lintang Bujur (Acuan Utara)
Ka’bah, Mekkah
21° 25’ 21.21” LU 39° 49’ 34.06” BT
(Data Koordinat _
= 21.422558° = 39.826128°
Google Maps)
Masjid X (Data
6° 08′ 46.69′′ LS 106° 48′ 22.80′′ BT
Koordinat ?
= −6.146303° = 106.806330°
Google Maps)

Catatan: Untuk penggunaan fungsi trigonometri dari minus derajat mengikuti aturan kuadran.
Dengan menggunakan rubu’ mujayyab sebagai kalkulator trigonometri, isilah data berikut:
sin (𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 ) =
cos(𝐿𝑏 ) ∙ tan(𝐿𝑎 ) =
sin(𝐿𝑏 ) ∙ cos(𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 ) =
cos(𝐿𝑏 ) ∙ tan(𝐿𝑎 ) − sin(𝐿𝑏 ) ∙ cos(𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 ) =
sin (𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 )
=
cos(𝐿𝑏 ) ∙ tan(𝐿𝑎 ) − sin(𝐿𝑏 ) ∙ cos(𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 )
sin (𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 )
𝐵 = 𝑎𝑟𝑐 tan2 ( )
cos(𝐿𝑏 ) ∙ tan(𝐿𝑎 ) − sin(𝐿𝑏 ) ∙ cos(𝐵𝑏 − 𝐵𝑎 )
Maka
𝐵=

Arah Kiblat Masjid X (Acuan Utara):


EKSPERIMEN 3: EKSPERIMEN BOUGUER-LAMBERT-BEER
[BOBOT SOAL 35]

DIPERBOLEHKAN MENGGUNAKAN KALKULATOR!

A. PENDAHULUAN
Jika suatu cahaya dengan intensitas tertentu dilewatkan pada suatu medium zat penyerap, maka
cahaya yang dilewatkan tersebut akan mengalami pelemahan. Eksperimen dan analisis atas
fenomena pelemahan intensitas cahaya tersebut kemudian dilakukan oleh para ilmuwan
seperti, Pierre Bouguer (1729) dalam karyanya berjudul “Essai d'optique sur la gradation de
la lumière” yang diterbitkan oleh Claude Jombert, Paris, kemudian dilanjutkan oleh Johann
Heinrich Lambert (1760) dalam “Photometria sive de mensura et gradibus luminis, colorum
et umbrae” yang diterbitkan oleh Eberhardt Klett, serta August Beer (1852) dalam
“Bestimmung der Absorption des rothen Lichts in farbigen Flüssigkeiten”, yang diterbitkan
oleh Annalen der Physik und Chemie.

A.1 KONSEP PERCOBAAN BOUGUER-LAMBERT-BEER

Gambar E3.1 Konsep percobaan Bouguer-Lambert-Beer.

Misalkan seberkas cahaya terkolimasi melintas dalam arah +𝑑 dan misalkan melewati suatu
medium dengan ketebalan 𝑑. Berkas cahaya yang datang pada medium dengan daya P0 dan
yang menembus medium dengan daya 𝑃’. Pada saat cahaya melintas medium yang di dalamnya
terdapat larutan dengan konsentrasi 𝐶, maka menurut Bouguer-Lambert-Beer pada berkas
cahaya tersebut akan mengalami pelemahan secara eksponen sesuai persamaan:
𝑃′
= 𝑒 −𝛼𝑑𝐶 (E3.1)
𝑃0

Dengan 𝛼 merupakan absorpsivitas atau koefisien absorpsi larutan. Pengukuran daya awal P0
dilakukan dengan mengukur daya yang melewati medium air (kuvet berisi air tanpa zat
terlarut), sedangkan pengukuran daya 𝑃’ dilakukan dengan mengukur daya yang melewati
medium larutan (kuvet yang berisi larutan dengan konsentrasi 𝐶).

