Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING PADA MATA


PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS

*EFFENDI MANALU DAN **MIMI OKTAVIANA


*Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED
**Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED
Email : e.manalu11@gmail.com

ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah kreativitas kurang dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, karena sistem pendidikan yang lebih mengembangkan kemampuan
akademik seperti penguasaan pengetahuan dan berhitung. Selain itu, materi pelajaran
yang dibelajarkan guru terlalu luas dan tidak melibatkan kreativitas siswa. Teknik
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kreativitas bercerita.
Adapun indikator penilaian kreativitas bercerita yaitu: (1) Kelancaran bercerita, (2)
ketepatan pilihan kata, (3) struktur kalimat, (4) kelogisan (penalaran), (5) kontak mata,
(6) pengetahuan dalam bercerita, (7) ekspresi, (8) imajinasi, (9) percaya diri, (10) volume
suara. Dan sebagai tolak ukur keberhasilannya adalah apabila nilai kreativitas bercerita
siswa meningkat sebesar ≥70. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I pertemuan 1 dan
2 bahwa kreativitas bercerita dengan nilai rata-rata 50,7 dan 60,1%. Dari 29 siswa
terdapat 6 siswa yang dinyatakan kreatif dengan persentase 21% ,sebanyak 23 siswa
dengan persentase 79% tidak kreatif. Pada pertemuan ke 2 berjumlah 12 orang siswa
(41%) kreatif, sedangkan tidak kreatif berjumlah 17 orang (59%). Selanjutnya terjadi
peningkatan kreativitas bercerita pada siklus II pertemuan 3 dan 4 dengan nilai rata-rata
siswa 74,6% dan 84,9%. Siklus II pertemuan 3 ini mengalami peningkatan kekreatifan
bercerita siswa secara klasikal diperoleh data sebanyak 26 orang siswa kreatif (90%), dan
siswa yang tidak kreatif 3 orang (10%).

Kata Kunci : Kreativitas, Bercerita, Model Paired Story Telling.

PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran


Pada hakikatnya bahasa Indonesia seharusnya sejak
pembelajaran bahasa adalah belajar dini melakukan reposisi dan
berkomunikasi dalam upaya perubahan ke arah yang lebih baik.
meningkatkan kemampuan siswa Guru dan siswa harus memiliki sikap
untuk berkomunikasi secara lisan yang sama, sama–sama bekerja dan
dan tertulis serta untuk belajar untuk melakukan perubahan
mengembangkan kemampuan yang bisa membuat kompetensi
menggunakan bahasa Indonesia dapat dicapai sehingga penggunaan
sebagai sarana berpikir. Guru tidak bahasa pun dapat berubah menjadi
perlu lagi menjejali siswa dengan lebih baik. Anggapan siswa bahasa
materi belajar memakai buku teks. Indonesia mudah untuk dipelajari
Guru harus lebih kreatif untuk karena siswa telah terbiasa
menciptakan suasana belajar yang menggunakan bahasa Indonesia
menyenangkan di dalam maupun di sehari-hari tidaklah benar. Untuk itu,
luar kelas. harus ada upaya konkret dalam

42
mengoptimalkan pembelajaran Disisi lain, pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah. bercerita akan memberikan lahan
Berbicara merupakan salah bagi peserta didik untuk
satu komponen dalam keterampilan mengembangkan kreativitas dan
berbahasa yang sangat penting. apresiasinya. Hal ini penting sekali
Secara teoretis, berbicara merupakan mengingat kemampuan
suatu proses penyampaian informasi, menyampaikan informasi dengan
ide, atau gagasan dari pembicara baik merupakan salah satu indikator
kepada pendengar. Informasi yang kemampuan anak-anak dalam
disampaikan secara lisan dapat berkomunikasi sebagai landasan
diterima oleh pendengar apabila pembelajaran bahasa yang telah
pembicara mampu disebutkan dalam kurikulum.
menyampaikannya dengan baik dan Diketahui Fenomena siswa di
benar. Dengan demikian, sekolah SDN 014610 yang semakin
kemampuan berbicara merupakan malas belajar bahasa Indonesia dan
faktor yang sangat mempengaruhi sikap memandang remeh serta acuh
kemahiran seseorang dalam terhadap bahasa Indonesia
penyampaian informasi secara lisan. menyelimuti sebagian besar siswa.
Bercerita merupakan salah Gejalanya, siswa sering ngantuk,
satu komponen kemampuan tidak bergairah, under estimate saat
berbicara yang sepertinya kurang mengikuti pelajaran Bahasa
mendapat perhatian. Di mana dalam Indonesia di kelas. Siswa tidak
sistem pendidikan pada sekolah memiliki kesadaran dan pemahaman
dasar lebih menekankan yang cukup tentang pentingnya
pengembangan kemampuan keterampilan berbahasa dan tata
akademik seperti membaca dan bahasa praktis bahasa Indonesia.
berhitung. Sistem kegiatan belajar Dalam pembelajaran yang
mengajar di kelas kurang akan dilaksanakan sebaiknya materi
memberikan kesempatan dan yang dibawakan oleh guru jangan
pelatihan untuk mengembangkan terlalu meluas. Guru seharusnya
kreativitas anak dalam bercerita. membawakan materi untuk satu
Disisi lain, kemampuan topik pembahasan dan melibatkan
menceritakan kembali cerita kreativitas peserta didik. Dalam
(retelling story) kepada pasangannya pembelajaran peserta didik harus
yang diperdengarkan atau dibaca diberi saluran bereksplorasi dalam
merupakan suatu cara yang paling bercerita. Bereksplorasi bermakna
efektif untuk menunjukkan sejauh menggali, menemukan, dan
mana tingkat penguasaan anak mendeteksi cara bercerita melalui
terhadap suatu materi simakan atau pemahaman isi cerita secara
bacaan. Dan sejauh mana tingkat berpasangan. Upaya ini membuat
kesulitan sebuah wacana diceritakan peserta didik lebih nyaman bercerita
kepada pasangannya. di depan kelas sebab mampu

43
mengembangkan ekspresi dan berpasangan. Dengan jalan ini, anak-
kreativitasnya bersama pasangannya. anak berkesempatan
Berdasarkan pengamatan mengembangkan kreativitasnya
lebih lanjut peneliti pada saat di mengolah bahasanya, menentukan
lapangan diketahui bahwa sendiri ekspresi yang akan
kemampuan berbicara siswa dalam dipilihnya, dan memainkan mimik
proses pembelajaran masih rendah. sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Hal ini diketahui pada saat siswa Dalam pembelajaran yang
menyampaikan pesan/informasi yang akan dilaksanakan, peserta didik
bersumber dari media yang harus diberi saluran bereksplorasi
seharusnya siswa menyampaikan dalam bercerita. Bereksplorasi
dengan bahasa yang runtut, baik, dan bermakna menggali, menemukan,
benar. Tetapi isi pembicaraan yang dan mendeteksi cara bercerita
disampaikan oleh siswa tersebut melalui pemahaman isi cerita secara
kurang jelas. Siswa di SD 014610 berpasangan. Upaya ini membuat
berbicara mereka tersendat-sendat peserta didik lebih nyaman bercerita
sehingga isi pembicaraan menjadi di depan kelas sebab mampu
tidak jelas. Ada pula di antara siswa mengembangkan ekspresi dan
yang tidak mau berbicara di depan kreativitasnya bersama pasangannya.
kelas. Proses pembelajaran
Selain itu, pada saat guru merupakan bagian terpenting dalam
memerintahkan kepada siswa untuk proses pendidikan yang didalamnya
maju kedepan kelas untuk terdapat guru sebagai pengajar dan
menceritakan sebuah cerita, siswa siswa yang sedang belajar. Ahmad
ada yang tidak mau maju kedepan Susanto (2013: 19) mengatakan
kelas karena takut salah dalam “Pembelajaran merupakan bantuan
berbicaranya. Pada kondisi ini para yang diberikan pendidik agar terjadi
siswa belum menunjukkan proses pemerolehan ilmu
keberanian untuk bercerita. Siswa pengetahuan, penguasaan,
takut salah didepan teman-temannya kemahiran, serta pembentukan sikap
apalagi jika siswa berdiri sendiri dan keyakinan pada peserta didik”.
didepan kelas untuk bercerita. Maka dari pendapat Ahmad Susanto
Oleh sebab itu, diperlukan guru sebagai pendidik memberikan
suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan berupa ilmu yang
kemampuan berbicara di SDN dikuasai oleh guru kepada siswa
014610 ini. Cara untuk seehingga siswa memiliki kemahiran
meningkatkan kemampuan ini dalam pembelajaran dan mengelola
hendaknya menyenangkan dan sikap siswa agar terampil kreatif
mudah dipahami oleh siswa. Salah seperti yang guru inginkan.
satu caranya ialah meminta anak- Untuk menciptakan
anak untuk bercerita dengan pembelajaran yang kreatif maka
bahasanya sendiri secara peneliti memilih sebuah model

