Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SURVEILANS AFP

Nama : Ni Luh Putu Dian Puspitarini SKM


Kelompok :3
Absen : 14
Kasus Skenario 1

Bila saudara menjadi petugas surveilans di Puskesmas A, mendapatkan laporan dari s


eseorang yang berasal dari desa B bahwa tetangganya anak yang masih bersekolah di
PAUD mengalami kelumpuhan.

Pertanyaan Diskusi
Diskusikan, informasi apa saja yg harus digali dari orang tersebut agar kasus kelumpu
han tersebut manjadi kasus yang masuk surveilans AFP?
a. Tentukan kisaran umur kasus, umur berapa kasus AFP seharusnya?
b. Tentukan apa kasus lumpuh tersebut Akut dan Flasid? Apa kriterianya?
c. Informasi apa saja yang harus digali pada kasus tersebut agar kasus itu dapat dila
porkan dengan lengkap?
d. Spesimen apa yang harus dikumpulkan dari kasus tersebut? Bagaimana kriteria sp
ecimen yang baik?

Jawaban
a. Kisaran umur kasus
Dari laporan Kader masyarakat di dapat informasi di TK Lembah Asri ditemukan
Anak didik Paud usia 5 sampai 6 tahun dengan keluhan lumpuh layuh, demam, ny
eri otot, petugas surveilans segera melakukan kunjungan ke urmah anak didik ters
ebut.
b. Kriteria kasus lumpuh akut dan flacyd adalah :
Iya termasuk kasus lumpuh akut dan flaccid. Kriteria kasus adalah lumpuh layu be
rsifat akut dan flaccid secara mendadak < 14 hari sejak mulai sakit hingga lumpuh
maksimal, bukan karena ruda paksa, kriteria flaccid kedua tungkai pasien lemah, l
ayu atau tidak kaku.
c. Informasi yang harus di gali untuk melengkapi laporan
Informasi yang digali adalah sumber laporan, tanggal laporan, tanggal pelacakan,
riwayat sakit, gejala atau tanda, riwayat kontak, status imunisasi, riwayat kunjung
an ke faskes, dan diambil dari form FP1 seperti :
1. Identitas pasien
2. Keluhan pasien
3. Tanggal mulai sakit
4. Tanggal mulai lumpuh
5. Riwayat pengobatan
6. Riwayat demam
7. Bagian Anggota gerak yang lumpuh
8. Gangguan rasa raba pada anggota gerak
9. Riwayat kontak dengan penderita yang mengalami keluhan yang sama dalam 1
bulan terakhir
10. Riwayat Berpergian
11. Status imunisasi rutin dan lanjutan
12. Riwayat kunjungan pada anak yang baru mendapat imunisasi polio

d. Pengambilan specimen dilakukan 2 kali dengan jarak pengambilan specimen antar


a specimen 1 dengan specimen 2 tenggang waktu minimal 24 jam dan mempertah
ankan suhu 2-8 derajat celcius.
Kriteria specimen yang baik :
- Waktu pengambilan kedua specimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelu
mpuhan
- Jumlah specimen yang diambil masing-masing sebanyak minimal 8 gram atau
sebesar 1 ruas ibu jari orang dewasa atau 1 sendok makan jika konsistensi fese
s cair
- Saat diterima di laboratorium, specimen dalam keadaan tidak bocor, volumeny
a cukup, suhu dalam specimen carrier 2-8 derajat celcius, specimen tidak rusa
k/tidak kering, label tetap terbaca
Kasus Skenario 2

Bila dari laporan Puskesmas saudara dari laporan tahun 2019 didapatkan 3 kasus AFP
dan semua kasusnya sudah dinvestigasi dan specimen fesesnya sudah dikirim spesime
nnya ke laboratorium rujukan.

Penugasan Diskusi
a. Apakah kinerja surveilans AFP tersebut di Puskesmas pada tahun 2019 sudah bai
k? Apa indikatornya?
b. Apakah semua kasus AFP tersebut merupakan kasus Polio pada tahun tersebut? je
laskan?
c. Bila anda tidak menemukan kasus AFP pada bulan April tahun 2020 di wilayah k
erja Puskesmas anda, apa yang harus dilakukan selanjutnya?
d. Bagaimana kita meyakinkan Puskesmas kita aman dari kemungkinan ada kasus P
olio?

Jawaban :
a. Kinerja surveilans AFP di puskesmas sudah baik. Indikatornya dimana ditemukan
3 kasus AFP sudah diinvestigasi dan sudah didapatkan specimen fesesnya. Indikat

or variable AFP adalah ≥ 2/100.000 penduduk.


b. Belum tentu, karena belum ada hasil positif polio dari laboratorium.
c. Tetap melakukan surveilans AFP aktif, membuat perencanaan bulanan dalam upay
a mencapai target bulanan. Meningkatkan kinerja dan mengintensifkan surveilans
aktif baik surveilans aktif Rumah Sakit, dan Community Based Surveilance (CBS).
Diikuti dengan advokasi ke masyarakat, klinik swasta dan aparat desa agar melap
orkan jika ditemukan kasus lumpuh layuh mendadak, sosialisai lebih gencar melib
atkan lintas program dan lintas sektor.
d. Menemukan kasus AFP sebanyak-banyaknya dan memastikan bahwa kasus terseb
ut bukan kasus polio dan hasil laboratoriun negatif, melakukan surveilans lingkun
gan, surveilanas balita gizi buruk dan anak umur dibawah 5 tahun dengan kelemah
an imunitas, wajib melakukan MTBS di puskesmas. Meningkatkan kerjasama den
gan lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan capaian UCI di wilayah
kerja Puskesmas.
Kasus Skenario 3
Bila dari laporan Puskesmas anda dari surveilans AFP dari 3 kasus AFP dari hasil lab
oratorium tinja yang dikirim ke laboratorium rujukan didapatkan 1 kasus Polio?
a. Bila anda mendapatkan hasil seperti di atas dari laboratorium diatas maka apa yan
g harus dilakukan selanjutnya?
b. Bila kasus polio yang dilaporkan tersebut adalah kasus Polio liar, apa yang terjadi
dan apa yang harus dilakukan?
c. Bila kasus polio yang dilaporkan adalah kasus VDVP, apa yang terjadi dan apa ya
ng harus dilakukan?
d. Bila kasus polio yang dilaporkan adalah kasus VAVP, apa yang terjadi dan apa ya
ng harus dilakukan?

Jawaban
a. Setiap kasus AFP yang ditemukan harus segera dilacak dan dilaporkan ke unit pel
aporan yang lebih tinggi selambat-lambatnya dalam waktu 48 jam setelah laporan
diterima. Dilakukan pelacakan epidemiologi kontak erat, pengambilan sampel pad
a kontak erat untuk menentukan status konfirmasi positif dan mengkonfirmasi ke l
aboratorium rujukan untuk memastikan jenis polio apakah jenis polio liar atau poli
o dari vaksin, jika kontak erat menolak dengan alasan apapun maka kontak erat di
nyatakan terkonfirmasi positif dan tidak dilakukan follow up 60 hari.
b. Jika kasus tersebut merupakan virus polio liar positif kasus/ hot case kontak positi
f maka kasus tersebut masuk ke dalam kasus positif polio maka yang dilakukan ad
alah segera melacak dan melaporkan ke unit pelaporan yang lebih tinggi selambat-
lambatnya dalam waktu 1x24 jam. Mencari kontak erat, dan suspek, menganalisis
faktor risiko yang menyebabkan polio tesebut. Mengolah dan mengalisa data jika
ditemukan 1 kasus positif dari kontak erat, melakukan koordinasi dengan lintas se
ktor secara berjenjang. Melakukan analisa dari umur, wilayah yang ditemukan kas
us positif, investigasi mobilitas kontak erat kasus polio. Apabila terjadi KLB disua
tu daerah, akan dilakukan ORI dimana waktu pelaksanaan ORI tidak mengenal sta
tus imunisasi, walaupun status imunisasinya lengkap tetap akan diberikan imunisa
si 3 tahap dengan rentang waktu 4 minggu.
c. Jika ditemukan kasus VDVP untuk menentukan diagnose dilakukan pemeriksaan l
aboratorium, melakukan surveilans lingkungan, melakukan komunikasi risiko, me
lakukan koordinasi dengan lintas sektor secara berjenjang. Langkah-langkah sama
dengan surveilans lingkungan dan tatalaksana lingkungannya tidak seluas dengan
polio liar.
d. Jika ada kasus VAVP untuk menentukan diagnose adalah pemeriksaan laboratoriu
m, melakukan surveilans lingkungan, melakukan komunikasi risiko, melakukan k
oordinasi dengan lintas sektor secara berjenjang.

Pengumpulan dan Pengepakan Specimen


Pengertian Pengumpulan Spesimen AFP (ACUTE FLACCID PARALYSIS) adalah
serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan specimen tinja sebanyak2 (dua) kali
sesegera mungkin dengan interval waktu minimal 24 jam gunamendapatkan specimen
yang adekuat.
Tujuan :
1. Untuk penegakkan diagnosis
2. Mengumpulkan specimen tinja sedini mungkin dan mengirimkannya
keLaboratorium
3. Memastikan ada/tidaknya sisa kelumpuhan (residual paralysis) padakunjungan
ulang 60 hari kasus AFP dengan specimen tidak adekuat atauvirus polio
vaksin positif
4. Mengumpulkan resume medic dan hasil pemeriksaan penunjang
lainnya,sebagai bahan kajian klasifikasi final oleh kelompok kerja ahli
nasional

Alat dan Bahan yang digunakan dalam pengepakan specimen AFP :


• Formulir pelacakan (FP 1) dan permintaan pemeriksaan specimen
• Kertas label (Nama, No Epid, jenis kelamin, tanggal pengambilan)
• Specimen carrier
• Cold Pack
• Plastik Ziplock ukuran kecil 2 buah
• Plastik Ziplock ukuran besar 2 buah
• Selotif
• Parafilm
• Lakban
• Pulpen
• Spidol permanen
• Gunting

Pengambilan Specimen :
• Sebelum kita melakukan pengambilan dan pengepakan specimen, kita harus menggun
akan APD berupa masker dan handscoon.
• Untuk pengambilan specimen 1, ambil sampel tinja sebanyak 8 gram atau sebesar 1 ru
as ibu jari orang dewasa atau 1 sendok makan jika konsistensi feses cair.
• Masukkan sampel tinja ke dalam pot tinja, lalu tutup dengan rapat.
• Setelah itu berikan label ke pot tinja yang berisi No Epid, nama, jenis kelamin,
tanggal pengambilan dan pengambilan specimen pertama.
• Selanjutnya, pada label diberikan selotif agar tidak terkena air.
• Untuk mencegah terjadinya sampel tumpah pada saat pengiriman maka berikan parafil
m pada tutup pot tinja.
• Sebelum memasukkan pot tinja ke dalam plastik ziplock kecil, pastikan nama, no epid,
jenis kelamin dan tanggal pengambilan specimen sesuai dengan Form FP1
• Masukkan pot tinja pada pengambilan specimen pertama ke dalam plastik ziplock kec
il. dan simpan specimen pertama ke dalam frezzer dengan suhu 2-8 derajat celcius.
• Untuk pengambilan specimen kedua dilakukan dengan jarak 24 jam dari pengambilan
specimen pertama.
• Setelah kedua specimen terkumpul, masukkan kedua specimen ke dalam plastik ziplo
ck besar.
• Kedua specimen tersebut dimasukkan ke dalam specimen carrier yang sudah berisi co
olpack. Specimen ditata agar saat pengiriman tidak terguncang dengan memberikan k
ertas atau tisu disela-sela coolpack dan specimen.
• Masukkan Formulir FP1 dan juga pemeriksaan specimen kedalam plastik untuk menja
ga permohonan pemeriksaan agar tidak rusak.
• Kemudian masukkan Form FP1 kedalam specimen carrier, dan tutup specimen carrier
dengan rapat.
• Setelah kita tutup specimen carrier dengan rapat, kita tutup specimen carrier dengan la
kban dan pastikan lakban dengan keadaan rapi.
• Selanjutnya specimen sudah bisa dikirimkan ke laboratorium

Anda mungkin juga menyukai