A.2 KONSENTRASI
Konsentrasi (𝐶) larutan dapat menggunakan persamaan berikut:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑝𝑚) = × 106 (E3.2)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝐿)

A.3 TRANSMITANSI (𝑻)


Transmitansi (𝑇) didefinisikan sebagai rasio daya radian yang ditransmisikan melewati
sampel terhadap daya cahaya datang, yang diukur pada panjang gelombang yang sama.
𝑃′
𝑇= (E3.3)
𝑃0

A.4 ABSORBANSI (𝑨)


Absorbansi (𝐴) didefinisikan sebagai logaritma berbasis 10 dari kebalikan transmitansi.
1
𝐴 = log10 ( ) (E3.4)
𝑇

B. TUJUAN
Berikut ini tujuan dari eksperimen:
1. Dapat memahami fenomena Bouguer-Lambert-Beer.
2. Dapat menentukan koefisien absorptivitas suatu larutan.
3. Dapat menentukan konsentrasi suatu larutan uji melalui metode Bouguer-Lambert-Beer.

C. ALAT DAN BAHAN


Berikut ini adalah daftar alat dan bahan yang dibutuhkan dalam eksperimen. Sebelum
melakukan eksperimen, silahkan periksa dan ceklist terlebih dahulu alat dan bahan yang
akan digunakan.
Tabel E3.1 Daftar alat dan bahan eksperimen.
No Nama Alat / Bahan Banyak Ceklist
1 Kit percobaan Bouguer-lamber-Beer
Box Utama Kamera Obscura 1
Papan Celah (dari eksperimen 2 kamera obscura) 1
Celah 3 mm (dari eksperimen 2 kamera obscura) 1
Papan Sampel+Sensor 1
2 Kuvet 2
3 Pipet 2
4 Sampel Standar 0,030 gr 1
5 Sampel Standar 0,080 gr 1
6 Sampel Standar 0,130 gr 1
7 Sampel Standar 0,180 gr 1
8 Sampel Uji 1
9 Resistor 20 kOhm 2
10 Capit Buaya 2
11 Kancing Batre 1
12 Header Male Panjang 2 pin 1
13 Project Board Mini 1
14 Kabel Jumper 20 cm 2
15 Cup Plastik 5
16 Multimeter 1
17 Batre 9V 1
18 Tissue 1
19 Air+Tempat Air Secukupnya

D. EKSPERIMEN DAN PENGUJIAN

D.1 PREPARASI SAMPEL

D.1.1 PREPARASI SAMPEL AIR


Berikut ini merupakan langkah preparasi sampel air:
1. Siapkan air dalam wadah beserta kuvet.
2. Masukan air kedalam kuvet menggunakan pipet sebanyak 3/4 dari tinggi kuvet atau
sebanya 3 mL.
3. Ukur lebar kuvet sebagai 𝒅 = ⋯ 𝑚.

Gambar E3.2 Menyiapkan sampel air kedalam kuvet.

D.1.2 PREPARASI SAMPEL LARUTAN STANDAR


Berikut ini merupakan langkah preparasi sampel larutan standar:
1. Masukan sampel zat terlarut standar bermassa 0.030 gr kedalam wadah pelarut.
2. Larutkan dengan 30 mL air. (30 mL air diperoleh dengan mempipet 10 kali larutan
dengan skala 3 mL)
3. Aduk hingga sampel terlarut dalam air.
4. Ulangi prosedur 1 sampai 3 untuk sampel zat terlarut standar 0.080 gr, 0.130 gr, dan
0,180 gr.
5. Hitunglah konsentrasi masing masing larutan dengan menggunakan persamaan E3.2
dan catat hasilnya pada Tabel E3.3
6. Pindahkan larutan tersebut dari wadah ke kuvet untuk dilakukan pengujian (bersihkan
kuvet sebelum digunakan).
Gambar E3.3 Contoh hasil melarutkan sampel larutan standar.
7. Sebelum melakukan pengukuran pada sebuah larutan, masukan larutan yang akan diuji
tersebut pada kuvet sebanyak 3/4 dari tinggi kuvet atau sebanyak 3 mL.

Gambar E3.4 Menyiapkan sampel larutan kedalam kuvet.

D.1.3 PREPARASI SAMPEL LARUTAN UJI


Berikut ini merupakan langkah preparasi sampel larutan uji:
1. Masukan sampel uji kedalam wadah pelarut.
2. Larutkan dengan 30 mL air. ( 30 mL air diperoleh dengan mempipet 10 kali larutan
dengan skala 3 mL)
3. Aduk hingga sampel terlarut dalam air.
4. Larutan sampel uji ini yang akan dihitung konsentrasinya setelah diketahui koefisien
absorpsi.

