Anda di halaman 1dari 13

Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu


ISSN 2656-7202 (P) ISSN 2655-6626 (O)
Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.35961/perada.v5i1.561

KAIDAH ISTIFHĀM DAN FUNGSNYA


DALAM PANDANGAN AZ-ZAMAKHSYARĪ DAN AL-BAIḌĀWĪ

Muhammad Mutawakkil Alallah K


UIN Walisongo Semarang
mutawakkilalallah7@gmail.com
ABSTRAK
This article aims to understand the content of istifhām verses contained in az-Zamakhsyarī's work in
Al-Kasysyāf 'an Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl with al-Baiḍāwī in Anwār at-Tanzīl. In an effort to
understand the content of the Qur'an, nothing related to the Qur'an can be ruled out, including the
linguistic rules used in the Qur'an. Because, every language rule has its own effect and benefit,
including the istifham rule. Whereas, istifhām which is generally intended for question sentences is
not always meant to mean questions, for example, it is interpreted as taqrīr, inkarī, irsyād, nahi,
taubīkh, ta'ajjub, amr, ifhām, tamannī, taswiyah, ikhbār, and so on. Although linguists try to
formulate several benefits related to istifhām rules, the product is not a final guideline. Because, in
fact the commentators also have their own perspective on the rules of istifham and their benefits. In
the study of the two interpretations in this study, it is known that az-Zamakhsyarī in Al-Kasysyāf 'an
Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl and al-Baiḍāwī in Anwār at-Tanzīl have different ways of reading,
meaning and interpreting the istifhām function in the verses. certain. Some of the meanings—and of
course also interpretations—that appear are heavily influenced by the context of the revelation of
the verse, the culture, and the sequence of words used in the verse. With this discovery, it is
increasingly clear that the benefits of istifhām are the area of ijtihādī, so that readings on it also tend
to always vary.
Keyword: Istifhām, interpretation, az-Zamakhsyarī, and Al-Baiḍāwī.

Artikel ini bertujuan untuk memahami kandungan ayat-ayat istifhām yang termuat dalam karya az-
Zamakhsyarī dalam Al-Kasysyāf ‘an Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl dengan al-Baiḍāwī dalam Anwār
at-Tanzīl. Dalam upaya memahami kandungan al-Qur`an, tidak ada satu hal pun terkait dengan al-
Qur`an dapat dikesampingkan, termasuk kaidah-kaidah kebahasaan yang dipakai dalam al-Qur`an.
Sebab, setiap kaidah bahasa memiliki kesan dan faedah tersendiri, termasuk kaidah istifhām.
Bahwa, istifhām yang pada umumnya diperuntukkan bagi kalimat pertanyaan pun tidak selamanya
dimaksudkan bermakna pertanyaan, misalnya dimaknai sebagai taqrīr, inkarī, irsyād, nahi, taubīkh,
ta’ajjub, amr, ifhām, tamannī, taswiyah, ikhbār, dan sebagainya. Meskipun ahli bahasa berusaha
merumuskan beberapa faedah terkait kaidah istifhām, namun produk tersebut tidak menjadi

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 95
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

pedoman final. Sebab, pada kenyataannya para mufasir pun memiliki cara pandang tersendiri
mengenai kaidah istifhām dan faedahnya. Dalam kajian terhadap dua tafsir dalam penelitian ini
diketahui bahwa az-Zamakhsyarī dalam Al-Kasysyāf ‘an Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl dengan al-
Baiḍāwī dalam Anwār at-Tanzīl memiliki cara pembacaan, pemaknaan dan penafsiran yang tidak
sama mengenai fungsi istifhām pada ayat-ayat tertentu. Beberapa pemaknaan—dan tentunya juga
penafsiran—yang muncul tampak banyak dipengaruhi oleh konteks turunnya ayat, budaya, serta
rangkaian kata yang digunakan dalam ayat. Dengan penemuan ini, maka semakin jelas bahwa
faedah istifhām adalah wilayah ijtihādī, sehingga pembacaan atasnya pun cenderung akan selalu
beragam.

Keyword: istifhām, tafsir, az-Zamakhsyari, dan al-Baiḍāwī.

PENDAHULUAN kaidah kebahasaan Arab. Keempat, Al-Kasysyāf


Tulisan ini membahas kaidah istifhām, dan Anwār at-Tanzīl memiliki ciri khas
khususnya terkait faedah atau fungsinya, sebagai perwakilan kedua paham yang sering
yang dilihat dari pandangan dua penafsir berseberangan pendapat.2
besar yang terkenal menonjolkan aspek Mengenai keempat hal tersebut,
kebahasaan dalam karya tafsir keduanya. misalnya dapat dilihat ketika keduanya
Kedua tafsir tersebut juga sering disebut menafsirkan al-An‟ām [6]: 103. A-Baiḍāwī
menjadi media pembela paham golongan dan az-Zamakhsyarī memberikan penafsiran
yang mereka ikuti. Dua penafsir yang yang sangat identik dengan paham yang
dimaksud ialah az-Zamakhsyarī dengan mereka anut, memberikan penjelasan dari
karya monumentalnya Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq sisi kebahasaan, dan terdapat perlawanan
Gawāmiḍ at-Tanzīl, dan al-Baiḍāwī dalam paham dalam produk keduanya. Mengenai
karyanya yang diberi nama Anwār at-Tanzīl ayat tersebut, Al-Baiḍāwī mengatakan bahwa
wa Asrār at-Ta’wīl. al-idrāk memiliki makna yang lebih umum
Dipilihnya dua tokoh dan karya ketimbang ru’yah dan tidak melulu berarti al-
tersebut karena beberapa hal. Pertama, kedua ru’yah (penglihatan). Ia menjelaskan bahwa
penafsir berasal dari aliran teologi yang kandungan makna ru’yah lebih khusus atau
berbeda: Az-Zamakhsyarī partikular ketimbang al-idrak yang lebih
merepresentasikan Mu‟tazilah, sedangkan general. Baginya, lafal lā tudrikuh pada ayat
Al-Baiḍāwī penganut paham Asy‟ariyah. itu lebih cocok dimaknai dengan lā tuḥītu bih
Kedua, karya Al-Baiḍāwī sendiri terkenal (tidak meliputi). 3 Penafsiran ini menjadi
dengan kesan sebagai pembanding Al- pembanding penafsiran kalangan Mu‟tazilah
Kasysyāf. Hal ini misalnya ditampakkan dalam yang menjadikan al-An‟ām [6]: 103 sebagai
karya Al-Baiḍāwī, dengan mengutip dalil tertolaknya ru’yatullāh sebagaimana
penafsiran Az-Zamakhsyarī dan kemudian dikatakan oleh Az-Zamakhsyarī.4
mementahkannya. 1 Ketiga, kedua kitab itu
tidak hanya menjelaskan makna ayat, tetapi 2 Haji Khalifah, Kasyf aẓ-Ẓunūn (Beirut: Dār al-
juga mengupas ayat dari sisi i’rābul Qur`ān Fikr, 1994), Jilid III: h. 157.
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan 3 Al-Baiḍāwī, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Ta`wīl, Tahqiq Muhammad Abdurrahman (Beirut:


Dār Iḥyā at-Turats al-„Arabī, 1418 H), Jilid II, h. 107.
1 Ḥusain aż-Żahabī, At-Tafsīr wa al-Mufasirūn 4 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq

(Tanpa Tempat: Dār Maktabah Muṣ‟ab bin „Amīr al- Gawāmiḍ at-Tanzīl (Beirut: Dār al-Kitāb al-„Arabī,
Islamiyyah, 2004), h. 211. 1407 H), Jilid II, h. 54.

