Anda di halaman 1dari 170

September

Di tanah
juang
Sebuah senandika tentang cinta, luka, dosa
22_september 1999

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif
yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak
berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk
pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat
digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
Mimpi
di Bulan Mei
Sebuah senandika tentang cinta, luka, dosa

Sapril
Sapril

Mimpi di Bulan Mei


Sebuah senandika tentang cinta, luka, dan dosa

Editor :
Nama

Desain Cover :
Nama

Sumber :
Link

Tata Letak :
Nama

Proofreader :
Nama

Ukuran :
Jml hal judul, Jml hal isi naskah, Uk: 14x20 cm

ISBN :
No ISBN

Cetakan Pertama :
Bulan 2019

Hak Cipta 2019, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2019 by Deepublish Publisher


All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMAKASIH

Isi kata pengantar pada paragraph pertama disini (jenis font


bisa disesuaikan menurut keinginan anda)
Pada paragraph selanjutnya sebenarnya anda tinggal tekan
enter saja agar format pada paragraph selanjutnya sama dengan
paragraph pertama

Penulis / Nama

1
Mula-Mula

BAB I
Alam Itu
Diadakan,
Diciptakan

Awal sebuah fase


Sejatinya alam juga pernah tiada, walaupun saat ini
mungkin ia berbangga telah menjadi satu-satunya wadah,
tempat segala sandiwara dimainkan. Karena pada dasarnya
ia dahulu adalah ketiadaan yang diadakan, sama seperti kau
yang sebelumnya belum menjadi kita, sama seperti anda
yang sebelumnya belum kupanggil Dinda, sama seperti kita
yang sebelumnya belum bersama. Kita juga membutuhkan
proses penyesuaian, sama seperti kita pada alam.

2
Pertemuan adalah awal sebuah fase. Karena, dengan
pertemuan kita awali sebuah perkenalan, lalu kemudian
kita diam-diam saling menyimpan perasaan, lalu kemudian
kita mulai merasakan kenyamanan, lalu kemudian kita
mulai terjatuh dalam sebuah keterbiasaan, lalu kemudian
kita mulai merasakan sebuah kecocokan, lalu kemudian
kita menjalin sebuah hubungan, lalu kemudian kita
mengenal yang namanya kebahagiaan, lalu kemudian kita
akhirnya melepas yang namanya kerinduan, lalu kemudian
sedikit-sedikit kita mulai mengenal persoalan, lalu
kemudian kita mulai merasakan ketidakcocokan, lalu
kemudian kita harus merelakan sebuah perpisahan, lalu
kemudian kita akan merasakan sebuah kesendirian, lalu
kemudian kita akan merasakan kembali sebuah kerinduan,
lalu kemudian kita akan belajar menghargai sebuah
kebersamaan, lalu kemudian kita akan paham bahwa
semua itu hanyalah titipan Tuhan.

Cukup panjang, kan?

Iya, Tapi sebenarnya akan lebih panjang lagi jika semua itu
dibahasakan dengan perbuatan dan realita kehidupan.
Tarik nafasmu! Sebab, setelah ini nafasmu akan diganggu
oleh kenangan, dan cerita tentang rentetan luka-lukaku.

Perlu kembali di titik awal tempat kau dihadirkan,


perlu secangkir kopi untuk menghangatkan, perlu tempat
indah untuk menyegarkan, perlu beberapa bukti untuk

3
meyakinkan, perlu mencari dalil untuk membenarkan,
perlu menatap langit untuk mengingatkan, perlu beberapa
kawan untuk mendengarkan, perlu waktu lama untuk
menceritakan, tentangmu.

Pada awalnya kau adalah tiba-tiba, tiba-tiba muncul


di balik rimba, tiba-tiba hadir terlihat mata, tiba-tiba
muncul ingin ditanya, tiba-tiba berbicara mendebarkan
dada, tiba-tiba pergi tak tahu kemana. Entah tiba-tiba
sengaja dihadirkan tanpa alasan, entah skenario yang
sengaja dimainkan, ataukah takdir yang sengaja
dipertemukan. Entahlah, aku hanya bisa bertanya, tak
berdaya menebaknya.

Tanpa kicauan burung ataupun kesejukan embun


pagi, tak ada tanda-tanda kelahiran sebuah rasa yang
kemudian akan saling mencintai, lalu menyakiti dan
melukai. Sudah luput dari ingatanku tentang mimpi di
malamnya, jika itu memang ada. Namun jelas siang harinya
adalah titik awal yang nyata mengukir perjalanan hidupku.
Bukan halusinasi, aku bertemu bidadari berjilbab merah
pada sebuah waktu, yang bernama "siang".

Orang-orang biasanya mendeskripsikan bidadari


dengan sepasang sayap indah, di punggungnya, atau
bermahkotakan intan permata di kepalanya. Namun,
mungkin yang satu ini beda, ia mungkin bidadari unik, yang
sengaja diturunkan tuhan untukku. Di punggungnya tidak

4
terdapat sayap, di kepalanya juga hanya bermahkotakan
sehelai jilbab. Namun ia lebih indah dari bidadari bersayap,
dan lebih menawan daripada bidadari bermahkota intan
permata, sekalipun. Sekali lagi, ia itu beda, lebih mirip
dengan manusia. Tapi manusia tercantik di bumi.

Bayangkan saja cantiknya dia! Yang olehku saja


harus kujelaskan dengan cara luar biasa. Aku tidak
memakai definisi para ahli atau indikator para juri untuk
menilai cantiknya, juga tidak mendengar pendapat yang
teoritis dari para eksponen tentang geonologi dan
karakternya, aku hanya belajar dengan otodidak dibalik
kehausanku akan cantiknya. Kubiarkan hatiku sedikit lebih
bersahabat dengan akalku, biar mereka bercengkrama dan
mengkaji tentangnya, tentang dia yang akan menjadi
bagian dari kisah. Aku mulai semakin paham, bahwa
manusia memang mahluk merdeka, memiliki diskresi dan
diberi kesempatan untuk aksi. Namun aku ingin mencoba
lebih jauh lagi mengkaji, melihatnya dari akhir bahwa ada
aksi pasti ada reaksi, sebuah hukum yang mutlak adanya.

Belum mati namun telihat keindahan surga, bukan


musim semi namun tercium aroma bunga. Apa yang
terjadi, ada apa gerangan? Apa penyebabnya? Namun
ternyata, rupanya ada kau yang menepi secara tiba-tiba,
ada kau yang membawa beribu rasa, ribuan rasa cinta.
Keindahan cantikmu melampaui keindahan arunika

5
maupun swastamita, ribuan rasa yang kau bawa serasa
aroma ribuan bunga. Inikah yang dinamakan asmara, dan
jatuh cinta?

Wah, sepertinya ada selogan baru mengenai asal


datangnya sebuah cinta. Slogan "Cinta itu dari mata turun
ke hati" sepertinya akan bergeser menjadi "cinta itu dari
hidung turun kehati" pasalnya, aku merasakan wangimu
sebelum hatiku terjatuh padamu. Nampaknya hormon
testosteronku benar-benar bereaksi setelah mencium
wewangian serupa feromon, yang berasal darimu. Ajaib
bukan? Inikah yang namanya cinta?

"Iya itu memang cinta, seperti narkoba, rasanya


akan membawamu terbang, bahagia, senang, dan euforia."
Jawaban dari buku lamaku, yang ditulis tahun 90-an oleh
seorang doktor filsafat, dari Jerman. Namun
pertanyaannya adalah mengapa rasanya bisa seperti itu,
apa penyebabnya? Mungkinkah ada semacam sihir yang
masuk melalui ubun-ubun di malam harinya, atau karena
otak melepas beberapa zat seperti pheromones,
dopamine, norepinefrine, serotonin, oxytocin, dan
vasopressin, hingga memberikan rasa tersebut? Ataukah
sesuatu yang sulit dipahami oleh kita para manusia?
Entahlah, jawabannya tidak kutemukan lagi di dalam buku
tuaku itu.

6
Biar sejenak kududuk bersantai bersama alam,
sedikit bercerita tentangmu, tentang kau yang berjilbab
merah, tentang kedatanganmu yang secara tiba-tiba,
tentang wajahmu yang begitu cerah, tentang hari-harimu
yang selalu ceria, tentang bersamamu yang tak pernah
kulupa, tentang akhlakmu yang kukira mulia, tentang
langkahmu yang mendebarkan dada, tentang hatimu yang
telah lama bertahta, tentang senyummu yang
mengandung cinta, tentang wangimu yang harum terasa,
tentang cantikmu yang menikmatkan mata, tentang
matamu yang disebut nayanika, tentang suaramu yang
mencandukan telinga, tentang kejammu yang tak pernah
kuduga, tentang namamu Sitti Aisyah Nur Ma'arifa, dan
tentang kita yang pernah bertemu di suatu masa.

Taukah kau simbol segala kecantikan dan


kemewahan, bagiku? Jawabannya bukan bidadari yang
sebagaimana selalu dipuji-puji, jawabannya bukan putri
duyung sebagaimana di dalam sinetron televisi,
jawabannya bukan sinderella yang bagiku hanya fiksi.
Namun jawabannya adalah kau, kau yang pernah singgah
menepi, bertahta di dalam hati, entah akan lekas pergi
atau selamanya mengabadi.

Dulu kukira kecantikanmu yang akan jadi perantara


membawaku pada keindahan ciptaan tuhan yang
sesungguhnya, bernama bidadari, namun ternyata tidak,

7
kecantikan bidadarilah yang akan membawaku pada
kesadaran bahwa kaulah hakikat keindahan, percikan
kemahakuasaan tuhan. Maafkan aku, biar kuceritakan
padamu tentang kesalahanku menempatkanmu, tentang
kebingunganku menilai cantikmu, tentang kegagalanku
memecahkan kontroversi antara kau dan bidadari.

Karena pernah terjadi...

Ah imajinasiku agaknya mulai jail lagi, membuatku


kembali berspekulasi, bersabda bahwa dia itu bidadari.
Alam pikiranku akhirnya mulai terisi, dengan beberapa
puisi dan kata-kata puji. Apakah dia tercipta sendiri? atau
mahluk yang diciptakan secara tiba-tiba, maksudnya tiba-
tiba di hatiku? Ah, nampaknya soal ini perlu dikaji lagi,
maka dari itu mari sejenak kembali di titik kontroversi, di
titik yang selalu menghasilkan spekulasi-spekulasi ilusi dan
imajinatif.

Karena pada awalnya terlalu singkat........

Hey kamu yang berjilbab merah, ada kabar dari


langit, katanya untukmu. Katanya hujan kan segera turun,
membasahimu, menyegarkan hari-harimu. Langit berpesan
agar kau bersiap-siap, menadahkan tetesan pertamanya
pada pipimu yang memerah itu. Katanya lagi diantara
hujan, akan datang pula seorang sempurna dengan kuda

8
putihnya, menjemputmu. Menjemputmu, lalu
membawamu terbang, di atas awan.

Hey kamu yang berjilbab merah. Merah jilbabmu


menambah cerahnya wajahmu. Merah jilbabmu
membuatku berimajinasi bahwa merah pada api, itu tak
panas, apalagi membakar. Hanya memberi kehangatan,
yang membuat tubuh betah dalam nyalanya. Imajinasi
liarku bahkan mengantarku sampai di panas api pada
neraka, Mengantakan bahwa di dalamnya tidak menyiksa,
terutama pada para pencinta.

Hey kamu yang berjilbab merah. Merah jilbabmu


menambah terangnya tubuhmu, hingga melampaui
terangnya sang baskara, juga membuat beberapa bunga
menjadi cemburu, terutama merah bunga pada mawar.
Keindahanmu menambah keyakinanku, bahwa surga yang
tertulis pada kitab-kitab itu benar adanya, keindahanmu
membuatku yakin bahwa kau adalah sebuah ciptaan yang
sengaja diciptakan dengan anindhita.

Hey kamu yang berjilbab merah. Kecantikanmu


nampaknya membuatku khawatir. Pasti kan menghadirkan
saingan-sainganku, dalam usaha memilikimu.
Kecantikanmu bahkan membuat awan menutup matahari,
takut matahari merebutmu. Atau pada pantai yang tiba-
tiba memperlihatkan ombaknya, seolah-olah mengancam
gunung agar tak mendekatimu. Pohon kelapa di pinggir

9
pantaipun rupanya tak ingin ketinggalan, ia seolah-olah
membusungkan dadanya agar terlihat oleh pantai dan
gunung, dan menggatakan pada keduanya, ’’cuma aku
yang pantas untuknya, menjadi pendamping hidupnya’’.

Rupanya kecantikanmu mengundang alam untuk


berkompetesi, bersaing denganku. Namun kuyakin andai
saja umurku lebih lama dari alam, pasti aku mencintaimu
lebih lama pula. Mereka pasti menyerah, takluk oleh
kegigihanku. Mereka tak bisa menyaingiku, karena di
dalam diriku namamu telah lama terukir di dalamnya. Dan
dalam dirimu pula, ada kemungkinan besar, terukir
namaku secara jelas.

Sejatinya, kecantikanmu itu tidak hanya datang


dari jilbab merahmu yang cerah itu. Tidak pula hanya
datang dari lesung pipi manismu, atau dari bibir dan mata
sempurnamu itu. Namun ia datang dari kesemuanya
dirimu, dan merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Dan jika pun terpisah, sama sekali tak dapat
mengurangi substansi kecantikanmu. Namun dengarlah!
Akan kutegaskan, aku mencintaimu bukan karena
kecantikanmu itu, bukan pula karena budi pekerti baikmu.
Tapi karena tanpa kata karena, atau mungkin sesuatu
dalam dirimu yang olehku sangat sulit untuk dijelaskan.

Hey kamu yang berjilbab merah, siapa namamu?


Dari mana asalmu? Hendak kemana kau pergi? Biar

10
kuantar. Biar kutebak, pasti kau bukan pribumi, penduduk
asli bumi? Jika kau bukan dari langit, maka pasti dari surga.
Kau pasti bukan manusia, bukan pula malaikat apalagi
hantu, kau pasti bidadari surga yang paling indah. Jangan
heran mengapa aku tahu, wajahmu mengatakan itu.

H h h h kau menoleh lagi setelah melihatku. Tau tidak


mengapa aku malah tertawa?

Sebab kutahu, bahwa kau menolehkan wajahmu agar


bibirmu yang jujur itu bisa tersenyum bebas.

“Bukan, aku hanya manusia biasa.” jawabmu


dibalik tatapan indahmu. Eh, mana mungkin aku bisa
salah? Rupanya kecantikanmu berhasil membuatku
berpikir liar, melampaui batas keinsyafan. Mensugestiku
berspekulasi dan berimajinasi, tentang penampakan suatu
alam, yang disebut surga.

“eh, kau belum menjawab semua pertanyaanku.


Siapa namamu, dari mana dan hendak kemana?” bertanya
kembali dengan mata tak pernah berkedip. Memang
semenjak ia datang mataku belum pernah berkedip, walau
Cuma sekali. Mungkin terlalu takjub, maklum baru melihat
mahluk secantik itu. Ah, mataku ini pandai juga menilai,
sayangnya ia terlalu jujur, tak pernah berkedip, membuat
malu saja.

11
“Aku dari Kota Maju, sebuah daerah indah di Pulau
Sulawesi.” jawabnya sambil menunjuk kearah timur.
Seakan tak sadar, tangan kananku langsung saja meraih
sebuah ponsel produk terbaru, di kantung celanaku.
Melalui aplikasi di ponsel itu, kucari petanya; letak kota
yang dimaksud.

Tak lama kemudian senyum tipis di bibirku tak


tertahan, membuat gigi atas dan bawahku bertemu,
seakan telah memenangkan sesuatu kompetisi. Padahal,
tidak sedang berkompetisi, hanya telah menemukan
sesuatu yang dicari, sebuah peta kota.

“Aku hendak kesana” jari telunjuknya diarahkan ke


barat. Tanpa berkata-kata lagi, ia langsung pergi,
menyusuri aspal panas disiang hari. Wanita aneh, ditanya
mau kemana malah dijawab dengan teka-teki. Di sana? Di
sana mana? Wanita aneh

“Dimana, dimana, dimana?” di dalam gumamku itu


tiba-tiba kupukul jidatku, "Ah, namanya belum dijawab
tadi" Siapa gerangan wanita aneh yang berjilbab merah
itu? “Siapa namanya?” Pertanyaan itu Terus berputar
bagai gasing di kepalaku.

Namun lupakan tentang namanya, lupakan tentang


bagaimana ia bisa muncul secara tiba-tiba, karena ada
yang lebih urgen untuk kita bahas bersama. Selepas

12
pertemuan yang secara tiba-tiba itu, aku merasa ada
sesuatu yang aneh denganku, mungkin jika diungkapkan
oleh seorang yang puitis, bunyinya 'hatiku telah hilang,
dicuri olehnya' namun kalau aku, sangat tidak sepakat
dengan kata itu. Aku lebih percaya bahwa hatiku telah
mencurinya, memasukkan ke dalamnya, atau bahwa ia
dengan sengaja masuk ke dalam hatiku, entah mencari
perlindungan atau mencari cinta dan kasih sayangnya.

Mungkin di sana kau sedang berjalan di atas panjangnya


ruang-ruang bahagiamu, menikmati sensasi cantikmu
sendiri. Namun aku disini, dalam diam, berteori tentangmu
yang kemarin; tentang dirimu, tentang langkahmu, dan
tentang angin barat yang meniup kedua pipimu. Suatu saat
kau kan lupa tentang perjalananmu itu, dan jika masanya
telah tiba, bukalah catatanku ini; kau, teori, dan juga angin
barat itu, telah mengabadi dalam bentuk sesuatu yang
bisa membuat bibirmu tersenyum.

******

13
seperti alam. kita juga diadakan dan diciptakan.
Diadakan agar saling mendoakan, Dipertemukan agar
saling menyempurnakan, kemudian dipisahkan agar
saling menanam kerinduan.

****

Lalu
BAB II Alam Itu Memberi
Kehidupan

14
Hiduplah seperti alam, yang taunya memberi cinta tanpa
mengharap pamrih, setidaknya dengannya aku kau dan mahluk
lain dapat bertahan hidup dan menghidupkan cinta

***

2. Masih dipendam

Fase sebuah rindu

15
Ada bait-bait lagu yang belum ternyanyikan, ada
beberapa kalimat yang belum tersampaikan. Juga beberapa
doa yang tak sempat terucapkan. Bukan hanya karena
masih malu terhadapmu yang sempurna, tapi tepatnya
waktu memang perlu ditunggu. Kupercaya waktunya kan
tiba, hingga kau dan aku kan menjadi kita. Hingga kau tak
lagi sempurna tanpa aku, hingga aku jadi sempuna karena
hadirmu. Hingga langit dan bumi kan cemburu, melihat kita
menjadi satu. Bahkan mungkin gunung dan pantai kan
merasa malu, dengan serasinya hubungan kita.

Jika kemudian melukis aku di hatimu adalah sulit,


maka biarlah kulakukan dengan sedikit demi sedikit. Aku
tak tergesah-gesah memilikimu, karena aku tak ingin
mencuri hatimu. Tapi kuminta dengan cara baik-baik. Aku
bukan penjahat, apalagi psikopat, aku hanya lelaki yang
padamu memiliki hasrat, tanpa harus dengan cara mengikat.

Jika hatimu dan waktu telah mengukir bentangan


jarak dariku, maka jangan salahkan jika mereka kutuntut
dalam pengadilan cinta di langit biru. Aku tak takut akan
waktu yang menjenuhkan, ataukah jarak yang
merenggangkan, aku hanya takut mencintaimu jika itu

16
hanya akan melukaimu. Karena bagiku, prioritas utamaku,
adalah segala yang baik untukmu.

Hingga suatu pagi,"Hay penduduk bumi, apa


kabarmu hari ini?" Bertanya, lagi lagi hanya di dalam hati.

Telah lama juga aku hidup cuma dalam imajinasi,


memiliki rasa namun sebatas disimpan dalam hati, hingga
mimpi-mimpi hanya terwujud dalam mimpi. Aku sadari
hingga kini kau belum mengetahui, bahwa aku sebenarnya
terlalu mencintai, namun sayangnya aku juga takut
melukai; melukaimu, melukaiku. Apa kau juga demikian,
mencintaiku namun takut menyebabkan luka? Jika iya,
maka selamat, kau akan menjadi mahluk terpenjara, tersiksa
dengan perasaan yang terpenjara.

Kita harus bangkit, harus berani sama-sama


mengungkapkan mimpi. Jika itu tak memungkinkan, maka
setidaknya salah satu dari kita yang melakukannya, entah
aku atau kau. Namun kebiasaan para penduduk bumi, yang
selalu pertama mengungkapkan isi hati adalah lelaki,
sedang disini, aku yang lelaki. Tapi di sini, aku yang paling
takut menyebabkan luka, takut melukaimu. Jadi,
bagaimana? Siapa yang berani? Mungkin ini ujian pertama
kita, terlalu sabar berpura-pura tak menyimpan rasa.

Pada kamu yang tiba-tiba datang di hati, entah akan


menetap dengan pasti atau beranjak pergi, entah akan
kumiliki atau hanya hadir sebagai mimpi. Pada kamu yang
diam-diam telah menepi, entah datang menjadi cinta sejati

17
atau hanya sekedar membuang sepi, "Hay, selamat pagi,"
ucapku yang sebenarnya mengandung rindu.

Andai kau tahu jika sebenarnya rindu telah lama


menggebu, membeku sekeras batu, dan terus menjadi
candu. Pernah sekali berpikir bahwa karena rindu tak dapat
dikompromikan, maka biarlah ia menjelajah dan menjarah,
hingga tiba masanya ia kan memanja lalu beranjak. Pernah
sekali berpikir seperti itu, namun ternyata tetap saja dia
adalah candu, selalu ada, selalu ada.

Namun kau mungkin heran mengapa aku hanya diam,


tak berani memperlihatkan puisi itu dan menyanyikan lagu
itu. Hey cantik, dengarlah! Cinta tak terletak pada huruf,
juga tak bersembunyi dibalik suara, cinta memiliki realitas
lain yang bertahta di balik rasa. Sehingga ia tak perlu
dituliskan dengan kalimat indah di kertas berwarna, dan
tak mesti pula diucapkan dengan nada mesra yang
dibisikkan di telinga. Sebuah kalimat c-i-n-t-a yang terucap,
itu dimaksudkan bagi mereka yang membutuhkan kata-
kata dalam memahami, tapi tidak bagi mereka yang pandai
merasa dengan hati. Seluruh tindakan dan perbuatanku
adalah perkataan sejati, bukankah itu cukup untuk
menggambarkan isi hatiku ini? Aku tak ingin cintaku
disampaikan melalui lisan, karena aku ingin kau
merasakan, bukan mendengarkan.

18
Dan sekarang aku ingin kau rasa, ada cinta dalam diriku
yang telah lama memihak padamu, telah lama terfokus
padamu. Cinta yang hadir ini melebihi kecepatan suara,
jadi jangan tanyakan dari arah mana ia muncul! Karena
pasti, pasti aku tak mampu menjawabnya dengan kata-
kata.

~s~

Sebuah fase menjelaskan

19
Kita memang tak seirama, lirik kita pun berbeda,
aku bersabda cinta sedang kau berkata benci. Namun kita
tetap berada dalam satu lagu yang sama, pencipta kita
sama. Kita sengaja dibedakan agar dapat seimbang,
berirama, berpasangan, dan saling menyempurnakan. Kita
juga ditempatkan pada bait yang berbeda, tujuannya agar
saling mencari dan saling merindu.

Walaupun kita beda namun percayalah kita ini


berjodoh, karena rata-rata orang berjodoh datang dari
mereka yang berbeda. Kita contohnya; aku mencintai
'wanita' yang ternyata adalah kau, dan kau mencintai
'lelaki' yang ternyata adalah aku. Bagaimana, beda kan?
Jika iya, berarti benar, kita berjodoh.

Kau tak perlu menghabiskan uangmu, datang ke


peramal menanyakan perihal cinta, lihat saja hatiku! Lihat
saja melalui gambarannya di kedua bola mataku! Pasti ada
kamu. Kau juga tak perlu tidur untuk bermimpi tentang
jodohmu! karena mimpi itu telah lama menjadi bagian dari
impianku, telah lama berputar-putar bagai gasing di
kepalaku, bergerak namun tak beranjak pergi. Begitulah,
cuma kamu yang selalu bermain di kepalaku, Karena pada
dasarnya otak kita disistem untuk mencintai satu orang
dalam satu waktu.

Hey denganlah! Aku tak ingin mencintaimu dengan


cara membelenggu, aku tak ingin mematahkan sayap-

20
sayap liarmu, kubiarkan sayap liarmu membawamu
terbang pergi menjauh walau pada jarak yang tak lagi
dapat kujangkau. Karena jika kau ditakdirkan menjadi
milikku, maka kemanapun sayapmu membawamu terbang
menjauh, angin barat akan menyongsongmu kembali
mendarat di depanku, atau tepat di pangkuanku, atau
bahkan bisa jadi tepat di sampingku yang sedang
berhadapan dengan sang penghulu.

Aku tak khawatir akan datangnya malam yang


membawa gelap, yang menggiring angin sang pengantar
dingin. Karena mungkin saja dalam gelap dan dingin yang
didatangkan, adapula dirimu yang oleh sang pemilik malam
tak lupa disertakan. Aku lebih takut pada hujan yang
mendatangkan basah, karena bisa jadi basah airnya
menghapusku dalam memori ingatanmu, bisa jadi basah
airnya menghapuskan namaku dari dalam hatimu.

Aku bukanlah malam yang menjanjikan gelap pada


terang setelah datangnya sore, bukan pula siang yang
menjanjikan terang pada gelap setelah datangnya subuh,
namun aku hanyalah sepasang tangan yang berjanji akan
menghapus air matamu dikala sedih, aku adalah pundak
yang berjanji akan selalu menjadi sandaranmu dikala kau
sedang goyah menghadapi masalahmu, aku adalah
sepasang mata yang akan selalu menjagamu dimalam

21
maupun siangmu, dan aku adalah hati yang selalu
mendamba padamu, merindu padamu.

Aku sebenarnya tak berani mencintaimu, karena aku


tak memiliki istana untuk menjaganya, tak memiliki harta
untuk membuktikannya, namun ayat-ayat cinta dalam
beberapa kitab, tak pernah mengukur cinta dari banyaknya
harta. Aku menjadi lega, menjadi paham bahwa tuhan
memang sangat adil, menjadi mengerti bahwa kau dan aku
bisa saja menjadi kita, menjadi berani bermimpi bahwa
kelak seorang anak memanggilmu mama, dan
memanggilku papa.

Aku juga pernah berkeluh kesah, hampir


memutuskan untuk pasrah, merasa bahwa kau yang
sumber bahagiaku itu akan mustahil membalas cinta,
berasa tuhan telah menelantarkanku di suatu lembah.
Namun Arrahmah 55 ayat 13, menegurku, mengatakan
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah, yang kamu
dustakan?" Menginsafkanku melalui bahasanya yang
tembus di hati, melalui isi kandungannya yang
menggetarkan kalbu, serta kalimatnya yang sarat akan
makna.

~s~

22
Fase yang begitu berarti

Bersama......

Tentang sebuah hari yang bernama Sabtu, ketika suatu


rasa yang bernama rindu terus saja berlaku dengan cara
menggebu-gebu, ketika hari-hari mulai terasa jenuh dengan
kehidupan yang penuh ilusi dan semu, ketika dunia beserta
isinya memilih menjadi diam membisu, ketika hati hampir
saja beku dan kaku karena harapan kukira telah berlalu
digiring waktu, tiba-tiba kau hadir mencairkan dengan
senyummu yang manis laksana madu, kau hadirkan
senyummu hingga membuatku menjadi kaku dan malu.

Hingga pada sebuah hari yang bernama Minggu, di


mana pilu, rapuh, jenuh, dan rindu menjadi hilang seakan di
telan waktu, di mana semua kesusahan sepertinya telah
berlalu, di mana suaramu membisikku dengan syahdu
hingga tembus ke dalam kalbu, dan akhirnya di dalam
hatiku kau telah bertahta laksana seorang ratu. Hingga
kuyakin hari itu adalah kedatanganmu membawa candu.

Kemudian pada sebuah hari yang bernama Senin,


entah datangmu dari balik sebuah labirin atau digiring oleh
tiupan sang angin, namun jelasnya kau hadir dengan
membawa sebuah kepastian, kau hadir memberikan
kehangatan dalam sebuah sunyi yang dingin, "semoga kita

23
berjodoh, aamiin" katamu yang tampaknya penuh
keseriusan dan tak bermain-main, dan segera kujawab
"Aamiin"

Tentang kita di sebuah hari yang bernama Jum'at,


"Ketika kau dan aku saling mendekat lalu kemudian
memutuskan untuk saling menjerat dan memikat, hingga
tentunya hubungan kita pun akan menjadi semakin erat,
bahkan waktu itu aku tak khawatir akan adanya sebuah
sekat, juga tak khawatir kita akan bergeming dari saling
menatap, karena antara kau dan aku itu dihadirkan untuk
saling sehasrat, diciptakan untuk saling mengikat,
ditakdirkan untuk saling menyayangi tanpa syarat."

~s~

24
***

Seperti alam, kau juga


memberi kehidupan,
pada hari-hariku yang terasa semakin hidup, dan pada
aku yang semakin memaknai hidup

Kemudian
BAB III Alam itu Fana

25
~mencari jejakmu~

Jangan! Jangan membisukan, dan memprivasi-ku di


dunia Maya, sebab itu hanya akan menambah semangat
juangku dalam mencarimu di dunia nyata.

.4 pergi

Sebuah fase yang mencekik

Bukan! Bukan kau penyebab hilangnya semangatku,


namun pergi setelah datangmu lah penyebabnya. Andai
kau bisa sabar menunggu lebih lama lagi, mungkin aku tak
bigini. Andai kau masih disini, mungkin aku tak menjadi liar
dan serba susah begini. Namun ternyata kau egois,
membuangku setelah kau rasa tak terasa manis.

26
Menghantamkan tubuhku pada kerasnya bebatuan,
sungguh kejam. Padahal api jikalau padam masih
meninggalkan debu, namun mengapa dirimu tatkala pergi
tak menyisakan cinta, hanya luka dan air mata.

Kau adalah predator yang licik, memancingku


dengan cinta hingga aku pun tertarik. Lalu setelah
kuterbuai oleh cintamu dan terperangkap dalam
kebuasanmu, kau makan aku, dan yang paling menyakitkan
ketika hatiku yang tulus ini kau koyak-koyak. Dalam hatiku
berkata ‘dasar gadis licik’ namun di depanmu aku munafik,
masih memberimu senyum terbaik.

Namun mungkin itu bukan salahmu. aku saja yang


bodoh, terlalu percaya pada matamu. Matamu dulu
memancarkan keindahan dari surga, namun semua itu
hanya fatamorgana, berubah seram setelah akan
menyiksa. Barulah kusadari setelah puncak bahagia itu
hampir kugapai, ketika kau busurkan duka cita,
membuatku mati, dan menjadi bangkai.

Aku telah merasa kehilangan dan ditinggalkan,


padahal sejatinya kita tak pernah bersama. Merasa disakiti,
padahal semua rasa luka ini adalah ulahku yang mengira
kau menyayangi. Dan pada akhirnya kita berjarak, perlahan
menjauh. Harusnya sedari awal aku sadar bahwa kita tak
pernah dekat. Ingin sekali marah, memaki diri sendiri, hati
pun seperti ada sesuatu yang mengganjal namun tak tau

27
letaknya dimana. Sekali lagi kau tak salah, justru kau
memperlakukanku sebagaimana mestinya, namun yang
salah adalah aku yang telah memperlakukanmu terlalu
istimewa.

Dan lantas ketika kau pun akhirnya memutuskan


untuk membentangkan jarak dan memperjauh hubungan,
itu adalah hal yang sebenarnya wajar. Sebab hubungan
kita pada dasarnya adalah fana. Dan yang lebih jelasnya;
kita tak setakdir, aku bukan untukmu, dan kau pun bukan
untukku. Padahal dulu jika kutulis dengan kata atau
kudendangkan dengan bahasa, mungkin tak ada habisnya
kubahas tentangmu. Dulu, kau kuanggap sebagai segala
hal yang sempurna dalam bentuk paling sempurna, sebagai
penenang dikala gelisah dan penerang dikala dunia terasa
gelap.

Dan pada fenomena ini aku menyimpulkan bahwa


cinta itu seperti kotak, adil pada tiap sisinya, prinsip
keadilan termuat di dalamnya. Olehnya, aku tak berhak
menyalahkanmu yang telah meninggalkanku, apalagi jika
hendak menuntutmu, itu tak mungkin. Benar! Aku
mencintaimu, tapi benar pula kau mencintainya, hatiku
menuntunku padamu namun hatimu menuntunmu
padanya, tak ada yang salah, semua adil, juga berposisi
pada porosnya, tempat dan poros yang seharusnya.

~s~

28
Jangan membahayakan dirimu dengan mencintai orang
yang terbiasa berbuat dusta dan khianat, sebab
penyakit dusta dan khianat tidak pernah mengenal kata
"CINTA SUCI"

29
Sebuah fase yang menggiring luka

4. kepergiannya

Saat sepasang kekasih memutuskan untuk saling


berpisah karena faktor utamanya adalah cinta pada
keduanya telah hilang, maka tentu saja itu adalah hal yang
bijaksana dan tak jadi masalah. Namun beda dalam
hubungan asmara kami, maksudnya aku dan Aisyah. Pada
kami, satu di antaranya masih menyimpan cinta, yaitu aku.
Pada kami satu di antaranyaa masih memegang janji, yaitu
aku. Meski satu lainnya lagi telah melupakan,
memutuskan pergi, yaitu dia.

Tentu saja aku tak berhak menyalahkannya, karena


pada dasarnya yang namanya cinta itu datang dari
dopamine suatu zat yang ada juga hilangnya, ada juga
musnahnya. Mungkin itu yang terjadi padanya, namun aku
masih yakin dia akan kembali, meski telah pergi berkali-
kali. Dan yang akan membuatnya kembali nanti, adalah
waktu; saat ia merasa bahwa ternyata 'waktu' bersamaku
itu sangat berharga, saat ia merasa bahwa ternyata waktu
bersamaku mengandung rindu yang menggebu.
Kesimpulannya rasa itu bisa datang, bisa pergi, dan bisa
datang setelah pergi. Sehingga kemudian jika orang yang

30
kamu cintai adalah orang yang tepat, mau perasaan itu
sudah hilang sekalipun 'jangan tinggalkan, tetaplah
bertahan!' karena seperti yang kukatakan tadi 'rasa bisa
hadir kembali'.

Dia yang telah sibuk dengan dunianya, berbanding


terbalik dengan aku yang sibuk menunggu kabarnya.
Semua terasa begitu singkat lagi cepat, ia memilih untuk
diam menjadi asing, membuatku selalu menerka-nerka apa
maksudnya. Aku sempat berpikir bahwa bahagianya
bahagiaku juga, sempat sekali berpikir seperti itu, sebelum
pada akhirnya aku menelan pahit semua getir yang
sebenarnya terjadi. Kini aku merasa seperti ada sesuatu
yang kosong.

Aku juga mengerti ucapan dari beberapa teman-


teman yang mengatakan “kan masih ada yang lain, kenapa
harus dia?”

Aku bukannya tidak menghargai saran dari


siapapun, tapi sudahlah. Aku punya jalanku sendiri, jikapun
aku telah berdamai dengan perasaanku sendiri, tentunya
pasti aku telah merelakan, namun ketahuilah bahwa untuk
saat ini tanpa ia aku masih kurang lengkap.

Bahkan pernah sekali di suatu sore seorang sahabat


datang menjengukku yang sedang terbaring di ranjang

31
tempat tidurku, di tengah percakapan ia berkata,
"Bagaimanapun juga perempuan-perempuan yang lain
memiliki mata, hati, dan hidup, sama seperti Aisyah. Jadi
apa sebenarnya yang kau lihat dalam diri Aisyah? Wajarkah
jika cinta mengadakan cemas? Apakah kecemasan hadir
untuk memberikan kepastian? Apakah mengamankan cinta
pada sesuatu yang pasti membuatnya lebih baik? Apakah
cinta membuat siapapun tak lagi mengenal dirinya?"

Aku acuh dengan pertanyaannya, namun tiba-tiba saja


dalam sunyi aku berbisik melalui dingin angin, bahwa
"Cinta hidup dalam harmoni, aku bisa berbicara dengannya
kapanpun dan di manapun, bahkan dalam kebisuan, dan
dalam ketidakhadiran maupun kehadiran." Jawabku yang
seolah-olah tidak berbicara dengan lisan, namun dengan
jiwa dan hati, hingga membuat seorang sahabat hanya bisa
diam membisu.

Mungkin mereka hanya belum mengerti bahwa cinta


itu seperti hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu
ekonomi, yang apabila semakin banyak jumlah permintaan
maka harga akan cenderung naik, dan sebaliknya jika
penawaran semakin banyak maka harga akan menjadi
turun. Begitulah juga sebuah cinta, yang apabila semakin
banyak permintaan cinta yang tertuju padamu, maka akan
semakin mahal dan tinggi harga cintamu. Sebaliknya, jika

32
semakin banyak tawaran cinta yang kau tawarkan kepada
banyak orang, maka nilai cintamu akan semakin rendah.

HUKUM Gossen 1

Percayalah hingga saat ini aku masih setia, masih


menantinya hingga ajal menjemput.

Semoga kelak kita dipertemukan, entah dengan


perasaan dan kondisi seperti apa, entah kamu yang sudah
termiliki atau aku yang sudah termiliki.

33
Sebuah ketakutan

Dan pada kepergianmu, aku menjadi takut. Aku takut orang lain
akan melukaimu, karena mungkin saja kau takkan menemukan
orang sepertiku;

yang jika kita bertengkar aku telah pandai untuk selalu


mengalah,

y‌ ang jika kau ingin sendiri aku telah pandai untuk langsung
mengerti,

y‌ ang jika kau marah aku telah pandai menyediakan pundakku


untuk kau pukul sekencang-kencangnya,

y‌ ang jika kamu membuatku kesal, aku hanya bisa diam bahkan
tak berani memarahimu meski dalam hati

Yang jika kau sedih aku telah pandai menyediakan pundakku


untuk kau sandari,

‌yang jika kau salah aku harus lebih salah dan siap disalahkan,

y‌ ang jika kau bercanda aku telah pandai tertawa meski itu tidak
lucu,

Yang jika kau menangis aku telah pandai mengusap air matamu
sebelum terjatuh di tanah sang bumi,

34
Yang jika kau lupa membawa tugasmu aku harus siap
memberikan tugasku agar kau tidak dihukum oleh gurumu,

y‌ ang jika kau kesepian aku harus datang menemani meski aku
sedang lelahnya,

y‌ ang jika kau telah nyaman dengan orang lain aku harus rela
meninggalkan dengan cara yang baik-baik.

‌yang jika kau rindu aku pasti lebih rindu lagi

y‌ ang jika kau sakit aku harus merawatmu bahkan jika itu harus
membuatku juga sakit,

y‌ ang jika kau pergi aku harus menyiapkan rumah untukmu


kembali,

y‌ ang jika engkau jenuh denganku, aku telah pandai mengatur


waktu agar kejenuhanmu sirna

y‌ ang jika kau melukai tangan kananku, tangan kiriku telah


pandai membalutnya

y‌ ang jika kau sakiti hatiku, mataku telah pandai


menyembunyikan sakitnya

35
*****

Seperti alam, kau juga fana, perasaanmu juga sama.


Seperti alam, hubungan kita juga fana, ditakdirkan
dengan waktu yang tidak lama, dan di musnahkan tepat
di bulan purnama.

*****

5. Usahamu melupakan kita

Hey, apa kabar? Hari ini tangal 03 februari loh, apa


kamu lupa? Mungkin kau melupakan sesuatu, iyah pasti
lupa. Diingat-ingat sepertinya aku ini tak berarti apa-apa
bagimu, yah? Hampir semalaman kumenunggu pesan
darimu, setidaknya “Assalamualaikum, selamat ulang tahun
yah” namun itu tak ada, tak pernah masuk ke dalam
ponselku. Realitanya tiap tahun tak pernah sekalipun ada

36
kata selamat darimu, dan ironinya aku selalu berhusnuzon,
“kau sedang lupa.” Aku nampaknya telah pandai
mengamankan perasaanku pada sesuatu yang pasti, dengan
harapan aku terlihat lebih berarti.

Hey kamu yang dirimu padaku, selalu lupa. Bukan


pamrih atau semacamnya, namun lupa juga kah kau bahwa
aku selalu ingat segala tentangmu? Selalu ada doa dihari
minggu untukmu, karena itu hari liburmu. Selalu ada kata
selamat di 15 mei, karena itu hari lahirmu. Atau selalu pula
ada sebungkus kado di 01 november, karena itu adalah hari
ketika kau dan aku telah menjadi kita. Jangan-jangan semua
harimu yang menyangkut aku, telah sengaja kau lupa? Ah,
kau itu, tega sekali. Tapi biarlah, biar aku yang
mengingatkanmu, kusimpan dalam memori ingatanku. Agar
jika tiba masanya kau kuingatkan, tentang segalanya.

Atau jangan-jangan setiap kado dariku, itu hanya


kau simpan di gudang lamamu? Ataukah kau buang di
tempat yang bertuliskan 'tong sampah'? Atau bisa jadi kau
tak pernah membukanya, melihat isinya? Agaknya ada
kado dari orang lain, yang ditunggumu. Entah itu cincin
emas permata, dari anak anak orang kaya. Ataukah kalung
berlian dan boneka beruang kutub, dari pangeran
impianmu.

Mungkin "lupa" adalah dalil yang paling aman untuk


menjaga hatiku agar tak luka,

37
Nampaknya perihal cinta juga selaras dengan hukum
Gossen 1

Tak terlalu banyak. 01 oktober bukanlah kenangan


yang harus selalu kau ceritakan, bukan pula kenangan yang
wajib kau tulis di buku harianmu. Singkatnya, tak perlu
sebegitu istimewahnya. Cukup menjadi memorabilia dan
pengingatmu tentangku, tentang kita yang dulu, yang
sebelum ini pernah menjadi satu. Cukup tiap tahunnya,
tepat di waktu itu kau tak berbagi janji dengan yang baru.

Seharusnya kau memakai teropong, melihat langit


lebih jelas, agar kau paham langitpun sedang menunggumu,
menepati janji-janjimu. Namun aku tak tahu, sekeras apa
pukulan yang mengenai kepalamu, hingga menjadikanmu
amnesia pada janji-janjimu. Rasanya begitu spontan di
ingatanmu terhapus janji itu, janji di 1 oktober; tentang kau
yang takkan pernah meninggalkan, tentang kau yang kan
selalu setia, dan tentang aku yang kau abadikan di hatimu,
selamanya, seorang.

Hingga di suatu minggu aku mendengar berita,


bahwa kau telah berjanji pada dia yang lebih sempurna.
Menjanjikan tiga pasal, persis yang kau janjikan padaku,
dulu. Ternyata pandai juga kau melukis, secara bersama
dua wajah di hatimu; aku, dan dia yang kau anggap
sempurna itu. Selain itu Pandai pula engkau merangkapkan
fungsi hatimu; satu memberi asa satu memberi luka, satu

38
mencintai satu membenci. Padahal pada awalnya ia hanya
satu dalam satu waktu, tak terbagi atau membagi fungsi.

Sial, dari kesemua fungsinya, aku yang jadi


korbannya. Tak adil, sungguh tak adil. Inginku berdoa agar
karma berlaku di depan mata, agar kulihat penyesalanmu
melalui air mata.

Tak mengapa jika kau hendak melupakan, hakmu


pula untuk membenci. Namun jangan tuntut aku agar
membuang kenangan yang dulu, karena sejatinya aku juga
berhak menentukan seberapa lama kau di hatiku. Dengar
itu!

Setiap orang itu berhak menyimpan siapa saja di


hatinya, berhak pula menentukan berapa lamanya, bahkan
jika yang disimpannya itu telah termiliki oleh yang lain, itu
tak boleh jadi soal. Karena sejatinya kebebasan mencintai
itu merupakan hak yang paling sederhana, namun juga
istimewah.

Jangan salahkan yang mencintai! Karena cinta itu


tidak datang dari hasrat yang sengaja dibuat, namun ia lahir
dan mengalir di dalam dada tanpa disadari. Cinta bisa
datang dari banyak pintu; bisa dari pintu kecantikan,
kekaguman, sayang, dan pintu kasihan, serta masih banyak
lagi. Dari kesemuanya, pintu kasihanlah yang terkadang
paling lama pudarnya, membekas di dalam dada, mengalir
seperti darah.

39
Jika dipikir-pikir hatiku ini kasihan yah, mengharap
padamu yang mengharap padanya. Lihat saja goresan-
goresan sembilu darimu, telah membekas dan bernanah.
Belum lagi pada bekas tombak di tengah dadaku, masih
sakit dan menyesatkan dada, mengganggu pernafasanku.
Pantaskah aku kau perlakukan begini, padahal salahku
hanya berani mencintai? Jika berani mencintai adalah salah
lagi dosa, maka pasti aku akan masuk pada sedalam-
dalamnya neraka. Tapi pasti tidak! Itu bukanlah sebuah
dosa, tidak lebih dari semacam fitrah.

Namun tentang luka itu, tenang. Aku takkan


menuntutmu, dihari dimana semua kejahatan akan dihisab
dan dimintai pertanggungjawaban. Karena sejatinya kau jua
tak salah, hanya mengamankan hatimu, meski dulu kau
telah mengamanahkanya padaku.

Kau memilih untuk pergi, membalikkan badan dan


tak menoleh lagi. Namun yasudah mau bagaimana lagi,
kalau memang benar jodoh harusnya tak mungkin berpisah
seperti ini. Intinya aku sudah berusaha menjadi yang terbaik
bagimu, dan memenuhi segala tuntutan-tuntutanmu.

Aku hanya bisa melihatmu pergi, ketika langkahmu


seakan menari-nari, tentunya itu membuatku jadi lebih
mengerti, bahwa kau dan aku memang ‘mencintai dan

40
dicintai’. Sayangnya, kata ‘saling’ tak pernah hadir
mengawalinya, tidak hadir jadi pengantar kalimatnya. Tak
pernah ada saling mencitai dan saling dicintai di antara kita.
Aku hanya mampu menjadi subjek yang selalu
mencintaimu, sedang kamu hanya ingin sekedar jadi objek
yang dicintai olehku, tanpa mencintaiku.

Saat ini aku yakin kau bukan melupakanku, namun


di hatimu memang tak pernah ada aku, kau selama ini
hanya berpura-pura terlihat bahagia. Sampai pada
kesimpulan bahwa kau sebenarnya sedang menderita, kau
tersenyum di balik dusta, padahal sejatinya senyummu
untukku itu hambar tanpa rasa. Aku yang kemudian tak
tahu apa-apa, menjadi hidup dalam euforia.

Sayangnya sampai saat ini aku belum juga mengerti;


tentang hadirmu menjadi bagian dari mimpi, tentang
janjimu yang katanya akan kau tepati, tentang katamu yang
katanya akan mencintaiku sampai mati dan tentang
mukaddimah cinta yang kau tutup dengan terimakasih. Aku
belum mengerti itu semua, akankah kau kemari untuk
menjawabnya? Setidaknya untuk yang terakhir kalinya.

Sungguh telah sangat sulit mencari dalil bahwa kau


mencintai, sulit pula mencari bukti bahwa kau pernah
menepati. sekarang masih ingatkah kau tentang sesuatu
yang terdengar dari mulutmu waktu itu? sebut saja
namanya janji. Masih ingat? Ah, pasti kau telah lupa
tentang janjimu di bulan mei, bulan lahirmu di planet

41
bumi. Bahkan ketika aku mengingatkanmu, kau masih saja
berpikir-pikir mencari tahu ‘kapan dan dimana’.

Bahkan masa-masa diantara kita mungkin saja telah


kau lupa, telah hilang tanpa sisa. Bukan karena disesatkan
masa, atau karena disebabkan amnesia, namun karena
masa-masa itu memang bagimu tak berarti apa-apa. Jelas,
sangat sulit mengingatkan seseorang tentang sesuatu, yang
pada awalnya memang tak pernah ia tahu. Sangat sulit pula
membuat orang menekuni, jika pada kenyataannya tak
pernah ia mengerti. Itu hanya akan membuat pusing sendiri,
kecewa sendiri.

Jelas, sampai di sini aku tak memaksamu lagi; baik


itu untuk menepati, ataupun membuat janji baru lagi. Aku
tidak, tidak, tidak akan memaksamu lagi. Karena pada
kenyataanya akupun mulai menyadari, bahwa cinta mesti
berasal dari hati, dan tidak bisa dipaksa dengan cara
memaki, apalagi menyakiti. Aku juga telah paham, bahwa
bukan cinta namanya, jika di dalamnya mengandung
paksaan.

42
Juga
BAB IV
Alam
itu
Penuh
Bahaya

Dan jika ternyata perpisahan adalah sebuah definisi


kebebasan bagimu, maka biarlah aku menjauh; agar
kau tahu, bahwa caramu mendefinisikannya agak
keliru.

43
Aku tak suka cara kita yang terlalu tergesa-gesa;
tentang aku yang mengungkapkan perasaanku dengan
waktu yang tergesa-gesa, dan tentang kamu yang
menerimaku dengan begitu tergesa-gesanya. Karena satu
tindakan yang tergesa-gesa, terkadang berujung dengan
beribu penyesalan yang dicela-cela. Seharusnya kita
melakukan yang seharusnya, seharusnya kita mengambil
tindakan tepat pada waktunya, dan seharusnya kita
bertindak tepat pada tempatnya.

Karena ingat! Alam selalu mempunyai cara untuk


membuat konflik, jadi jangan terkejut, biasakan dirimu.
Pada akhirnya dalam kenyamanan hubungan ini, akan
dibumbui oleh rasa jenuh, jadi jangan heran, pandai saja
membuat rindu. Pada akhirnya dalam hubungan ini, akan
disusupi oleh cemburu, jadi jangan heran, pandai saja
menghilangkan tuduh. Pada akhirnya pula dalam
hubungan ini, akan ada orang ketiga, jadi jangan heran,
pandai saja untuk saling setia. Karena jika tidak,
bersiaplah! Kita dan hubungan ini pasti berakhir dengan
pisah. Dan pastinya akan menyesakkan dada; dadaku,
dadamu.

44
6. Antara

ideologi dan kepalsuan

Lima tahun berjuang menghapus jejakmu, malah


menjadikannya semakin mengkristal, mengideologi di alam
sadarku. Akhirmya membuat cintaku sedikit lebih radikal.
Untung saja aku tidak menjadi teroris dibuatmu. Andaikan
terpaksa kujadi teroris, mungkin telah kubombardir mereka
itu, yang merebutmu dariku. Namun aku bukan penjahat,
yang merebutmu dengan jahat, aku bukan penjahat yang
akan menghalalkan cara licik untuk sebuah kemenangan.

Aku juga tentu ingin memenangkan hatimu, namun


harus dengan cara sportif, aku lebih baik kalah daripada
harus bersalah. Karena aku tahu, bahwa suatu kemenangan
yang diraih dengan cara salah, pasti akan berakhir jadi
masalah; entah pada orang lain atau diri sendiri. Sekali lagi
aku bukan penjahat, aku hanyalah badut lucu dengan
senyum palsunya, menjadi bodoh di depanmu, agar kau
tersenyum atau tertawa bahagia.

Meski sebenarnya jika sejenak engkau mengintipku


dibelakang layar, pasti kau menemukan aku sedang
menangis, atau memeluk foto lamamu. Sayangnya kau
wanita polos, yang begitu gampangnya percaya dengan satu
senyuman palsu. Sepertinya kau harus banyak belajar lagi,
membaca psikologis dan bahasa tubuh. Hanya saja begitu

45
mengherankan, kepolosanmu tiba-tiba lenyap saat aku kau
lihat sedih. Kau menjadi tak mudah percaya, menuduhku
sedang berpura-pura.

Agaknya kau perlu belajar lagi membedakan air


mata kepalsuan dengan air mata kesedihan. Karena jika
tidak, hidupmu akan sulit. Sulit menemukan tulang
punggung sejati, sepertiku. Matamu takkan menemukan
tangan yang tepat, tangan yang menghapus air matamu.
Takkan pula menemukan tangan yang akan selalu
membelai rambutmu, mengusap bekas nasi dibibirmu.
Hanya tangan yang nantinya kan memerahkan pipi,
membuatnya memar dan berdarah.

Sayangnya telah lama kutahu, bahwa kepalsuan itu


sebenarnya tersembunyi padamu. Ibarat gunung di pagi
hari, nampak indah dan mempesonakan setiap mata. Sedang
dimalam harinya ia menjelma menjadi seram dan
menakutkan. Terlihat beda, namun hakikatnya masih
gunung yang sama. Begitu pula dirimu, senyum di
depenku, seolah penuh ketulusan. Namun tiba-tiba
menertawakanku saat di belakang. Sungguh kau penuh
kepalsuan.

Pernahkah kau mencoba menuliskan namamu diatas


air, dengan harapan dapat terbaca jelas oleh temanmu? Jika
iya, berarti kau pernah melakukan hal yang konyol, dengan
harapan yang terlalu bodoh. Jika iya, berarti kau tidak

46
sendirian, aku juga pernah demikian, juga pernah
sedemikian konyolnya.

Kekonyolanku tidak dengan cara menuliskan


namaku diatas air persis yg kau lakukan, namun dengan
cara lain. Mengharapkan kebahagiaan lebih pada hubungan
yang tak pernah mengandung cinta, adalah sebuah
kekonyolan yang tidak jauh beda dari yang kita bahas tadi.
Juga sebuah tindakan yang mengandung kebodohan di
dalamnya, mengandung penyesalan di akhirnya.

Aku pernah mencoba itu, pernah sekali mencoba


jadi sedemikian bodohnya. Konyolnya adalah mengapa
hubungan seperti itu harus terbangun, bodohnya mengapa
mengharapkan kebahagiaan lebih tanpa cinta? Bukankah
kebahagiaan yang paling membahagiakan itu, adalah yang
dikarenakan cinta?

Mengharapkan kebahagiaan lebih pada hubungan


yang tak pernah mengandung cinta, adalah Semacam dua
pasal dalam satu kasus, dua kejahatan dalam satu tindakan,
namanya pasal berlapis. Sungguh kejahatan yg terlalu rumit
untuk dicegah, dan penyakit yg sangat sukar untuk diobati,
Karena datang dari kebodohan yang terlahir dari hati.
Begitulah cara mainnya hati, bahkan akalpun sulit untuk
mengerti, sulit memahami, sulit menasihati.

47
*****

Seperti alam, kau juga berbahaya, datang dari balik


rimba, kemudian dihadirkan agar memberi luka.

*****

48
Dan
BAB V Alam itu Penuh
Misteri dan
Teka-teki

Bukankah saat malam


hari, suasana menjadi mencekam dan menakutkan? dan
bukankah malah saat malamnya pula, rembulan
menampakkan keindahan? Alam itu penuh dengan misteri
dan teka-teki, kita takkan sanggup memecahkannya jika
hanya duduk berdiam diri. Berlarilah, buka jendela
kamarmu! Ada malam yang menyapamu melalui terangnya
sang rembulan, dan memelukmu melalui dinginnya sang

49
angin malam. Kau takkan paham tentang alam jika terlalu
takut hidup di dalamnya, terlalu takut menjejakkan langkah
di tiap daratannya. Perhatikan langkahmu, karena
terkadang sebuah jawaban tak termuat di akhir kalimat, tak
terdapat di akhir kisah. Perhatikanlah! Bisa saja ia terselip
di pembuka kata, atau di mukadimah cerita.

Sapril Aaj

*****

Sebuah fase yang disembunyikan

Untungnya dalam sebuah hubungan kita di haramkan


bermain hitung-hitungan, karena pada dasarnya hubungan
asmara berbeda dengan hubungan bisnis. Untungnya,
hampir saja kutuliskan semua dosa-dosamu yang
merenggut masa depanku yang mungkin saja bisa ceria,
hampir saja kau terlihat begitu rendah, hina, dan nista.

50
Cukup untuk kita bertiga; aku, kau, dan sang pencipta di
langit biru.

Sebuah fase yang terulang

Bisakah suatu perputaran waktu di kembalikan, untuk


menghapus sebuah kesalahan? mungkin tepatya di titik
perpisahan, di mana kau dan aku memutuskan untuk saling
berjauhan. Setidaknya kuhapus tiap-tiap kesalahan, yang
sering membuatmu merasakan sebuah kekecewaan. Yang
padahal semua itu, semua kekacauan yang terjadi, adalah
bukan keinginanku, juga bukan kesalahanmu.

Kuingin kembali di masa bahagia kita;

Di mana kau dan aku masih sering berjumpa,

Di mana kau dan aku masih sering bertatap muka,

Di mana kita masih sering bertutur sapa,

Di mana kau masih kupanggil Dinda dan aku kau panggil


Kanda,

Di mana kau selalu mengajakku untuk bercanda,

51
Di mana kau masih sering membuatku tertawa,

Di mana kau masih merasakan kangen-kangennya,

Di mana kau belum pandai memberi luka,

Di mana kau selalu membuat hari-hariku semakin ceria,

Di mana kita pernah mengikrarkan diri untuk saling cinta,

Di mana kau selalu mengingatkanku agar tidak sering


marah-marah,

Di mana kau masih sering mengingatkanku agar tidak


begadang terlalu lama,

Di mana kau dan aku masih sering berjalan berdua,

Di mana cinta kita telah bersemi di sebuah sekolah,

Di mana masa-masa itu adalah masa terindah,

Di mana kau masih begitu percayanya,

Di mana kita pernah berjanji untuk saling setia,

Di mana kita pernah berjanji untuk saling menjaga,

Di mana kita pernah berjanji untuk saling berbagi rahasia,

Di mana kau sering menjemputku agar tidak telat sekolah,

Di mana kau masih sering diam-diam memperhatikanku


saat sedang upacara,

52
Di mana kau masih sering tersenyum manis padaku saat
apel sekolah,

Di mana kau sering mengomeliku jika bolos sekolah,

Di mana kau sering melarangku agar tidak memanjat di


pagar sekolah,

Di mana kau selalu menghukumku dengan cemberutmu jika


nilaiku di bawah rata-rata,

Di mana kau masih sering mengkhawatirkanku jika kuikut


berkemah dalam kegiatan Pramuka,

Di mana kau masih sering bertanya tentang rumus


matematika,

Di mana kau sering memotivasiku tatkala pagi telah tiba,

Di mana kau masih sering menjengukku tatkala demamku


sedang melanda,

Di mana kau masih sering memberiku obat ketika tanganku


terluka,

Di mana kau masih menganggapku sebagai orang yang


sangat berharga,

Di mana kau selalu mendoakanku jika malam telah tiba,

Di mana setiap hari ulang tahunku kau selalu memberi


hadiah,

53
Di mana kita masih sering merayakan hari jadian kita,

Di mana kau masih ingat bahwa hari jadian kita adalah


tepat di hari Selasa,

Di mana setiap hari Senin dan Kamis kau selalu


mengingatkanku untuk berpuasa,

Di mana kau masih mengingatkanku agar tidak berkata


dusta,

Di mana kau sangat takut jika aku berbuat dosa,

Di mana dunia terasa hanya milik kita berdua,

Di mana kau masih menjadikanku sebagai satu-satunya


poros semesta,

Di mana kau jadikan hatiku sebagai tempatmu bermuara,

Di mana kau masih menganggapku sebagai sebuah


anugerah,

Di mana hatimu kau jadikan aku bertahta sebagai raja,

Di mana kau masih sering bersandar di bahuku untuk


bermanja,

Di mana setiap hari kita masih sering bermesra,

Di mana kau masih sering membuatku merasa menjadi


lelaki paling sempurna,

54
Di mana kau masih menganggapku sebagai satu-satunya
mahluk terbaik dalam sebuah karya,

Di mana kau tak pernah menilaiku melalui tingkatan kasta,

Di mana kau pernah memberiku Al-Qur'an untuk kubaca,

Di mana rasa di dalam hati kita masih serupa,

Di mana kau padaku masih menyimpan sebuah rasa,

Di mana kau masih mengingatku tanpa jeda,

Di mana kau masih sering memberiku hadiah tanpa


kuminta,

Di mana saat berjumpa aku masih memiliki keberanian


untuk mengedipkan mata,

Di mana kau sering mengingatkanku untuk makan sebelum


cacing di perutku meronta-ronta,

Di mana kau pernah berjanji untuk mencintai hingga tutup


usia,

Di mana kita masih sering bermimpi untuk menikah,

Di mana kita masih sering di doakan oleh teman-teman agar


nanti bisa menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah,

Di mana kau masih sering berharap agar kita bisa saling


mendampingi sampai tua,

55
Di mana kau pernah memakaikan sebuah jam tangan di
pergelangan tanganku agar selalu kubawa kemana-mana,

Di mana kau masih sering memberiku semangat saat


menontonku sedang bermain bola,

Di mana kau sering memohon agar kita di pertemukan


kembali nanti di alam surga,

Di mana semua terasa surga. Waktu itu di sebuah titik


kenangan, yang sering menghadirkan tawa.

Aku tak ingin hidup di masa ini, masa seperti ini, masa
di mana kau tak pernah menanyakan kabarku, masa di
mana kau tak pernah ingin bertemu, masa di mana kau jika
untukku tak ada waktu, masa di mana kau lebih memilih
diam membisu, masa di mana kau tak lagi pernah datang
untuk membantu, masa di mana kau hanya memberi
senyuman palsu, masa di mana kau hanya menjadi
masalalu, masa di mana kau tak lagi mencintaiku, tak lagi
milikku.

Aku ingin mengenangmu melalui sebuah cerita.

56
3. Rahasia tuhan

Dari kejauhan ribuan kilo meter, terlihat basah


dinding mata langit, menandakan ia sedang berduka.
Bagaimana tidak, kekasihnya telah lama tersiksa, kering
kerontang. Sebut saja si bumi, nama kekasihnya yang
malang itu. Namun aku tak kasihan pada si bumi yang
kering kerontang itu, atau pada si langit yang sedang
menangis itu. Kasihanku sedikit lebih tertuju pada kitab
takdir, tempat skenario percintaan mereka ditulis. Pasti dia
terluka, bagai memakan buah simalakama.

Percayalah aku dan kau juga ditakdirkan demikian.


aku bukan peramal masa depan, hanya belajar dari
pengalaman, dan melihat realitas. Jika mereka itu kita,
maka aku mungkin adalah si langit dan kau si bumi itu.
Yang menangis, luka dan berkorban demi kebahagiaanmu
adalah aku, sedang yang pernah terluka karena cintaku, itu

57
adalah kau. Aku dan kau tidak bersalah! Itu bukan salah
kita. Kita hanya korban, kita hanya objek, yang mau tidak
mau tetap akan demikian.

Tapi satu hal yang perlu kau pahami pula, bahwa itu
bukan salah tuhan. Bahwa apa yang terjadi itu memang
kehendaknya, namun pasti kebahagiaan telah disiapkan
secara tersembunyi untuk kita. Mungkin disiapkan secara
terstruktur, sismatis, dan massif, hingga kita tak sadar. Jadi
jangan salahkan siapa-siapa, termasuk aku!. Sekali lagi aku
juga korban, sama sepertimu.

Lihat saja setelah datangnya hujan, langit menjadi


cerah. Disusul oleh bumi yang mulai bernafas lega, dengan
air sebagai rahmat baginya. Terpancar jelaslah keadilan
sang pencipta, melalui kedua mahluknya itu. Menjadi
pahamlah alam bahwa firman tuhan pada kitab-kitabnya
adalah benar adanya. Dan menjadi paham pulalah seluruh
mahluk bahwa surat yang berkalimatkan ‘sesungguhnya
setelah kesulitan itu, ada kemudahan. Dan sesungguhnya
setelah kesulitan itu, ada kemudahan’ itu benar pula
adanya.

Jadi jangan risau, atau berkeluh kesah, apalagi


hendak mengomeli tuhan. Aku yakin kitapun kan demikian,
setelah datangnya berbagai ujian, akan dihadirkan pula
berbagai macam kemudahan, sebagaimana janji tuhan. Jika
kebahagianmu ditakdirkan bukan berasal dariku, maka pasti

58
melalui orang lainpun kau bisa bahagia. Tenang saja, kau
pasti bahagia, pada waktunya.

***

Seperti alam, kau juga penuh misteri, entah datang


sebagai komedi atau menepi menjadi tragedi.

******

Seperti alam, kau juga penuh teka teki, tingkahmu


sangat susah dimengerti, jalan pikiranmu sangat sukar
dipahami.

**

59
Namum
Ternyata
BAB VI
Alam itu
Seimbang
Sebuah bab yang
mewakili tentang
keseimbangan alam, menjelaskan melaui aku dan kau dalam
sebuah ikatan dan dinamika permasalahannya. Karena
dunia ini hanya berbicara tentang dua hal; aku, kau, tidak
ada ruang kisah bagi orang ketiga, jika pun ada maka itu
adalah "kita".

Kita pun demikian adanya, persis, seperti alam. Kita


adalah sepasang insan tempat hukum keseimbangan
berlaku, hubungan kita semakin seimbang

60
permasalahannya, semakin hari semakin menjadi kadang-
kadang;

Kadang dekat kadang jauh,

kadang ada kadang hirap,

kadang suka kadang duka,

kadang rindu kadang sendu,

kadang cinta kadang benci,

kadang lanjut kadang henti,

kadang pasti kadang ambigu,

kadang akur kadang bertengkar,

kadang simpel kadang rumit,

kadang bersatu kadang berpisah,

kadang gembira kadang resah,

kadang nyambung kadang putus,

kadang kadang rekat kadang retak,

61
kadang tumbuh kadang rubuh,

kadang saling percaya kadang saling curiga,

kadang saling bicara kadang saling diam,

kadang dewasa kadang seperti anak-anak,

Kadang menjadi kuat kadang menjadi rapuh,

kadang merasa nyaman kadang merasa jenuh,

kadang terasa manis kadang terasa pahit,

kadang merasa bahagia kadang merasa menderita,

Kadang ingin bertemu kadang malu-malu,

kadang terasa nyata kadang terasa Maya,

kadang saling memaafkan kadang saling marah,

kadang saling menepati kadang saling mengingkari,

kadang memilih setia kadang memilih mendua,

kadang saling memuji kadang saling memaki,

kadang saling menghargai kadang saling menyakitii,

kadang saling terbuka kadang saling menutupi,

kadang saling jujur kadang saling dusta,

62
kadang saling peduli kadang saling apatis,

kadang merasa sama kadang merasa beda,

kadang saling membolehkan kadang saling melarang,

kadang saling membebaskan kadang saling mengekang,

Kadang ingin berduaan kadang sama-sama ingin sendirian,

Kadang main chatting-chattingan kadang main blokir-


blokiran,

kadang saling bermesra-mesraan kadang saling cuek-


cuekan,

kadang sama-sama mengalah kadang sama-sama egois,

Kadang datang menemani kadang pergi meninggalkan,

kadang memutuskan menikah kadang memutuskan


berpisah,

kadang saling membenarkan kadang saling menyalahkan,

Kadang persoalan dikecil-kecilkan kadang dibesar-


besarkan,

Kadang main cubit-cubitan kadang main tampar-tamparan,

Kadang iklhas memberikan kadang main hitung-hitungan,

63
Kadang main curhat-curhatan kadang main Rahasia-
rahasiaan.

~s~

Mungkin alam terlalu banyak bermain-main, hingga selalu


menghadirkan kadang-kadang; kadang hujan kadang kemarau,
Kadang dingin kadang panas, kadang diam kadang gempa.
Mungkin alam sedang Menjelaskan bahwa keseimbangan itu
penting. Coba saja bayangkan jika alam hanya mendatangkan
hujan tapi tidak mengadakan kemarau! Apa yang terjadi?
Ketakutan, kejenuhan, kebanjiran dan ketidakseimbangan pasti
akan terjadi. Tuhan itu tahu betul kebutuhan dan keinginan
makhluknya, termasuk aku dan kau yang esoknya akan semakin
dewasa.

Karena ini tentang sebuah keseimbangan, maka sangat tidak


adil bagimu jika hanya aku yang bercerita, dan mengadu
kisah. Kukosongkan beberapa bait untuk kau tulis, tentang
aku, atau tentang kamu padaku. Silahkan bercerita!

64
..

..

..

..

..

..

..

..

..

..

4. kepergiannya

65
Saat sepasang kekasih memutuskan untuk saling
berpisah karena faktor utamanya adalah cinta pada
keduanya telah hilang, maka tentu saja itu adalah hal yang
bijaksana dan tak jadi masalah. Namun beda pada kita,
maksudnya aku dan kamu. Pada kita; satu di antaranya
masih menyimpan cinta, yaitu aku. Satu di antaranyaa
masih memegang janji, yaitu aku. Meski satu lainnya lagi
telah melupakan, memutuskan pergi, yaitu kamu.

Tentu saja aku tak berhak menyalahkanmu, karena


pada dasarnya yang namanya cinta itu datang dari
dopamine suatu zat yang ada juga hilangnya, adajuga
musnahnya. Mungkin itu yang terjadi padamu, namun aku
masih yakin kau akan kembali, meski telah pergi berkali-
kali. Dan yang akan membuatmu kembali nanti, adalah
waktu; saat kau merasa bahwa ternyata 'waktu' bersamaku
itu sangat berharga, saat kau merasa bahwa ternyata waktu
bersamaku mengandung rindu yang menggebu.

Kesimpulannya rasa itu bisa datang, bisa pergi, dan


bisa datang setelah pergi. Sehingga kemudian jika orang
yang kamu cintai adalah orang yang tepat, mau perasaan itu
sudah hilang sekalipun 'jangan tinggalkan, tetaplah
bertahan!' karena seperti yang kukatakan tadi 'rasa bisa
hadir kembali'.

Bahkan pernah sekali di suatu sore seorang sahabat


datang menjengukku yang sedang terbaring di ranjang

66
tempat tidurku, di tengah percakapan ia berkata,
"Bagaimanapun juga perempuan-perempuan yang lain
memiliki mata, hati, dan hidup, sama seperti Aisyah. Jadi
apa sebenarnya yang kau lihat dalam dirinya? Wajarkah
jika cinta mengadakan cemas? Apakah kecemasan hadir
untuk memberikan kepastian? Apakah mengamankan cinta
pada sesuatu yang pasti membuatnya lebih baik? Apakah
cinta membuat siapapun tak lagi mengenal dirinya?"

Aku acuh dengan pertanyaannya, namun tiba-tiba saja


dalam sunyi aku berbisik melalui angin, bahwa "Cinta
hidup dalam harmoni, aku bisa berbicara dengannya
kapanpun dan di manapun, bahkan dalam kebisuan, dan
dalam ketidakhadiran maupun kehadiran." Jawabku yang
seolah-olah tidak berbicara dengan lisan, namun dengan
jiwa dan hati, hingga membuat seorang sahabat hanya bisa
diam membisu.

67
Kamu pernah mengecewakan orang lain? Oh tenang,
tunggu saja giliranmu, tuhan tahu kok kapan waktu yang
tepat untuk menegurmu.✍️

***

Seperti alam, kita juga seimbang, dijatuhkan agar saling


menimang, disatukan agar saling menggenggam.

********

Seperti alam, kita juga seimbang, diciptakan agar saling


menyeimbangi, ditakdirkan agar saling menyayangi.

***

68
Jika alam itu seimbang, maka aku yakni setelah
diciptakannya sebuah pertemuan, akan dihadirkan pula
sebuah perpisahan. Aku yakin setelah terjadinya sebuah
perkenalan, pasti akan tinggal nama yang menyisakan
kenangan.

69
Patahannya hatiku

Dan dalam patahannya yang kedua kali, hatiku


bertanya-tanya di sudut bumi; memangnya hanya berapa
saja penduduk bumi, mengapa harus dia lagi, yang
mematahkanku secara lagi, dan lagi? Padahal pikiranku
pernah berkata, “Ia takkan berani lagi” Lantang dengan
begitu yakinnya, membuat hatiku menjadi tenang.

Dan pada patahannya yang kali ini tentunya menjadi


sulit untuk aku mengerti. Karena waktu itu, setelah
patahanku yang pertama kalinya, aku telah lari begitu
jauhnya, menjauh dari titik pijakan kakimu berada. Dan
karena waktu itu, di hatiku, setelah patahan yang pertama
kalinya, aku mulai tak berhasrat menyimpan namamu di
dalamnya, menghapusmu, membersihkan jejakmu.

Hingga ada kesembuhannya, aku mengira kau telah


lupa cara mematahkannya. Apa karena waktu yang telah
lama, atau karena ingatan yang lemah karena menua.
Namun tanpa izin diam-diam kau datang melalui angin,
mengendap-endap masuk ke dalam hatiku. Akhirnya pada
kehadiranmu itu, kau telah resmi kembali, memperoleh
cinta dan kasih. Namun setelahnya kau mulai meronta,
mematahkannya, lagi dan lagi. Kau mulai memperlihatkan
motivmu kembali, menjadi beracun lagi dan lagi.

Hingga akhirnya aku memilih diam membisu,


berharap membuatmu resah dan pilu, lalu kemudian
akhirnya beranjak meninggalkanku. Tapi tau-taunya kau

70
bertahan lebih lama, lebih lama di sampingku, lebih lama
menyakitiku. Hingga dengan putaran waktu, aku mulai
terbiasa dengan tingkahmu, mencintaimu dengan
patahanku. Dan sungguh andai kau tahu bahwa ini adalah
patahan fatal pada mahluk rapuh bernama "hati". Yah hati,
hatiku.

Kukira kau akan kasihan dengan itu, ataukah


berterimakasih terhadap sikapku. Namun ternyata malah
kau jadikan kesempatan bermain catur diatasnya, sekali lagi
hatiku jadi pionnya, tak begitu berarti dan mudah mati.

Rupanya pandai pula kau bermain catur, padahal


kukira dulu kau hanya pemain dadu yang ulung, yang
sering melemparkanku lalu memungutku, kemudian
melemparkanku kembali. Sering kali kau kembali,
mengambil alih hatiku tepat di pusat kendali, namun
sekedar mencari nilai, tidak lebih. Sialnya aku yang tak
berdaya waktu itu, hanya bisa menyaksikanmu,
menjadikanku objek permainanmu.

Naifnnya, perasaanku ini selalu kuamankan pada


sempitnya ruang keikhlasan, dengan harapan tak terlalu
sakit untuk ditelan. Tapi, alih-alih tak sakit untuk ditelan,
malah menjadi berduri dan semakin menyakitkan. Jika
sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan?
Kejahatanmu atau hatiku?

Bahkan semalam kudengar suaramu, datang memalui


angin, tembus di telinga kiri dan kananku. Berbisik, dalam

71
pejaman mataku kau berkata "aku masih mencintaimu"
Hampir saja kuteteskan air mata, lantaran bahagia. Tapi
ketika Kuusap mataku, kutampar pipiku, ah ternyata itu
hanya bunga-bunga tidurku. Setelah terjaga aku mulai
berharap lagi, agar mataku bisa tertutup lagi, mimpiku bisa
datang lagi. Sayangnya ayam jantan telah berkokok,
menandakan akan datangnya sang mentari. Malulah rasanya
seorang anak lelaki, masih di ranjangnya tatkala pagi mulai
menghampiri.

Diam-diam aku berkata dalam hati "mungkin besok


masih ada," maksudnya kesempatan untuk bermimpi
tentangnya. sialnya mimpi itu tidak seperti menu makanan
pada restauran, yang bisa dipilih datangnya, dipilih yang
paling enak rasanya. ia sangat liar, tak menentu kapan
datangnya. Mengundangnya bagai mencari jarum pada
tumpukan jerami, 'sangat sulit'. tentunya setelah itu ia tak
datang lagi, ranjangku kosong tanpa mimpi.

Mungkin sang mimpi datang pada sosok lain, sosok


wanita yang ternyata adalah kau, datang di malammu,
masuk melalui bunga-bunga tiduu. Dalam mimpimu,
mungkin ada aku yang dihadirkan, yang berbisik melalui
angin malam. Membisikkan nada cinta pada rongga-rongga
suci di hatimu. Dan pada rongga-rongga suci itu, ternyata
tak kosong, ada nama yang telah lama bersemayam,
membeku, dan menjadi bagian dari dirimu. Entah itu nama
siapa, tapi sepertinya itu bukan namaku.

72
Dan mungkin saja dalam ketidaksadaranmu itu, kau
tak tersenyum bahagia melihatku hadir di mimpimu, tapi
malah keringat dingin, dan menyesakkan nafasmu, hingga
membuat tubuhmu meronta-ronta dan mengatakan "tidak,
tidak, tidaaakkk" aku telah paham, bahwa mimpimu adalah
tidak sesuai dengan hasratmu. Dan artinya kita tak sehasrat,
tidak sehati, apalagi saling cinta. Mungkin saja pernah
terjadi, kau mencintaiku aku mencintaimu, namun itu dulu.
Sebelum perpisahan kita.

Sekarang kau beda, kau tak mengenalku, dan aku


tak mengenalmu, bukan dia yang dulu pada dirimu yang
sekarang. Jika dalam dirimu masih ada dia yang dulu, maka
pasti aku mengenalmu, dan kamu mengenaliku. karena
pada hakikatnya, aku belum berubah, Masih mencinta pada
kau yang dulu. Dan di dalam diriku ini masih ada aku yang
dulu, yang pernah dan selalu mencintaimu, yang seharusnya
kau kenali dengan perlu. Bukan wajahmu, pipimu, atau
tubuhmu yang telah beda, bahkan wajahmu masih sama,
dan mungkin bertambah indah. tapi yang kumaksud adalah
sesuatu yang ada aku didalamnya, namun sekarang telah
hilang darimu, yaitu hati.

Hati yang kau pakai saat ini, tiada aku di dalamnya.


Kemana kau buang hati itu? Apakah di belakang gedung,
tempatmu meninggalkanku waktu itu? Atau di pinggir
jalan, tempat pertamakali kita berjumpa? Jawab aku! Biar
kucari hati itu, lalu kusimpan kembali pada dirimu, ataukah
kutitipkan pada tubuh orang lain. Sungguh hati itu berharga

73
dengan kata sangat, olehku. Jangan kau biarkan hati itu
terlantar, ia adalah simbol cinta dan keindahan surga yang
memancar.

Sungguh kau akan menyesal telah mengganti hatimu


yang sesuci itu. Tiadalah kau temukan hati yang seperti itu,
sesuci itu. Karena telah dibasuh oleh air mata cinta, dan
ditiupkan karomah doa. Pada hati itu, tempatku dulu
mengadu, ada kehangatan yang mencandu. Pada hati itu,
sekarang kau hina dengan gerutu, namun kau sesali pabila
telah tiba di suatu waktu.

Karena tidurku adalah tempat yang paling sering kau


kunjungi untuk dimimpi, Karena tanganku adalah tempat
yang paling sering kau nanti untuk diberi, karena telingaku
adalah tempat yang paling sering kau cari untuk bersedih,
Karena mataku adalah tempat yang paling sering kau lalui
untuk dikasihi, karena lisanku adalah tempat yang paling
sering kau nanti untuk dipuji, karena pundakku adalah
tempat yang paling sering kau minta untuk disandari,
karena hatiku adalah tempat yg paling sering kau lukai
untuk menyakiti.

74
Sungguh hati tak pernah kau hargai, tak pernah kau
mengerti, padahal semua cinta, pengorbanan, kasih sayang,
dan perjuangan, itu berasal darinya. Namun kau anggap dia
terlalu hebat untuk menahan luka, kau anggap dia terlalu
kuat untuk memikul beban, padahal dia itu rapuh, padahal
dia itu seperti kaki yang merupakan bagian tubuh paling
sering digigit serangga, padahal dia itu tempat sensitif yang
paling sering terluka, mudah terluka.

Saat cinta diukur melalui materi

Namun aku masih belum percaya, masih tak percaya bahwa


ekonomi dan pendapatan menjadi alasan kepergianmu,
alasanmu meninggalkanku. Padahal, resmi hidup bersama
pun belum berlaku, bahkan tak pernah sampai di depan
penghulu. Aku masih tak percaya kau mengukurku dengan
rupiah dan rumah. Tapi, tak mengapa, aku hanya belum
percaya, bahwa kau serendah itu.

Pergilah! jika kau menghargai cintaku melalui


rupiah, karena aku tak mungkin menyulap daun menjadi
uang. Pergilah! Jika kau mengukur hatiku melaui luasnya
rumahku, karena tak mungkin mampu kusulap rumah
gubukku menjadi istana ratu.

Apa lagi? Apalagi yang kau kehendaki? Kau


memandangku melaui wajah orangtuaku, yang menurutmu
tak pantas menjadi keluarga barumu? Jika benar, maka

75
pergilah, karena aku bukan pendosa yang berani masuk
neraka. Jika benar, maka pergilah! Karena tak mungkin aku
meminta orangtuaku mengubah wajahnya, sekali lagi itu
tak mungkin.

Aku sadar, kau sebenarnya jijik dengan aku dan


keluargaku, maka dari itu aku tahu diri, kita beda.
Sebenarnya pula aku telah lama mengurangi harapku
padamu, aku telah lama mempersiapkan kepergianmu,
mempersiapkan hatiku agar tak patah olehmu.

Aku ini bukan orang tuli, yang tak mendengar kata-


kata hinaanmu, melalui percakapanmu bersama teman-
temanmu. Kabarnya kau berkata “masyaallah, rumahnya
besar sekali, kayak kandang sapi” dengan sinisnya. Aku
juga bukan orang buta, yang tak melihat wajahmu ketika
jijik dengan rumahku, terutama saat kau meludah, ketika
masuk di dapur rumahku.

Aku bukan pula orang yang begitu naifnya atau


seorang pendusta yang hebat, yang selalu mampu berpura-
pura tidak melihatmu menertawakan ibu bapakku. Juga
bukan seorang yang terlalu bodoh, yang tak mengerti
bahwa kau ini berhak mendapat yang lebih; lebih baik,
lebih kaya, lebih tampan.

Atas nama sebuah perpisahan terimakasih telah


membuatku lebih mengenal dunia. Karena, dengan
perpisahan kita menghargai sebuah kebersamaan, dengan
perpisahan kita mengenal sebuah kerinduan, dengan

76
perpisahan kita sering menyalahkan sebuah pertemuan,
dengan perpisahan kita akan sadar akan sunyinya sebuah
kesendirian, dengan perpisahan kita akan merasakan yang
namanya kesepian, dengan perpisahan kita akan mulai
meminta pengulangan sebuah pertemuan, dan dengan
perpisahan kita harus tutup dengan sebuah keikhlasan.

Dan Terakhir

77
BAB Penutup, Alam Itu
Penuh
Keajaiban,

Kemukjizatan

78
Untukmu yang pernah menemani hidupku, untukmu yang
saat ini telah berubah menjadi musuh dalam tidurku,
mengganggu di tiap-tiap pejaman mataku. Terimakasih atas
waktu yang pernah kau beri, walau hanya berkisar 491 hari.
Terimakasih atas kenangan yang telah kau beri, meski saat ini
hanya menjadi luka yang menduri. Terimakasih pernah
membantuku untuk berdiri, meski akhirnya kau yang malah
berlari. Terimakasih pernah memotivasiku menjadi lebih baik
lagi, meski pada akhirnya malah kau yang berulah lagi.
Terimakasih pernah rela menemani, meski akhirnya beranjak
pergi. Terimakasih pernah mengucap janji, meski akhirnya tak
menepati. Terimakasih yang pernah rela mencintai, meski
akhirnya malah melukai. Terimakasih pernah memintaku untuk
selalu setia menanti, meski pada akhirnya kau yang malah
menghianati. Terimakasih atas hatiku yang telah kau curi, meski
akhirnya telah kau campakkan di ujung bumi. Terimakasih
pernah meminta untuk saling menghargai, meski akhirnya kau
yang malah menutupnya dengan caci. Terimakasih yang katanya
akan mengabadi, meski itu adalah sebuah dusta yang sejati.
Terimakasih, terimakasih, dan terimakasih.

Terimakasih atas perlakuanmu yang mungkin tak kau


sengaja, setidaknya memberikanku pelajaran baru yang tak
kuduga, bahwa ternyata luka tidak harus mengeluarkan

79
darah, bahwa ternyata luka tidak harus menyebabkan
nanah, bahwa ternyata luka tidak harus membuat tulang
menjadi patah. Akan tetapi walau demikian, terkadang tak
sengaja mendorong mata agar meneteskan airnya.

Pertemuan itu adalah langkah awal sebuah perpisahan,


pertemuan itu adalah senyawa yang di desain untuk sirna
pada masanya, sedang Perpisahan adalah takdir yang acap
kali di desain untuk mengakhiri sebuah kisah, perpisahan
Juga adalah senyawa yang sering di desain untuk memberi
rasa rindu, dan rasa rindu itu adalah penyakit hanya sembuh
dengan cara bertemu. Seperti itu skenario sebuah
pertemuan dalam beberapa kisah, begitu juga dengan kisah
kita, yang diawali dengan pertemuan dan diakhiri dengan
kerinduan. Jelasnya kita adalah sebuah alur yang tak
teratur, dan berakhir dengan tanpa kepastian.

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka


Allah timpakan kepadamu pedihnya sebuah pengharapan,
supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui
hati yang berharap selain dia. Agar kamu kembali berharap
padanya." Kata seorang Khalifah

80
***

Seperti alam, kau juga penuh keajaiban, datang


membawa kebahagiaan, lalu tiba-tiba pergi
meninggalkan kenangan.

******

Seperti alam, kau juga penuh kemukjizatan, hadir


memecah kesunyian, lalu hilang menyesakkan
pernafasan.

***

Sebuah Fase yang sebenarnya

81
Dan pada suatu akhir, akhir dari sebuah cerita, aku
mulai terbangun dan sadar dari tidurku; bahwa
sesungguhnya kau tak pernah datang secara tiba-tiba,
kitapun tak pernah bertemu di suatu masa, Bahwa
sesungguhnya kau tak pernah mengucap janji, sedang
akupun tak pernah mengamanahkan hati. Karena pada
kenyataannya kau hanyalah ilusi yang datang melalui
mimpi, Karena pada kesimpulannya; kau tidak ada, tidak
pernah ada, tidak pernah hadir dalam semesta.

Ini hanyalah sebuah cerita tentang mimpi di bulan Mei, 15


Mei 2015.

Atas nama sebuah mimpi, terimakasihku pada Tuhan yang


menciptakan alam, yang telah menghadirkan setitik bahagia
di bulan Mei. Atas nama sebuah mimpi, maha syukur
kupanjatkan pada Tuhan sang pemilik ilmu, yang telah
memberikanku banyak pelajaran melalui sebuah mimpi.
Atas nama sebuah mimpi, kubermunajat pada pemilik alam
agar menjaganya, di segala dimensi. Atas nama sebuah
mimpi, semoga dia yang dimimpi, dihadirkan di atas bumi.
Dan atas nama sebuah mimpi, jika benar akan dihadirkan di
atas bumi, maka jangan lagi mengucap janji, yang tak
mampu kau tepati.

82
****

Rasa bahagia, suka cita, rindu, pilu, sakit, sakit, dan


sakit, serta rasa lainnya telah masuk ke dalam mimpiku,
dan kukemas dalam bentuk satu cerita panjang. Karena
Begitu kayanya sebuah rasa, jika diwakilkan dengan kata,
maka bisa diungkapkan dengan ribuan kata-kata. Kau
tak percaya? maka 'peluklah aku!' rasanya itu akan
kuukirkan dengan ribuan kata-kata.

******

15 Mei, Hibernasi

Pesanku

1. Jika kau ingin mengetahui seseorang yang paling kau


cintai, maka carilah dia yang bisa kau berikan sesuatu
yang paling berharga.
Tahukah kamu sesuatu yang paling berharga di dunia
ini? Ialah "Waktu".

83
Saat kau rela memberikan waktu berhargamu pada
seseorang, maka bisa dipastikan dialah orang itu, orang yang
paling kau cintai.
2. Jika sampai saat ini kau masih bingung dengan perasaanku.
Itu karena, aku telah menyimpanmu di hatiku pada bagian
yang tidak dapat kau mengerti. Terlalu dalam.
3. Jika kau mengagungkan kehormatan, dan takut
kehilangannya maka berhati-hatilah dalam dunia percintaan.
Sebab yang pertama dipertaruhkan dalam cinta, adalah
kehormatan.
4. Adalah kurang tepat jika mengatakan bahwa "cinta tak boleh
menghadirkan cemas dan menyelipkan cemburu" sebab cinta
pada dasarnya memang didesain untuk menghadirkan rasa
rindu, cemburu, dan candu.
Namun mereka yang tidak memperlihatkannya, serta
sanggup menahannya, adalah mereka yang telah paham akan
hakikatnya, telah paham akan tempat penempatannya.
5. Sebenarnya mereka yang selalu menghitung-hitung lukanya,
menakar air matanya, & menyebut-nyebut kesedihannya;
Adalah mereka yang tidak sanggup meninggalkan hari
kemarinnya, juga tak berani menjemput hari esoknya.
Mereka bukan pejuang...
6. Jika ada yang menjauhimu, jangan sampai membuatmu
langsung terpuruk. berbaik sangkalah dulu, sebab mungkin
saja Tuhan sedang menjauhkanmu dari amukan badai fitnah.
7. Sebagian orang memaknai luka dan penderitaan sebagai hal
yang menakutkan dan hanya membawa pada keputusasaan.
Namun,
Luka dan penderitaan sesungguhnya adalah mutiara yang
berharga. Sebab saat-saat terluka dan menderita lah orang
akan berpikir mendalam akan makna kehidupan, menghayati

84
dengan tulus akan kesalahan-kesalahannya, dan menghargai
setiap kebahagiaan kecil yang pernah dilaluinya. Itu semua
adalah mutiara kehidupan yang sangat berharga yang tidak
dapat diperoleh oleh orang-orang yang menamakan dirinya
sebagai seorang bahagia. Dalam artian luka dan penderitaan
merupakan dua jalan; pertama jalan menuju keputusasaan
dan yang kedua menuju kesadaran.
Menjadi S-A-D-A-R lah dengan itu....
8. Sebenarnya, dalam hubungan; melukai & dilukai itu adalah
hal wajar. Yang kurang ajar adalah melukai namun malah
merasa dilukai. Dan yang kurang wajar adalah dilukai namun
masih saja bertahan.
9. Sebagian orang memaknai luka dan penderitaan sebagai hal
yang menakutkan dan hanya membawa pada keputusasaan.
Namun, Luka dan penderitaan sesungguhnya adalah mutiara
yang berharga. Sebab saat-saat terluka dan menderita lah
orang akan berpikir mendalam akan makna kehidupan,
menghayati dengan tulus akan kesalahan-kesalahannya. Itu
semua adalah mutiara kehidupan yang sangat berharga dan
tak ternilai.
Dalam artian luka dan penderitaan merupakan dua jalan;
pertama jalan menuju keputusasaan dan yang kedua menuju
kesadaran.
10. Ada orang yang pandai menyembunyikan ceritanya,
mengurungnya di balik jeruji kebisuan. Tanpa ia sadari
kebisuan juga adalah cara bercerita.
Ada juga yang pandai menceritakannya, membaginya untuk
didongengkan kepada teman. Harapannya, orang tahu bahwa
dia adalah orang yang paling terluka.

85
Semua orang memiliki cara tersendiri untuk
membahasakannya; entah itu melalui percakapan langsung,
puisi, lagu, doa, ataupun melalui diam.
Diam juga adalah bahasa;
bahasa paling romantis untuk menceritakan perihal luka.
11. Jangan heran mengapa seorang terlalu mengagumi sungai,
karena mungkin saja ia hanya belum pernah melihat
keindahan pantai.
Jangan heran mengapa seseorang masih merindukanmu,
karena mungkin saja ia hanya belum bertemu dengan
seorang yang lebih baik darimu,
mungkin saja ia hanya belum menemukan objek baru untuk
dirindu. Oleh karenanya, hargailah semasih ada.
12. Ketika hatimu telah jatuh cinta kepada seseorang, maka
ungkapkanlah. Sebab, diam tapi penuh penasaran, adalah
lebih berat daripada bertanya tapi jawabannya menyakitkan.
Setidaknya memperoleh kepastian.
13. Percayalah.
Hujan tak pernah berniat turun untuk menghadiahkan basah
pada gabah petani.
Angin pun tak pernah berniat datang untuk meniupkan
dingin. Percaya pula lah.
Cinta juga demikian,
tak pernah berniat jatuh, untuk memberikan luka & patah.
14. Untuk menjadi tidak lemah, maka kau harus percaya bahwa
menangis bukan solusi yang tepat atas masalah, dan
menunggu bukan keputusan yang terbaik atas sebuah
kepergian.

86
15. Jika masalah yang dihadapi terlalu berat, jangan memilih
lari, ataupun langsung putus asa.
Percayalah, Kemana saja angin bertiup, disitu rumput
melambai. Kemana saja do'a dituju,disitu keajaiban terjadi.
16. Bijaklah dalam berdo'a.
Sebab do'a dari hati itu susah ditebak; Ada yang berdo'a
dalam hati, Ada yang berdo'a untuk memenangkan hati, Dan
Ada pula yang berdo'a demi membalas sakit hati.

87
1. Seperti semut, yang karena nafsunya; ia masuk kedalam kopi yang
kemudian akan menenggelamkannya.

2.Tujuan dari cinta bukanlah hasil, melainkan harus dijalankan.

3.Jangan terlalu banyak berurusan tentang harta kepada keluarga. Sebab


itu dapat menjadi pemicu perpecahan.

4.Jangan terlalu memperbesar besar masalah, sebab dunia tempat mu


tinggal bukanlah syurga, yg memang di desain untuk berbahagia di
dalamx.

5.cinta adalah kata sederhana yang memiliki perjalanan yang sukar.


Rintangan terbesar dari cinta adalah ikatan
6.
7.
8. Jika ingin menjadi sahabat seseorang, maka jangan terlalu masuk
kedalam keunggulannya, sebab bisa jadi dia malah menganggapmu
sebagai saingannya. Jangan pula terlalu jauh dari hidupnya, sebab
bisa jadi kau malah tidak di kenalnya dan tidak penting baginya.

88
*****

Mencintai itu adalah hal yang fitrah, tepat kau


sebagai objeknyanya itu adalah istimewa, dan dapat
dicintai olehmu pula itu bonus dari Allah, serta dapat
memilikimu itu adalah bonus ke dua dari Allah

*****

89
* mahluk aneh dan menyebalkan bernama mantan*

tiba-tiba kau hadir dalam cerita, masuk menjadi tokoh


utama dalam cerita, sayangnya datang memberontak
membuat luka, dan aku yang tak tahu apa-apa, menjadi
bingung hendak kemana, dan mengadu pada siapa,
akhirnya pasrah menjadi tokoh Malang yang selalu
menderita.

90
Pada kamu yang selalu kusebut dalam tiap bait-bait
doaku, kuperkenalkan pada angin melalui puisi-
puisiku, kuperdengarkan pada bumi melalui lagu-
laguku. Pada kamu yang menjadikan putih dan hitam
menjadi kelabu, pada kamu yang di hatiku datangnya
hanya sekedar bertamu, pada kamu yang menjadikan
jalan hidupku seakan jadi buntu, pada kamu yang
menjadikan alamku terlihat semu, pada kamu yang
selalu menjadi poros yang aku tuju, pada kamu yang
telah berjanji membuat temu, pada kamu yang
menjadikan kepastian menjadi ambigu. Pada kamu

91
yang sering datang melalui sarayu, pada kamu yang
berwajah dahayu yang sering kali membuatku terdayu,
dengarlah aku! aku "mencintaimu".

92
Sebuah fase menghapus luka, duka, dan dosa

Sebuah fase melupakan

Sebuah fase yang menjadikan

Fase sebuah kedatangan yang kedua

Sebuah fase yang disembunyikan di rahasiakan

Sebuah fase yang rawan

Fase perjuangan

Sebuah fase yang cukup sensitif

Sebuah fase yang mengajarkan keikhlasan

Fase kekalahan

Fase kemenangan

Fase Perbudakan

Fase reformasi

Fase revolusi

93
Fase kepergianmu

Sebuah fase yang mencekik

Sebuah fase dalam mimpi

Fase kenyataan

Fase yang sebenarnya

Sebuah fase yang tak seharusnya ada, 'terluka'

Dan pada penghujung sore swastamita mulai tampak


lagi, tampak seolah-olah sedang menggoda penghuni
alam, mengingatkan aku pada lima tahun yang lalu,
tatkala kau datang untuk pergi, tak ada bedanya
dengannya, swastamita; datang memancarkan
keindahan, menarik hati, lalu kemudian berpaling dan
pergi meninggalkan.

94
Ketika kau dan aku saling Mendekat lalu kemudian
memutuskan untuk saling menjerat dan memikat, maka
tentunya hubungan kita pun akan menjadi semakin
Erat, bahkan waktu itu aku tak khawatir akan adanya
sebuah sekat, juga tak khawatir kita akan bergeming
dari saling menatap, karena antara kau dan aku itu
dihadirkan untuk saling sehasrat, diciptakan untuk
saling mengikat, tanpa syarat.

95
Isi naskah bisa anda ketik mulai dari sini, ukuran dan
jenis font bisa disesuaikan menurut keinginan anda. Selain
itu, spasi naskah bisa anda setting sendiri atau anda
percayakan tataletak naskah pada kami. Paragraph
selanjutnya silahkan tekan enter.

96
Sebuah kalimat c-i-n-t-a yang terucap, itu dimaksudkan bagi
mereka yang membutuhkan kata-kata dalam memahami, tapi
tidak bagi mereka yang pandai merasa dengan hati. Seluruh
tindakan dan perbuatanku adalah perkataan sejati, bukankah itu
cukup untuk menggambarkan isi hatiku ini? Bagiku cinta tak
harus disampaikan melalui lisan, karena aku ingin kau merasakan
bukan mendengarkan. Dan sekarang aku ingin kau rasa, ada cinta
dalam diriku yang telah memihak padamu. Cinta yang hadir ini
melebihi kecepatan suara, jadi jangan tanyakan dari arah mana ia
muncul! Karena pasti, pasti aku tak mampu menjawabnya dengan
kata-kata.

Safril Aaj

97
BAB II

JUDUL BAB KEDUA

Selanjutnya silahkan dimulai dari sini...

98
Mungkin mereka perlu bertemu denganmu agar tahu
arti keindahan sesungguhnya.

Ada orang yang menyesali keterlambatan menanam


benih dalam sebuah hati, ada pula yang menyesali
terlalu cepatnya sebuah pohon menjadi layu dan mati.
Bodohnya, sebuah tanah yang telah terkutuk tidak
akan mampu memberi kehidupan bahkan pada satu
tumbuhan pun. Mengapa harus padanya
mengamanahkan benih? Bukankah benih unggul perlu
pula ditanam pada tanah yang subur? Maksudku cinta
yang suci dan tulus perlu pula ditanam dan
diamanahkan pada seseorang yang mempunyai hati
tulus untuk menampungnya.

99
Sebuah rindu harus menghadirkan temu

Entah sebuah komedi yang sengaja dilantunkan, atau


sebuah tragedi yang terlalu sengaja dimainkan, akankah suatu
rindu dapat terobati tanpa temu? Akankah sama antara bunga
dalam sebuah lukisan, dengan bunga dalam sebuah taman?
Tidak, ia tidak akan sama, karena memang mereka berbeda.
Hingga pada keyakinanku bahwa sebenarnya kenangan yang
dikira akan mengobati sebuah rindu, sebenarnya hanya akan
membuat kita semakin terperangkap dalam candu. Yah,
mungkin saja rindumu itu dapat terobati tanpa temu, tapi itu
jika kau telah temukan rindu yang baru. Tapi akhirnya kau pun
juga harus bersiap-siap kecanduan rindu pada yang baru itu, lalu
pada kecanduan itu hanya temu yang jadi penawarnya.

Sebuah lagu pelepas kebutuhan rindu, bukankah hanya akan


membuat rindu terasa haus dan semakin menggebu? Percaya
atau tidak sebuah kenangan yang dikira akan membuat rindu
menjadi reda, jika dihampiri, malah akan membuat rindu
semakin meronta, dan yang di rindu semakin membayang di
mata. Sebuah jalan terjal tidak dapat membuat kita sampai pada
pusat kota, jika tidak memiliki keberanian melaluinya. Sebuah
rindu takkan mampu terobati, jika pada rindu, gengsi temu
terlalu kuat menekannya.

Lepaskan! Jangan mengulangi kesalahan, jangan terus


mengenang. Namun ingat! Jangan sampai membenci atau
terlalu fokus melupakan, karena sejatinya semakin besar usaha
kita melupakan sesuatu, maka akan membuat kita semakin
susah melupakannya. Itu karena alam bawah sadar kita tak

100
pernah mengerti dengan bahasa larangan. Contoh; kau benci
dengan ulat bulu maka saat kau berkunjung di taman bunga, kau
akan mengingatnya karena kebencianmu itu. Atau jika kau
berkata dalam hatimu "aku ingin melupakanmu, ingin
melupakanmu, ingin melupakanmu!" Maka kau hanya akan
semakin mengingatnya, bukan melupakannya. Jadi santai saja,
tenang, dan nikmati sensasi yang telah dihadirkan, tak perlu
berlebihan. Semua akan membaik dengan berjalannya waktu,
karena tidak semua kesuksesan membutuhkan perasan keringat
dan kerja keras, melupakan contohnya.

Safril Aaj

101
Melalui puisi kau kupuja,

Melalui lagu kau kudamba,

melalui doa kau kuminta,

Melalui dia kau kujaga.

Mengingatmu? Itu gampang. Tapi sakit.

Melupakanmu? Itu tidak sulit. Tapi mustahil.

Tenang masih ada penaku yang akan mengabadikan


cahaya matamu, jika esok hari ia terpejam dan tak
kunjung terbuka, untuk selama-lamanya.

102
Dan akhirnya kita telah kembali di titik awal, suatu keadaan
dimana kita tak saling kenal, kita yang terasa asing, seakan tak
pernah melalui kisah, padahal dulunya berbagi kasih.

Cemburu itu seperti segitiga, tajam ditiap sisinya, mengandung


bahaya bagi para pelakunya.

Rindu itu seperti lingkaran, tak ada ujungnya

Dan bahwa puncak sebuah kesabaran dan kesetiaan, adalah


terlihat saat seseorang tetap konsisten walaupun ia telah paham
bahwa sebenarnya ia tak dianggap lagi.

Dan salah satu yang paling membekas pada hubungan kita


adalah nama spesial yang pernah kita buat. Dan hingga kini
nama itu yang sering kutuliskan dalam beberapa karya-karyaku;

103
dalam sebuah novel yang kutulis, dalam judul lagu yang
kuciptakan, atau nama perusahaan yang kudirikan saat ini.
Semuanya tentangmu, tentang kau dan nama spesialmu.

Jika yang kau cari adalah tampang maka bukan aku orangnya,
jika yang kau cari adalah uang maka bukan ke aku tempatnya,
jika yang kau cari adalah gelar dan jabatan maka sekali lagi kau
telah salah tempat, dan itu juga bukan cinta namanya. Namun
jika kau cari adalah hati yang tak akan pernah meninggalkanmu
baik dikala senang maupun susah, dikala bahagia maupun
menderita, maka akulah orangnya, orang yang tempat sebuah
hati itu bersemayam.

Saat aku jatuh, kau tak pernah lupa ambil jatah, sekedar
menemukanku mengalami patah, lagi lagi kau tak kenal lelah
sebelum aku kau lihat luka.

Dunia ini hanya berbicara 3 hal. Tentang kau, aku dan kita

104
Dan Tuhan pernah menaburkan benih cinta di hatiku, juga di
hatimu dengan begitu cepatnya. Namun saat itu kita belum
paham bahwa ia sebenarnya tak mengizinkan kita untuk saling
mengikat dengan begitu kuatnya. Mungkin kita hanyalah sebuah
percobaan, yang sengaja ditanam, namun bukan ditunggu agar
sampai ditunai, hanya sekedar melihat apakah dapat tumbuh
pada tanah gersang ataukah tidak. Tentunya, Tuhan tak pernah
salah, apalagi perihal waktu dan tempat. Kita dijatuhkan ke
kubangan nyaman secara bersamaan itu adalah waktu yang
tepat, kita di jatuhkan ke kubangan luka secara bersamaan itu
juga adalah waktu yang tepat. Dan sebuah kenyamanan, cinta,
ataupun luka yang dijatuhkan pada kita, itu juga adalah tempat
yang tepat. Hanya kitanya saja yang tak pernah menyangka hal
itu, tak pernah menyangka bahwa kita akan seluka begitu
parahnya, sebegitu cepatnya.

Padahal kita sama-sama paham bahwa kita ini adalah


mahluk fana apalagi perihal perasaan dan hubungan, jelas juga
demikian.

Dalam berjuta langkahku sering kali dikejutkan oleh sebuah


dentuman yang berasal dari jantungku, sebab mata mengenali
sesuatu yang tak asing baginya; terkadang melihat dirimu
melalui wajah orang lain di tengah perjalananku. Itu di jarak 20
sentimeter, namun lebih dekat dari itu ternyata lagi lagi itu

105
bukan kau, hanya otak dan hatiku saja yang terlalu
merindukanmu hingga sebegitu rumitnya. Terlalu bar-bar untuk
dikatakan namun itulah kebenarannya, mereka adalah sepasang
mahluk yang kecanduan akan parasmu; otak dan hatiku.

Sebuah Luka lama, yang semakin membaru.

106
107
Terimakasih yang katanya akan abadi padahal hanya 491 hari

Untukmu yang katanya akan selalu menemani di bentangan


bumi walaupun akhirnya beranjak pergi, beberapa surat bukan
untuk memintamu kembali, hanya coba membuatmu sedikit
lebih mengerti, bahwa cinta yang dulu pernah kubisikka di
telingamu itu adalah abadi, bukan hanya sebatas hari ini atau
sekedar sampai mati, namun sampai pada sebuah akhir yang
kusebut 'nanti'. Nanti setelah nanti.

Sebuah fase yang tak seharusnya ada

108
Aku tak suka cara kita yang terlalu tergesa-gesa; tentang aku
yang mengungkapkan perasaanku dengan waktu yang tergesa-
gesa, dan tentang kamu yang menerimaku dengan begitu
tergesa-gesanya. Karena satu tindakan yang tergesa-gesa,
terkadang berujung dengan beribu penyesalan yang dicela-cela.
Seharusnya kita melakukan yang seharusnya, seharusnya kita
mengambil tindakan tepat pada waktunya, dan seharusnya kita
bertindak tepat pada tempatnya. Agar, kita dapat bahagia pada
masanya.

Mencintaimu dengan menjaga jarak, seperti matahari yang


mencintai bumi; hanya menyinarinya dari kejauhan, karena ia
tahu bahwa kedekatan hanya akan menghancurkan dan melukai
yang dia cintai.

Mungkin ada yang mencintaimu dengan gelisah, ada


juga yang mencintaimu dengan cara membuatmu
tertawa, atau mungkin ada juga yang mencintaimu

109
dengan menganggapmu segala-galanya, atau bahkan
mengharuskanmu selalu ada di dekatnya. Tapi aku tidak,
tidak seperti itu caraku mencintaimu, karena; cinta tidak
mesti menghadirkan gelisah, sebab gelisah hanya datang
dari belenggu keraguan. Cinta juga tidak mesti selalu
membuat tawa, sebab terkadang tawa seseorang, itu
hanya untuk menyembunyikan luka. Cinta juga tidak
mesti menjadikan satu objek sebagai segala-galanya,
sebab cinta banyak rupanya, beda-beda pula objek
sasarannya.

Sebenarnya aku hanya ingin mengatakan, "aku


mencintaimu dengan doa" Mungkin terlalu sederhana
bagimu, namun duduklah, pejamkan matamu, dan
dengarkan aku, bukankah kau sering berdoa tentang
keselamatanmu, keselamatan orangtuamu? Bukankah
kau sering berdoa agar selalu mendapat bimbingan dari
Tuhan? Bukankah kau sering pula berdoa agar selalu
mendapat kebahagiaan? Bukankah kau sering berdoa
begitu? Yah, aku pun sering berdoa sama sepertimu,
namun isinya "agar doamu terkabulkan" karena
bukankah semakin banyak yang berdoa, akan semakin
cepat pula sebuah doa melejit menembus langit?
#safril Aaj~

110
111
Sampai hari ini Aku masih memilih sendiri;
bukan karena tak ada yang sudi denganku,
bukan pula karena aku tidak menemukan
tempat dimana jantungku lebih kuat berdetak,
namun justru karena aku belum siap
menciptakan rindu baru. sebab ku-tahu; bahwa
berani mencintai orang baru, berarti harus siap
pula menghadapi rindu yang baru. karena pada
akhirnya cuma kenanganlah pengabadi sejati
dari sebuah kisah, dan cuma rindulah penutup
sejati dari sebuah cerita.

~Safril Aaj~

112
BAB II
JUDUL BAB KEDUA

Selanjutnya silahkan dimulai dari sini...

Lupakan bahagiamu yang lalu karena itu hanya akan menjadi


lukamu hari ini, dan nikmati lukamu hari ini agar esok hari kau
akan terbiasa menahan air mata.

113
Mungkin kau mengatakan aku terlalu pencemburu, namun
sebenarnya kau hanya belum paham, belum pernah merasakan
jika berada di posisiku.

114
Karena ingat! Alam itu telah pandai menjatuhkan
butiran hujan di tanah kerontang, dan mahir pula
mengeringkan tanah dari basah yang disebabkan hujan.
Alam telah terbiasa dengan sistem yang ada, kitanya
saja yang terkadang belum siap, atau tidak ingin
bersiap.
Karena ingat! Alam selalu mempunyai cara untuk
membuat konflik, jadi jangan terkejut, biasakan
dirimu. Pada akhirnya dalam kenyamanan hubungan
ini, akan dibumbui oleh rasa jenuh, jadi jangan heran,
pandai saja membuat rindu. Pada akhirnya pula dalam
hubungan ini, akan disusupi oleh rasa cemburu, jadi
jangan heran, pandai saja menghilangkan tuduh. Dan
pada akhirnya pula dalam hubungan ini, akan ada
orang ketiga, jadi jangan heran, pandai saja untuk
saling setia.

115
Karena tuhan tak pernah lupa menyelipkan ibrah,
dibalik keperihan lukamu. karena tuhan tak pernah
malas membuahkan tawa, pada tanaman getirmu.

116
Kaunya saja yang kadang tak pandai memanennya, tak
pandai merasakan buahnya.Maksudku kau sering lupa
memanfaatkan bahagiamu untuk tertawa.
~safril~

~Safril~

Segala sesuatu memiliki prinsip, masing-masing berjalan


diatas rel sistemnya; motivator ''belajarlah dari kesalahan",
polantas "utamakan keselamatan", damkar "pantang
pulang sebelum padam", kesehatan "mencegah lebih baik
dari pada mengobati". kitapun masing-masing demikian,
demikian berbeda.

117
~safril~
Darimu?
Emot senyum di layar ponsel pun, itu sudah cukup.

Katanya, aku buaya. Yah memang buaya, tapi seperti


buaya pada gambar sepatu, bermerek, dan berkualitas.
~Safril Aaj~

Kalau tugas dari dosen sulit mulainya dari mana. Sedang


dalam hubungan ini, aku sulit untuk mengakhirinya.

118
Menatap matamu itu, rasanya hampir sama seperti
mengerjakan tugas dari dosen; makin lama makin "WOW".
Namun bedanya; tugas dari dosen itu sulit untuk kumulai
dari mana, sedang menatap matamu itu sulit untuk
kuakhiri dari mana.
Note: Rupanya tadi kau telah memaknai wow dengan
salah.
~Safril Aaj~

Lebih dari 30.000 tahun yang lalu, sebelum samudera


seluas ini, sebelum gunung kekokoh itu; Allah telah
mentakdirkan aku dan kamu, hidup di zaman dengan fase
seperti ini. Semoga kita ditakdirkan pula, sujud
dihadapannya dengan waktu yang seirama, dan surga
sebagai tempatnya.
~Safril Aaj~

119
Badai, banjir, dan gempa, itu adalah gejala alam yang
bertanya tentang kepercayaan manusia. sedang cemburu,
cemas, dan gelisah, itu sebenarnya gejala emosi yang lahir
dari ketidakpercayaan, dan ragu-ragu kita.
~Safril Aaj~

Mimpi; itu janji yang fiksi

pegunungan itu; segelas berbicara tentang pendakian, dan


seember bercerita tentang kenangan.
~Safril Aaj~

120
Malam itu; 10% tentang kegelapan, dan 90% tentang
kerinduan.
~Safril Aaj~

Matahari; sinarnya berbicara tentang terang, sedang


panasnya bercerita tentang juang.

HUJAN; tetesannya berbicara tentang basah, tapi


dinginnya berbicara tentang kisah luka.
~Safril Aaj~

121
Dalam gravitasi, sebuah apel yang terjatuh dari pohonnya,
masih dapat kau jelaskan dengan ilmu fisikamu. Namun
bagaimana dalam mahabbah; sebuah hati yg terjatuh
menggelinding lalu berteduh padamu, akan kah kau masih
bisa menjawab; itu karena fisikmu?
~Safril Aaj~

Entah mengapa tiap tegukan dari secangkir kopi, selalu


membawa fokusku pada satu titik; kamu.
~Safril Aaj~

Ajaib;
Bukan musim semi, namun tercium aroma bunga.
Tahu tidak, kapan terjadinya?
Itu saat angin malam, berbisik menyebut namamu.

~Safril Aaj~

122
~Safril Aaj~
Senyum oo nangis?
‌Kadang tersenyum adalah cara paling radikal untuk
menyamarkan sebuah kepahitan. Sedang menangis kadang
menjadi usaha paling asyik, untuk menghargai sebuah
kenyamanan.

Chattingan atau diam?


Karena chattingan hanyalah cara paling instan, untuk
menghargai sebuah kerinduan. Sedang diam adalah
kemunafikan paling murah, dalam sebuah usaha
pemendaman.

123
Adik, katanya, kau tak suka kopi? Ah, mungkin saja kau
sering mencobanya, bahkan setiap Minggu dengan
terpaksa meneguknya untuk menghargai teman-temanmu.
Ah, kau memang sering mencobanya, namun kau pasti
belum pernah menikmati kopi yang tepat, kopi yang
gulanya telah ditakar dengan cinta dan diaduk dengan
senyuman manis, seperti yang kuteguk ini.

Jangan pandang enteng seseorang karena diamnya, sebab


singa disegani karena diamnya. Jangan remehkan orang
lain karena tawanya, sebab hantu ditakuti karena tawanya.
~Safril Aaj~

124
Saat lapar lah orang menikmati makanan, saat terluka lah
orang menikmati ibadah
~S. Aaj~

Kita di atap sama dengan negeri yang beda; kau di negeri


nyata, sedang aku dinegeri mimpi yang sedang
mencemaskanmu.

Mungkin kau pernah merasakan kesalnya; terburu-buru


masuk kampus, pas sampe, ehh baru ingat kalau 'tugas
yang mau disetor' ketinggalan di kos. Yah begitulah yang
saat ini kurasakan; udah perhatian, udah sayang, eh
ternyata hanya dianggap teman😁.
~Safril~✍️

125
Akan ada suatu fase dimana kau akan lebih memilih untuk
kembali dimasa ini, atau di masa seperti ini; dimana aku
masih tertatih mengejarmu dengan begitu semangatnya,
dimana aku masih sering menanyakan kabarmu melalui
ponsel tuaku, dimana aku masih sering bertahan dari
ketidakdewasaanmu itu.
Akan datang suatu fase dimana kau akan merindukan masa
seperti itu✍️
~Safril Aaj~

126
~Aaj~

Kau terlalu pandai untuk menjadi asing. sedang aku ini,


terlalu takut menerima kenyataan✍️

Jika ada yang menertawakan kelemahanmu, maka jalanilah


hidupmu dengan damai, sebab mereka akan menjadi
jembatan perjalananmu untuk menemui kebenaran sejati
dan kebahagiaan hakiki (berjumpa dengannya, sang maha)
✍️

127
Hanya sebuah penasaran besar yang akan menghasilkan
semangat membara, dan hanya kebosanan tak terkendali
yang akan menghasilkan kegagalan berkarya✍️

Ah, ternyata definisi tentangmu aku salah.

~01:32 di sudut Baruga~

Aku punya kebiasaan buruk; satu story Wa-mu, terkadang


sering kubuka berkali-kali.
~tanpa objek~✍️

Romantisme kelemahan

128
Karena terkadang untuk menemukan sebuah kekuatan
dalam diri; kita perlu mengenali, atau bahkan berkawan
dengan kelemahan sendiri.✍️
~

Dan yang paling radikal dalam sebuah juang, adalah ketika


mimbar akademik, agama dan hukum; menjadi buram
dalam pengelihatan, dan menjadi samar dalam
pendengaran.
~
Ketika cemoohan tetangga terasa nikmat,

Cinta itu fitrah, namun dengan kelicikan tipu daya setan ia


bisa jadi musibah

129
Jangan sia-siakan masa mudamu hanya untuk sakit hati

Kau adalah apa yang selalu aku tulis,


Aku adalah apa yang selalu kau hapus.
Hingga, kita adalah sebuah definisi tentang noda.

Seorang kawan menangis setelah mendengar ceritamu?


Tepat, karena curhat adalah cara paling indah untuk
membuat kawan jadi menangis.

Selamat menjelajahi pemikiran, perasaan dan kisahku

130
Kalau aku jadi air mata harus menetes dimana, kalau aku
jadi air harus mengalir dimana, kalau aku jadi api harus
membakar dimana, kalau aku jadi angin harus bertiup
kemana,

Dan, bahwa ponselmu itu, hanya mengajarkan tentang


bagaimana sebuah komunikasi masih terbangun meski
kuatnya bias kejujuran.
~tentang Ponsel~

Hey,
aku masih disini;
Menantimu, berharap kamu mampir lagi, seperti kemarin
pagi.

131
~bernafas lega di balik jeruji~

Dan story ini; hanya salah satu caraku menyapamu, dibalik


kesibukan dan ketidak pedulianmu.
~Safril Aaj~

Lippo
~Safril Aaj~

Jika satu kesalahan tak terniat, membuatmu menjadikan


aku terasa asing. Maka ketahuilah, ada banyak dosa-
dosaku yang belum kau ketahui, dan semua itu terniatkan,
juga datang dari hati.
Karena manusia di desain bukan untuk selalu benar.

132
~Safril~

Bahwa tuhan paling tahu, siapa diantara kita yang paling


luka dan terzolimi. Bahwa tuhan juga paling tahu, siapa
yang nantinya pantas diberi bahagia. Janganlah, jangan
terus berkutat pada prinsipmu yang kau tahu akan
menghadirkan nestapa, sebab dibalik kesalahanmu itu, ada
insan yang menelan kecewa.
~Aaj~

Tepat di ujung cerita kau malah berkata "ini adalah sebuah


kesalahan" wah hebat sekali kau bermain kata pada hati
yang rapuh ini, bahkan hati yang telah patah pun kau
masih katakan "tak apa-apa".

133
~Aaj~

Hari ini kita dipertemukan lagi, tapi sebenarnya tuhan


hanya ingin mengajariku satu hal;
Bahwa merdeka dari rasa grogi itu tidak mudah.
~Aaj~

Istirahatkan rindumu, hatimu sudah terlalu lelah


memukulnya
~Aaj~

134
Kata wanita
"lelaki itu kejam, tak punya hati, pendusta, dan
berengsek."
h h h h asal kau tahu dik "kejahatan dan dosa itu, tidak
memandang merek dan jenis kelamin untuk jadi tempat
bermainnya"
~wanita kacau~

Perihal Tak bertulang


Yang tak bertulang namun tajam dan kejam, itu lidah. Yang
tak bertulang namun bisa jatuh dan patah, itu hati.
~penikmat aksara~

135
Tersakiti? Oh tenang, itu hal yang normal dan wajar.
Yang salah itu jika penyebabnya masih yang sama, kalau itu
bisa dibilang kamu "bodoh"
~S~

"Dan karena sesungguhnya dibalik kesendirian itu ada


kerinduan. Dan karena sesungguhnya dibalik kerinduan itu,
ada pula kecemasan dan kegundahan."
Itu bukan kata-kata dari dalam ayat, namun bisikan dari
suara hati rapuh yang sedang tersayat.
~penikmat aksara~
~S~

136
Senja bisa saja mengganjilkan terang, namun mahabbah
tak pernah sudi menghadirkan beban.
~S~

"Ok, hmm, iy, sip, oh"


bahkan pesanmu yang sependek itu pun masih kau
wajibkan untuk ku-read, dan kubalas?
Oh Ya Tuhan, susahnya jadi lelaki😁
~S~

~Safril Aaj~

137
Sudah berapa banyak, buku referensi yang kau baca?
Mengapa untuk membaca, & mengerti kesedihan
orangtua-mu saja kau belum sanggup?
~S~

~S~

~S~

*Chattingan*
Hati-hati chattingan diawal ngantukmu! Karena terkadang
orang yang terakhir kali chattingan denganmu, akan
berlanjut dan terbawa-bawa di alam mimpimu.
~S~

138
Politik cinta terstruktur, sistematis, dan masif

Dan akhirnya kau pun tertidur dengan prasangka aku


sebagai pendusta, tapi biarlah, tak mengapa aku terlihat
jahat, asal malam ini aku masih terlihat dibalik mimpimu.
Tak mengapa aku kau kenal sebagai pendosa, asalkan
kumampu lengserkan dan menyamarkan semua lelaki yang
kau impi-impikan diwaktu siangmu. Dan aku pun berhasil,
meski menikungnya hanya pada bunga-bunga tidurmu.
~Safril Aaj~

Safril_Aaj

139
Sebab tidak semua yang meninggalkan itu perginya karena diusir,
dan tidak semua yang datang itu meminta untuk dijemput; jadi
santai saja, jangan terlalu lebay memainkan peranmu.
Safril_Aaj

Sesering-kali bagaimana pun kau mencuci tanganmu, itu


takkan bisa menghilangkan sidik jarimu. Begitu juga tentang
aku, seseringkali bagaimana pun kau membenciku, itu takkan
bisa menghapusku sebagai objek kerinduanmu.
Safril_Aaj

Dari semua orang bodoh yang kutemukan, ternyata yang


terbodoh adalah; dia yang membenci orang-orang yang
mencintai & mendoakannya.
Ig_penikmat_aksara01

140
Lelaki memang jarang menangis,
tetapi hatinya berdarah, dik
Ig_penikmat_aksara01

141
@penikmat_aksara01

142
143
Kalo ada temen loe yang bilang "lu mah enak, punya ini,
punya itu, & punya segalanya"
~Jawab aja ; "eh, lu-nya aja yang nggak pernah syukur,
ncong"
Ig_penikmat_aksara01

Ig_Penikmat_aksara01

144
Aku hanya sedang berpikir;
Bagaimana bahagianya aku,
Seandainya dulu kita tidak pernah
dipertemukan.
Ig_Penikmat_aksara01

145
Kamu adalah selembar catatan luka;
yang takut untuk kubaca,namun
tak pernah berani kusobek

Terimakasih tuhan; karena telah menciptakanku sebagai


seorang lelaki, & menciptakannya sebagai seorang
wanita.

146
Sebab aku berpikir, andaikan aku engkau ciptakan
sebagai seorang wanita, atau jika tidak dia yang engkau
ciptakan sebagai seorang lelaki. Hendak seperti apa
hubungan kami, pasti kami takkan saling serindu ini, pasti
kami takkan berani menyebut ini asmara.
Ibarat selongsong peluru;
Kau hanyalah sebuah jejak.
yang selalu mengingatkan tentang
luka,
Derita,
juga air mata.
ingin mendefinisikan segala tentangmu;
sayangnya,
aku malu memulainya dari mana, dan
aku bingung mengakhirinya dengan kata apa.
Ig_Penikmat_aksara01

Dan telah teramat sore bagi pagiku untuk tiba.


sedang siangku,
malam baru datangnya.

147
Ig_Penikmat_aksara01

& kemarin

148
Jika tak ingin menetap,

Setidaknya jangan seperti badai;

Sekedar lewat
namun memporak-poranda.

149
Pecundang.

Akhirnya kembali bercerita tentang kemarin,

kemarin,& kemarin.

Pahitnya hidup ini,


Aku disini....
susah payah menerawang, mencarimu
dibalik jejak langkahmu.

Namun......

150
kau yang bahagia disana,
malah berdoa agar hujan segera turun, untuk

menghapus jejakmu.

Kamu itu bodoh atau tidak berperasaan sih?

Ketika aku memperlihatkan kelemahanku.


itu artinya aku ingin kau beri motivasi,
kekuatan, perhatian, atau setidaknya kau

tegur.

Ini malah kau diamkan.

Bodoh,lagi sadis kan?

151
152
Hy kamu yang pernah dengar kata ini dariku

"semoga kau bahagia dengan


keputusanmu, semoga kau bahagia
dengan dia yang baru"

153
Semua itu palsu.

Andai kau tahu, aku sebenarnya diam-diam


mendoakan agar kau menyesal, rapuh,
menderita, & terluka.

Dulu aku merangkak mengejarmu. Tapi kau


yang sedang bahagia pada waktu itu, malah

menyuruhku berlari menjauhimu.

Dan sekarang ketika aku telah menyerah, &


kamu pun telah terluka;
kau malah datang bertanya, mengapa aku
tidak terbang mencarimu?
Aneh, bukan?

154
Aku yakin kamu sedang tidak sadar.
Ig_penikmat_aksara01

Orang yang terlalu radikal memperlihatkan


perasaannya, adalah orang yang segera akan
kehilangan yang dicintainya. Sebab, ia mengejar jiwa
lain sedang jiwanya ia buang

Sebagian orang memaknai luka dan penderitaan sebagai hal


yang menakutkan dan hanya membawa pada keputusasaan.
Namun,

Luka dan penderitaan sesungguhnya adalah mutiara yang


berharga. Sebab saat-saat terluka dan menderita lah

155
orang akan berpikir mendalam akan makna kehidupan,
menghayati dengan tulus akan kesalahan-kesalahannya,
dan menghargai setiap kebahagiaan kecil yang pernah
dilaluinya. Itu semua adalah mutiara kehidupan yang
sangat berharga yang tidak dapat diperoleh oleh orang-
orang yang menamakan dirinya sebagai seorang bahagia.

Dalam artian luka dan penderitaan merupakan dua jalan;


pertama jalan menuju keputusasaan dan yang kedua menuju
kesadaran.

156
Menjadi S-A-D-A-R lah dengan itu....

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, setiap yang jauh


akan merasakan sakit

Sering sekali orang bercerita tentang dirinya sendiri, padahal


ia sendiri belum tahu apa-apa tentang dirinya. Hanya
membuang kata...

Tanda titik dalam sebuah tulisan bukanlah menandakan


akhirnya sebuah cerita. Terkadang hanya mengakhiri satu
paragraf atau pun kalimat-kalimat pendek.

157
Mengapa seseorang sangat senang disanjung, sangat
senang mengejar kehormatan dan penghargaan?

158
Sebab adanya rasa kepemilikan terhadap darah, tulang,
daging, dan nama yang dimilikinya. Ia lupa, semua itu
bukanlah miliknya. Hanya jiwa; yang seharusnya diberi
hikmah, dibumbuhi keikhlasan dalam beribadah yang
benar-benar haknya.

Darah, tulang, daging, tubuh, dan nama. Semua itu akan


sirna, akan ditinggalkan, akan hilang pula rasa
kepemilikannya.
Masihkah kita bangga akan rupa?
Masihkah kita bangga akan darah keturunan

159
160
161
Apabila ada satu tema yang tak pernah habis diceritakan
dari mulut kemulut, dinyanyikan dalam lagu-lagu,
dikisahkan dalam berbagai novel, diekspresikan dalam puisi
dan tari, digumamkan dalam doa-doa, dan menyala-nyala di
setiap hati manusia, maka itu adalah cinta.

Apabila ada energi manusia yang lebih dahsyat dari tenaga


nuklir, lebih riuh dari halilintar, lebih menyala dari dari api,
lebih sejuk dari embun, lebih tenang dari danau, maka itu
adalah cinta.

Apabila ada satu penyebab manusia berani mempertaruhkan


nyawanya, rela meninggalkan semua kemewahannya,
melepaskan keegoisannya, rela terpuruk dan menderita.
Maka itu adalah cinta.

162
163
Apabila ada satu tema yang tak pernah habis diceritakan
dari mulut kemulut, dinyanyikan dalam lagu-lagu,
dikisahkan dalam berbagai novel, diekspresikan dalam puisi
dan tari, digumamkan dalam doa-doa, dan menyala-nyala di
setiap hati manusia, maka itu adalah cinta.

Apabila ada energi manusia yang lebih dahsyat dari tenaga


nuklir, lebih riuh dari halilintar, lebih menyala dari dari api,
lebih sejuk dari embun, lebih tenang dari danau, maka itu
adalah cinta.

Apabila ada satu penyebab manusia berani mempertaruhkan


nyawanya, rela meninggalkan semua kemewahannya,
melepaskan keegoisannya, rela terpuruk dan menderita.
Maka itu adalah cinta.

@Senandika01

164

Anda mungkin juga menyukai