Gambar E3.5 Contoh hasil melarutkan sampel uji.


5. Sebelum melakukan pengukuran pada sebuah larutan, masukan larutan yang akan diuji
tersebut pada kuvet sebanyak 3/4 dari tinggi kuvet atau sebanyak 3 mL.

D.2 PREPARASI ALAT


Berikut ini merupakan langkah preparasi alat (box ruang uji):
1. Gunakan box kamera obscura untuk melakukan eksperimen 3 dengan melepas semua
papan celah yang digunakan saat eksperimen ke-2. Kemudian tutup lubang “Celah”,
lubang “Variasi Jarak 1” dan lubang “Variasi Jarak 2” menggunakan lakban hitam.

Gambar E3.6 Lubang kamera obscura yang ditutup oleh lakban.

2. Bukalah lakban yang terdapat diantara lubang “Variasi Jarak 3” dan “Variasi Jarak 4”.
Kemudian ambil dan pasanglah papan celah dengan ukuran celah 3 mm pada lubang
Variasi Jarak 4.

Gambar E3.7 Membuka lakban penutup ruang uji sampel dan memasukkan papan
celah 0,3 mm pada lubang Variasi Jarak 4.

3. Pasang papan sampel+sensor pada lubang Variasi Jarak 3 dengan sensor LDR (berbentuk
lingkaran) menghadap celah. Pastikan kabel penghubung sensor LDR berada di luar
kotak.
Gambar E3.8 Memasukkan papan sampel+sensor pada lubang Variasi Jarak 3.

4. Susun rangkaian pembacaan sensor seperti pada gambar berikut.


Gambar E3.9 Skematik dan realisasi rangkaian sensor.
5. Hubungkan kabel lampu dengan terminal listrik PLN, sehingga lampu menyala.

Gambar E3.10 Kondisi di dalam ruang uji sampel larutan.

D.3 PENGUKURAN SAMPEL

D.3.1 PENGUKURAN SAMPEL AIR


Berikut ini merupakan langkah pengukuran sampel air:
1. Masukan sampel air pada kuvet. (Pastikan kuvet dalam keadaan kering sebelum diisi)
2. Masukan dan simpan sampel air pada ruang uji, sehingga cahaya tepat melawati kuvet.
(Pastikan posisi kuvet yang menghadap ke cahaya dan sensor adalah bagian yang polos
atau tidak bergerigi).
Gambar E3.11 Memasukan kuvet yang berisi air pada kotak ruang uji.

3. Tutup penutup ruang sampel, kemudian ukur dan catat data tegangan yang terukur oleh
multimeter pada Tabel E3.2.

Gambar E3.12 Pengukuran tegangan pada sensor.

D.3.2 PENGUKURAN SAMPEL STANDAR


Berikut ini merupakan langkah pengukuran sampel larutan standar:
1. Masukan sampel larutan standar 0,030 gram pada kuvet. (Pastikan kuvet dalam keadaan
kering sebelum diisi)
2. Masukan dan simpan sampel standar tersebut pada ruang uji, sehingga cahaya tepat
melawati kuvet. (Pastikan posisi kuvet yang menghadap ke cahaya dan sensor adalah
bagian yang polos atau tidak bergerigi).
3. Tutup penutup ruang sampel, kemudian ukur dan catat data tegangan yang terukur oleh
multimeter pada Tabel E3.3.
4. Ulangi langkah 1 sampai dengan 3, untuk 3 sampel larutan lainnya (sampel 0,080 gram,
0,130 gram, dan 0,180 gram).

Gambar E3.13 Memasukan kuvet yang berisi sampel larutan pada kotak ruang uji.

Gambar E3.14 Pengukuran tegangan pada sensor.

D.3.2 PENGUKURAN SAMPEL UJI


Berikut ini merupakan langkah pengukuran sampel larutan uji sebagaimana proses
pengukuran sampel larutan standar:
1. Masukan sampel larutan uji pada kuvet. (Pastikan kuvet dalam keadaan kering sebelum
diisi)
2. Masukan dan simpan sampel uji tersebut pada ruang uji, sehingga cahaya tepat melawati
kuvet. (Pastikan posisi kuvet yang menghadap ke cahaya dan sensor adalah bagian yang
polos atau tidak bergerigi).
3. Tutup penutup ruang sampel, kemudian ukur dan catat data tegangan yang terukur oleh
multimeter pada Tabel E3.6.

E. DATA DAN ANALISIS


E.1 DATA
1. Masukan data tegangan pada pengujian sampel air sebagai 𝑷𝟎 pada tabel berikut:
Tabel E3.2 Hasil pengujian sampel air.
Tegangan Sensor
No Lebar kuvet d (m)
(Volt) Sebagai 𝑷𝟎
1

2. Hitung konsentrasi larutan dalam ppm (part per million) sesuai persamaan E3.3, serta
catat tegangan yang terbaca oleh sensor sebagai 𝑷′.
Tabel E3.3 Hasil pengujian sampel larutan standar.
Percobaan Massa Volume Konsentrasi Tegangan Sensor
Ke- (gram) (mL) Larutan (ppm) (Volt) Sebagai 𝑷′
1 0,030 30
2 0,080 30
3 0,130 30
4 0,180 30

E.2 ANALISIS

E.2.1 METODE PERTAMA


Lengkapilah data berikut:
Tabel E3.4 Hasil pengujian sampel larutan standar.
Percobaan Konsentrasi
𝐥𝐧(𝑷𝟎 ) 𝐥𝐧(𝑷′)
Ke- Larutan (ppm)
1
2
3
4

Berdasarkan persamaan E3.1, didapatkan persamaan:


ln 𝑃′ = ln 𝑃0 − 𝛼𝑑𝐶 E3.5
Buktikan persamaan E3.5 yang diturunkan dari persamaan E3.1 !
Pembuktian persamaan E3.5

Kemudian, data hasil eksperimen pada Tabel E3.4 tersebut diolah menjadi grafik hubungan
ln 𝑃′ terhadap konsentrasi larutan (𝐶) seperti pada gambar berikut:
Grafik Hubungan ln(𝑃′)
dengan Konsentrasi Larutan
1,2

0,8
ln(𝑃′)

0,6

0,4

0,2

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi Larutan (ppm)

Gambar E3.15 Grafik hubungan antara 𝐥𝐧 𝑷′ dengan Konsentrasi Larutan.

Persamaan E3.5 dapat didekati dengan persamaan linier berikut:


𝒚 = 𝒎gradien 𝒙 + 𝒄, E3.6

n n n
n xi yi −  xi  yi
mgradien = i =1 i =1 i =1
2
, E3.7

n
 n
n x −   xi 
2
i
i =1  i =1 
1 n 1 n
c= 
n i =1
yi − mgradien  xi .
n i =1
E3.8

dengan 𝑚gradien = −𝑎𝑑, jumlah data n dan konstanta c merupakan nilai sumbu y pada saat
sumbu x sama dengan nol, dalam hal ini yaitu ln 𝑃0 . Melalui plot grafik ln 𝑃′ sebagai sumbu 𝑦,
terhadap 𝐶 sebagai sumbu 𝑥, kita dapat memperoleh absorpsivitas:
𝒎
𝜶 = − gradien , E3.9
𝒅

Dari data grafik pada Gambar E3.15, tentukan nilai 𝜶!

Absorpsivitas 𝜶 :
E.2.2 METODE KEDUA
Lengkapilah data berikut:
Tabel E3.5 Hasil pengujian sampel larutan standar.
Konsentrasi Tegangan
Percobaan Transmitansi Absorbansi
Larutan Sensor
Ke- (T) (A)
(ppm) (V)
1
2
3
4

Berdasarkan persamaan E3.1, E3.3, dan E3.4, didapatkan persamaan:


𝐴 = 0,4343(𝛼𝑑𝐶) E3.10
Buktikan persamaan E3.10 yang diturunkan dari persamaan E3.1, E3.3, dan E3.4 !

Pembuktian persamaan E3.10

Kemudian, data hasil eksperimen pada Tabel E3.5 diolah menjadi grafik hubungan
Absorbansi (𝐴) terhadap konsentrasi larutan (𝐶) seperti pada gambar berikut:
Grafik Hubungan Absorbansi
dengan Konsentrasi Larutan
1,2

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi Larutan (ppm)

Gambar E3.16 Grafik hubungan antara 𝐀𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 dengan Konsentrasi Larutan.