96 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

Dengan demikian, jelas jika sentimen al-idrāk, al-ma’rifah, dan al-‘ilm.6 Sementara itu
teologi banyak memproduksi cara secara terminologi, yang dimaksud dengan
pembacaan atas ayat yang saling istifhām ialah mencari pemahaman tentang
berkontestasi. Meskipun Al-Baiḍāwī dan az- sesuatu yang belum diketahui dengan
Zamakhsyarī menggunakan pendekatan memakai perangkat istifhām (adawat istifhām).7
kebahasaan dalam menafsirkan, tetapi Dalam ilmu nahwu, istigham dipahami
produk tafsir mereka tetap identik sebagai sebagai gaya bahasa (uslub) untuk mencari
pembela paham masing-masing. Oleh karena sesuatu yang tidak diketahui.8
itu, istifhām yang merupakan bagian dari Secara garis besar, istifhām terbagi
kaidah dalam pendekatan kebahasaan pun menjadi dua, yakni istifhām haqiqi dan istifhām
akan diposisikan dan dibaca dengan cara majazi. 9 Istifhām yang pertama ialah
keduanya, masing-masing. Di samping, pertanyaan seseorang kepada orang lain
pembahasan mengenai hal ini juga dapat tentang sesuatu yang benar-benar belum
memberikan gambaran bagaimana mufasir diketahui. Adapun istifhām majazi ialah
Mu‟tazilah memandang kaidah istifhām pertanyaan tentang sesuatu yang sebenarnya
beserta fungsinya, dan bagaimana pula jawaban dari pertanyaan itu sudah diketahui.
mufasir kalangan Asy‟ariyah menyikapi Dalam istifhām yang kedua, kegunaan kalimat
kaidah istifhām beserta faedahnya. istifhām tidak lagi murni sebagai pertanyaan
Adapun untuk menjawab hal tersebut, yang mensyaratkan jawaban, tetapi beralih
mula-mula dalam tulisan ini dibahas definisi fungsi menjadi, misalnya, perintah, larangan,
dan pandangan beberapa tokoh mengenai pengingkaran, doa, harapan, atau tujuan
istifhām. Selanjutnya, disajikan penjabaran lainnya.10
mengenai adawāt al-istifhām atau perangkat
istifhām yang bisa digunakan dalam bahasa PERANGKAT ISTIFHĀM DAN
Arab serta contoh sederhananya. FUNGSINYA
Pembahasan setelahnya ialah kaidah istifhām Perangkat istifhām dapat digolongkan
dan faedahnya dilihat dari perbandingan menjadi dua. Yakni, perangkat istifhām
pandangan antara Az-Zamakhsyarī yang berupa huruf, yakni hamzah (‫ )أ‬serta hal (‫)ُل‬,
mewakili corak penafsiran Muktazilī dan Al- dan perangkat istifhām menyerupai kata
Baiḍawī sebagai representasi mufasir benda (ism) yang berjumlah sembilan buah.
Asy‟ariyī terkait ayat-ayat yang mengandung Golongan perangkat istifhām yang terakhir
adawāt al-istifhām. disebut terdiri dari man (‫ )من‬atau manżā (‫)مٌذا‬,
mā (‫ )ما‬atau māżā (‫)ماذا‬, ayun (‫اي‬
ّّ ), kam (‫)مك‬, kaifa
PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN
ISTIFHĀM
6 Ibn Manẓūr, Lisan.al-‘Arab (Beirut: Dār
Istilah istifhām berasal dari bahasa Arab
dengan kata dasar berupa fahima-yafhamu Ṣādir, 2010), Jilid XXII: h. 459.
7 Jalaluddīn Al-Qazawayni, Al-Idhah fi ‘Ulum
yang mendapat tambahan huruf alif, sin, dan Al-Balaghah (Beirut: Dar Al-Kuthub al-Ilmiyah,
ta’ sehingga menjadi istifhāma. Kata tersebut Tanpa Tahun), h. 136.
mengandung makna istawḍaḥa (meminta 8 Abdul Karim Mahmud Yunus, Uslūb al-

penjelasan). 5 Akar kata istifhām juga berarti Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm (Tanpa Tempat: Tanpa
Penerbit, 2000), h. 8.
9 Mustofa dan Amin Ali Al Jeremy, Al-
5Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi Wekke, Balaghah Al-Wadhihah (Mesir: Dār al-Ma‟ārif, 1951), h.
Bahasa Arab Bahasa Al-Quran (Yogyakarta: 165.
Deepublish, 2018), h. 112. 10 Ibid., h. 166.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 96
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

(‫)هيف‬, matā (‫)ميت‬, ayyāna (‫) ّاّين‬, ayna (‫) ٔأين‬, dan ini, jawabannya berkisar antara kata “iya”
annā (‫ن‬ ّ ّ ‫) ٔأ‬.11 atau “tidak”.13
Mengenai fungsi hamzah istifhām
Adapun berdasarkan fungsinya, secara
garis besar perangkat istifhām dibagi menjadi sendiri, dalam Dalāil al-I’jāz, dijelaskan
bahwa hamzah istifhām yang dikuti dengan
dua, yakni al-taṣawwur dan al-taṣdīq. Maksud
fi‟il (kata kerja) memiliki faedah atau
dari fungsi at-taṣawwur ialah istifhām pemaknaan yang berbeda dengan hamzah
mengandung makna yang menjelaskan atau istifhām yang disandingkan dengan isim (kata
menggambarkan sesuatu. Adapun maksud benda). Ketika hamzah istifhām diikuti fi‟il,
dari fungsi at-taṣdīq ialah istifhām yang maka keraguan terletak pada fiil itu sendiri.
memuat makna untuk membenarkan Sementara itu, bila hamzah istifhām diikuti
sesuatu.12 isim, maka keraguan atau ketidakpastiannya
Berikut penjabaran perangkat istifhām ada pada subjek.14
sekaligus fungsinya: 2. Hal (‫َل‬ ّْ ُ)
1. Hamzah (‫)ّٔأ‬
Hal menjadi istifhām hanya berfungsi
Huruf hamzah sebagai sebuah sebagai taṣdīq dan memastikan terjadi atau
perangkat istifhām memiliki dua fungsi asli, tidaknya sesuatu.15 Misalnya ‫( ُل ّاهت ثلميذ؟‬hal
yakni taṣawwur dan taṣdīq. Pada fungsi
anta tilmīż?). Istifhām itu hendak memastikan
pertama, yaitu gambaran tentang mufrad
sesuatu, apakah yang ditanyai merupakan
atau jawaban yang bersifat mufrad. Huruf
siswa atau bukan. Jawaban istifhām tersebut
hamzah diiringi dengan sesuatu yang
biasanya berkisah antara “ya” atau “tidak” (‫ال‬
ditanyakan, dan pada umumnya sesuatu yang
ditanyakan tersebut mempunyai bandingan /‫)هؼم‬.
yang disebut setelah lafaz ‫( ام‬am). Misalnya, ّ‫ٔأ‬ 3. Man (‫)من‬
‫( زيدّحارضّامّخادل؟‬a zaidun ḥāḍirun am khālidun?). Istifhām dengan man biasanya
Dalam kalimat tersebut, orang yang bertanya digunakan untuk menanyakan suatu entitas
memiliki keyakinan bahwa yang datang ialah yang berakal.16 Contoh istifhām ini ialah: ّ‫منّذا‬
antara Zaid atau Khalid, namun ia butuh َ‫( اذلي ّيضفع ّغيدٍ ّإال ّ ٕبذه‬man żā al-lażī yasyfa‘u
kepastian siapa yang datang di antara dua ‘indahū illā bi-iżnih).
orang itu. 4. Ma (‫)ما‬
Fungsi kedua ialah taṣdīq, yakni untuk Istifhām dengan adat ini digunakan
menunjukkan terjadi atau tidaknya salah satu untuk menanyakan sesuatu yang tidak
di antara dua perkara. Contohnya dalam
kalimat: ‫( ٔأحرض ّزيد؟‬a ḥaḍara zaidun?). Dalam
kalimat tersebut, dibutuhkan penjelasan
tentang tetap dan tidaknya sesuatu, apakah 13 Ade Nurdiyanto, “Istifham dalam Alquran:

Zaid datang atau tidak. Adapun dalam hal Studi Analisa Balaghah” dalam El-Wasathiya Jurnal
Studi Agama, Vol. 4, No. 1, Juni 2016, h. 41.
14 Al-Jurjani, Dalailul I’jaz fi Ilmil Ma’ani

(Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah, Tanpa Tahun), h.


111–112.
15 Abdul Karim Mahmud Yunus, Uslūb al-
11 Abdul Karim Mahmud Yunus, Uslūb al- Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm…, h. 10
Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm…, h. 8–12. 16 Ahmad al-Hāsyimī, Jawāhir al-Balāghah: fī al-
12 Hafidah, Ilmu Ma’ani (Surakarta: Fakultas Ma‘ānī wa al-Bayān wa al-Badi’ (Surabaya: Al-Hidayah,
Adab dan Bahasa IAIN Surakarta, 2019), h. 27. 1960), h. 92.

97 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

berakal,17 atau lawannya istifhām dengan man. 10. Anna (‫)اىن‬


Contoh: ‫( ماُّذا؟‬mā hāżā?) Adat istifhām anna memiliki tiga makna
5. Kaifa (‫)هيف‬ sekaligus, yaitu: bagaimana, dari mana, dan
Kaifa dalam kaidah istifhām biasanya kapan. Perangkat istifhām ini juga digunakan
digunakan untuk menanyakan keterangan untuk menanyakan asal-usul. 24 Misalnya: ّ‫ّي‬
keadaan. Perangkat ini dalam al-Qur‟an juga ّ‫( مرميّاىنّكلُّذا؟‬yā maryamu annā laki hāżā?).
sering digunakan sebagai penanya 11. Ayyu (‫) ٔأي‬
probabilitas suatu sikap atau perbuatan. 18 Adat istifhām ini berfungsi untuk
Contoh: ‫( هيفّحاكل‬kaifa ḥāluk?) menanyakan antara dua hal, juga dapat
6. Ayna (‫) ٔأين‬ digunakan untuk menanyakan apa atau
Istifhām dengan aina berfungsi untuk siapa. 25 Contoh: ‫( اى ّامفركني ّخري ّملاما؟‬ayyu al-
menayakan keterangan tempat.19 Contoh: ّ‫ٔأين‬ firqain khairun maqāmā?).
‫( ثذُبون‬aina tażhabūn).20
7. Mata (‫)مىت‬ Itulah perangkat-perangkat istifhām
dan beberapa fungsi asalnya masing-masing.
Mata memiliki fungsi untuk
Meskipun demikian, pada praktiknya dan
menanyakan keterangan waktu. Perangkat
perkembangannya, fungsi-fungsi tersebut
istifhām ini ditujukan untuk memperoleh
pun ikut berkembang bahkan berubah,
penjelasan tentang waktu baik yang lalu
sesuai penggunaannya. Bahkan, pada
maupun yang akan datang. 21 Contoh: ّ‫مىت‬
beberapa keadaan, sebagian istifhām tidak lagi
ّ‫( جئت؟‬matā ji’ta?) bertujuan untuk meminta gambaran atau
8. Kam (‫)مك‬ kejelasan suatu hal, tetapi lebih kepada
Dalam kaidah istifhām, kam berfungsi memberikan kabar atau pelajaran. 26 Fungsi
untuk menanyakan jumlah atau sesuatu yang istifhām pun berkembang dari awalnya hanya
berbilang (bilangan). 22 Contoh:ّ ‫( مك ّمعرك؟‬kam berupa taṣawwur dan taṣdīq menjadi lebih
‘umruk?) komplek lagi, meliputi taswiyah, nafi, inkar,
9. Ayyana (‫)ايان‬ amr, dan sebagainya. Hal ini tidak lain lahir
Kata ayyana pada dasarnya berfungsi karena beragamnya siyāq al-kalām atau
untuk menanyakan keterangan waktu yang konteks kalimat.27
akan datang secara khusus.23 Contoh: ّ‫يسبٔلّ ٔأّين‬
FAEDAH ISTIFHĀM DAN
ّ‫( يومّامليامة؟‬yas’alu ayyāna yaum al-qiyāmah?). PANDANGAN AZ-ZAMAKHSYARĪ
SERTA AL-BAIḌĀWĪ
17 Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi Pada bagian ini, poin fungsi/faedah
Wekke, Bahasa Arab Bahasa Al-Quran…, h. 114. istifhām menggunakan daftar yang dipakai
18 Rosidin, Konsep Andragogi dalam Al-Qur’an

(Malang: Litera Ulul Albab, 2013), h. 105.


19 Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al-Quran

(Bandung: Humaiora, 2009), h. 37.


20 Q.S. at-Takwir [81]: 26. 24 Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi
21 Rosidin, Konsep Andragogi dalam Al-Qur’an…, Wekke, Bahasa Arab Bahasa Al-Quran…, h. 116.
h. 102. 25 Ibid., h. 117.
22 Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al- 26 Jalaluddin Al-Qazawayni, Al-Idhah fi ‘Ulum

Quran…, h. 36. Al-Balaghah (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, Tanpa


23 Abdul Karim Mahmud Yunus, Uslūb al- Tahun), h. 141.
Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm…, h. 11. 27 Hafidah, Ilmu Ma’ani…, h. 27–30.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 98
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

oleh Ade Nurdiyanto sebagai acuan. 28 tidaknya perbuatan, bukan keraguan pada
Namun demikian, dilakukan juga perincian pelakunya.30
dan sekaligus pembandingan pandangan Adapun Az-Zamakhsyarī berpendapat
antara Az-Zamakhsyarī dan al-Baiḍāwī bahwa hamzah istifhām pada al-Anbiyā‟ [21]:
mengenai dalam produk tafsir keduanya. 62 tersebut berfaedah sebagai taqrir dan itsbat
Berikut perincian dan penafsiran Az- (penetapan dan bukti), sekaligus istihza’
Zamakhsyarī serta al-Baiḍāwī atas ayat-ayat (cemooh/olok-olok). 31 Sementara menurut
yang menjadi contoh masing-masing poin Al-Baiḍāwī, faedah hamzah pada ayat
faedah istifhām: tersebut ialah taqriran linafsih (penetapan atas
1. Penetapan (at-Taqrīr) dirinya) sekaligus istihza’ (cemooh/olok-
Jauh dari fungsi asalnya, istifhām dalam olok). 32 Kedua mufassir secara substansi
model ini bertujuan untuk menetapkan, tampak bersepakat mengenai faedah istifhām
bukan pertanyaan. Fungsi penetapan ini bisa hamzah pada ayat tersebut, meskipun ada
diwakili dengan istifhām hamzah yang sedikit perbedaan penggunaan redaksi
kemudian diikuti dengan kalimat negasi. penjelasnya.
Mengenai hal ini, dalam catatan al-Jurjānī 2. Pengingkaran (Inkarī)
disebutkan bahwa huruf istifhām hamzah yang Istifhām yang berfungsi sebagai
diikuti dengan kalimat negasi tidak lagi istifhām inkari ialah adat istifhām yang diikuti
berfungsi sebagai pertanyaan, tetapi menjadi nafi atau kalimat yang dinafikan. Contoh
penegasan suatu hal, sekaligus menjadi fungsi istifhām ini salah satunya bisa dijumpai
pembenaran terhadap kalimat yang ada pada surah al-Ahqāf [46]: 35 berikut:
setelah huruf nafi tersebut.29 Al-Jurjānī juga َ ‫َلّاالّامْ َل ْو ُمّامْ َف ِاس ُل‬
ّ‫ون‬ ُ َ ْ ُ‫فَِ َْلُّي‬
memberikan contoh istifhām sebagai taqrir
ّ
“Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali
dalam kitabnya dengan mengutip surah al- orang-orang fasik.”
Anbiyā` [21]: 62 berikut: Pada al-Ahqaf [46]: 35, baik Az-
ّ‫كَامُواّ َأ َأه َْتّفَ َؼلْ َتّ َُ َٰ َذاّتِب ِمَِ ِت َي َاّّيّا ْب َرا ُِ ُي‬ Zamakhsyarī maupun Al-Baiḍāwī tidak
ّ
“Mereka bertanya: ‘Apakah kamu, yang memberi perhatian khusus mengenai faedah
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan- istifhām ayat tersebut. Keduanya lebih
tuhan kami, hai Ibrahim?” membahas pemaknaannya saja. Barangkali,
Al-Jurjānī menegaskan bahwa yang mengenai faedah ini, keduanya merasa tidak
dikehendaki dari perkataan kaum Namrudz perlu memberi porsi khusus terkait
ialah penegasan, penetapan, bahwa peristiwa pembahasan istifhām-nya. Sebab, sudah
penghancuran berhala benar-benar menjadi pengetahuan umum dalam kaidah
dilakukan, oleh Ibrahim atau ada pelaku lain. bahasa bahwa istifhām yang diikuti dengan ‫ا َِّل‬
Fungsi tersebut akan tidak tercapai bila memberi kesan negasi atau pengingkaran.
istifhām hamzah diikuti fiil, sehingga Dan dapat dikatakan jika az-Zamakhsyarī
meniscayakan jawaban ‫( فعلت‬fa’altu) atau ‫لم‬ dan al-Baiḍāwī pun mengikuti kaidah itu,
‫( أفعل‬lam af’al). Lebih lanjut, jika istifhām sehingga faedah istifhām pada ayat ini ialah
diikuti fiil, maka keraguannya ialah ada atau inkarī.

28Ade Nurdiyanto, “Istifham dalam Alquran: 30 Ibid., h. 113–114.


Studi Analisa Balaghah” dalam El-Wasathiya: Jurnal 31 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq
Studi Agama, Vol. 4, No. 1, 2016, h. 39–52. Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid III, h. 124.
29 Al-Jurjani, Dalailul I’jaz fi Ilmil Ma’ani…, h. 32 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

114. Ta`wīl…, Jilid IV, h. 55.

99 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

3. Menginformasikan (Al-Ikhbār) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka


Fungsi istifhām lainnya ialah apa yang mereka usahakan itu tidak dapat
menginformasikan sesuatu. Istifhām model menolong mereka.”
ini bukan lagi bertanya, tetapi Terkait surah Gāfir [40]: 82, Az-
menyampaikan informasi tentang sesuatu. Zamakhsyarī tidak menyinggung
Istifhām ini biasanya menggunakan “hamzah” pembahasan terkait istifhām dalam ayat
atau “hal”. Salah satu contohnya ialah surah tersebut. Sementara itu, menurut Al-
al-Baqarah [2]: 12, sebagai berikut: Baiḍāwī, istifhām pada ayat tersebut ialah
ّ‫ون‬ َ ُ‫ُّهّامْ ُم ْف ِسد‬
َ ‫ون َّومَ َٰ ِك ْن َّالّيَضْ ُؼ ُر‬ ُ ُ ‫َأ َالّاَّنه ُ ْم‬ sebagai nafiyah istifhāmiyah (interogatif-
ّ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah negatif). 35 Namun demikian, Al-Baiḍāwī
orang-orang yang membuat kerusakan, tidak mengatakan bahwa istifhām pada ayat
tetapi mereka tidak sadar.” tersebut memiliki faedah Irsyād atau Tażkīr.
Dalam tafsirannya Az-Zamakhsyarī, Tidak banyak porsi yang diberikan oleh Al-
istifhām yang ada pada al-Baqarah [2]: 12 Baiḍāwī dalam kitabnya terkait istifhām dalam
tersebut bukanlah memberi faedah ikhbār, surah Gāfir [40]: 82 ini.
tetapi sebagai taqbīḥ (penjelekan/pencelaan) 5. Menyamakan (Al-Taswiyyah)
dan tabṣīr (peramalan nasib).33 Sementara itu, Istifhām yang fungsinya menyamakan
dalam pandangan Al-Baiḍāwī, istifhām di ayat biasanya menggunakan adat istifhām
tersebut ialah berfaedah sebagai taḥqīq “hamzah” atau “hal”. Alhasil, dua anak
(penetapan). 34 Keduanya terlihat memiliki kalimat yang ada memiliki kedudukan yang
pandangan yang jauh berbeda dalam sama. Fungsi semacam ini bisa kita lihat
memandang istifhām pada al-Baqarah [2]: 12 salah satunya pada surah al-Baqarah [2]: 6
ini. Selain itu, keduanya juga tidak berikut:
sepemikiran dengan poin faedah istifhām َ ٌُ‫واّس َوا ٌءّػَلَْيْ ِ ْمّ َأ َأهْ َذ ْرَتَ ُ ْمّ َأ ْمّمَ ْمّثُ ْي ِذ ْر ُ ُْه َّالّيُ ْؤ ِم‬
ّ‫ون‬ ِ ‫ا هن ه‬
َ ‫ّاذل َينّ َن َف ُر‬ ّ
yang menjadi acuan dalam tulisan ini. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja
4. Petunjuk (Al-Irsyād) dan Pengingat (At- bagi mereka, kamu beri peringatan atau
Tażkīr) tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
Fungsi istifhām ini bisa kita jumpai juga akan beriman.”
pada surah Gāfir [40]: 82 sebagaimana Terkait istifhām pada al-Baqarah [2]: 6,
berikut: kedua mufasir agaknya satu suara dan cocok
ّ‫ّاذل َين ّ ِم ْن‬ِ ‫واِّف ّْاْلَ ْر ِض ّفَ َي ْي ُظ ُرواّ َن ْي َف ََّك َن ّػَا ِك َب ُة ه‬ ِ ‫َأفَ َ َْل ّي َِس ُري‬ dengan faedah yang menjadi subjudul, yakni
َ ْ ‫اِّف‬
ّ‫ّاْل ْر ِض ّفَ َماّ َأ ْغ َ َٰن‬ َ ‫كَ ْب ِلِ ِْمّ ََّۚكهُو‬
ِ ‫اّأ ْن َ ََث ّ ِمْنْ ُ ْم َّو َأصَّده ّكُ هو ًة َّوأ ٓ ََث ًر‬ taswiyah. Az-Zamakhsyarī mengatakan:36
َّ ‫اَّكهُواّيَ ْك ِس ُب‬
‫ون‬ َ ‫َغْنْ ُ ْمّ َم‬ َ‫ا ّٕنّاذلينّنفرواّمتسوّػلْيمّإهذاركّوػدم‬
“Maka apakah mereka tiada mengadakan Di sisi lain, Al-Baiḍāwī juga
perjalanan di muka bumi ini, lalu sependapat bahwa fungsi istifhām pada al-
memperhatikan bagaimana kesudahan Baqarah [2]: 6 ialah sebagai taswiyah atau
orang-orang yang sebelum mereka Adalah penyetaraan/penyamaan antara kata yang
orangorang yang sebelum mereka itu lebih bersanding dengan perangkat istifhām atau
hebat kekuatannya dan (lebih banyak) kata setelahnya. 37 Oleh karena itu, kesan
35 Ibid., Jilid V, h. 65.
33 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq 36 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq
Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid I: hlm, 63. Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid I: hlm, 47.
34 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at- 37 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Ta`wīl…, Jilid I: h. 46. Ta`wīl…, Jilid I: h. 42.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 100
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

yang ditumbulkan ialah sama saja antara tentang sesuatu yang tercantum pada ayat
diberi peringatan maupun tidak. sesudahnya yang berbunyi:
6. Meniadakan (Nafi) ّ‫ِّه ّغ ََص َاي ّ َأث ََّو ه َُّك ّػَلَْيْ َا َّو َأُ ُُّش ِّبِ َا ّػَ َ َٰل ّغَ َي ِمي َّو ِ َِل ّ ِفْيَا‬
َ ِ ‫كَا َل‬
Ada pula istifhām yang fungsinya ‫َمب ٓ ِر ُبّ ُأخ َْر ّٰى‬
sebagai nafi. Hal ini misalnya bisa kita “Musa berkata, ‘Ini adalah tongkatku, aku
temukan pada surah al-Baqarah [2]: 210 bertelekan padanya, dan aku pukul (daun)
berikut: dengannya untuk kambingku, dan bagiku
ّ‫ّاَّلل ِِّف ُّظلَلٍ ّ ِم َن ّامْ َغ َما ِم َّوامْ َم ََلئِ َك ُة‬
ُ ‫ون ّا هال ّ َأ ْن ّيَبِ ِتْيَ ُ ُم ه‬
َ ‫ُ َْل ّي َ ْي ُظ ُر‬ ada lagi keperluan yang lain padanya.”
ْ ّ َ ْ ‫ِض‬
ِ ‫ّاْل ْم ُرّ َّۚوا ََل ه‬
ُ ‫ّاَّللّتُ ْر َج ُع‬
ُّ ‫ّاْل ُم‬
‫ور‬ َ ِ ُ‫َوك‬ Berbeda dengan faedah sebagaimana
“Tiada yang mereka nanti-nantikan ّ pada pemerincian nomor tujuh, Az-
melainkan datangnya Allah dan malaikat Zamakhsyarī berpendapat bahwa faedah
(pada hari kiamat) dalam naungan awan, istifhām pada surah Ṭāhā [20]: 17 ialah
dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya sebagai isyāraḥ (tanda/isyarat) dan intiṣāb al-
kepada Allah dikembalikan segala ḥāl (meluruskan keadaan). 40 Sementara itu,
urusan.” Al-Baiḍāwī dalam kitabnya menjelaskan dan
Dalam pandangan Az-Zamakhsyarī, menyikapi istifhām pada surah Ṭāhā [20]: 17
tidak berbeda dengan subjudul, faedah bahwa istifhām itu mengandung penggugah
istifhām pada al-Baqarah [2]: 210 ini ialah nafi atas suatu hal yang menakjubkan,
atau meniadakan. 38 Al-Baiḍāwī juga sebagaimana perkataannya berikut:41
berpendapat sama, bahwa faedah istifhām .‫إس تفِامّثتضمنّإستيلاظاّملاّيريَّفْياّمنّامؼجائة‬
pada ayat tersebut ialah nafi, yakni istifham
8. Memotivasi (Tasywīq)
dalam bingkai makna nafi. Ia
Istifhām juga ada yang berfungsi
menjabarkannya sebagaimana berikut:39
ّ‫ُ َْل ّي َ ْي ُظ ُر ْو َن ّاس تفِامِّفّمؼَنّاميفيّوذلكلّجاءّتؼدٍّا هال‬ sebagai motivasi. Salah satu contohnya ialah
ّ pada surah Aṣ-Ṣaff [61]: 10 sebagai berikut:
ُّ ‫َأ ْنّيَبِ ِتْيَ ُ ُم ه‬
‫ّاَّلل‬ ْ ُ ِ‫اّاذل َينّأ ٓ َمٌُواُّ َْلّ َأدُمُّ ُ ُْكّػَ َ َٰل ِِّت ََار ٍةّثُ ْيج‬
ّ‫يُكّ ِم ْنّػَ َذ ٍابّ َأ ِم ٍي‬ ِ ‫َّيّ َأُيُّ َ ه‬
7. Pemberian Pemahaman (Ifhām) “Hai orang-orang yang beriman, sukakah
Dalam al-Qur‟an juga terdapat istifhām kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang berfungsi untuk memberikan yang dapat menyelamatkanmu dari azab
pemahaman, misalnya cerita tentang Musa yang pedih?”
sebagaimana terekam pada surah Ṭāhā [20]: Mengenai Aṣ-Ṣaff [61]: 10 ini, Az-
17 sebagai berikut: Zamakhsyarī tidak memberikan komentar
ّ‫وس‬ َ ْ ‫َو َماّ ِث‬
ٰ َ ‫َلّ ِت َي ِمي ِي َم َّّيّ ُم‬ terkait dengan posisi dan faedah istifhām. Ia
“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai hanya menfasirkan kandungan ayatnya.
Musa?” Sementara itu, Al-Baiḍāwī dalam Anwār at-
Pada ayat tersebut, terdapat istifhām Tanzīl wa Asrār at-Ta`wīl menjelaskan bahwa
yang terhubung dengan ayat sesudahnya, istifhām pada ayat tersebut ialah sebagai
yaitu surah Ṭāhā [20]: 18. Istifhām tersebut isti`nāf mubīn (banding yang jelas). Ia tidak
alhasil memberikan faedah pemahaman berdiri pada pendapat yang menyatakan

38Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq 40 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq


Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid I: hlm, 253. Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid III, h. 57.
39 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at- 41 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Ta`wīl…, Jilid I: h. 134. Ta`wīl…, Jilid IV, h. 25.

101 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

bahwa istifhām dalam surah Aṣ-Ṣaff [61]: 10 ّ‫ول ّ ه ِاذل َين ّو َ ُسو ٍُ ّ ِم ْن‬
ُ ‫ون ّا هال ّثَبِ ِو َ ُيَلّّۚي َ ْو َم ّيَبِ ِِت ّثَبِ ِو ُ ُيَل ّي َ ُل‬
َ ‫ُ َْل ّي َ ْي ُظ ُر‬
ّ
berfaedah sebagai tasywīq.42 ّ‫كَ ْبلُ ّكَدْ ّ َجا َء ْت ُّر ُسلُ َّرِت ّ َي ِاّبمْ َح ّ ِق ّفَِ َْل ّمَ َياّ ِم ْن ُّص َف َؼا َءّفَيَضْ َف ُؼوا‬
9. Perintah (Al-Amr) ُ ِ ‫ّاذلي ّ ُنيها ّه َ ْؼ َملُ ّۚ ّكَدْ ّخ‬
ّ‫َِسوا ّ َأهْ ُف َسُِ ْم‬ ِ ‫مَ َيا ّ َأ ْو ّ ُى َر ُّد ّفٌََ ْؼ َم َل ّغَ ْ َري ه‬
Istifhām juga bisa berfungsi sebagai َ ‫َوضَ لهّ َغْنْ ُ ْمّ َم‬
َّ ‫اَّكهُواّي َ ْف َ َُت‬
‫ون‬
kalimat perintah, meskipun secara leksikal
tampak seperti pertanyaan. Contoh kalimat “Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali
istifhām yang memiliki fungsi semacam ini (terlaksananya kebenaran) Al-Quran itu.
salah satunya dapat dijumpai pada surah an- Pada hari datangnya kebenaran
Nisā` [4]: 75 berikut: pemberitaan Al-Quran itu, berkatalah
ّ ِ‫ّامر َجال‬ ِ ّ ‫ّاَّلل َّوامْ ُم ْس َتضْ َؼ ِف َني ّ ِم َن‬ ِ ‫ون ِِّف َّسبِيلِ ه‬ َ ُ‫َو َماّمَ ُ ُْك َّال ّثُلَا ِثل‬ orang-orang yang melupakannya sebelum itu:
ِ ‫َوام ًِ ّ َسا ِء َّوامْ ِو ْ َدل ِان ه‬ ‘Sesungguhnya telah datang rasul-rasul
ّ‫ون َّرتهيَاّ َأ ْخ ِر ْجٌَاّ ِم ْن ّ َُ َٰ ِذ ٍِ ّامْ َل ْري َ ِة‬
َ ُ‫ّاذل َين ّي َ ُلوم‬ Tuhan kami membawa yang hak, maka
ّ‫اّو ْاج َؼ ْل ّمَيَاّ ِم ْن َ ُّدله َْم‬ َ ‫َاّوا ْج َؼ ْل ّمَيَاّ ِم ْن َ ُّدله َْم َّو ِم ًّي‬
َ ُِ‫هامظا ِم ِم ّ َأ ُْل‬ adakah bagi kami pemberi syafa'at yang
‫ّه َ ِص ًريا‬ akan memberi syafa'at bagi kami, atau
“Mengapa kamu tidak mau berperang di dapatkah kami dikembalikan (ke dunia)
jalan Allah dan (membela) orang-orang yang sehingga kami dapat beramal yang lain dari
lemah baik laki-laki, wanita-wanita yang pernah kami amalkan?’ Sungguh
maupun anak-anak yang semuanya berdoa: mereka telah merugikan diri mereka sendiri
‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-
negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya tuhan yang mereka ada-adakan.”
dan berilah kami pelindung dari sisi Az-Zamakhsyarī tidak mengulas
Engkau, dan berilah kami penolong dari faedah istifhām pada al-A‟rāf [7]: 53 ini. Ia
sisi Engkau!” hanya menunjukkan adanya perangkat
Sebagaimana faedah pada judul nomor istifhām pada ayat tersebut, tanpa
sembilan, Az-Zamakhsyarī menegaskan menjelaskan faedahnya. 44 Di sisi lain, Al-
bahwa istifhām pada an-Nisā‟ [4]: 75 memberi Baiḍāwī mengkonfirmsi dan menjelaskan
kesan amr (perintah). Ia juga menambahkan bahwa istifhām pada ayat tersebut
bahwa susunan istifhām pada ayat tersebut mengandung faedah tamannī.45
menekankan untuk bersungguh-sungguh 11. Pengagungan (Ta’ẓīm)
dalam jihad. 43 Sementara itu, Al-Baiḍāwī Kalimat istifhām dalam
tidak begitu memberi perhatian terkait perkembangannya juga tampaknya memiliki
faedah istifhām ketika menafsirkan ayat fungsi untuk mengagungkan. Hal tersebut
tersebut. misalnya sebagaimana dalam surah an-
10. Harapan Yang Muhal Tercapai (At- Nāzi‟āt [79]: 42 sebagai berikut:
Tamannī) ‫ّامساػَ ِةّ َأ هّي َنّ ُم ْر َساَُا‬
‫ي َْسبَمُوه ََمّغ َِن ه‬
Istifhām ada pula yang berfungsi “(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu
sebagaimana tamannī, yakni harapan yang (Muhammad) tentang hari kebangkitan,
tidak mungkin tercapai. Salah satu contoh kapankah terjadinya?”
istifhām yang memiliki fungsi semacam ini Pada ayat tersebut, jika dilihat lebih
ialah ada pada surah al-A‟rāf [7]: 53 berikut: teliti, kalimat istifhām-nya tidak dimaksudkan

44 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq


Ibid., Jilid V, h. 209.
42
Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid II: h. 109.
43 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq 45 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid I: h. 534. Ta`wīl…, Jilid III: h. 15.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 102
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

untuk meminta jawaban. Susunan istifhām istifhām pada ayat tersebut ialah taubīkh
pada kalimat tersebut beralih fungsi menjadi (pencelaan/teguran).49
pengagungan akan adanya Hari Kebangkitan 13. Pencelaan (Taubīkh)
atau Kiamat. Sementara itu, Az-Zamakhsyarī Beberapa istifhām juga memberikan
menyamakan perangkat istifhām pada an- fungsi pencelaan, sebagaimana bisa kita
Nāzi‟āt [79]: 42 dengan ‫متى‬, dan temui pada surah Al-Mulk [67]: 25 dan 26
menjabarkan maknanya, yakni kapan sebagai berikut:
direalisasikan Allah, kapan ditetapkan. Namun, ّ َ‫ كُ ْل ّاه ه َماّامْ ِؼ ْ َُلّ ِغ ْيد‬.‫ني‬
َّ ‫ون ّ َم َ ٰىت ّ َُ َٰ َذاّامْ َو ْػدُ ّا ْنّ ُن ْي ُ ُْ َّصا ِد ِك‬
َ ُ‫َوي َ ُلوم‬
ّ ّ ِ‫ه‬
ia tidak mengatakan bahwa istifhām pada ayat ٌّ ‫اَّلل َّواه ه َماّ َأَنَ ّه َ ِذ ٌيرّ ُمب‬
‫ِني‬
tersebut sebagai ta’ẓīm.46 Sejalan dengan Az- “Dan mereka berkata: ‘Kapankah ّ
Zamakhsyarī, Al-Baiḍāwī juga menyatakan datangnya ancaman itu jika kamu adalah
demikian. Ia sedikit menambahi keterangan orang-orang yang benar?’. Katakanlah:
tentang Hari Kiamat, dan tidak mengatakan ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat
faedah istifhām pada ayat tersebut sebagai itu) hanya pada sisi Allah. Dan
ta’ẓīm.47 sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi
12. Larangan (Nahī) peringatan yang menjelaskan.”
Pada saat tertentu, istifhām juga Berdasarkan ayat tersebut, kalimat
memberikan faedah pelarangan terhadap istifhām di dalamnya memuat makna yang
sesuatu. Salah satu contohnya ialah pada mengejek. Sebab, orang-orang sebenarnya
surah at-Taubah [9]: 13 berikut ini: telah mengetahui bahwa para nabi pun tidak
ّ‫َّتضَ ْو ٍُّا ْنّ ُن ْي ُ ُّْ ُم ْؤ ِم ٌِ َني‬
ْ َ ‫اَّللّ َأ َح ُّقّ َأ ْن‬
ُ ‫أ َ ََْتضَ ْوَّنَ ُ ّْمّّۚفَ ه‬ memiliki pengetahuan tentang kedatangan
ّ Hari Kiamat secara pasti. Berkaitan dengan
“…Mengapakah kamu takut kepada
mereka padahal Allah-lah yang berhak al-Mulk [67]: 25, Az-Zamakhsyarī terlihat
untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar setuju bahwa faedah istifhām pada ayat
orang yang beriman.” tersebut ialah sebagai pencelaan. 50 Al-
Terkait istifhām ada at-Taubah [9]: 13, Baiḍāwī juga tidak berbeda dalam
Az-Zamakhsyarī tidak sependapat dengan memandang istifhām pada ayat tersebut.51
yang dirumuskan Ade Nurdiyanto, yakni 14. Keheranan (Ta’ajjub)
larangan (nahī). Ia menegaskan bahwa faedah Selain beberapa fungsi tersebut,
istifhām pada ayat itu ialah sebagai penguat kalimat istifhām juga berfungsi menunjukkan
dan penetapan khasyah (rasa takut) sekaligus keheranan, sebagaimana dalam surah Ṣād
memberi kesan taubīkh (pencelaan/teguran). [38]: 5 berikut ini:
Sebab, menurutnya, yang paling berhak َ ُ ‫َش ٌء‬
ٌّ‫ُّعاب‬ ْ َ َ‫ًاّوا ِحدً اّ ّّۖا هنّ َُ َٰ َذاّم‬ ْ ‫َأ َج َؼل‬
َ ِ َٰ َ‫َّاْل ِمَِ َة ّّام‬
ditakuti hanyalah Allah.48 Sejalan dengan itu, “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu
Al-Baiḍāwī juga menjelaskan bahwa faedah Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.”

46 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq 49 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-


Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid IV: h. 698–699. Ta`wīl…, Jilid III: h. 74.
47 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at- 50 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq
Ta`wīl…, Jilid V: h. 285. Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid IV: h. 583.
48 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq 51 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid II: h. 252. Ta`wīl…, Jilid V: h. 231.

103 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

Sebagaimana judul nomor 14 ini, Az- faedah istifhām sebagaimana telah dijabarkan
Zamakhsyarī menjelaskan bahwa faedah dapat dirangkum sebagai berikut:
istifhām yang terdapat pada surah Ṣād [38]: 5 Fungsi Istifhām
Ayat
ialah ta’ajjub. Ia bahkan menjabarkan faedah AN AZ AB
itu memberikan kesan puncak keheranan dan [21]:62 Taḥqīr Taqrīr, Taqrīran
sesuatu yang sangat mengherankan. 52 Demikian iṡbāt, linafsih,
juga Al-Baiḍāwī, ia tidak berbeda dengan istihzā` istihzā`
pandangan az-Zamakhsyarī, dan menyatakan [46]:35 Inkarī Inkarī Inkarī
bahwa istifhām pada ayat tersebut ialah [2]:12 Ikhbār Taqbīh, Taḥqīq
berfaedah ta’ajjub.53 tabṣīr
15. Merendahkan/Menghina (Taḥqīr) [40]:82 Irsyād, - Nāfiyah
Selebihnya, istifhām juga mempunyai tażkīr istifhām
fungsi untuk menghina atau merendahkan, [2]:6 Taswiyah Taswiyah Taswiyah
hal ini sebagaimana tercantum dalam surah [2]:210 Nafi Nafi Nafi
al-Furqān [25]: 41 sebagai berikut: [20]:17 Ifhām Isyārah, Istaiqāẓ fī al-
ّ‫ّاَّلل َّر ُس ًوال‬ ِ ‫َوا َذ َاّر َأ ْوكَ ّا ْنّيَته ِخ ُذوه ََمّا هالُّ ُُز ًواّ َأ َُ َٰ َذ ه‬
ُ ‫اّاذليّت َ َؼ َث ه‬ intiṣāb al- ‘Ajāib
ّ ّ
“Dan apabila mereka melihat kamuّ hāl
(Muhammad), mereka hanyalah [61]:10 Tasywīq - Isti`nāf mubīn
menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan [4]:75 Amr Amr Amr
mengatakan): ‘Inikah orangnya yang di utus [7]:53 Tamannī - Tamannī
Allah sebagai Rasul?” [79]:42 Ta’ẓīm - -
Dalam pandangan Az-Zamakhsyarī, [9]:13 Nahi Taubīkh
Taḥqīq,
istifhām pada al-Furqān [25]: 41 ialah
taubīkh
berfaedah sebagai istihzā` (ejekan) dan istiṣgār
[67]:25 Taubīkh Taubīkh Taubīkh
(meremehkan).54 Sementara itu, masih dalam
[38]:5 Ta’ajjub Ta’ajjub Ta’ajjub
makna yang berdekatan, Al-Baiḍāwī [25]:41 Taḥqīr Istihzā`, Istihzā`,
menegaskan bahwa faedah istifhām pada ayat istisgār istiḥqār
tersebut ialah istihzā` (ejekan) dan istiḥqār
Keterangan:
(penghinaan).55 Pada ayat tersebut, keduanya
AN: Ade Nurdiyanto
tampak sependapat, hanya saja redaksi yang
AZ: Az-Zamakhsyarī
dipilih untuk menjelaskannya sedikit
AB: Al-Baiḍāwī
berbeda, tetapi secara substansial ialah sama:
berfaedah merendahkan/menghina.
Berdasarkan penjabaran tersebut,
Dengan demikian, pandangan az- dipahami bahwa faedah istifhām merupakan
wilayah kajian ijtihādī. Sebab, tidak ada
Zamakhsyarī dan al-Baiḍāwī atas fungsi atau
ukuran baku dan pasti untuk menentukan
faedah adat istifhām dalam suatu ayat,
52 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq
semuanya dikembalikan kepada pembacaan
Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid IV: h. 73. penafsir dan konteks ayat yang ditangkap
53 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-

Ta`wīl…, Jilid V: h. 24.


oleh penafsir. Dan, perbedaan penentuan
54 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq faedah ini juga memberikan dampak pada
Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid III: h. 281. hasil penafsiran. Lain mufasir dan
55 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at- berbedanya sudut pandang yang
Ta`wīl…, Jilid IV: h. 124.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 104
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

dikedepankan juga akan mempengaruhi mufassir memiliki kecenderungan tersendiri


pembacaan akan faedah dari adat istifhām ketika melihat kalimat istifhām dalam al-
dalam ayat. Qur‟an, dan lima belas kaidah fungsi yang
diperinci merupakan “generalisasi” dari
KESIMPULAN pemahaman para ulama. Wallahu ‘alam bis
Dari uraian di atas, diketahui beberapa shawab.
fungsi istifhām dalam perkembangannya,
khususnya yang ada pada ayat-ayat al- DAFTAR PUSTAKA
Qur‟an, dan bagaimana Az-Zamakhsyarī Al-Baiḍāwī, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-
serta Al-Baiḍāwī menyikapinya. Beberapa Ta`wīl, Tahqiq Muhammad
faedah tampak memiliki pola tertentu, Abdurrahman (Beirut: Dār Iḥyā at-
namun secara umum tampak tidak ada pola Turats al-„Arabī, 1418 H)
yang baku mengenai penggunaan dan Al-Hāsyimī, Ahmad, Jawāhir al-Balāghah: fī al-
penempatan adawat istifhām. Pemaknaan- Ma‘ānī wa al-Bayān wa al-Badi’
pemaknaan yang muncul tampak banyak (Surabaya: Al-Hidayah, 1960)
dipengaruhi oleh konteks turunnya ayat, Al-Jurjani, Dalailul I’jaz fi Ilmil Ma’ani
budaya, serta rangkaian kata yang digunakan (Beirut: Darul Kutub al-„Ilmiyah,
dalam ayat. Bahkan, antara Az-Zamakhsyarī Tanpa Tahun)
dan Al-Baiḍāwī pun beberapa kali berbeda Al-Qazawayni, Jalaluddīn. Al-Idhah fi ‘Ulum
pendapat, pun antara keduanya dengan Al-Balaghah (Beirut: Dār al-Kutub al-
perincian faedah-faedah tiap nomor. Ilmiyah, Tanpa Tahun)
Meminjam istilahnya Al-Jurjani, hal ini Aż-Żahabī, Ḥusain, At-Tafsīr wa al-Mufasirūn
terjadi salah satunya karena suatu kalimat (Tanpa Tempat: Dār Maktabah
mesti dilihat dengan memerhatikan Muṣ‟ab bin „Amīr al-Islamiyyah, 2004)
susunannya (nazm-nya). Misalnya, Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Haqāiqi
penempatan fiil yang menempel istifhām Gawāmid at-Tanzīl (Beirut: Dar al-
hamzah akan memberikan kesan makna Kitab al-Arabi, 1407 H)
yang berbeda dengan kalimat yang Hafidah, Ilmu Ma’ani (Surakarta: Fakultas
menyandingkan fail atau subjek setelah Adab dan Bahasa IAIN Surakarta,
hamzah istifhām.56 Oleh karena itu, lima belas 2019)
fungsi istifhām ini belum bisa dikatakan Izzan, Ahmad, Studi Kaidah Tafsir Al-Quran.
kaidah final, karena dalam beberapa (Bandung: Humaiora, 2009)
pandangan, jumlah fungsi istifhām beragam, Khalifah, Haji, Kasyf aẓ-Ẓunūn (Beirut: Dār
termasuk adanya ketidak-sepakatan mufasir al-Fikr, 1994)
terkait faedah dalam beberapa ayat yang Manẓūr, Ibn, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dār
mengandung adawat istifhām. Terlepas dari Ṣādir, 2010)
hal itu juga, dalam beberapa kitab balaghah Mustofa dan Amin Ali Al Jeremy, Al-
misalnya, hanya membahasa istifhām dengan Balaghah Al-Wadhihah (Mesir: Dār Al-
adat hamzah dan hanya menunjukkan dua Ma‟ārif, 1951)
fungsi utamanya. Adapula yang membaginya Nurdiyanto, Ade, “Istifham dalam Alquran:
menjadi fungsi taqrir, inkar, dan ikhbar saja. Studi Analisa Balaghah” El-Wasathiya
Dengan demikian, diketahui bahwa tiap Jurnal Studi Agama, 4/1 (2016).
Rosidin, Konsep Andragogi dalam Al-Qur’an
56 Al-Jurjani, Dalailul I’jaz fi Ilmil Ma’ani…, h. (Malang: Litera Ulul Albab, 2013)
112.

105 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya

Yunus, Abdul Karim Mahmud, Uslūb al-


Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm (Tanpa
Tempat: Tanpa Penerbit, 2000)
Yusuf, Muhammad dan Ismail Suardi
Wekke, Bahasa Arab Bahasa Al-Quran
(Yogyakarta: Deepublish, 2018)

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 106
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada

Anda mungkin juga menyukai