561-Article Text-2472-1-10-20221109
561-Article Text-2472-1-10-20221109
Artikel ini bertujuan untuk memahami kandungan ayat-ayat istifhām yang termuat dalam karya az-
Zamakhsyarī dalam Al-Kasysyāf ‘an Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl dengan al-Baiḍāwī dalam Anwār
at-Tanzīl. Dalam upaya memahami kandungan al-Qur`an, tidak ada satu hal pun terkait dengan al-
Qur`an dapat dikesampingkan, termasuk kaidah-kaidah kebahasaan yang dipakai dalam al-Qur`an.
Sebab, setiap kaidah bahasa memiliki kesan dan faedah tersendiri, termasuk kaidah istifhām.
Bahwa, istifhām yang pada umumnya diperuntukkan bagi kalimat pertanyaan pun tidak selamanya
dimaksudkan bermakna pertanyaan, misalnya dimaknai sebagai taqrīr, inkarī, irsyād, nahi, taubīkh,
ta’ajjub, amr, ifhām, tamannī, taswiyah, ikhbār, dan sebagainya. Meskipun ahli bahasa berusaha
merumuskan beberapa faedah terkait kaidah istifhām, namun produk tersebut tidak menjadi
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 95
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
pedoman final. Sebab, pada kenyataannya para mufasir pun memiliki cara pandang tersendiri
mengenai kaidah istifhām dan faedahnya. Dalam kajian terhadap dua tafsir dalam penelitian ini
diketahui bahwa az-Zamakhsyarī dalam Al-Kasysyāf ‘an Haqāiqi Gawāmid at-Tanzīl dengan al-
Baiḍāwī dalam Anwār at-Tanzīl memiliki cara pembacaan, pemaknaan dan penafsiran yang tidak
sama mengenai fungsi istifhām pada ayat-ayat tertentu. Beberapa pemaknaan—dan tentunya juga
penafsiran—yang muncul tampak banyak dipengaruhi oleh konteks turunnya ayat, budaya, serta
rangkaian kata yang digunakan dalam ayat. Dengan penemuan ini, maka semakin jelas bahwa
faedah istifhām adalah wilayah ijtihādī, sehingga pembacaan atasnya pun cenderung akan selalu
beragam.
(Tanpa Tempat: Dār Maktabah Muṣ‟ab bin „Amīr al- Gawāmiḍ at-Tanzīl (Beirut: Dār al-Kitāb al-„Arabī,
Islamiyyah, 2004), h. 211. 1407 H), Jilid II, h. 54.
96 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
Dengan demikian, jelas jika sentimen al-idrāk, al-ma’rifah, dan al-‘ilm.6 Sementara itu
teologi banyak memproduksi cara secara terminologi, yang dimaksud dengan
pembacaan atas ayat yang saling istifhām ialah mencari pemahaman tentang
berkontestasi. Meskipun Al-Baiḍāwī dan az- sesuatu yang belum diketahui dengan
Zamakhsyarī menggunakan pendekatan memakai perangkat istifhām (adawat istifhām).7
kebahasaan dalam menafsirkan, tetapi Dalam ilmu nahwu, istigham dipahami
produk tafsir mereka tetap identik sebagai sebagai gaya bahasa (uslub) untuk mencari
pembela paham masing-masing. Oleh karena sesuatu yang tidak diketahui.8
itu, istifhām yang merupakan bagian dari Secara garis besar, istifhām terbagi
kaidah dalam pendekatan kebahasaan pun menjadi dua, yakni istifhām haqiqi dan istifhām
akan diposisikan dan dibaca dengan cara majazi. 9 Istifhām yang pertama ialah
keduanya, masing-masing. Di samping, pertanyaan seseorang kepada orang lain
pembahasan mengenai hal ini juga dapat tentang sesuatu yang benar-benar belum
memberikan gambaran bagaimana mufasir diketahui. Adapun istifhām majazi ialah
Mu‟tazilah memandang kaidah istifhām pertanyaan tentang sesuatu yang sebenarnya
beserta fungsinya, dan bagaimana pula jawaban dari pertanyaan itu sudah diketahui.