Persamaan E3.10 dapat didekati dengan persamaan linier berikut:


𝒚 = 𝒎gradien 𝒙 + 𝒄,

n n n
n xi yi −  xi  yi
mgradien = i =1 i =1 i =1
2
,
n
 
n
n xi2 −   xi 
i =1  i =1 
1 n 1 n
c= 
n i =1
yi − mgradien  xi .
n i =1
dengan 𝑚gradien = 𝟎, 𝟒𝟑𝟒𝟑 𝜶 ∙ 𝑑, jumlah data n dan konstanta c merupakan nilai sumbu y
pada saat sumbu x sama dengan nol, dalam hal ini yaitu 𝐴0 . Melalui plot grafik Absorbansi 𝐴
sebagai sumbu 𝑦, terhadap konsentrasi 𝐶 sebagai sumbu 𝑥, kita dapat memperoleh
absorpsivitas:
𝒎gradien
𝜶= , E3.11
𝟎,𝟒𝟑𝟒𝟑∙𝒅
Dari data grafik pada Gambar E3.16, tentukan nilai 𝛼!
Absorpsivitas 𝜶 :

E.2.2 Pengujian Sampel Larutan Uji


Tabel E3.6 Hasil pengujian sampel larutan uji.
Konsentrasi Konsentrasi
Tegangan Tegangan
sampel uji 𝑪 sampel uji 𝑪
Sensor (Volt) Sensor Transmitansi Absorbansi
sesuai sesuai
Sampel Air (Volt) (T) (A)
Persamaan Persamaan
𝑷𝟎 Sebagai 𝑷′
E3.5 E3.10

Setelah diperoleh koefisien absorpsi 𝛼 baik menggunakan metode pertama maupun kedua,
maka tentukan nilai konsentrasi dari sampel larutan uji tersebut sesuai persamaan E3.5 dan
E3.10!

Konsentrasi C larutan uji sesuai persamaan E3.5


Konsentrasi C larutan uji sesuai persamaan E3.10
EKPLORASI 4: HOMOPOLAR MOTOR
[BOBOT SOAL 25]

Disediakan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Magnet silinder kecil bahan Neodymium 5 x 8 mm 10 bh


2. Baterai AA 3 bh
3. Kawat tembaga dengan 3 variasi diameter @20 cm
4. Karton / manila A4
5. Cutter
6. Selotip

Tugas Anda adalah mendesain HOMOPOLAR MOTOR dengan alat dan bahan yang
disediakan. Anda dapat melakukan berbagai manipulasi variabel.

Tuliskan laporan kegiatan Anda dalam format berikut.

A. Rumusan masalah (skor 3)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

B. Hipotesis (skor 2)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________
C. Identifikasi Variabel Percobaan (Variabel manipulasi, respon, dan kontrol) (skor
3)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

D. Definisi Operasional Variabel Percobaan (Variabel manipulasi, respon, dan


kontrol) (skor 3)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

E. Langkah Kerja (skor 5)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________
F. Gambar atau Desain Demonstrasi (skor 4)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

G. Analisis Data (skor 3)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

H. Kesimpulan (skor 2)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________
RAHASIA
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PANITIA SWAKELOLA TIM AHLI KOMPETISI SAINS MADRASAH TAHUN 2021

EKPLORASI 5: PENENTUAN KONSTANTA PEGAS


[BOBOT SOAL 25]

SOAL NOMOR 5 (total skor 15)

Berikut adalah data hasil percobaan penentuan konstanta pegas.


Tugas Anda adalah menentukan nilai k masing-masing pegas!

Halaman 1 KSM Tingkat Nasional Tahun 2021


RAHASIA
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PANITIA SWAKELOLA TIM AHLI KOMPETISI SAINS MADRASAH TAHUN 2021

Sistim pegas

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

Halaman 2 KSM Tingkat Nasional Tahun 2021


RAHASIA
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PANITIA SWAKELOLA TIM AHLI KOMPETISI SAINS MADRASAH TAHUN 2021

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

Halaman 3 KSM Tingkat Nasional Tahun 2021


RAHASIA
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PANITIA SWAKELOLA TIM AHLI KOMPETISI SAINS MADRASAH TAHUN 2021

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

Halaman 4 KSM Tingkat Nasional Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai