Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

“PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU UNTUK MENDAPATKAN


SERTIFIKAT PENDIDIK”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Cicilia Dyah Sulistyaningrum Indrawati, S. I., M.Pd.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

1. Silfi Ananta (K7523086)


2. Tyas Asri Wijayanti (K7523091)
3. Widyanti Dwi Fatmawati (K7523093)
4. Yana Arista Rosi (K7523094)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..
BAB 1: PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB 2: LANDASAN TEORI..................................................................................3
BAB 3: PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Perkembangan Pendidikan Pofesi Guru Di Indonesia..................................5
B. Sistem Pembelajaran PPG.............................................................................6
C. Kebijakan dan Regulasi PPG......................................................................10
D. Pelaksanaan Sistem PPG...............................................................................11
E. Identifikasi Tantangan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Sistem PPG. 14
F. Faktor-faktor yang Menghambat Keberhasilan Sistem PPG di Indonesia..17
G. Bagaimana Sistem PPG Telah Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Di
Indonesia............................................................................................................22
H. Perbandingan Antara Pendidikan Sebelum dan Setelah Implementasi
Sistem PPG.........................................................................................................23
BAB 4: PENUTUP................................................................................................26
D. Kesimpulan.................................................................................................26
E. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tingginya Harapan pada Pendidikan menjadikan Pendidikan dianggap
sebagai suatu fondasi pembangunan nasional dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu, ada tekanan besar untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Kemudian Kebutuhan Guru Berkualitas menjadi
faktor penentu dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, diperlukan
guru-guru yang berkualitas dan profesional dalam mengajar dan mendidik
Keterbatasan Kompetensi Guru di Indonesia menjadikan beberapa guru di
Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memahami dan menerapkan
kurikulum baru, teknologi pendidikan, dan pendekatan pembelajaran yang
efektif. Standar Profesi Guru yang Ditingkatkan Pemerintah telah mengenalkan
standar profesi guru yang lebih tinggi untuk memastikan bahwa guru memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang memadai untuk mendidik siswa.
Pengembangan Kemampuan Guru sehingga PPG menjadi sarana penting
dalam meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pelatihan, bimbingan,
dan pengembangan kompetensi yang dibutuhkan.Terkadang, lulusan
pendidikan formal belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
di lapangan. PPG membantu mengisi kesenjangan ini.
Kemudian pengenalan kurikulum 2013 memerlukan persiapan guru yang
baik untuk mengajar dengan pendekatan tematik dan berbasis kompetensi. PPG
menjadi instrumen untuk mempersiapkan guru dalam hal ini. Pendidikan
Indonesia perlu beradaptasi dengan tuntutan global dalam hal peningkatan
kualitas guru dan pembelajaran.Sertifikat pendidik yang diperoleh melalui PPG
adalah langkah penting untuk mengakui profesi guru dan meningkatkan status
mereka dalam masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
Pendidikan adalah pondasi utama pembangunan suatu bangsa, dan sebagai
calon pendidik, memiliki sertifikasi pendidik yang komprehensif sangatlah
penting. Dalam konteks Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), terdapat
beberapa isu dan tantangan yang perlu dipahami dan dipecahkan untuk
memastikan bahwa para calon pendidik siap untuk memimpin proses belajar
mengajar dengan efektif. Berikut merupakan rumusan masalah utama dalam
makalah ini:
1. Bagaimana proses sertifikasi pendidik di Indonesia dan apa persyaratan
yang harus dipenuhi oleh guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik?
2. Apa pentingnya pendidikan profesi guru dalam meningkatkan kualitas
pengajaran dan hasil belajar siswa?
3. Apa tantangan utama yang dihadapi oleh guru dalam mengikuti program
sertifikasi pendidik?
4. Bagaimana dampak sertifikasi pendidik terhadap peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mencapai sebuah mutu pendidikan yang tinggi dan pengajaran yang
efektif, diperlukan administrasi dan manajemen pendidikan yang kompeten.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah salah satu langkah penting
dalam upaya meningkatkan kualitas guru dan pendidikan secara keseluruhan.
Berikut merupakan tujuan penulisan makalah PPG untuk Mendapatkan
Sertifikat Pendidik:

1. Menjelaskan sejarah dan pengenalan mengenai sistem PPG di Indonesia.

2. Menjelaskan struktur serta regulasi sistem PPG di Indonesia.

3. Menjelaskan pelaksaan sistem PPG di Indonesia.

4. Menjelaskan tantangan, hambatan, dan dampak sistem PPG di Indonesia.

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

Pendidikan profesi merupakan salah satu bentuk dari pendidikan lanjut


yang dapat dilaksanakan setelah program sarjana dan mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Program
Pendidikan Profesi Guru sendiri merupakan program pendidikan yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/ DIV
non-kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga
dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional (Ristekdikti, 2018). Pendidikan
profesi guru ditempuh selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari progran
sarjana kependidi- kan maupun non sarjana kependidikan. PPG merupakan
program pengganti akta IV yang tidak berlaku lagi mulai tahun 2005. Lulusan
pendidikan profesi akan mendapatkan gelar Gr dibelakang nama guru tersebut.
Tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sesuai
dengan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3, yaitu mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung- jawab. Tujuan khusus program PPG
seperti yang tercantum dalam Permendikbud RI nomor 87 tahun 2013 adalah
untuk menghasil- kan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian dengan
melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; dan mempu melakukan
penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut merupakan alternatif
bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Hal terse- but sejalan dengan
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 20 bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya, guru berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan

3
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pendidikan Pofesi Guru Di Indonesia

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Indonesia telah


mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Berikut adalah
gambaran perkembangan PPG di Indonesia dari tahun ke tahun:

1. Pendidikan Guru Normal (PGN) Era Kolonial (Abad ke-20 - 1945)


Pendidikan guru pada masa ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pendidikan guru diberikan dalam bentuk sekolah-sekolah guru untuk
mempersiapkan tenaga pengajar lokal.
2. Pendidikan Guru pada Masa Kemerdekaan (1945 - 1990-an)
Setelah Indonesia merdeka, sistem pendidikan guru mengalami perubahan
signifikan. Pendidikan guru dilaksanakan di berbagai tingkatan, seperti
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) untuk tingkat pendidikan dasar dan
Sekolah Pendidikan Guru Atas (SPGA) untuk tingkat pendidikan
menengah.
3. PPG dalam Reformasi Pendidikan (1990 - Abad ke-21)
Pemerintah Indonesia memulai serangkaian reformasi pendidikan,
termasuk pendidikan guru. Pendidikan guru ditingkatkan melalui berbagai
program, termasuk program pendidikan sarjana untuk calon guru.
4. Implementasi Sertifikasi Guru (2005)
Pemerintah Indonesia memperkenalkan program sertifikasi guru sebagai
bagian dari upaya meningkatkan kualitas guru. Guru-guru harus mengikuti
pelatihan dan ujian sertifikasi untuk mendapatkan status guru yang
bersertifikat.
5. Pengembangan PPG di Universitas (2010-an - Sekarang)
Pada awal abad ke-21, pemerintah Indonesia mulai mengembangkan
pendidikan guru lebih lanjut melalui universitas. Program PPG

5
diselenggarakan di berbagai perguruan tinggi dan universitas untuk
mendukung pendidikan guru yang lebih berkualitas.
6. Pembentukan Lembaga Pendidikan Guru (LPG) (2018)
Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia membentuk Lembaga Pendidikan
Guru (LPG) sebagai badan otonom yang bertanggung jawab atas
pengembangan PPG. LPG bertujuan untuk memastikan pendidikan guru
berkualitas sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar
Isi Pendidikan (SIP).
7. Penggunaan Teknologi dalam PPG (2020-an - Sekarang)
Dalam menghadapi tantangan pandemi COVID-19, PPG di Indonesia
semakin mengintegrasikan teknologi pendidikan, seperti pembelajaran
daring, untuk melanjutkan pendidikan guru. Hal ini juga merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru dengan memanfaatkan
teknologi.
8. Peningkatan Kualifikasi dan Profesionalisme Guru (Sekarang)
Pemerintah terus berusaha meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme
guru di Indonesia melalui berbagai program PPG, pelatihan, dan
pengembangan karir guru.

Perkembangan PPG di Indonesia adalah refleksi dari upaya pemerintah


untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan profesionalisme guru dalam
mendukung pembangunan pendidikan di negara ini. Program ini terus
berkembang seiring dengan perubahan zaman dan tuntutan pendidikan yang
semakin kompleks.

B. Sistem Pembelajaran PPG

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam sistem pembelajaran,


dari yang sederhana sampai sistem yang sangat kompleks dan rumit karena
memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Sistem pembelajaran
yang baik dan tepat adalah sistem pembelajaran yang diterapkan pada
pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub pokok bahasan
tertentu dengan menggunakan waktu dan dana yang efisien serta

6
mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat
diterapkan diantaranya adalah:
1. Bekerja Sambil Belajar
Prinsip learning by doing tidak hanya diperlukan dalam pelatihan
keterampilan tetapi juga tentang membentuk pengetahuan dan sikap.
Peraturan pengetahuan dan sikap ini terbentuk melalui pengalaman
dalam melakukan aktivitas. Tugas peraturan pengetahuan ini antara
lain adalah menyelesaikan permasalahan yang ditemui di lapangan.
prinsip ini menandakan bahwa pembelajaran tidak mungkin lagi
dilakukan dengan metode “mengajarkan suatu mata pelajaran”,
melainkan menggunakan strategi workshop atau lokakarya untuk
mengembangkan alat pembelajaran seperti mengembangkan program,
rencana pembelajaran, merancang bahan ajar, bahan pembelajaran, alat
penilaian, dan Lembar Kerja Kemahasiswaan (LKPD) dan pendukung
pembelajaran yang diperlukan.
2. Kegiatan Kemahasiswaan
Proses pembelajaran ini berorientasi pada upaya mengaktifkan siswa
bukan dalam arti fisik melainkan dalam perilaku belajar secara
keseluruhan. Kegiatan ini dapat dilakukan antara lain dengan
menciptakan peluang untuk mengungkapkan gagasan, mencari
informasi dari berbagai sumber, dan melakukan tugas yang merupakan
permintaan dari konsep yang dipelajari.
3. Berpikir Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat membangun sistem yang
berorientasi pada pembelajaran tentang keterampilan berpikir tingkat
tinggi (higher order) keterampilan berpikir termasuk berpikir kritis,
kreativitas, logika, refleksi, pemecahan masalah dan pemulihan
keputusan baik pada workshop maupun pada saat PPL.
4. Dampak Pengiring

7
Diarahkan pada tujuan mencapai efisiensi Pedagogi (efek pedagogis),
proses pembelajaran dikatakan adaptif apabila dapat memperoleh efek
penyerta (nurturant efects). Upaya ini akan berkontribusi pada
pengembangan sikap serta kepribadian siswa sebagai guru disamping
penguasaan materi perkuliahan.
5. Mekanisme Balikan
Penggunaan mekanisme umpan balik dengan menerapkan tahap
eksplorasi, konstruksi, validasi, dan perbaikan. Terutama pada saat
presentasi hasil workshop peer teaching dan real teaching.
6. Orientasi TPACK
Selama workshop pengembangan perangkat pembelajaran dosen harus
memastikan mahasiswa mengimplementasikan TPACK (Teknologi
Pedagogis dan Content Knowledge) yang bisa dijabarkan sebagai
integrasi teknologi informasi, pengetahuan pedagogis dan konten
penulis dalam proses pembelajaran. Saat memilih dan menyesuaikan
strategi/metode/model dan media pembelajaran, mahasiswa perlu
memperhatikan karakteristik peserta didik, materi, dan tujuan
pembelajaran.

Tahapan-tahapan pembelajaran dari Program Pendidikan Guru (PPG) terdiri


dari:

1. Tahapan Workshop
Workshop mengembangkan perangkat pembelajaran yang mendidik,
yaitu suatu kegiatan dalam PPG yang berbentuk lokakarya. Kegiatan
ini bertujuan menyiapkan peserta agar mampu mengembangkan
perangkat pembelajaran yang mendidik, sehingga peserta dinyatakan
siap melaksanakan tugas Praktik Pengalaman Lapangan.

Berikut merupakan tahapan-tahapan pelaksanaan workshop SSP


(Subject Spesific Pedagogy):
a. Pleno 1

8
Pleno 1 diikuti oleh seluruh peserta yang dibuka dan diarahkan
oleh Pimpinan LPTK, dihadiri oleh pengelola PPG di tingkat
LPTK, koordinator program studi dan pengelola asrama.Pleno
1 bertujuan membekali peserta tentang:
1) Hakikat, tujuan, dan ruang lingkup Program PPG
2) Sistem pembelajaran
3) Sistem PPL
4) Sistem evaluasi
5) sistem kehidupan di asrama
b. Pleno 2
1) Pemaparan kurikulum PPG per Prodi
2) Tahapan ini dilakukan oleh koordinator PPG program
studi, dihadiri dosen pengampu dan guru pamong.
Kegiatan ini dimaksudkan memperoleh kejelasan dan
kesepakatan mengenai kurikulum PPG dan
implementasinya dalam PPG.
3) Persiapan workshop pengembangan perangkat
pembelajaraTahapan ini berisi penjelasan teknis
mengenai tujuan dan target capaian workshop,
dilakukan oleh dosen pengampu.
4) Pemaparan contoh-contoh perangkat pembelajaran
5) Pretes
2. Peer Teaching
Setelah RPP disetujui DP dan GP, maka dipraktikkan dalam peer teaching.
Peer teaching merupakan simulasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan
terhadap sejawat dengan cakupan materi dan alokasi waktu tertentu.
Tujuan peer teaching adalah untuk memberikan kesempatan mahasiswa
melakukan latihan membelajarkan siswa, latihan mengelola siswa, latihan
mengelola waktu, latihan menilai, latihan menindaklanjuti hasil penilaian,
dan keterampilan mengajar lainnya.

9
Peer teaching dibimbing oleh dua DP (satu dosen fokus kepada
pembimbingan pedagogik, satu dosen fokus kepada pembimbingan materi
bidang studi) dan satu GP. Peer teaching diarahkan untuk
mengembangkan empat kompetensi guru, sehingga Instrumen penilaian
diarahkan untuk mengukur penguasaan mahasiswa terhadap empat
kompetensi tersebut. Setiap mahasiswa diberi alokasi waktu sekurang-
kurangnya 1 JP untuk tampil, dan sekurangkurangnya 15 menit untuk
refleksi dan pemberian umpan balik.
3. Tes Formatif
Tes formatif dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali selama workshop.
Tes formatif dimaksudkan mengukur penguasaan materi ajar (content)
bidang studi dan pedagogi yang dikembangkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tes formatif ditindaklanjuti dengan pendalaman atau
pengayaan apabila hasil tes tersebut menunjukkan adanya defisit
kompetensi. Soal tes formatif berbentuk uraian berbasis masalah dan
jumlah soal disesuaikan dengan durasi waktu 2 JP (100 menit). Tes
formatif diselenggarakan oleh prodi PPG. workshop dirancang
menyiapkan perangkat pembelajaran semua KD yang ada pada mata
pelajaran di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK atau semua tema untuk guru
kelas SD atau PAUD. Setiap kelompok/individu mengembangkan
perangkat pembelajaran dengan KD/tema yang berbeda. Hasil kerja
kelompok/individu dipresentasikan untuk memperoleh feedback dari
kelompok/individu lain dan DPL/GP. Dengan demikian perangkat
pembelajaran hasil workshop tersebut menjadi milik Bersama.

C. Kebijakan dan Regulasi PPG

Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan


Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program Sarjana yang
mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Dengan demikian, program PPG adalah program pendidikan yang
diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non-

10
Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat
menjadi guru profesional setelah mereka memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.

Untuk menjamin ketercapaian kompetensi utuh sebagai guru professional


melalui program PPG, telah ditetapkan kebijakan untuk melakukan uji
kompetensi sebagai bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan PPG, yang
selanjutnya disebut Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru
(UKMPPG). Mahasiswa yang telah selesai mengikuti PPG harus menempuh
UKMPPG yang diselenggarakan secara nasional, yang mencakup dua mata uji
utama yakni Uji Pengetahuan (UP) dan Uji Kinerja (Ukin).

D. Pelaksanaan Sistem PPG

1. Proses Seleksi Calon Peserta PPG


Proses seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah
serangkaian langkah yang dilakukan untuk memilih individu yang
memiliki potensi, kualifikasi, dan komitmen yang sesuai untuk menjadi
calon guru yang berkualitas. Proses seleksi ini bertujuan untuk memastikan
bahwa mereka yang akan mengikuti program PPG memiliki bekal
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menjadi
pendidik yang efektif. Berikut tahapan seleksi calon peserta PPG:
a. Pendaftaran
Calon peserta PPG biasanya harus mendaftar secara resmi untuk
mengikuti program PPG yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan
tertentu. Pendaftaran ini dapat melibatkan pengisian formulir,
pembayaran biaya pendaftaran, dan penyerahan dokumen-dokumen
pendukung seperti transkrip nilai, surat rekomendasi, atau dokumen
identitas.
b. Pengumpulan Dokumen
Calon peserta PPG biasanya diminta untuk mengumpulkan dokumen
pendukung yang menunjukkan bahwa mereka memenuhi syarat untuk

11
mengikuti program PPG. Ini bisa termasuk ijazah sarjana, transkrip
nilai, sertifikat pelatihan, dan lainnya.

c. Seleksi Administrasi
Pada tahap ini, lembaga pendidikan atau otoritas yang bertanggung
jawab melakukan seleksi administrasi untuk memeriksa apakah calon
peserta PPG memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan. Ini bisa
mencakup verifikasi dokumen dan pengecekan persyaratan seperti IPK
(Indeks Prestasi Kumulatif) atau mata pelajaran yang diambil selama
studi sarjana.
d. Tes Seleksi
Sebagian besar program PPG mengadakan tes seleksi yang dirancang
untuk mengukur pengetahuan umum, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan komunikasi, dan kemampuan mengajar calon peserta
PPG. Tes ini dapat berupa tes tertulis, tes lisan (wawancara), atau tes
keterampilan.
e. Pemeringkatan dan Pengumuman
Setelah melalui tahap-tahap seleksi, calon peserta PPG akan diberi
peringkat atau dinilai berdasarkan hasil seleksi mereka. Pengumuman
peserta yang diterima biasanya dilakukan secara resmi oleh lembaga
pendidikan atau otoritas yang bersangkutan.

2. Kurikulum dan Metode Pembeajaran PPG


PPG memiliki kurikulum yang dirancang khusus untuk mempersiapkan calon
guru. Kurikulum ini mencakup materi-materi yang relevan dengan mata
pelajaran yang akan diajarkan dan keterampilan mengajar. Namun, terdapat
beberapa perbedaan antara kurikulum PPG dalam jabatan dengan PPG pra
jabatan, hal ini dikarenakan dalam PPG pra jabatan difokuskan untuk
mempersiapkan individu yang belum menjadi guru menjadi calon guru yang
berkualitas. Tujuannya adalah memberikan dasar pengetahuan, keterampilan
mengajar, dan pemahaman tentang prinsip-prinsip pendidikan sebelum

12
seseorang memasuki dunia pengajaran. Sementara untuk PPG dalam Jabatan
fokusnya ditujukan untuk pengembangan dan peningkatan kompetensi guru
yang sudah aktif mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan
mengajar, pemahaman pendidikan, dan kemampuan mengelola kelas di
lingkungan pengajaran yang sesungguhnya.

Mata Kuliah PPG Pra Jabatan


Sumber: https://ppg.unpam.ac.id/index.php/ppg-prajabatan/

Dalam PPG Pra jabatan kurikulum akan lebih cenderung berfokus pada teori
dan pengembangan perangkat pembelajaran dalam pengajaran karena calon
guru mungkin belum memiliki pengalaman praktik langsung di dalam kelas.
Baru kemudian pada semester 2, para calon guru akan melaksanakan praktik
pengalaman lapangan untuk terjun mengajar langsung di sekolah dengan
menggunakan metode pengembangan perangkat pembelajaran dalam
pengajaran yang telah dikembangkan di semester pertama.

Mata Kuliah PPG dalam jabatan

13
Sumber: http://ppg.web.uinsatu.ac.id/kurikulum/

Kurikulum untuk PPG dalam jabatan lebih menekankan pada pembelajaran


berbasis pengalaman dan praktik lapangan, sehingga guru yang sudah
mengajar dapat langsung menerapkan konsep dan strategi yang mereka
pelajari dalam konteks nyata.

E. Identifikasi Tantangan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Sistem


PPG

Berikut merupakan berbagai tantangan yang dihadapi dalam


pengimplementasian sistem PPG di Indonesia:
1. Kurikulum yang Terlalu Berat
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam implementasi sistem PPG
adalah kurikulum yang terlalu berat. Kurikulum yang terlalu padat dan
kompleks dapat membebani calon guru dan menghambat proses
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan
penyempurnaan kurikulum PPG agar sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan calon guru sebagai berikut:
a. Keterbatasan Waktu
Kurikulum yang terlalu berat dapat menyebabkan keterbatasan
waktu dalam melaksanakan semua kegiatan PPG. Calon guru
mungkin merasa terburu-buru dan tidak memiliki waktu yang
cukup untuk memahami dan menguasai materi dengan baik.
b. Kurangnya Dukungan dan Bimbingan
Implementasi sistem PPG dengan kurikulum yang terlalu berat
mungkin membutuhkan dukungan dan bimbingan yang lebih
intensif. Jika calon guru tidak mendapatkan dukungan dan
bimbingan yang memadai dari pengajar atau mentor, mereka
mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan yang
dihadapi.

14
c. Kurangnya Sumber Daya dan Materi Pembelajaran
Kurikulum yang terlalu berat mungkin membutuhkan sumber daya
dan materi pembelajaran yang lebih banyak dan berkualitas. Jika
calon guru tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya
dan materi pembelajaran yang memadai, mereka mungkin
kesulitan dalam memahami dan mengimplementasikan kurikulum
dengan baik.
2. Keterbatasan Sumber Daya
Implementasi PPG membutuhkan sumber daya yang memadai, seperti
dosen yang berkualitas, fasilitas yang memadai, dan bahan ajar yang
relevan. Namun, keterbatasan sumber daya sering menjadi tantangan
dalam implementasi PPG. Upaya perbaikan dan peningkatan sumber daya
perlu dilakukan untuk memastikan kualitas pendidikan yang optimal.
a. Keterbatasan Tenaga Pengajar
Keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang berkualifikasi dan
berpengalaman dapat menjadi tantangan dalam implementasi
sistem PPG. Jika tidak ada cukup jumlah pengajar yang tersedia,
calon guru mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan
bimbingan dan dukungan yang memadai selama proses
pembelajaran.
b. Keterbatasan Materi Pembelajaran
Kurangnya akses terhadap materi pembelajaran yang relevan dan
mutakhir juga dapat menjadi tantangan dalam implementasi sistem
PPG. Materi pembelajaran yang terbatas atau tidak memadai dapat
mempengaruhi kualitas pembelajaran dan kemampuan calon guru
untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan.
3. Kualitas Pengajar
Kualitas pengajar atau dosen yang mengajar dalam sistem PPG sangat
berpengaruh terhadap kualitas pendidikan yang diberikan. Tantangan yang
dihadapi adalah menemukan dan mempertahankan pengajar yang

15
berkualitas, memiliki kompetensi yang memadai, dan mampu
menginspirasi calon guru.
a. Kualifikasi dan Kompetensi Pengajar
Implementasi sistem PPG membutuhkan pengajar yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang memadai. Tantangan yang
dihadapi adalah memastikan bahwa pengajar yang terlibat dalam
PPG memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang
cukup dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
b. Peningkatan Kualitas Pengajar
Tantangan lainnya adalah memastikan bahwa pengajar terus
meningkatkan kualitas mereka melalui pelatihan dan
pengembangan profesional. Pengajar perlu terus mengikuti
perkembangan terbaru dalam pendidikan dan menerapkan praktik
terbaik dalam pembelajaran.
c. Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif
Pengajar perlu menghadapi tantangan dalam memilih dan
menerapkan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Mereka perlu memahami berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman dan keterampilan peserta didik.
4. Keterkaitan dengan Dunia Kerja
Implementasi PPG juga dihadapkan pada tantangan dalam menjalin
keterkaitan dengan dunia kerja. Penting bagi sistem PPG untuk dapat
menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tuntutan dunia kerja dan
memiliki keterampilan yang relevan. Kolaborasi dengan lembaga dan
instansi terkait perlu ditingkatkan untuk memastikan kesesuaian antara
kurikulum PPG dengan kebutuhan dunia kerja.
a. Kurangnya Pengalaman Kerja
Banyak lulusan pendidikan yang menghadapi kesulitan dalam
memasuki dunia kerja karena kurangnya pengalaman kerja yang
relevan. Tantangan ini dapat diatasi dengan menyediakan

16
kesempatan magang, program kerja sama antara institusi
pendidikan dan industri, atau pelatihan praktis yang
memungkinkan lulusan untuk mendapatkan pengalaman kerja yang
diperlukan.
b. Perubahan Cepat dalam Kebutuhan Industri
c. Dunia Kerja Terus Berubah Dengan Cepat
Perubahan terjadi dengan cepat terutama dalam era digitalisasi dan
perkembangan teknologi. Tantangan dalam implementasi sistem
keterkaitan adalah memastikan bahwa kurikulum dan program
pendidikan dapat beradaptasi dengan perubahan ini dan
mempersiapkan lulusan untuk menghadapi tantangan baru yang
muncul.
5. Evaluasi dan Pemantauan
Tantangan linnya adalah melakukan evaluasi dan pemantauan secara
berkala terhadap implementasi sistem PPG. Evaluasi yang baik dapat
membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dalam sistem PPG
sehingga dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan yang diperlukan.

F. Faktor-faktor yang Menghambat Keberhasilan Sistem PPG di


Indonesia
Berikut merupakan berbagai faktor yang menjadi penghambat dalam
keberhasilan sistem PPG di Indonesia:

a. Keterbatasan Infrastruktur
Salah satu faktor yang dapat menghambat keberhasilan sistem PPG
adalah keterbatasan infrastruktur, terutama dalam hal akses internet
yang stabil dan cepat. Dalam sistem PPG yang menggunakan
pembelajaran daring, akses internet yang baik sangat penting agar guru
dapat mengikuti pelatihan dan mendapatkan materi pembelajaran
dengan lancar.
1) Kurangnya Aksesibilitas

17
Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan yang rusak atau
tidak terhubung dengan baik, dapat menghambat aksesibilitas
para calon guru ke lembaga PPG. Hal ini dapat menyulitkan
mereka dalam mengikuti pelatihan dan pembekalan yang
diperlukan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
2) Kurangnya Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana, seperti ruang kelas yang tidak
memadai, kurangnya peralatan pembelajaran, atau keterbatasan
akses internet, dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran dalam
PPG. Calon guru mungkin tidak dapat mengakses sumber daya
dan teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan mereka.
3) Kurangnya Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang, seperti perpustakaan, laboratorium, atau
studio seni, yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran
praktis dan eksperimen, mungkin tidak tersedia secara memadai
di beberapa lembaga PPG. Hal ini dapat membatasi pengalaman
belajar calon guru dan mempengaruhi kualitas pendidikan yang
mereka terima.
4) Kurangnya Ketersediaan Infrastruktur Digital
Dalam era digital, ketersediaan infrastruktur digital yang
memadai, seperti akses internet yang cepat dan stabil, serta
perangkat komputer yang memadai, sangat penting dalam
mendukung pembelajaran online dan penggunaan teknologi
dalam PPG. Namun, keterbatasan infrastruktur digital di
beberapa daerah di Indonesia dapat menjadi hambatan dalam
mengimplementasikan PPG yang efektif.
5) Kurangnya Dukungan Manajemen
Kurangnya dukungan dari pihak manajemen sekolah atau
institusi pendidikan dalam menyediakan dan memperbaiki
infrastruktur yang diperlukan untuk PPG juga dapat menjadi

18
faktor penghambat. Tanpa dukungan yang memadai, sulit bagi
lembaga PPG untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang
optimal bagi calon guru.
b. Kurangnya Ketersediaan Perangkat
Selain keterbatasan infrastruktur, kurangnya ketersediaan perangkat
seperti komputer atau smartphone juga dapat menjadi faktor
penghambat. Jika guru tidak memiliki perangkat yang memadai,
mereka mungkin kesulitan untuk mengikuti pelatihan dan
menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
1) Keterbatasan Akses
Tidak semua calon guru memiliki akses yang memadai
terhadap perangkat seperti komputer, laptop, atau smartphone
yang diperlukan untuk mengikuti pelatihan dan pembekalan
dalam PPG. Keterbatasan akses ini dapat menghambat mereka
dalam mengikuti program PPG secara efektif.
2) Kualitas Perangkat
Selain ketersediaan perangkat, kualitas perangkat yang
digunakan juga dapat mempengaruhi keberhasilan PPG.
Perangkat yang tidak memadai atau tidak mendukung aplikasi
atau platform yang digunakan dalam PPG dapat menghambat
calon guru dalam memanfaatkan teknologi secara efektif dalam
pembelajaran.
3) Ketersediaan Akses Internet
Ketersediaan akses internet yang terbatas atau tidak stabil juga
dapat menjadi faktor penghambat dalam PPG. Akses internet
yang lambat atau tidak stabil dapat menghambat calon guru
dalam mengakses sumber daya pembelajaran online,
berpartisipasi dalam diskusi online, atau mengikuti pelatihan
yang diselenggarakan secara daring.
4) Ketersediaan Perangkat Lunak dan Aplikasi

19
Ketersediaan perangkat lunak dan aplikasi yang diperlukan
dalam PPG juga dapat mempengaruhi keberhasilan program
tersebut. Jika perangkat lunak atau aplikasi yang digunakan
tidak kompatibel dengan perangkat yang dimiliki oleh calon
guru, atau jika tidak ada akses ke perangkat lunak atau aplikasi
yang diperlukan, maka hal ini dapat menghambat mereka
dalam memanfaatkan teknologi secara optimal dalam
pembelajaran.
c. Kurangnya Keterampilan Teknologi
Banyak guru yang belum memiliki keterampilan teknologi yang
memadai untuk mengikuti sistem PPG yang menggunakan teknologi
digital. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
perangkat dan aplikasi pembelajaran online dapat menghambat
kemampuan guru dalam mengikuti pelatihan dan mengajar dengan
efektif.
1) Kurikulum dan Pelatihan yang Tidak Memadai
Kurikulum dan pelatihan yang tidak memadai dalam
mengembangkan keterampilan teknologi bagi calon guru dapat
menjadi penghambat dalam PPG. Jika calon guru tidak
mendapatkan pelatihan yang cukup atau kurikulum yang tidak
memadai dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran,
mereka mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan
untuk memanfaatkan teknologi secara efektif.
2) Kurangnya Akses dan Infrastruktur
Kurangnya akses dan infrastruktur yang memadai untuk
penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dapat menjadi
faktor penghambat. Jika sekolah atau lembaga pendidikan tidak
memiliki akses yang memadai terhadap perangkat dan jaringan
internet, calon guru akan kesulitan dalam mempelajari dan
mengembangkan keterampilan teknologi yang diperlukan
dalam PPG.

20
3) Ketidakpercayaan dan Ketakutan terhadap Teknologi
Ketidakpercayaan dan ketakutan terhadap teknologi juga dapat
menghambat keberhasilan PPG. Jika calon guru tidak percaya
atau takut menggunakan teknologi dalam pembelajaran,
mereka mungkin enggan untuk mempelajari dan
mengembangkan keterampilan teknologi yang diperlukan
dalam PPG.
d. Kurangnya Evaluasi dan Pemantauan
Evaluasi dan pemantauan yang tidak memadai terhadap pelaksanaan
sistem PPG juga dapat menjadi faktor penghambat. Tanpa evaluasi
yang baik, sulit untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan sistem
PPG dan untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul.
1) Kurangnya Sistem Evaluasi yang Efektif
Kurangnya sistem evaluasi yang efektif dalam PPG dapat
menghambat pemantauan dan penilaian terhadap kemajuan
calon guru. Jika tidak ada mekanisme evaluasi yang jelas dan
terstruktur, sulit untuk mengetahui sejauh mana calon guru
telah mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan.
2) Kurangnya Pemantauan yang Berkelanjutan
Kurangnya pemantauan yang berkelanjutan terhadap calon
guru selama proses PPG dapat menghambat identifikasi dan
penanganan masalah yang muncul. Pemantauan yang terbatas
atau tidak teratur dapat menyebabkan kesenjangan antara
harapan dan kenyataan dalam pengembangan keterampilan
guru.
3) Kurangnya Umpan Balik Konstruktif
Kurangnya umpan balik konstruktif kepada calon guru dapat
menghambat perbaikan dan pengembangan keterampilan
mereka. Umpan balik yang baik dan terarah sangat penting

21
dalam membantu calon guru memahami kekuatan dan
kelemahan mereka serta memberikan arahan untuk perbaikan.
e. Kurangnya Motivasi dan Minat
Faktor lain yang dapat menghambat keberhasilan sistem PPG adalah
kurangnya motivasi dan minat dari guru untuk mengikuti pelatihan dan
menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Jika guru tidak memiliki
motivasi yang cukup atau tidak tertarik dengan penggunaan teknologi
dalam pembelajaran, mereka mungkin tidak akan berpartisipasi secara
aktif dalam sistem PPG.

G. Bagaimana Sistem PPG Telah Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Di


Indonesia

Berikut merupakan berbagai pengaruh sistem PPG bagi kualitas


pendidikan di Indonesia
1. Kurangnya Keterhubungan antara Kurikulum dan Kebutuhan
Industri
Salah satu tantangan utama adalah kurangnya keterhubungan antara
kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dan tuntutan dunia kerja.
Kurikulum yang tidak relevan dengan kebutuhan industri dapat
mengakibatkan kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh
lulusan dengan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
2. Kurangnya Keterampilan yang Diperlukan
Implementasi sistem keterkaitan antara pendidikan dan dunia kerja juga
menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa lulusan memiliki
keterampilan yang diperlukan oleh industri. Kurangnya keterampilan
seperti keterampilan teknis, keterampilan komunikasi, dan keterampilan
kerja tim dapat menghambat kesuksesan lulusan dalam memasuki dunia
kerja.
3. Kurangnya Pengalaman Kerja
Banyak lulusan pendidikan yang menghadapi kesulitan dalam memasuki
dunia kerja karena kurangnya pengalaman kerja yang relevan. Tantangan

22
ini dapat diatasi dengan menyediakan kesempatan magang, program kerja
sama antara institusi pendidikan dan industri, atau pelatihan praktis yang
memungkinkan lulusan untuk mendapatkan pengalaman kerja yang
diperlukan.

4. Perubahan Cepat dalam Kebutuhan Industri


Dunia kerja terus berubah dengan cepat, terutama dalam era digitalisasi
dan perkembangan teknologi. Tantangan dalam implementasi sistem
keterkaitan adalah memastikan bahwa kurikulum dan program pendidikan
dapat beradaptasi dengan perubahan ini dan mempersiapkan lulusan untuk
menghadapi tantangan baru yang muncul.

H. Perbandingan Antara Pendidikan Sebelum dan Setelah Implementasi


Sistem PPG

No Sebelum Implementasi Sistem Setelah Implementasi Sistem PPG


PPG
1 Kurangnya standar kualifikasi Adanya standar kualifikasi dan
dan kompetensi bagi calon guru. kompetensi yang jelas bagi calon
guru
2 Kurikulum pendidikan tidak Kurikulum pendidikan yang lebih
selalu relevan dengan kebutuhan relevan dengan kebutuhan dunia
dunia kerja. kerja.
3 Kurikulum pendidikan tidak Adanya program pelatihan dan
selalu relevan dengan kebutuhan pengembangan profesional yang
dunia kerja. terstruktur bagi guru.
4 Evaluasi kinerja guru yang Evaluasi kinerja guru yang lebih
kurang sistematis dan objektif sistematis dan objektif.

I. Upaya-Upaya Untuk memperbaiki sistem PPG di Indonesia

23
1. Menerapkan Metode Pembelajaran Inovatif
Salah satu langkah penting dalam meningkatkan sistem PPG adalah
dengan menerapkan metode pembelajaran inovatif. Ini berarti tidak
hanya fokus pada transfer pengetahuan kepada calon guru, tetapi juga
melibatkan mereka dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis
dan pemecahan masalah. Metode ini dapat mencakup penggunaan
pendekatan aktif dalam pembelajaran, seperti diskusi kelompok, studi
kasus, dan simulasi, yang memungkinkan calon guru untuk berpikir
secara kreatif dan menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Dengan
cara ini, calon guru tidak hanya menjadi "pengajar" yang
menyampaikan informasi, tetapi juga menjadi fasilitator yang
mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran mereka sendiri.
2. Menyelenggarakan Workshop
Workshop adalah salah satu cara yang efektif untuk memberikan
pelatihan kepada para calon guru. Dalam konteks PPG, workshop
diselenggarakan untuk membekali guru calon dengan keterampilan
praktis yang mereka butuhkan untuk menerapkan metode
pembelajaran inovatif dalam kelas mereka. Workshop ini dapat
mencakup demonstrasi praktis, berbagi pengalaman, dan latihan
langsung dalam mengembangkan dan mengimplementasikan rencana
pelajaran yang memanfaatkan metode inovatif. Dengan demikian, guru
calon dapat merasakan sendiri bagaimana menerapkan pendekatan ini
dalam lingkungan pembelajaran nyata, yang akan meningkatkan
kualitas pengajaran mereka.
3. Pembelajaran Berbasih Masalah dan Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis masalah dan berbasis proyek adalah metode
pembelajaran yang menekankan pada penerapan praktis pengetahuan
dalam situasi dunia nyata. Dalam konteks PPG, guru calon dilatih
untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam pengajaran
sehari-hari, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan
merangsang kreativitas. Dengan menggunakan pendekatan ini, mereka

24
tidak hanya memahami konsep-konsep teoritis, tetapi juga belajar cara
mengatasi tantangan yang mungkin timbul dalam kelas. Misalnya,
mereka dapat mengembangkan proyek pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam mencari solusi nyata untuk masalah di komunitas mereka
atau merancang metode pengajaran yang lebih interaktif. Ini memberi
guru calon pengalaman praktis yang sangat berharga dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik yang lebih efektif dan
responsif

25
BAB 4

PENUTUP

D. Kesimpulan

Sejarah perkembangan Sistem PPG di Indonesia mencerminkan perubahan


signifikan dalam pendekatan pendidikan guru dari masa ke masa. Dari
struktur tahap-tahap hingga peran lembaga terkait, PPG telah menjadi elemen
penting dalam mempersiapkan calon guru yang berkualitas.
Dampak Sistem PPG telah terlihat dalam peningkatan kualitas pendidikan
di Indonesia. Guru yang telah melewati proses PPG memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang tugas mereka, dan ini tercermin dalam peningkatan
mutu pembelajaran di kelas. Pendidikan sekarang mengalami perkembangan
positif yang menciptakan perbedaan yang signifikan dibandingkan sebelum
implementasi Sistem PPG.
Namun, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Dalam implementasinya,
Sistem PPG dihadapkan pada berbagai hambatan, termasuk tantangan dalam
proses seleksi, pelaksanaan kurikulum, supervisi, dan evaluasi. Faktor-faktor
ini perlu ditemukan solusinya agar Sistem PPG bisa berfungsi secara optimal.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem PPG adalah
elemen kunci dalam menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik di
Indonesia. Ini adalah fondasi untuk menghasilkan guru yang berkualitas, yang
pada gilirannya akan membentuk generasi yang lebih cemerlang. Oleh karena
itu, peran dan perbaikan Sistem PPG harus terus diperjuangkan demi
perkembangan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

26
E. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat diimplementasikan untuk


memperbaiki Sistem Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Indonesia. Pertama,
perlu ditingkatkan aksesibilitas PPG bagi calon peserta dari berbagai latar
belakang, termasuk wilayah terpencil, dengan mempertimbangkan
penyelenggaraan program online atau di berbagai lokasi geografis. Kedua,
perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap kurikulum PPG untuk memastikan
relevansinya dengan perkembangan pendidikan terkini. Selain itu, PPG harus
lebih menekankan pendidikan karakter dan moral bagi guru calon.
Selain itu, PPG harus lebih menekankan pendidikan karakter dan moral
bagi guru calon. Supervisi terhadap lulusan PPG juga harus ditingkatkan
untuk memastikan efektivitas pengajaran. Kerjasama yang lebih erat antara
universitas, sekolah, dan pemerintah juga perlu diperkuat. Proses seleksi
calon peserta PPG harus diperketat untuk memastikan hanya individu
berkualitas tinggi yang diterima. Penyediaan dukungan psikologis kepada
guru calon juga sangat penting. Selain itu, perlu diperhatikan kualifikasi dan
pengalaman instruktur dalam PPG. Evaluasi lebih lanjut terhadap kinerja guru
yang telah lulus dari PPG dalam lingkungan nyata juga diperlukan. Dukungan
keuangan dan partisipasi masyarakat dalam pemantauan program harus
ditingkatkan. Terakhir, kerjasama internasional dan aspek transparansi serta
akuntabilitas dalam operasi program PPG harus diperkuat. Dengan
mengimplementasikan saran-saran ini, diharapkan Sistem PPG di Indonesia
akan menjadi lebih efektif dalam menghasilkan guru yang berkualitas untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Darmawang. (2022). Model Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru PPG (Untuk


Menghasilkan Guru Profesional yang Berkarakter). Malang: Universitas
Negeri Makassar.
Hartono. (2015). Implementasi Pendidikan Profesi Guru (PPG): Antara Peluang
dan Tantangan. Universitas PGRI Adibuana Surabaya, 21.
Hidayat, N. (2017-2018). Problematika dan Tantangan Profesi Guru. Academia,
2-8.
Hoesny, M. U. (2021). Permasalahan dan Solusi Untuk Meningkatkan
Kompetensi dan Kualitas Guru: Sebuah Kajian Pustaka. UKSW Edu, 128-
129.
Jakarta, U. S. (2023). Perbedaan PPG Pra Jabatan dan Dalam Jabatan Serta
Syarat, Biaya, dan Sistem. Retrieved from fitk.uinjkt.ac.id:
https://fitk.uinjkt.ac.id
KEMENDIKBUDRISTEK. (2023). Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan.
Retrieved from ppg.kemendikbud.go.id: https://ppg.kemendikbud.go.id
Tulungagung, U. S. (2023). Kurikulum PPG dalam Jabatan. Retrieved from
ppg.web.uinsatu.ac.id: https://ppg.web.uinsatu.ac.id
Zainudin, M. (2023). Permasalahan dan Tantangan Pendidikan Profesi Guru. OSF
Journal, 5-8.
Zulfikri, H. (2019). Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sebagai Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Guru. Lingua, 133-134.

28

Anda mungkin juga menyukai