44
pembelajaran kooperatif yang menunjukkan kekreativitasannya
didalamnya terdapat model sebagai seorang guru, apalagi dalam
pembelajaran Paired Story Telling. berbahasa Indonesia khususnya
Menurut Lie (1999: 12) dalam bercerita. Jika seorang guru
”Pembelajaran kooperatif merupakan sudah kreatif maka besar
sistem pembelajaran yang kemungkinan siswa pun akan kreatif
memberikan kesempatan pada anak juga dalam setiap pembelajarannya
untuk bekerja sama dengan tugas- karna telah mencontoh gurunya yang
tugas terstruktur”. Melalui kreatif.
pembelajaran ini siswa bersama Melalui model pembelajaran
kelompok secara gotong royong kooperatif teknik bercerita
maksudnya setiap anggota kelompok berpasangan (Paired Story Telling )
saling membantu antara teman yang siswa dapat menuliskan kembali
satu dengan teman yang lain dalam yang terjadi baik sebelum maupun
kelompok tersebut sehingga di dalam sesudah berdasarkan hasil bacaan
kerja sama tersebut yang cepat harus yang telah didapat sebelumnya dan
membantu yang lemah, oleh karena daftar kata kunci yang diterima dari
itu setiap anggota kelompok hasil bacaan temannya. Kemudian
penilaian akhir ditentukan oleh siswa akan mengemukakan
keberhasilan kelompok. pendapatnya berdasarkan apa yang
Kegagalan individu adalah telah didiskusi baik antara siswa
kegagalan kelompok dan sebaliknya dengan siswa maupun antara siswa
keberhasilan siswa individual adalah dan guru.
keberhasilan kelompok. Sedangkan Model pembelajaran
bercerita berpasangan merupakan kooperatif teknik bercerita
salah satu tipe dalam pembelajaran berpasangan (Paired Story Telling)
kooperatif. Yang membedakan tipe diharapkan dapat meningkatkan
bercerita berpasangan dengan kreatifitas siswa dikelas selama
lainnya adalah dalam tipe ini guru proses pembelajaran berlangsung
memperhatikan skemata atau latar sehingga pemikiran siswa dapat
belakang pengalaman siswa dan dikembangkan dengan baik dan
membantu siswa mengaktifkan memperoleh hasil yang baik pula.
skemata ini agar bahan pelajaran Maka dari latar belakang yang telah
menjadi lebih bermakna. Dalam tertera di atas maka peneliti tertarik
kegiatan ini, siswa dirangsang untuk untuk melakukan penelitian tindakan
mengembangkan kemampuan kelas dengan judul” Meningkatkan
berpikir dan berimajinasi. Kreativitas Bercerita Siswa Melalui
Guru dituntut memiliki Model Pembelajaran Paired Story
orientasi pembelajaran bahasa Telling Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia yang bersifat lebih Indonesia di kelas VI SDN Sei
praktis. Dan dalam setiap Renggas.
pembelajaran guru harus

45
METODE PENELITIAN akan dilakukan peneliti untuk
Penelitian ini dilaksanakan di memperbaiki, meningkatkan,
kelas VI SDN 014610 Sei Renggas merubah prilaku dan sikap sebagai
Tahun Ajaran 2013/2014 di solusi. Adapun kegiatan yang
kecamatan Kota Kisaran Barat. Dan dilakukan pada tahap ini adalah:
pelaksanaannya pada semester genap  Mengidentifikasi
waktu penelitian dilakukan selama masalah dan penetapan
dua bulan (mulai kegiatan persiapan alternatif pemecahan
sampai pelaksanaan penelitian). Jenis masalah
penelitian ini adalah penelitian  Merancang model
tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran yang akan
Model pembelajaran Paired Story diterapkan dalam proses
Telling sebagai sasaran utama. pembelajaran.
Dimana peneliti memaparkan upaya  Menyusun skenario
meningkatkan Kreativitas bercerita pembelajaran (RPP).
siswa pada pelajaran bahasa  Mempersiapkan sumber
Indonesia di kelas VI SDN 014610 belajar.
Sei Renggas. Peneliti dalam hal ini  Mempersiapkan lembar
adalah sebagai instrument kunci, observasi terhadap proses
pengambilan sumber data dilakukan belajar peserta didik
melalui penelitian tindakan kelas. selama proses belajar
Sesuai dengan penelitian ini mengajar.
memiliki beberapa tahap pelaksanaan  Mempersiapkan indikator
tindakan yang diuraikan dalam II untuk mengukur
siklus. Dalam siklus I dilaksanakan kreativitas belajar peserta
kegiatan pembelajaran 2 kali didik.
pertemuan dan siklus II dilaksanakan
 Mempersiapkan angket
sebanyak 2 kali pertemuan. Hasil kreativitas belajar
dari siklus I digunakan sebagai acuan
perserta didik.
dalam menentukan perbaikan
 Membuat lembar kerja
tindakan pada siklus II. Sedangkan
peserta didik sesuai
hasil dari siklus II nantinya dijadikan
dengan kegiatan
sebagai acuan untuk rencana tindak
pembelajaran.
lanjut pembelajaran selanjutnya.
Tahap dalam prosedur penelitian ini
b. Tahap Pelaksanaan
adalah (1) perencanaan, (2)
Tindakan
pelaksanaan, (3) pengamatan, (4)
Setelah perencanaan disusun
refleksi.
dengan seefektif mungkin maka
Siklus I
langkah selanjutnya adalah tahap
a. Tahap Perencanaan
pelaksanaan tindakan yang meliputi
Tahan perencanaan
kegiatan:
merupakan rancangan tindakan yang

46
 Sebelum memulai dan kerjasama antar
pelajaran guru pasangan.
melakukan apersepsi dan  Memberikan kesempatan
memotivasi siswa agar kepada peserta pasangan
bersungguh-sungguh pertama untuk tampil
mengikuti pelajaran. menceritakan karangan
 Guru melaksanakan yang sudah ditulis secara
tujuan pembelajaran. berpasangan dan
 Guru menjelaskan bentuk bergantian didepan kelas.
pembelajaran yang  Siswa lain yang ada
digunakan. dibangku diminta untuk
 Melakukan appersepsi mendengarkan dan
untuk mengarahkan memberikan komentar
peserta didik pada materi terhadap cerita yang
yang akan dipelajari. diceritakan oleh
 Membagi secara acak pasangan yang selesai
dengan memberikan bercerita didepan kelas.
kertas dengan dua nomor  Memberikan pujian bagi
yang sama. peserta pasangan yang
 Mengarahkan kepada baik dalam bercerita
peserta didik untuk didepan kelas.
membuka kertas  Di akhir pertemuan guru
bernomor dan mencari bersama dengan siswa
pasangannya sesuai memberikan ringkasan
dengan nomor yang terhadap cerita yang
dipegang peserta didik sudah disampaikan.
dan duduk.
 Siswa duduk berdua c. Tahap Pengamatan
bersama pasangannya (Observasi)
masing-masing. Tahap ini dilakukan pada saat
 Guru membagikan kegiatan belajar mengajar
beberapa kata kunci berlangsung. Tahap ini difokuskan
kepada masing masing pada pengamatan kegiatan belajar
kelompok dengan bagian mengajar yang manyangkut aktivitas
yang sama. guru dan siswa selama proses belajar
 Membimbing kepada mengajar berlangsung.
peserta didik untuk
menuliskan kata-kata itu d. Tahap Refleksi
menjadi sebuah cerita Mencatat semua keunggulan
dengan saling membantu dan kelemahan selama proses
tindakan dan sesudah
tindakan.Meninjau kembali apakah

47
pembelajaran dengan menggunakan  Melakukan kegiatan
model pembelajaran paired story pembelajaran bahasa
telling sudah berlangsung efektif dan Indonesia dengan
dapat mengetahui kreativitas siswa. menggunakan model
Melihat, mengkaji, dan pembelajaran paired
mempertimbangkan hasil observasi story telling seperti yang
untuk perbaikan yang dibutuhkan dimuat dalam rencana
untuk menyusun rencana tindakan pembelajaran.
lanjutan.  Melakukan apersepsi
untuk mengingatkan
Siklus II kembali kepada peserta
a. Tahap Perencanaan didik tentang materi yang
 Mengidentifikasi akan dipelajari dan
masalah dan penetapan memotivasi peserta didik
alternatif pemecahan agar bersungguh-
masalah. sungguh mengikuti
 Menyusun skenario pelajaran.
pembelajaran (RPP).  Guru menjelaskan tujuan
 Mempersiapkan sumber pelajaran.
belajar.  Guru membagi peserta
 Mempersiapkan lembar didik dalam beberapa
observasi terhadap proses kelompok yang per
belajar peserta didik kelompok terdiri dari dua
selama proses belajar orang peserta didik.
mengajar.  Guru memberikan
 Mempersiapkan indikator lembar kerja pada
untuk mengukur masing-masing
kreativitas belajar peserta kelompok.
didik.  Guru membagikan
 Mempersiapkan angket beberapa kata kunci
kreativitas belajar kepada masing masing
perserta didik. kelompok dengan bagian
yang sama.
b. Tahap Pelaksanaan  Membimbing kepada
 Melakukan appersepsi peserta didik untuk
untuk mengetahui menuliskan kata-kata itu
kondisi kesiapan siswa. menjadi sebuah cerita
 Mengatur tempat duduk dengan saling membantu
dengan rapi berpasangan dan kerjasama antar
dengan dua bangku dan pasangan.
satu meja.  Memberikan kesempatan
kepada peserta pasangan

48
pertama untuk tampil Pada tahap ini, kegiatan yang
menceritakan karangan dilakukan yaitu mengamati secara
yang sudah ditulis secara rinci segala sesuatu yang terjadi
berpasangan dan dikelas pada tiap pertemuan siklus II.
bergantian didepan kelas. Mengambil kesimpulan terhadap
 Siswa lain yang ada pelaksanaan seluruh aktivitas yang
dibangku diminta untuk dilakukan oleh guru selama proses
mendengarkan dan belajar mengajar berlangsung. Jika
memberikan komentar dalam siklus I kreativitas bercerita
terhadap cerita yang siswa tidak meningkat maka
diceritakan oleh dilanjutkan dengan melaksanakan
pasangan yang selesai siklus berikutnya. Namun jika pada
bercerita didepan kelas. siklus I sudah mencapai indikator
 Memberikan pujian bagi dan tujuan yang diinginkan maka
peserta pasangan yang tidak perlu melanjutkan ke siklus
baik dalam bercerita berikutnya. Dengan arti bahwa
didepan kelas. pembelajaran dianggap selesai
dengan hasil kreativitas bercerita
c. Tahap Pengamatan siswa meningkat.
Melakukan pengamatan
terhadap siswa dalam proses HASIL DAN PEMBAHASAN
tindakan dan mengisi lembar Berdasarkan analisis data
observasi kegiatan pembelajaran. diketahui bahwa peningkatan
Mengamati kegiatan belajar peserta kreativitas bercerita siswa secara
didik mengisi lembar observasi klasikal mengalami peningkatan dan
kreativitas belajar peserta didik. seluruh siswa mengalami
Mengamati kondisi dan situasi saat peningkatan. Peningkatan
proses pembelajaran berlangsung. kemampuan membaca siswa secara
klasikal dapat dilihat pada tabel di
d. Refleksi bawah ini :
Pencapaian Siklus I Siklus II
Kreativitas
No
Bercerita Pertemuan I Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Siswa
6 siswa 8 siswa 24 siswa
1 Sangat Kreatif -
(21%) (28%) (85%)
6 siswa 6 siswa 18 siswa 4 siswa
2 Kreatif
(21%) (21%) (62%) (14%)
15 siswa 13 siswa 3 siswa 1 siswa
3 Cukup Kreatif
(56%) (45%) (10%) (3%)
8 siswa 4 siswa
4 Kurang Kreatif - -
(28%) (14%)

49
Grafik Perubahan Skor Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Secara Klasikal
Berdasarkan Kategori Pada Siklus I dan II (Pertemuan I dan II)

120%
97%
100% 90%

80% Siklus I Pertemuan I

60% Siklus I Pertemuan II


41%
40% Siklus II Pertemuan I
21%
20%

0%
1 Jumlah Siswa
6 12 26 28

Dari tabel dan diagram di atas 2. Model pembelajaran


diketahui bahwa dengan Paired Story Telling
menggunakan model pembalajaran merupakan salah satu alat
Paired Story Telling dalam bantu yang
pembelajaran dapat meningkatkan memampukan siswa
kreativitas bercarita siswa pada untuk mencapai
pelajaran Bahasa Indonesia dalam ketuntasaan belajar di
menceritakan isi cerita secara runtut sekolah.
dengan bahasa sendiri . Sejalan 3. Dari hasil penelitian pada
dengan hasil belajar yang meningkat, siklus I diketahui
hasil dari observasi aktivitas guru kreativitas bercerita
dan siswa juga meningkat dari hasil siswa masih rendah dan
observasi pada siklus I ke hasil belum kreatif dalam
observasi pada siklus II. bercerita di depan kelas.
Siswa yang mencapai
KESIMPULAN DAN SARAN ketuntasan kreativitas
Dari hasil penelitian dan bercerita persentase
analisa data, maka dapat ditarik ketuntasannya 21% dari
beberapa kesimpulan sebagai berikut keseluruhan jumlah
: siswa. Pada siklus I
1. Model pembelajaran pertemuan kedua, siswa
Paired Story Telling mencapai ketuntasan
dapat meningkatkan kreativitas bercerita
kreativitas bercerita mengalami peningkatan
siswa pada materi pokok persentase ketuntasannya
unsusr-unsur cerita. kreativitasnya menjadi

50
41%. Meskipun telah memperhatikan
terjadi peningkatan pengetahuan awal yang
kreativitas bercerita dimiliki siswa sebelum
siswa, namun hasil yang pembelajaran diberikan,
didapatkan masih belum agar dapat dilakukan
sesuai dengan nilai tindakan yang tepat bagi
ketuntasan krativitas siswa.
bercerita yaitu 70. Untuk 3. Kepala sekolah
itu, peneliti melanjutkan hendaknya menyediakan
penelitian pada siklus II. buku-buku penunjang
Pada siklus II pertemuan lain di sekolah agar
pertama, didapati bahwa pembelajaran dengan
kreativitas bercerita menggunakan metode
siswa meningkat dengan Paired Story Telling
persentase ketuntasan dapat diterapkan dengan
mencapai 90%. Pada baik.
siklus II pertemuan 4. Bagi Peneliti selanjutnya
kedua ini kembali terjadi yang hendak meneliti
peningkatan ketuntasan permasalahan yang sama
kreativitas bercerita diharapkan lebih
siswa mencapa 97%. Hal memperhatikan alokasi
ini membuktikan bahwa waktu karena metode
ketuntasan kreativitas pembelajaran yang
bercerita siswa sampai bervariasi membutuhkan
pada siklus II pertemuan lebih banyak waktu.
ke dua telah mencapai Sebaiknya gunakan dua
lebih dari 70%. metode pembelajaran
Berdasarkan kesimpulan saja.
diatas maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dan RUJUKAN
disarankan sebagai berikut : Aqib,Zainal,dkk. 2011. Penelitian
1. Pembelajaran dengan Tindakan Kelas untuk Guru
menerapkan metode SD, SLB dan
Paired Story Telling TK.Bandung:Yrama Widya.
dapat digunakan sebagai Budi, Santoso, Kusno.
salah satu alternatif 1990.Problematika Bahasa
dalam pembelajaran Indonesia Sebuah Analisis
Bahasa Indonesia untuk Praktis Bahasa Baku.Jakarta:
meningkatkan kreatifitas Rineka Cipta.
bercerita siswa. Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI
2. Bagi guru dan calon guru Mata Pelajaran Bahasa
hendaknya

51
Indonesia. Jakarta : Slameto.2010. Belajar dan Faktor –
Depdiknas. Faktor yang Mempengaruhi.
Dewi, Rosmala.2010.Penelitian Jakarta: Rineka Cipta.
Tindakan Kelas. Medan: Pasca Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar
Sarjana Unimed. dan Pembelajaran di Sekolah
Dimyati dan Mujiono.2009. Belajar Dasar. Jakarta: Kencana.
dan Pembelajaran. Jakarta: Susilowati, Yuni. 2010. Paired
Rineka Cipta. Storytelling Sebagai Alternatif
E Slavin,Robert.2005.Cooperative Model Pembelajaran
Learning. Bandung: Nusa Bercerita (online), (http://
Media. Paired Storytelling Sebagai
Guntur Tarigan, Henry. 2007. Alternatif Model
Berbicara Sebagai Suatu Pembelajaran Bercerita _
Keterampilan Berbahasa. Agupena Jawa Tengah.htm, di
Bandung: Angkasa. akses tanggal 6 Desember
Lie, Anita.2010.Mempraktikkan 2013.
Cooperative Learning di Suyono,dkk. 2011. Belajar dan
Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: Pembelajaran. Bandung:
Grasindo. Remaja Rosdakarya.
Murniati, Endyah.2012.Penelitian Yusuf L.N,Syamsu. 2012.
dan Bimbingan Anak Kreatif. Perkembangan Peserta
Yogyakarta: Pedagogia. didik.Jakarta: Rajawali Pers.
Ngalimun, dkk.2013.Perkembangan Utami, Munandar.
dan Pengembangan 2009.Pengembangan
Kreativitas.Yogyakarta : Kreativitas Anak Berbakat.
Aswaja Pressindo. Jakarta: Rineka Cipta.Yovita
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Rahayu, Afrianti. 2013.
Pendidikan Bahasa Indonesia Menumbuhkan Kepercayaan
di Kelas Tinggi. Jakarta : Diri Melalui Kegiatan
Depdikbud. Bercerita. Jakarta: Indeks.
Wahab Solehudin,
Rochmad.1998.Perkmbangan
dan belajar peserta
didik.Jakarta: Depdikbud.
Siregar,Rosdiana, 2008. Bahan Ajar
Mata Kuliah Berbicara Prodi
Sastra Indonesia FBS
Unimed. Medan.
Saddahono, Kundharu, dkk.2012.
Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Indonesia Teori
dan Aplikasi.

52

Anda mungkin juga menyukai