mufasir kalangan Asy‟ariyah menyikapi Dalam istifhām yang kedua, kegunaan kalimat
kaidah istifhām beserta faedahnya. istifhām tidak lagi murni sebagai pertanyaan
Adapun untuk menjawab hal tersebut, yang mensyaratkan jawaban, tetapi beralih
mula-mula dalam tulisan ini dibahas definisi fungsi menjadi, misalnya, perintah, larangan,
dan pandangan beberapa tokoh mengenai pengingkaran, doa, harapan, atau tujuan
istifhām. Selanjutnya, disajikan penjabaran lainnya.10
mengenai adawāt al-istifhām atau perangkat
istifhām yang bisa digunakan dalam bahasa PERANGKAT ISTIFHĀM DAN
Arab serta contoh sederhananya. FUNGSINYA
Pembahasan setelahnya ialah kaidah istifhām Perangkat istifhām dapat digolongkan
dan faedahnya dilihat dari perbandingan menjadi dua. Yakni, perangkat istifhām
pandangan antara Az-Zamakhsyarī yang berupa huruf, yakni hamzah ( )أserta hal ()ُل,
mewakili corak penafsiran Muktazilī dan Al- dan perangkat istifhām menyerupai kata
Baiḍawī sebagai representasi mufasir benda (ism) yang berjumlah sembilan buah.
Asy‟ariyī terkait ayat-ayat yang mengandung Golongan perangkat istifhām yang terakhir
adawāt al-istifhām. disebut terdiri dari man ( )منatau manżā ()مٌذا,
mā ( )ماatau māżā ()ماذا, ayun (اي
ّّ ), kam ()مك, kaifa
PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN
ISTIFHĀM
6 Ibn Manẓūr, Lisan.al-‘Arab (Beirut: Dār
Istilah istifhām berasal dari bahasa Arab
dengan kata dasar berupa fahima-yafhamu Ṣādir, 2010), Jilid XXII: h. 459.
7 Jalaluddīn Al-Qazawayni, Al-Idhah fi ‘Ulum
yang mendapat tambahan huruf alif, sin, dan Al-Balaghah (Beirut: Dar Al-Kuthub al-Ilmiyah,
ta’ sehingga menjadi istifhāma. Kata tersebut Tanpa Tahun), h. 136.
mengandung makna istawḍaḥa (meminta 8 Abdul Karim Mahmud Yunus, Uslūb al-
penjelasan). 5 Akar kata istifhām juga berarti Istifhām fī al-Qur’ān al-Karīm (Tanpa Tempat: Tanpa
Penerbit, 2000), h. 8.
9 Mustofa dan Amin Ali Al Jeremy, Al-
5Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi Wekke, Balaghah Al-Wadhihah (Mesir: Dār al-Ma‟ārif, 1951), h.
Bahasa Arab Bahasa Al-Quran (Yogyakarta: 165.
Deepublish, 2018), h. 112. 10 Ibid., h. 166.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 96
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
()هيف, matā ()ميت, ayyāna () ّاّين, ayna () ٔأين, dan ini, jawabannya berkisar antara kata “iya”
annā (ن ّ ّ ) ٔأ.11 atau “tidak”.13
Mengenai fungsi hamzah istifhām
Adapun berdasarkan fungsinya, secara
garis besar perangkat istifhām dibagi menjadi sendiri, dalam Dalāil al-I’jāz, dijelaskan
bahwa hamzah istifhām yang dikuti dengan
dua, yakni al-taṣawwur dan al-taṣdīq. Maksud
fi‟il (kata kerja) memiliki faedah atau
dari fungsi at-taṣawwur ialah istifhām pemaknaan yang berbeda dengan hamzah
mengandung makna yang menjelaskan atau istifhām yang disandingkan dengan isim (kata
menggambarkan sesuatu. Adapun maksud benda). Ketika hamzah istifhām diikuti fi‟il,
dari fungsi at-taṣdīq ialah istifhām yang maka keraguan terletak pada fiil itu sendiri.
memuat makna untuk membenarkan Sementara itu, bila hamzah istifhām diikuti
sesuatu.12 isim, maka keraguan atau ketidakpastiannya
Berikut penjabaran perangkat istifhām ada pada subjek.14
sekaligus fungsinya: 2. Hal (َل ّْ ُ)
1. Hamzah ()ّٔأ
Hal menjadi istifhām hanya berfungsi
Huruf hamzah sebagai sebuah sebagai taṣdīq dan memastikan terjadi atau
perangkat istifhām memiliki dua fungsi asli, tidaknya sesuatu.15 Misalnya ( ُل ّاهت ثلميذ؟hal
yakni taṣawwur dan taṣdīq. Pada fungsi
anta tilmīż?). Istifhām itu hendak memastikan
pertama, yaitu gambaran tentang mufrad
sesuatu, apakah yang ditanyai merupakan
atau jawaban yang bersifat mufrad. Huruf
siswa atau bukan. Jawaban istifhām tersebut
hamzah diiringi dengan sesuatu yang
biasanya berkisah antara “ya” atau “tidak” (ال
ditanyakan, dan pada umumnya sesuatu yang
ditanyakan tersebut mempunyai bandingan /)هؼم.
yang disebut setelah lafaz ( امam). Misalnya, ّٔأ 3. Man ()من
( زيدّحارضّامّخادل؟a zaidun ḥāḍirun am khālidun?). Istifhām dengan man biasanya
Dalam kalimat tersebut, orang yang bertanya digunakan untuk menanyakan suatu entitas
memiliki keyakinan bahwa yang datang ialah yang berakal.16 Contoh istifhām ini ialah: ّمنّذا
antara Zaid atau Khalid, namun ia butuh َ( اذلي ّيضفع ّغيدٍ ّإال ّ ٕبذهman żā al-lażī yasyfa‘u
kepastian siapa yang datang di antara dua ‘indahū illā bi-iżnih).
orang itu. 4. Ma ()ما
Fungsi kedua ialah taṣdīq, yakni untuk Istifhām dengan adat ini digunakan
menunjukkan terjadi atau tidaknya salah satu untuk menanyakan sesuatu yang tidak
di antara dua perkara. Contohnya dalam
kalimat: ( ٔأحرض ّزيد؟a ḥaḍara zaidun?). Dalam
kalimat tersebut, dibutuhkan penjelasan
tentang tetap dan tidaknya sesuatu, apakah 13 Ade Nurdiyanto, “Istifham dalam Alquran:
Zaid datang atau tidak. Adapun dalam hal Studi Analisa Balaghah” dalam El-Wasathiya Jurnal
Studi Agama, Vol. 4, No. 1, Juni 2016, h. 41.
14 Al-Jurjani, Dalailul I’jaz fi Ilmil Ma’ani
97 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 98
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
oleh Ade Nurdiyanto sebagai acuan. 28 tidaknya perbuatan, bukan keraguan pada
Namun demikian, dilakukan juga perincian pelakunya.30
dan sekaligus pembandingan pandangan Adapun Az-Zamakhsyarī berpendapat
antara Az-Zamakhsyarī dan al-Baiḍāwī bahwa hamzah istifhām pada al-Anbiyā‟ [21]:
mengenai dalam produk tafsir keduanya. 62 tersebut berfaedah sebagai taqrir dan itsbat
Berikut perincian dan penafsiran Az- (penetapan dan bukti), sekaligus istihza’
Zamakhsyarī serta al-Baiḍāwī atas ayat-ayat (cemooh/olok-olok). 31 Sementara menurut
yang menjadi contoh masing-masing poin Al-Baiḍāwī, faedah hamzah pada ayat
faedah istifhām: tersebut ialah taqriran linafsih (penetapan atas
1. Penetapan (at-Taqrīr) dirinya) sekaligus istihza’ (cemooh/olok-
Jauh dari fungsi asalnya, istifhām dalam olok). 32 Kedua mufassir secara substansi
model ini bertujuan untuk menetapkan, tampak bersepakat mengenai faedah istifhām
bukan pertanyaan. Fungsi penetapan ini bisa hamzah pada ayat tersebut, meskipun ada
diwakili dengan istifhām hamzah yang sedikit perbedaan penggunaan redaksi
kemudian diikuti dengan kalimat negasi. penjelasnya.
Mengenai hal ini, dalam catatan al-Jurjānī 2. Pengingkaran (Inkarī)
disebutkan bahwa huruf istifhām hamzah yang Istifhām yang berfungsi sebagai
diikuti dengan kalimat negasi tidak lagi istifhām inkari ialah adat istifhām yang diikuti
berfungsi sebagai pertanyaan, tetapi menjadi nafi atau kalimat yang dinafikan. Contoh
penegasan suatu hal, sekaligus menjadi fungsi istifhām ini salah satunya bisa dijumpai
pembenaran terhadap kalimat yang ada pada surah al-Ahqāf [46]: 35 berikut:
setelah huruf nafi tersebut.29 Al-Jurjānī juga َ َلّاالّامْ َل ْو ُمّامْ َف ِاس ُل
ّون ُ َ ْ ُفَِ َْلُّي
memberikan contoh istifhām sebagai taqrir
ّ
“Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali
dalam kitabnya dengan mengutip surah al- orang-orang fasik.”
Anbiyā` [21]: 62 berikut: Pada al-Ahqaf [46]: 35, baik Az-
ّكَامُواّ َأ َأه َْتّفَ َؼلْ َتّ َُ َٰ َذاّتِب ِمَِ ِت َي َاّّيّا ْب َرا ُِ ُي Zamakhsyarī maupun Al-Baiḍāwī tidak
ّ
“Mereka bertanya: ‘Apakah kamu, yang memberi perhatian khusus mengenai faedah
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan- istifhām ayat tersebut. Keduanya lebih
tuhan kami, hai Ibrahim?” membahas pemaknaannya saja. Barangkali,
Al-Jurjānī menegaskan bahwa yang mengenai faedah ini, keduanya merasa tidak
dikehendaki dari perkataan kaum Namrudz perlu memberi porsi khusus terkait
ialah penegasan, penetapan, bahwa peristiwa pembahasan istifhām-nya. Sebab, sudah
penghancuran berhala benar-benar menjadi pengetahuan umum dalam kaidah
dilakukan, oleh Ibrahim atau ada pelaku lain. bahasa bahwa istifhām yang diikuti dengan ا َِّل
Fungsi tersebut akan tidak tercapai bila memberi kesan negasi atau pengingkaran.
istifhām hamzah diikuti fiil, sehingga Dan dapat dikatakan jika az-Zamakhsyarī
meniscayakan jawaban ( فعلتfa’altu) atau لم dan al-Baiḍāwī pun mengikuti kaidah itu,
( أفعلlam af’al). Lebih lanjut, jika istifhām sehingga faedah istifhām pada ayat ini ialah
diikuti fiil, maka keraguannya ialah ada atau inkarī.
99 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 100
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
yang ditumbulkan ialah sama saja antara tentang sesuatu yang tercantum pada ayat
diberi peringatan maupun tidak. sesudahnya yang berbunyi:
6. Meniadakan (Nafi) ِّّه ّغ ََص َاي ّ َأث ََّو ه َُّك ّػَلَْيْ َا َّو َأُ ُُّش ِّبِ َا ّػَ َ َٰل ّغَ َي ِمي َّو ِ َِل ّ ِفْيَا
َ ِ كَا َل
Ada pula istifhām yang fungsinya َمب ٓ ِر ُبّ ُأخ َْر ّٰى
sebagai nafi. Hal ini misalnya bisa kita “Musa berkata, ‘Ini adalah tongkatku, aku
temukan pada surah al-Baqarah [2]: 210 bertelekan padanya, dan aku pukul (daun)
berikut: dengannya untuk kambingku, dan bagiku
ّّاَّلل ِِّف ُّظلَلٍ ّ ِم َن ّامْ َغ َما ِم َّوامْ َم ََلئِ َك ُة
ُ ون ّا هال ّ َأ ْن ّيَبِ ِتْيَ ُ ُم ه
َ ُ َْل ّي َ ْي ُظ ُر ada lagi keperluan yang lain padanya.”
ْ ّ َ ْ ِض
ِ ّاْل ْم ُرّ َّۚوا ََل ه
ُ ّاَّللّتُ ْر َج ُع
ُّ ّاْل ُم
ور َ ِ َُوك Berbeda dengan faedah sebagaimana
“Tiada yang mereka nanti-nantikan ّ pada pemerincian nomor tujuh, Az-
melainkan datangnya Allah dan malaikat Zamakhsyarī berpendapat bahwa faedah
(pada hari kiamat) dalam naungan awan, istifhām pada surah Ṭāhā [20]: 17 ialah
dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya sebagai isyāraḥ (tanda/isyarat) dan intiṣāb al-
kepada Allah dikembalikan segala ḥāl (meluruskan keadaan). 40 Sementara itu,
urusan.” Al-Baiḍāwī dalam kitabnya menjelaskan dan
Dalam pandangan Az-Zamakhsyarī, menyikapi istifhām pada surah Ṭāhā [20]: 17
tidak berbeda dengan subjudul, faedah bahwa istifhām itu mengandung penggugah
istifhām pada al-Baqarah [2]: 210 ini ialah nafi atas suatu hal yang menakjubkan,
atau meniadakan. 38 Al-Baiḍāwī juga sebagaimana perkataannya berikut:41
berpendapat sama, bahwa faedah istifhām .إس تفِامّثتضمنّإستيلاظاّملاّيريَّفْياّمنّامؼجائة
pada ayat tersebut ialah nafi, yakni istifham
8. Memotivasi (Tasywīq)
dalam bingkai makna nafi. Ia
Istifhām juga ada yang berfungsi
menjabarkannya sebagaimana berikut:39
ُّ َْل ّي َ ْي ُظ ُر ْو َن ّاس تفِامِّفّمؼَنّاميفيّوذلكلّجاءّتؼدٍّا هال sebagai motivasi. Salah satu contohnya ialah
ّ pada surah Aṣ-Ṣaff [61]: 10 sebagai berikut:
ُّ َأ ْنّيَبِ ِتْيَ ُ ُم ه
ّاَّلل ْ ُ ِاّاذل َينّأ ٓ َمٌُواُّ َْلّ َأدُمُّ ُ ُْكّػَ َ َٰل ِِّت ََار ٍةّثُ ْيج
ّيُكّ ِم ْنّػَ َذ ٍابّ َأ ِم ٍي ِ َّيّ َأُيُّ َ ه
7. Pemberian Pemahaman (Ifhām) “Hai orang-orang yang beriman, sukakah
Dalam al-Qur‟an juga terdapat istifhām kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang berfungsi untuk memberikan yang dapat menyelamatkanmu dari azab
pemahaman, misalnya cerita tentang Musa yang pedih?”
sebagaimana terekam pada surah Ṭāhā [20]: Mengenai Aṣ-Ṣaff [61]: 10 ini, Az-
17 sebagai berikut: Zamakhsyarī tidak memberikan komentar
ّوس َ ْ َو َماّ ِث
ٰ َ َلّ ِت َي ِمي ِي َم َّّيّ ُم terkait dengan posisi dan faedah istifhām. Ia
“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai hanya menfasirkan kandungan ayatnya.
Musa?” Sementara itu, Al-Baiḍāwī dalam Anwār at-
Pada ayat tersebut, terdapat istifhām Tanzīl wa Asrār at-Ta`wīl menjelaskan bahwa
yang terhubung dengan ayat sesudahnya, istifhām pada ayat tersebut ialah sebagai
yaitu surah Ṭāhā [20]: 18. Istifhām tersebut isti`nāf mubīn (banding yang jelas). Ia tidak
alhasil memberikan faedah pemahaman berdiri pada pendapat yang menyatakan
101 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
bahwa istifhām dalam surah Aṣ-Ṣaff [61]: 10 ّول ّ ه ِاذل َين ّو َ ُسو ٍُ ّ ِم ْن
ُ ون ّا هال ّثَبِ ِو َ ُيَلّّۚي َ ْو َم ّيَبِ ِِت ّثَبِ ِو ُ ُيَل ّي َ ُل
َ ُ َْل ّي َ ْي ُظ ُر
ّ
berfaedah sebagai tasywīq.42 ّكَ ْبلُ ّكَدْ ّ َجا َء ْت ُّر ُسلُ َّرِت ّ َي ِاّبمْ َح ّ ِق ّفَِ َْل ّمَ َياّ ِم ْن ُّص َف َؼا َءّفَيَضْ َف ُؼوا
9. Perintah (Al-Amr) ُ ِ ّاذلي ّ ُنيها ّه َ ْؼ َملُ ّۚ ّكَدْ ّخ
َِّسوا ّ َأهْ ُف َسُِ ْم ِ مَ َيا ّ َأ ْو ّ ُى َر ُّد ّفٌََ ْؼ َم َل ّغَ ْ َري ه
Istifhām juga bisa berfungsi sebagai َ َوضَ لهّ َغْنْ ُ ْمّ َم
َّ اَّكهُواّي َ ْف َ َُت
ون
kalimat perintah, meskipun secara leksikal
tampak seperti pertanyaan. Contoh kalimat “Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali
istifhām yang memiliki fungsi semacam ini (terlaksananya kebenaran) Al-Quran itu.
salah satunya dapat dijumpai pada surah an- Pada hari datangnya kebenaran
Nisā` [4]: 75 berikut: pemberitaan Al-Quran itu, berkatalah
ّ ِّامر َجال ِ ّ ّاَّلل َّوامْ ُم ْس َتضْ َؼ ِف َني ّ ِم َن ِ ون ِِّف َّسبِيلِ ه َ َُو َماّمَ ُ ُْك َّال ّثُلَا ِثل orang-orang yang melupakannya sebelum itu:
ِ َوام ًِ ّ َسا ِء َّوامْ ِو ْ َدل ِان ه ‘Sesungguhnya telah datang rasul-rasul
ّون َّرتهيَاّ َأ ْخ ِر ْجٌَاّ ِم ْن ّ َُ َٰ ِذ ٍِ ّامْ َل ْري َ ِة
َ ُّاذل َين ّي َ ُلوم Tuhan kami membawa yang hak, maka
ّاّو ْاج َؼ ْل ّمَيَاّ ِم ْن َ ُّدله َْم َ َاّوا ْج َؼ ْل ّمَيَاّ ِم ْن َ ُّدله َْم َّو ِم ًّي
َ ُِهامظا ِم ِم ّ َأ ُْل adakah bagi kami pemberi syafa'at yang
ّه َ ِص ًريا akan memberi syafa'at bagi kami, atau
“Mengapa kamu tidak mau berperang di dapatkah kami dikembalikan (ke dunia)
jalan Allah dan (membela) orang-orang yang sehingga kami dapat beramal yang lain dari
lemah baik laki-laki, wanita-wanita yang pernah kami amalkan?’ Sungguh
maupun anak-anak yang semuanya berdoa: mereka telah merugikan diri mereka sendiri
‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-
negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya tuhan yang mereka ada-adakan.”
dan berilah kami pelindung dari sisi Az-Zamakhsyarī tidak mengulas
Engkau, dan berilah kami penolong dari faedah istifhām pada al-A‟rāf [7]: 53 ini. Ia
sisi Engkau!” hanya menunjukkan adanya perangkat
Sebagaimana faedah pada judul nomor istifhām pada ayat tersebut, tanpa
sembilan, Az-Zamakhsyarī menegaskan menjelaskan faedahnya. 44 Di sisi lain, Al-
bahwa istifhām pada an-Nisā‟ [4]: 75 memberi Baiḍāwī mengkonfirmsi dan menjelaskan
kesan amr (perintah). Ia juga menambahkan bahwa istifhām pada ayat tersebut
bahwa susunan istifhām pada ayat tersebut mengandung faedah tamannī.45
menekankan untuk bersungguh-sungguh 11. Pengagungan (Ta’ẓīm)
dalam jihad. 43 Sementara itu, Al-Baiḍāwī Kalimat istifhām dalam
tidak begitu memberi perhatian terkait perkembangannya juga tampaknya memiliki
faedah istifhām ketika menafsirkan ayat fungsi untuk mengagungkan. Hal tersebut
tersebut. misalnya sebagaimana dalam surah an-
10. Harapan Yang Muhal Tercapai (At- Nāzi‟āt [79]: 42 sebagai berikut:
Tamannī) ّامساػَ ِةّ َأ هّي َنّ ُم ْر َساَُا
ي َْسبَمُوه ََمّغ َِن ه
Istifhām ada pula yang berfungsi “(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu
sebagaimana tamannī, yakni harapan yang (Muhammad) tentang hari kebangkitan,
tidak mungkin tercapai. Salah satu contoh kapankah terjadinya?”
istifhām yang memiliki fungsi semacam ini Pada ayat tersebut, jika dilihat lebih
ialah ada pada surah al-A‟rāf [7]: 53 berikut: teliti, kalimat istifhām-nya tidak dimaksudkan
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 102
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
untuk meminta jawaban. Susunan istifhām istifhām pada ayat tersebut ialah taubīkh
pada kalimat tersebut beralih fungsi menjadi (pencelaan/teguran).49
pengagungan akan adanya Hari Kebangkitan 13. Pencelaan (Taubīkh)
atau Kiamat. Sementara itu, Az-Zamakhsyarī Beberapa istifhām juga memberikan
menyamakan perangkat istifhām pada an- fungsi pencelaan, sebagaimana bisa kita
Nāzi‟āt [79]: 42 dengan متى, dan temui pada surah Al-Mulk [67]: 25 dan 26
menjabarkan maknanya, yakni kapan sebagai berikut:
direalisasikan Allah, kapan ditetapkan. Namun, ّ َ كُ ْل ّاه ه َماّامْ ِؼ ْ َُلّ ِغ ْيد.ني
َّ ون ّ َم َ ٰىت ّ َُ َٰ َذاّامْ َو ْػدُ ّا ْنّ ُن ْي ُ ُْ َّصا ِد ِك
َ َُوي َ ُلوم
ّ ّ ِه
ia tidak mengatakan bahwa istifhām pada ayat ٌّ اَّلل َّواه ه َماّ َأَنَ ّه َ ِذ ٌيرّ ُمب
ِني
tersebut sebagai ta’ẓīm.46 Sejalan dengan Az- “Dan mereka berkata: ‘Kapankah ّ
Zamakhsyarī, Al-Baiḍāwī juga menyatakan datangnya ancaman itu jika kamu adalah
demikian. Ia sedikit menambahi keterangan orang-orang yang benar?’. Katakanlah:
tentang Hari Kiamat, dan tidak mengatakan ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat
faedah istifhām pada ayat tersebut sebagai itu) hanya pada sisi Allah. Dan
ta’ẓīm.47 sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi
12. Larangan (Nahī) peringatan yang menjelaskan.”
Pada saat tertentu, istifhām juga Berdasarkan ayat tersebut, kalimat
memberikan faedah pelarangan terhadap istifhām di dalamnya memuat makna yang
sesuatu. Salah satu contohnya ialah pada mengejek. Sebab, orang-orang sebenarnya
surah at-Taubah [9]: 13 berikut ini: telah mengetahui bahwa para nabi pun tidak
َّّتضَ ْو ٍُّا ْنّ ُن ْي ُ ُّْ ُم ْؤ ِم ٌِ َني
ْ َ اَّللّ َأ َح ُّقّ َأ ْن
ُ أ َ ََْتضَ ْوَّنَ ُ ّْمّّۚفَ ه memiliki pengetahuan tentang kedatangan
ّ Hari Kiamat secara pasti. Berkaitan dengan
“…Mengapakah kamu takut kepada
mereka padahal Allah-lah yang berhak al-Mulk [67]: 25, Az-Zamakhsyarī terlihat
untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar setuju bahwa faedah istifhām pada ayat
orang yang beriman.” tersebut ialah sebagai pencelaan. 50 Al-
Terkait istifhām ada at-Taubah [9]: 13, Baiḍāwī juga tidak berbeda dalam
Az-Zamakhsyarī tidak sependapat dengan memandang istifhām pada ayat tersebut.51
yang dirumuskan Ade Nurdiyanto, yakni 14. Keheranan (Ta’ajjub)
larangan (nahī). Ia menegaskan bahwa faedah Selain beberapa fungsi tersebut,
istifhām pada ayat itu ialah sebagai penguat kalimat istifhām juga berfungsi menunjukkan
dan penetapan khasyah (rasa takut) sekaligus keheranan, sebagaimana dalam surah Ṣād
memberi kesan taubīkh (pencelaan/teguran). [38]: 5 berikut ini:
Sebab, menurutnya, yang paling berhak َ ُ َش ٌء
ٌُّّعاب ْ َ ًَاّوا ِحدً اّ ّّۖا هنّ َُ َٰ َذاّم ْ َأ َج َؼل
َ ِ َٰ ََّاْل ِمَِ َة ّّام
ditakuti hanyalah Allah.48 Sejalan dengan itu, “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu
Al-Baiḍāwī juga menjelaskan bahwa faedah Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.”
103 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
Sebagaimana judul nomor 14 ini, Az- faedah istifhām sebagaimana telah dijabarkan
Zamakhsyarī menjelaskan bahwa faedah dapat dirangkum sebagai berikut:
istifhām yang terdapat pada surah Ṣād [38]: 5 Fungsi Istifhām
Ayat
ialah ta’ajjub. Ia bahkan menjabarkan faedah AN AZ AB
itu memberikan kesan puncak keheranan dan [21]:62 Taḥqīr Taqrīr, Taqrīran
sesuatu yang sangat mengherankan. 52 Demikian iṡbāt, linafsih,
juga Al-Baiḍāwī, ia tidak berbeda dengan istihzā` istihzā`
pandangan az-Zamakhsyarī, dan menyatakan [46]:35 Inkarī Inkarī Inkarī
bahwa istifhām pada ayat tersebut ialah [2]:12 Ikhbār Taqbīh, Taḥqīq
berfaedah ta’ajjub.53 tabṣīr
15. Merendahkan/Menghina (Taḥqīr) [40]:82 Irsyād, - Nāfiyah
Selebihnya, istifhām juga mempunyai tażkīr istifhām
fungsi untuk menghina atau merendahkan, [2]:6 Taswiyah Taswiyah Taswiyah
hal ini sebagaimana tercantum dalam surah [2]:210 Nafi Nafi Nafi
al-Furqān [25]: 41 sebagai berikut: [20]:17 Ifhām Isyārah, Istaiqāẓ fī al-
ّّاَّلل َّر ُس ًوال ِ َوا َذ َاّر َأ ْوكَ ّا ْنّيَته ِخ ُذوه ََمّا هالُّ ُُز ًواّ َأ َُ َٰ َذ ه
ُ اّاذليّت َ َؼ َث ه intiṣāb al- ‘Ajāib
ّ ّ
“Dan apabila mereka melihat kamuّ hāl
(Muhammad), mereka hanyalah [61]:10 Tasywīq - Isti`nāf mubīn
menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan [4]:75 Amr Amr Amr
mengatakan): ‘Inikah orangnya yang di utus [7]:53 Tamannī - Tamannī
Allah sebagai Rasul?” [79]:42 Ta’ẓīm - -
Dalam pandangan Az-Zamakhsyarī, [9]:13 Nahi Taubīkh
Taḥqīq,
istifhām pada al-Furqān [25]: 41 ialah
taubīkh
berfaedah sebagai istihzā` (ejekan) dan istiṣgār
[67]:25 Taubīkh Taubīkh Taubīkh
(meremehkan).54 Sementara itu, masih dalam
[38]:5 Ta’ajjub Ta’ajjub Ta’ajjub
makna yang berdekatan, Al-Baiḍāwī [25]:41 Taḥqīr Istihzā`, Istihzā`,
menegaskan bahwa faedah istifhām pada ayat istisgār istiḥqār
tersebut ialah istihzā` (ejekan) dan istiḥqār
Keterangan:
(penghinaan).55 Pada ayat tersebut, keduanya
AN: Ade Nurdiyanto
tampak sependapat, hanya saja redaksi yang
AZ: Az-Zamakhsyarī
dipilih untuk menjelaskannya sedikit
AB: Al-Baiḍāwī
berbeda, tetapi secara substansial ialah sama:
berfaedah merendahkan/menghina.
Berdasarkan penjabaran tersebut,
Dengan demikian, pandangan az- dipahami bahwa faedah istifhām merupakan
wilayah kajian ijtihādī. Sebab, tidak ada
Zamakhsyarī dan al-Baiḍāwī atas fungsi atau
ukuran baku dan pasti untuk menentukan
faedah adat istifhām dalam suatu ayat,
52 Az-Zamakhsyarī, Al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq
semuanya dikembalikan kepada pembacaan
Gawāmiḍ at-Tanzīl…, Jilid IV: h. 73. penafsir dan konteks ayat yang ditangkap
53 Al-Baidlawi, Anwār at-Tanzīl wa Asrār at-
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 104
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
105 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Mutawakkil Kaidah Istifham dan Fungsinya
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 5, No. 1, Juni 2022 106
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada