Buku Panduan Praktikum Fisika Untuk Perguruan Tinggi: March 2022
Buku Panduan Praktikum Fisika Untuk Perguruan Tinggi: March 2022
net/publication/359607833
CITATIONS READS
0 21
3 authors, including:
Egidius Dewa
Universitas Katolik Widya Mandira
17 PUBLICATIONS 62 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Egidius Dewa on 31 March 2022.
FISIKA
untuk Perguruan Tinggi
KOMUNITAS MENULIS
KEDAI AKADEMIK
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
PENERBIT
Buku Panduan Praktikum Fisika untuk Perguruan Tinggi
Copyright © Maria Yuliana Kua, dkk
Dicetak oleh
Percetakan AJ Studiografis
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
PRAKATA | v
DAFTAR ISI | vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM | vii
Pengukuran | 1
Hukum II Newton dan Gaya Gesekan | 6
Kinematika Gerak | 11
Kapasitas Kalor Kalorimeter | 16
Dinamika Gerak Rotasi | 21
Koefisien Muai Panjang | 24
Konduksi Panas | 29
Tegangan Permukaan Zat Cair | 33
Viskositas Zat Cair | 39
Resonansi Gelombang Bunyi | 43
Pembentukan Bayangan pada Teropong | 48
Gaya Gerak Listrik Induksi | 53
Usaha pada Bidang Miring | 59
Gerak Harmonik Sederhana: Osilasi Pegas | 63
Medan Magnet oleh Arus Listrik Searah | 67
Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus | 72
PROFIL PENULIS | 77
vi
TATA TERTIB KEGIATAN
PRAKTIKUM
1. Memperhatikan jadwal praktikum yang telah ditetapkan oleh
Laboran
2. Praktikan diwajibkan:
a. Menaati tata tertib umum pelaksanaan praktikum
b. Hadir lima belas menit sebelum praktikum dimulai
c. Menandatangani daftar hadir praktikum
d. Mengisi buku kegiatan harian/laporan/logbook
mahasiswa
e. Memakai jas laboratorium selama proses praktikum
berlangsung
f. Memakai sepatu, tidak dibenarkan memakai sandal,
sepatu sandal dan kaos oblong, serta
g. Menonaktifkan telepon genggam selama kegiatan
praktikum berlangsung.
3. Tidak dibenarkan makan, minum, merokok, dan berbuat
keributan di ruangan praktikum selama kegiatan berlangsung.
4. Bertanggung jawab terhadap alat dan tempat praktikum.
Apabila terdapat alat yang mengalami kerusakan atau hilang
saat proses praktikum berlangsung, mahasiswa wajib
mengganti dengan alat yang sama atau sejenis atau dapat
mereparasi alat yang rusak tersebut agar dapat berfungsi
normal kembali.
5. Sebelum praktikum dimulai diadakan responsi sesuai dengan
kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Apabila praktikan
tidak sempat mengikuti kegiatan responsi maka mahasiswa
tersebut tidak berkesempatan mendapatkan responsi ulangan.
6. Saat selesai menyusun hasil pengamatan maka harus
diketahui asisten praktikum atau dosen dan diparaf sebagai
tanda keabsahannya.
vii
7. Kumpulan hasil pengamatan kemudian dibahas bersama
dalam kelompok dan dibuat dalam bentuk laporan mandiri
sesuai dengan format laporan yang telah ada,
8. Peraturan tambahan bagi kelancaran kegiatan praktikum akan
diatur dan disampaikan kemudian sesuai dengan kebutuhan
dan jenis praktikum.
9. Sanksi bagi yang melanggar peraturan dan tata tertib
ditetapkan oleh dosen yang bersangkutan.
viii
PENGUKURAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mengukur besaran panjang suatu objek dengan menggunakan
jangka sorong, mikrometer sekrup, dan mistar.
2. Menentukan nilai ketidakpastian dari suatu pengukuran.
B. Dasar Teori
Pengukuran adalah kegiatan mengukur besaran fisika dari
sebuah benda, sementara mengukur adalah adalah kegiatan
membandingkan suatu besaran dengan satuan. Beberapa alat
fisika yang digunakan untuk mengukur di antaranya adalah
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur panjang
yang paling sederhana dan dikenal banyak orang adalah mistar.
Pada umumnya, terdapat 2 skala pada mistar ukur, yaitu skala
utama dan skala terkecil. Skala utama dinyatakan dalam satuan
centimeter (cm) dan skala terkecil dinyatakan dalam satuan
milimeter (mm). Jadi, dalam 1 skala utama (1 cm), terdapat 10
skala terkecil, masing-masing berjarak 1 mm. Ketelitian mistar
ukur adalah 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni setengah dari skala
terkecilnya. Dalam mengukur panjang benda menggunakan
mistar, posisi mata harus terarah tegak lurus terhadap skala
untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat.
1
Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur
diameter (dalam dan luar) dan kedalaman suatu benda. Jangka
sorong terdiri atas 2 bagian; rahang tetap dan rahang sorong serta
2 skala; skala utama dan nonius (atau vernier). 10 skala utama
panjangnya 1 cm sedangkan 10 skala nonius panjangnya 0,9 cm.
Jadi, beda satu skala nonius dengan satu skala utama adalah; 0,1
cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Skala terkecilnya adalah 0,01
1
cm atau 0,1 mm, sehingga ketelitiannya adalah; × 0,1 𝑚𝑚 =
2
0,05 𝑚𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,005 𝑐𝑚.
2
Gambar 3 Mikrometer sekrup (Nurhayati dkk, 2009)
D. Prosedur Kerja
D1. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
1. Putarlah pengunci jangka sorong ke kiri sehingga rahang pada
jangka sorong dapat digeser
2. Masukkan benda yang akan diukur ke rahang bawah jangka
sorong.
3. Apit benda dengan rahang bawah jangka sorong dan putarlah
pengunci ke kanan
4. Catat hasil pengukuran
5. Ambillah data pengukuran sebanyak 3 kali untuk masing-
masing benda.
D2. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
1. Bukalah rahang mikrometer sekrup dengan cara memutar ke
kiri pada skala putar hingga benda dapat dimasukkan ke
rahang.
2. Letakkan benda yang akan diukur pada rahang mikrometer
sekrup dan putar kembali hingga tepat.
3. Putarlah pengunci hingga skala putar tidak dapat digerakkan.
4. Catat hasil pengukuran
3
5. Ambillah data pengukuran sebanyak 3 kali untuk masing-
masing benda.
D3. Pengukuran Panjang dengan Mistar
1. Letakkan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar.
2. Pastikan benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu
ujung benda tepat berada pada angka nol skala mistar.
3. Catat hasil pengukuran
4. Ambillah data pengukuran sebanyak 3 kali untuk masing-
masing benda.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Tentukan luas dan volume masing-masing benda serta
ketidakpastiannya.
2. Berikan alasannya kalian, alat ukur manakah yang memiliki
ralat luas dan volume permukaan yang lebih kecil!
4
3. Berikan penjelasannya kalian terkait nilai ketidakpastian pada
perhitungan luas dan volume permukaan balok, di mana
panjangnya diukur menggunakan mistar, lebar diukur
menggunakan jangka sorong, dan tinggi diukur menggunakan
mikrometer sekrup. Dibandingkan dengan pengukuran
menggunakan satu alat ukur!
G. Daftar Pustaka
Sutrisno. (1983). Seri Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
Tipler, P. A. (1991). Physics for Scientists and Engineers, Third
Edition. New Jersey: Worth Publisher.
Nurhayati., Nufus., dan Furqon. (2009). Fisika SMA/MA Kelas X.
Buku Sekolah Elektronik: Pusat Perbukuan Depdiknas.
5
HUKUM II NEWTON
DAN GAYA GESEKAN
A. Tujuan Praktikum
Menentukan koefisien gesekan kinetik antara dua
permukaan pada bidang miring.
B. Dasar Teori
a. Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetis dengan
teknik bidang miring
Tinjauan secara khusus pada kasus sebuah benda yang
terletak pada bidang miring di mana secara perlahan sudut
kemiringan bidang tersebut diperbesar sampai balok tepat akan
bergerak menuruni bidang. Misalkan pada saat itu sudut
kemiringan bidang terhadap horizontal adalah θs, maka akan
dibuktikan bahwa koefisien gesekan statis, μs = tan θs. Pada saat
kemiringan θs diperbesar sedikit, benda akan bergerak
dipercepat ke bawah. Selanjutnya, sudut kemiringan diperkecil
sampai benda bergerak dengan kelajuan tetap. Misalkan pada
saat itu sudut kemiringan = θk (tentu saja θk < θs), maka akan
dibuktikan koefisien gesekan kinetik μk = tan θk.
Apabila balok dengan massa m diletakkan pada bidang
miring, maka terdapat tiga gaya yang bekerja pada benda, yaitu:
gaya berat W, gaya normal N, dan gaya gesek f. Sumbu X sejajar
bidang dan sumbu Y tegak lurus bidang. Komponen berat pada
sumbu X adalah mg sin θ dan sumbu Y adalah mg cos θ. Oleh
karena benda tidak bergerak pada sumbu Y, maka:
ΣFk= 0
N-mg cos θk =0
N = mg cos θ
Sehingga gaya gesekan kinetis maksimum, fk maks, dapat
ditentukan:
6
fk maks = μk N
fk maks= μk mg cos θk
Pada saat benda bermassa m bergerak dengan kelajuan
tetap menuruni bidang miring, gaya gesekannya adalah gaya
gesekan kinetik maksimum. Oleh karena benda bergerak pada
sumbu X, maka berlaku:
ΣFk= 0
mg sin θ-fk maks = 0
fk maks = mg sin θk
μk mg cos θk = mg sin θk
μk = mg sin θk
mg cos θk
jadi, μk = tg θk
b. Gerak benda pada bidang miring
Telah diketahui bahwa sebuah benda yang diletakkan di
atas meja tentu tidak akan jatuh. Hal itu terjadi karena adanya
gaya lain yang bekerja pada benda selain gaya berat, yaitu gaya
normal. Arah gaya normal selalu tegak lurus dengan bidang. Besar
percepatan yang ditimbulkan oleh benda yang menuruni bidang
miring kasar dengan koefisien gesekan kinetis dan pada benda
tidak diberi gaya luar (ditarik atau didorong) dapat dihitung
sebagai berikut:
7
∑F = ma
W sin θ - fk ma
mg sin θ – fk = ma
mg sin θ – μk N = ma
a = g sin θ – μk N
a = g sin θ – μk g cos θ
D. Prosedur Kerja
8
7. Turunkan bidang miring dengan menekan tombol hijau (push
off)
8. Ulangi percobaan sebanyak 5 kali.
9. Ulangi percobaan untuk benda dengan massa yang lain dan
jenis permukaan yang berbeda.
1
2
3
4
5
F. Pertanyaan Diskusi
1. Tentukan koefisien gesekan kinetis berdasarkan hasil
percobaan kalian.
2. Berikan penjelasan singkat kalian mengenai koefisien gesekan
kinetis.
3. Paparkan perbedaan koefisien gesekan kinetis dengan
koefisien gesekan statis.
4. Bagaimana cara untuk mengurangi gaya gesekan pada benda
yang bergerak. Sertakan contoh dalam penjelasan kalian.
5. Berikan penjelasan kalian apakah koefisien gesekan
bergantung pada massa benda?
9
G. Daftar Pustaka
Giancoli, D. C. (2015). Physics: Principles with Applications. USA:
Pearson Higher Ed USA
Halliday, Recnick, & Walker. (2010). Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2
(Terjemahan Tim Pengajar Fisika ITB). Jakarta: Erlangga.
Halpern, A. (1998). Schaum’s Outline of Theory and Problems of
Beginning Physics I. New York: McGraw-Hill, Inc
Jardine, J. (1989). Physics Through Applications. Oxford: Oxford
University Press.
Kua, M. Y., dkk. (2021). Teori dan Aplikasi Fisika Dasar. Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Sutrisno. (1983). Seri Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
Tipler, P. A. (1991). Physics for Scientists and Engineers, Third
Edition. New Jersey: Worth Publisher.
10
KINEMATIKA GERAK
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini anda diharapkan dapat
menentukan kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat.
B. Dasar Teori
Dalam keseharian kita, seringkali kita temui ada benda yang
dapat berpindah dengan cepat dan ada juga benda yang berpindah
dengan lambat. Dapat kita katakan bahwa benda yang berpindah
dengan cepat memiliki kecepatan berpindah yang lebih besar dan
sebaliknya. Oleh karena itu, kita perlu definisikan besaran
kecepatan untuk mengukur berapa cepat sebuah benda
berpindah. Kita mulai dari definisi kecepatan rata-rata. Dalam
gerak satu dimensi, kecepatan didefinisikan sebagai laju
perubahan posisi (Alonso dan Finn, 1990). Untuk gerak satu
dimensi, misalkan pada satu titik waktu, katakanlah t1, benda
berada pada sumbu x di titik x1 pada sistem koordinat, dan
beberapa waktu kemudian, pada waktu t2, berada pada titik x2.
Waktu yang diperlukan adalah t2 – t1, dan selama selang waktu ini
perpindahan benda itu adalah Δx = x2 – x1. Dengan demikian,
kecepatan rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang
waktu, maka secara sistematis ditulis (Halliday dan Resnick,
1986):
∆x
v̅ =
∆t
Apakah suatu saat kecepatan benda membesar, mengecil,
atau bahkan berhenti tidak terkandung dalam kecepatan rata-
rata. Padahal kebanyakan benda memiliki kecepatan yang
berbeda pada saat yang berbeda. Sangat jarang benda memiliki
kecepatan yang sama selama perjalanan apabila dalam selang
waktu yang lamam, sehingga konsep penting lain mengenai gerak
sebuah benda yang dapat kita definisikan adalah kecepatan
sesaat.
11
Kecepatan sesaat diperoleh dari kecepatan rata-rata dengan
mengambil selang waktu yang sangat kecil, yaitu mendekati nol.
Dapat pula dikatakan bahwa kecepatan sesaat merupakan
kecepatan rata-rata pada selang waktu yang sangat kecil
(mendekati nol). Jadi, secara matematis kecepatan sesaat ditulis:
∆x dx
v = lim v̅ = lim =
∆t→0 ∆t→0 ∆t dt
Dalam praktikum ini, anda akan mencari kecepatan sesaat
kereta dinamika menggunakan pewaktu ketik dan menentukan
kecepatan rata-rata kereta dinamika menggunakan jam henti.
D. Prosedur Kerja
a) Rangkai alat praktikum seperti terlihat pada gambar salah satu
kaki rel dipasang pada tangga ke-3 balok bertingkat.
b) Pada saat catu daya masih dalam kondisi mati “OFF”,
hubungkan pewaktu ketik ke catu daya dan catu daya ke soket
jala-jala listrik.
12
c) Potong pita ketik lebih kurang sepanjang 1 m dan pasang pada
pewaktu ketik.
d) Tambahkan beban 50 gram pada kereta dinamika agar
kereta dinamika memiliki perubahan laju yang lebih besar.
e) Tempatkan dan tahan kereta dinamika di dekat pewaktu ketik.
Jepit salah satu ujung pita ketik ke kereta dinamika.
13
j) Periksa hasil titik ketikan pada permulaan gerak kereta
dinamika pada pita ketik. Amati kalau-kalau ada titik ketikan
saling tindih. Jika ada, abaikan titik ketikan yang saling
tumpang tindih tersebut. Ambil awal permulaan gerak pada
titik pertama titik ketikan setelah titik ketikan yang saling
tumpang tindih. Potong pita ketik pada titik ketikan ini
(gambar)
14
Tabel 2 Kecepatan sesaat (Simpen, 2014)
No Selang waktu 5 detik Panjang 5 detik Kecepatan sesaat
(∆t) sekon (∆s) meter (vt) m/sekon
Awal
1
Akhir
Awal
2
Akhir
Awal
3
Akhir
Awal
4
Akhir
Awal
5
Akhir
F. Pertanyaan Diskusi
1) Berdasarkan percobaan yang telah kamu lakukan. Jelaskan
prinsip-prinsip suatu gerak dinamakan gerak lurus!
2) Prediksikan apa yang akan terjadi jika kita menambahkan
beban di kereta dinamika pada percobaan gerak lurus berubah
beraturan!
3) Jelaskan apa fungsi dari pewaktu ketik pada percobaan yang
telah kamu lakukan!
G. Daftar Pustaka
Alonso, M. dan Finn, E. (1990). Dasar Dasar Fisika Universitas I
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Halliday dan Resnick. (1986). Fisika I (terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Simpen, I. N. (2014). Modul Praktikum Fisika Dasar. Bali:
Universitas Udayana.
15
KAPASITAS KALOR
KALORIMETER
A. Tujuan Praktikum
Menentukan nilai kapasitas kalor kalorimeter melalui
penerapan Asas Black.
B. Dasar Teori
Dua buah benda yang mempunyai temperatur awal berbeda
jika saling disentuhkan maka akan terjadi perpindahan jumlah
energi kalor dari benda yang mempunyai temperatur lebih tinggi
ke benda yang yang mempunyai temperatur lebih rendah dan
akan diperoleh temperatur setimbang (Yatmani, Hartanto dan
Maulida, 2018). Pada proses pertukaran kalor dalam suatu sistem
yang tersekat berlaku Asas Black. Asas Black menyatakan “Jika
dua benda dengan suhu yang berbeda dicampur, maka benda yang
suhunya lebih tinggi akan memberikan kalor pada benda yang
suhunya lebih rendah sehingga suhu akhir keduanya menjadi
sama”. Hal ini terjadi, karena jumlah kalor yang diserap (𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 )
oleh benda yang suhunya lebih rendah sama dengan jumlah kalor
yang dilepaskan (𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 )benda bersuhu lebih tinggi (Yuningsih
dan Sardjito, 2021).
Misalnya air bermassa 𝑚1 dengan suhu 𝑇1 dimasukkan ke
dalam kalorimeter yang telah berisi air bermassa 𝑚2 dengan suhu
𝑇2 , jika 𝑇1 > 𝑇2 maka setelah terjadi perpindahan panas sampai
terjadi kesetimbangan termal berlaku (Serway dan Jewett,
2008)(Putri dan Suprapto, 2019).
Jumlah panas yang diterima = Jumlah panas yang diberikan
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
𝑚1 . 𝑐1 . (𝑇1 − 𝑇𝐶 ) = 𝑚2 . 𝑐2 . (𝑇𝐶 − 𝑇2 ) + 𝑚𝑘𝑎𝑙 . 𝑐𝑘𝑎𝑙 . (𝑇𝐶 − 𝑇𝑘𝑎𝑙 )
(1)
Berdasarkan Asas Black tersebut, dapat digambarkan pada
grafik T-Q seperti Gambar 1 berikut:
16
Gambar 1 Grafik keseimbangan termal (Damari, 2019)
Dari diagram tersebut berlaku 𝑄a1 + 𝑄𝑘a𝑙 = 𝑄a2 . Dengan 𝑄a1 =
𝑚1 𝐶a ∆𝑇1 , 𝑄𝑘a𝑙 = 𝐻∆𝑇1 , dan 𝑄a2 = 𝑚2 𝐶a ∆𝑇2 , sehingga kapasitas
kalorimeter memenuhi rumus:
𝑚2 𝐶∆𝑇2 − 𝑚1 𝐶∆𝑇1
𝐻= (2)
∆𝑇1
Adapun bagian-bagian kalorimeter sebagai berikut:
17
dengan jumlah kalor yang diterima oleh kalorimeter beserta
isinya (Yatmani, Hartanto dan Maulida, 2018).
D. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siapkan kalorimeter dan timbang massa kalorimeter
tersebut, misalnya 𝑚0 .
3. Masukkan air suhu kamar ke dalam kalorimeter sebanyak ¼
bagiannya. Kemudian timbang kembali massanya, misalnya
𝑚.
4. Hitung massa air (𝑚1 = 𝑚 − 𝑚0 )
5. Ukur suhu air dan kalorimeter, misalnya 𝑇1 .
6. Siapkan air panas dan ukur suhunya dengan termometer,
misalnya 𝑇2 .
7. Masukkan air panas tersebut ke dalam kalorimeter sebanyak
±2 kali air yang ada dalam kalorimeter. Tutup kalorimeter
tersebut, lalu aduk, dan amati kenaikan suhu tertinggi dalam
kalorimeter. Amati suhunya setiap 30 detik. Jika tidak lagi
terjadi perubahan suhu, maka keadaan setimbang itu telah
dicapai. Misalnya 𝑇𝑎 .
8. Timbang kembali kalorimeter dan campuran air, misalnya 𝑚′ .
Hitung massa air panas, yaitu 𝑚2 = 𝑚′ − 𝑚.
9. Ulangi Langkah 3 sampai 8 dengan massa 𝑚1 , 𝑚2 , atau 𝑡2
yang diubah-ubah.
10. Catat hasil pengamatan pada table.
18
E. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan perubahan suhu pada kalorimeter
No 𝒎𝟏 𝑻𝟏 (℃) 𝒎𝟐 𝑻𝟐 (℃) 𝑻𝐚 (℃)
(gram) (gram)
1.
2.
3.
dst
F. Pertanyaan Diskusi
1. Jika massa dan bahan kalorimeter diketahui, bagaimana cara
lain yang lebih tepat digunakan selain dengan percobaan di
atas untuk menentukan kapasitas kalor kalorimeter tersebut?
2. Pada praktikum penerapan Asas Black, tentu masih ada kalor
yang hilang ke lingkungan. Bagaimana pengaruhnya dalam
perhitungan pada rumus Asas Black?
3. Apakah kapasitas kalor pada sebuah kalorimeter dapat
berubah?
4. Bagaimana prinsip perpindahan kalor pada kalorimeter yang
dikaitkan dengan hukum ke-0 Termodinamika?
5. Kalorimeter bermassa 120 gram dimasukkan air sebanyak
160 gram yang masing-masing bersuhu sama, yaitu 26℃. Air
panas bersuhu 85℃ dimasukkan ke dalam kalorimeter
sehingga sistem bermassa 450 gram dan beberapa saat
kemudian suhu akhir sistem menjadi 55℃. Berapakah
kapasitas jenis kalorimeter?
G. Daftar Pustaka
Damari, A. (2019). Panduan Praktikum Untuk SMA/MA Kelas XI.
2nd edn. Edited by Supriyana. Jakarta: Erlangga.
Putri, N. dan Suprapto, N. (2019). Buku Panduan Praktikum Fisika
Dasar 1. 1st edn. Surabaya: JDS. Available at:
https://fisika.fmipa.unesa.ac.id/wp-
19
content/uploads/2020/06/buku-panduan-fisika-dasar-
1.pdf (Accessed: January 11, 2022).
Serway, R. dan Jewett, J. (2008). Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics. Seventh. Edited by J. Lee and
B. Kauser. Belmont: David Harris.
Sutrisno .(2008). Bahan Ajar Perkuliahan Laboratorium Fisika
Dasar. Available at:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/
195801071986031-
SUTRISNO/Perkuliahan/Bahan_ajar/Modul_AKBID/Revisi_
ST.pdf (Accessed: January 11, 2022).
Yatmani, S., Hartanto, S. dan Maulida, Y. (2018). “Buku Petunjuk
Dan Modul Praktikum Fisika Dasar I,” in Buku Petunjuk Dan
Modul Praktikum Fisika Dasar I. Tangerang: Institut
Teknologi Indonesia, pp. 1–39.
Yuningsih, N. dan Sardjito. (2021). “Aplikasi Koreksi Newton pada
Kondisi Suhu Lingkungan Lebih Besar daripada Suhu
Kalorimeter (Kasus Penentuan Kalor Lebur Es),” in
Prosiding The 12th Industrial Research Workshop and
National Seminar. Bandung, pp. 810–813. Available at:
https://jurnal.polban.ac.id/ojs-
3.1.2/proceeding/article/view/2802.
20
DINAMIKA GERAK ROTASI
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini anda diharapkan dapat
menentukan momen inersia katrol.
B. Dasar Teori
Momen inersia merupakan sifat dari sebuah benda untuk
mempertahankan kedudukannya dari gerak rotasi atau dapat juga
didefinisikan sebagai ukuran kelembaman benda yang berotasi
atau berputar pada sumbunya. Besarnya momen inersia secara
matematis dirumuskan sebagai berikut (Giancoli, 2001):
I = mr2
di mana I adalah momen inersia benda, m adalah massa benda
dan r adalah jarak benda dari sumbu putar. Dengan demikian,
momen inersianya dapat dinyatakan sebagai berikut:
I = m1r12 + m2r22 + ⋯ = ∑I miri2
21
di mana adalah τ momen gaya, dan α adalah percepatan angular.
Secara harfiah, τ adalah yang menyebabkan objek bergerak
melingkar sehingga secara matematis τ dirumuskan:
τ=F×r
sehingga, ∑τ = Iα
∑ (F × r) = Iα
Nilai I bergantung pada bentuk benda, beberapa di antaranya
seperti dalam Gambar 3.
D. Prosedur Kerja
1) Susunlah alat seperti pada Gambar 2.
22
5) Lepaskan pemegang M2 bersamaan dengan menghidupkan
stop watch. Catat waktu yang diperlukan untuk bergerak dari A
ke B (tAB).
6) Gantilah beban tambahan dengan m2 lalu lakukan langkah ke-4
dan ke-5.
7) Lakukan langkah 2 sampai 6 sebanyak lima kali dengan jarak
AB yang berbeda-beda.
F. Pertanyaan Diskusi
1) Variabel apa saja yang mempengaruhi momen inersia sebuah
benda yang berotasi terhadap titik tetap?
2) Hitunglah momen inersia katrol menggunakan persamaan
sebagai Iteori!
3) Bandingkan nilai momen inersia katrol hasil percobaan
Ipercobaan dengan momen inersia katrol dari perhitungan teori
Iteori
G. Daftar Pustaka
Giancoli, D. C. (2001). Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Putri, N. P. dan Suprapto, N. (2019). Buku Panduam Praktikum
Fisika Dasar 1. Surabaya: JSD.
Scientific, P. (2018). Mesin Atwood PMK 129. Bandung: Pundak
Scientific, pp. 3–4. Available at: http://www.pudak.com.
Serway, R. dan Jewett, J. W. (2010). Fisika Untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Salemba Teknika.
23
KOEFISIEN MUAI PANJANG
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum koefisien muai panjang ini adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari sifat-sifat muai termal pada batang logam;
2. Menentukan besar koefisien muai panjang dari logam besi
dan tembaga.
B. Dasar Teori
Saat suatu benda dipanaskan, maka akan menimbulkan
pengaruh pada benda tersebut. Bila suhu suatu benda naik
(dipanaskan) maka benda akan mengalami suatu pertambahan
ukuran (mengembang) dan bila suhu benda tersebut diturunkan,
maka ukuran benda tersebut akan berkurang (menyusut).
Peristiwa mengembang dan menyusutnya ukuran suatu benda
terhadap perubahan suhu disebut dengan pemuaian.
Pemuaian benda pada umumnya terjadi ke segala arah,
yaitu ke arah panjang, lebar, dan tinggi. Untuk benda-benda yang
ukuran panjangnya jauh lebih besar daripada tinggi ataupun
lebarnya, maka pemuaian dari benda tersebut dapat dipandang
dari segi pertambahan panjang saja. Pertambahan lebar dan tinggi
benda dapat diabaikan karena nilainya yang relatif sangat kecil
jika dibandingkan dengan pertambahan panjangnya. Pada
perubahan suhu yang tidak terlampau besar, hubungan linier
antara perubahan suhu dengan pertambahan panjang dapat
dipakai untuk menentukan nilai koefisien muai panjang benda
tersebut. Koefisien muai panjang didefinisikan sebagai
perbandingan antara pertambahan panjang batang dengan
panjangnya semula untuk setiap kenaikan suhu sebesar satu
satuan suhu.
24
Jika sebatang logam dengan panjang L diberikan kalor sehingga
mengalami perubahan suhu sebesar ∆T, maka bila ∆T cukup kecil,
perubahan panjang ∆L biasanya sebanding dengan L dan ∆T
(Cummings et al., 2004). Secara matematis dinyatakan:
∆𝐿 = 𝛼𝐿∆𝑇.......................................................................Persamaan (1)
Dengan α adalah koefisien muai linier bahan dengan satuan Kˉ¹
atau 0C-1.
Dalam percobaan ini akan diukur bahan isotropik di mana
pemuaiannya diukur dalam satu dimensi. Berdasarkan definisi
koefisien muai panjang, panjang baru bahan dapat dihitung dari
persamaan:
𝐿2 = 𝐿1 {1 + 𝛼(𝑇2 − 𝑇1 )}............................................Persamaan (2)
Dengan L2 panjang bahan saat suhu T2, L1 panjang bahan pada
suhu T1 dan α nilai rata-rata koefisien muai linier antara T1 dan T2.
Untuk perhitungan yang lebih teliti maka dapat digunakan
persamaan:
1 𝑑𝐿
𝛼̅(𝑡) = 𝐿 𝑑𝑡 ..........................................................................Persamaan (3)
Beberapa nilai α untuk berbagai macam bahan dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 1 Nilai Koefisien Muai Panjang (Giancoli, 2015)
No Bahan α (0C-1)
1 Aluminium 25 x 10-6
2 Kuningan 19 x 10-6
3 Baja atau besi 12 x 10-6
4 Tembaga 17 x 10-6
5 Timah hitam 29 x 10-6
6 Kaca (pyrex) 3 x 10 -6
7 Kaca (biasa) 9 x 10-6
8 Kwarsa 0,4 x 10-6
9 Beton atau bata 12 x 10-6
10 Marmer 1,4 x 10-6
25
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
koefisien muai panjang ini adalah sebagai berikut:
1. Dua buah pipa logam (logam besi dan logam tembaga).
2. Termometer dengan NST = 20 C
3. Satu set alat ukur Dial Gauge dengan NST = 0,01 mm
4. Satu set bejana uap.
5. Mistar kayu dengan NST = 0,5 cm
6. Pemanas listrik.
7. Sumber arus AC.
8. Tempat uap air
9. Air secukupnya
D. Prosedur Kerja
Langkah-langkah dalam praktikum koefisien muai panjang ini
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengukur panjang (L) pipa logam besi yang akan dicari nilai
koefisien linearnya.
3. Memasang pipa logam besi pada landasannya (seperti
gambar di bawah). Salah satu ujungnya terjepit pada tempat
yang tersedia dan mengaitkan pada ujung yang lain sehingga
menekan lengan spiral dari alat ukur Dial Gauge.
4. Meletakkan termometer di tengah-tengah batang pipa.
5. Mengukur suhu ruangan.
6. Menghubungkan selang karet dari bejana uap ke ujung pipa
logam besi yang lebih jauh dari pengukur Dial Gauge.
7. Menghubungkan selang karet yang lain ke ujung pipa logam
aluminium yang dekat dengan Dial Gauge yang kemudian
disalurkan ke dalam bejana penampung tetesan air.
8. Mengatur jarum pada pengukur Dial Gauge agar
menunjukkan skala nol.
9. Mengisi generator uap dengan air secukupnya.
10. Merancang alat seperti pada gambar di bawah, kemudian
menghidupkan generator uap.
26
Gambar 2 Rangkaian alat praktikum koefisien muai panjang
(Pudak Scientific, 2018)
11. Mencatat penunjuk Dial Gauge dan suhu yang ditunjukkan
selama uap mengalir secara bersamaan.
12. Mengulangi langkah (2-11) untuk pipa logam tembaga.
13. Mencatat data untuk masing-masing pipa logam dalam
bentuk tabel.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Bandingkan nilai yang anda peroleh dengan data yang ada
pada buku pegangan. Berapa persen kesalahan yang anda
peroleh pada kasus ini? Apakah kesalahan terlalu tinggi atau
terlalu rendah dan apakah kesalahan itu bersifat konsisten?
2. Bertolak dari pertanyaan nomor 1, sebutkanlah sumber-
sumber kesalahan pada praktikum yang anda lakukan dan
bagaimana cara anda untuk memperbaikinya!
27
3. Hitung Koefisien muai volume dari bahan-bahan yang anda
selidiki dengan persamaan, di mana α adalah koefisien muai
volume bahan!
G. Daftar Pustaka
Cummings, K. et al. (2004). Understanding Physics. US: John Wiley
& Sons, Inc.
Giancoli, D. C. (2015). Physics: Principles with Applications Global
Edition, Pearson.
Pudak Scientific (2018). Alat Muai Panjang. Available at:
https://www.pudak-
scientific.com/detail_products.php?id=535 (Accessed: 10
January 2022).
28
KONDUKSI PANAS
A. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari sifat perpindahan panas secara konduksi.
2. Membandingkan nilai konduktivitas termal (k) pada
beberapa lempeng logam.
B. Dasar Teori
Konduksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat tanpa
disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut (Cummings et
al., 2004). Konduksi panas pada berbagai bahan dapat
divisualisasikan melalui tumbukan molekul. Saat salah satu ujung
benda dipanaskan, molekul-molekul di sana bergerak lebih cepat
dan lebih cepat lagi pada suhu yang lebih tinggi. Saat molekul-
molekul yang lebih cepat ini bertabrakan dengan molekul di
sebelahnya yang bergerak lebih lambat, maka terjadi transfer
energi kinetik dari molekul yang bergerak cepat ke molekul yang
bergerak lambat. Melalui fenomena ini, energi kinetik gerak
termal ditransfer oleh tumbukan molekul di sepanjang objek.
Pada logam, tumbukan elektron bebas merupakan penyebab
utama terjadinya konduksi.
Konduksi panas dari satu titik ke titik lain hanya terjadi jika
ada perbedaan suhu antara dua titik. Secara eksperimental, laju
aliran panas melalui zat sebanding dengan perbedaan suhu antara
ujung-ujungnya. Laju aliran panas juga tergantung pada ukuran
dan bentuk benda. Gambar 1 mengilustrasikan aliran panas
melalui silinder seragam.
Gambar 1 Konduksi panas antara daerah suhu tinggi (T1) dan suhu
rendah (T2) (Giancoli, 2015)
29
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat terdapat benda yang
berbentuk batang silinder ditempel oleh 2 benda yang memiliki
perbedaan suhu (T1-T2), sehingga ujung kiri benda berbentuk
batang silinder memiliki suhu tinggi (T1) dan ujung kanan benda
memiliki suhu rendah (T2) seperti suhu benda yang menempel
pada masing-masing ujungnya. Panas (kalor) mengalir dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Benda yang dilewati
kalor memiliki luas penampang (A) dan panjang (l). Berdasarkan
hasil eksperimen, jumlah kalor yang mengalir selama selang
waktu tertentu (Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu
(T1-T2), luas penampang (A), sifat suatu benda (k=konduktivitas
termal), dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Secara
matematis bisa ditulis sebagai berikut:
𝑄 (𝑇1 − 𝑇2 )
= 𝐾𝐴
𝑡 𝑙
Konduktivitas termal (k) adalah sifat benda yang menunjukan
kemampuan zat dalam memindahkan kalor secara konduksi. Zat
dengan nilai konduktivitas besar memiliki daya hantar kalor lebih
cepat. Zat dengan daya hantar kalor yang cepat disebut konduktor
yang baik. Sedangkan zat dengan nilai konduktivitas kecil,
memiliki daya hantar kalor yang rendah. Zat dengan daya hantar
kalor yang rendah ini disebut dengan isolator (Trefil dan Hazen,
2010). Adapun nilai konduktivitas masing-masing zat dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Daftar konduktivitas termal (Giancoli, 2015)
Konduktivitas Termal, k
No Jenis Zat 𝑲𝒌𝒂𝒍 𝑱
𝒔 𝒎 𝑪𝟎 𝒔 𝒎 𝑪𝟎
1 Perak 10 x 10-2 420
2 Tembaga 9,2 x 10-2 380
3 Aluminium 5,0 x 10-2 200
4 Baja 1,1 x 10-2 40
5 Kuningan 0,24 x 10-2 10
6 Es 5 x 10-4 2
7 Batu bata dan Beton 2,0 x 10-4 0,84
8 Gabus dan serat kaca 0,1 x 10-4 0,042
9 Wol 0,1 x 10-4 0,040
10 Udara 0,055 x 10-4 0,023
30
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
konduksi panas ini adalah sebagai berikut:
1. Pembakar spirtus
2. Kaki tiga
3. Stopwatch (NST= 0,2 Sekon)
4. Korek api
5. Neraca ohaus (NST= 0,01 gram)
6. Lilin berjumlah 4 potong dengan massa dibuat sama
7. Pisau
8. Cakram logam konduksi (berisi Logam besi, Logam kuningan,
Logam tembaga, Logam alumunium)
D. Prosedur Kerja
Langkah-langkah dalam praktikum konduksi panas ini
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan seperti di atas.
2. Memotong lilin dengan pisau dan menimbang agar
mendapatkan berat yang sama. Lilin yang di potong
berjumlah 4 potongan yang sama.
3. Mengatur alat agar seperti Gambar 2 berikut ini.
31
4. Meletakan lilin pada masing-masing ujung logam. Jarak
antara lilin pada ujung logam ke titik api pada ujung logam
yang lain dibuat sama.
5. Menyalakan pembakar spirtus. Saat bersamaan dengan
menyalanya spirtus, stopwatch ditekan untuk mengukur
waktu leleh lilin pada masing-masing logam.
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk mulai melelehkan
lilin pada masing-masing logam di tabel pengamatan.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Bandingkan kecepatan lilin meleleh pada masing-masing logam
dengan data konduktivitas termal masing-masing bahan.
Jelaskan hasil yang anda peroleh dari membandingkan kedua
data tersebut!
2. Sebutkan sumber kesalahan-kesalahan pada praktikum yang
anda lakukan dan bagaimana cara anda untuk memperbaiki
kesalahan tersebut!
G. Daftar Pustaka
Cummings, K. et al. (2004). Understanding Physics. US: John Wiley
& Sons, Inc.
Giancoli, D. C. (2015). Physics: Principles with Applications Global
Edition, Pearson.
Trefil, J. dan Hazen, R. M. (2010). The Sciences; An Integrated
Approach. 6th edn, john Wiley & Sons, Inc. 6th edn. US: John
Wiley & Sons, Inc.
32
TEGANGAN PERMUKAAN
ZAT CAIR
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan mampu:
1. Memahami fenomena tegangan permukaan zat cair,
2. Menentukan tegangan permukaan zat cair (etanol)
menggunakan stalagmometer.
B. Dasar Teori
33
Gambar 2 Ilustrasi gaya kohesi antar molekul cairan untuk
menggambarkan tegangan permukaan pada antarmuka cairan-udara
(Riba dan Esteban, 2014)
34
sebanding dengan volume (v) zat cair dikali dengan densitasnya
(ρ) dibagi dengan jumlah tetesan (n) sejumlah volume tersebut
yang dapat dituliskan sebagai,
v𝜌
𝑚=
n
Untuk tegangan permukaan relatif dua zat cair di mana γ
sebanding dengan m, persamaannya dapat dituliskan sebagai,
𝛾2 n1 𝜌2
=
𝛾1 n2 𝜌1
D. Prosedur Kerja
Berikut ini adalah langkah-langkah percobaan untuk penentuan
densitas zat cair dan tegangan permukaannya.
D1. Menentukan densitas zat cair
Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
densitas dari zat cair yang digunakan. Berikut ini adalah langkah-
langkah pelaksanaannya,
1. Pastikan piknometer dalam keadaan bersih dan siap
digunakan!
35
2. Timbang piknometer kosong pada neraca analitik kemudian
catat beratnya sebagai W1.
3. Isi piknometer dengan air destilasi, kemudian timbang
kembali, catat beratnya sebagai W2.
4. Keluarkan air destilasi dari piknometer kemudian bilas
piknometer dengan etanol sebanyak 3 kali.
5. Isi piknometer dengan etanol, kemudian timbang dan catat
beratnya sebagai W3.
(a) (b)
Gambar 3 Aparatus stalagmometer (Thakral et.al, 2020)
36
8. Ulangi sebanyak tiga kali. Rata-rata jumlah tetesan air
destilasi dicatat sebagai n1.
9. Kemudian lakukan langkah 1 hingga 8 untuk etanol, catat
jumlah tetesan etanol, dan rata-ratanya dicatat sebagai n2.
F. Pertanyaan Diskusi
Setelah melakukan percobaan tegangan permukaan ini,
1. Tentukan nilai tegangan permukaan dari etanol?
2. Bagaimana hubungan densitas dengan tegangan permukaan?
37
3. Jelaskan apa sajakah yang mempengaruhi hasil pengukuran
tegangan permukaan zat cair menggunakan stalagmometer
ini!
G. Daftar Pustaka
Anonim. (2021). Water Strider. Tersedia:
https://pxhere.com/en/photo/1478129. [Diakses 21
Desember 2021].Giambattista, A., 2011. College physics. NY.
Pallas, N.R. dan Harrison, Y., 1990. An automated drop shape
apparatus and the surface tension of pure water. Colloids
and Surfaces, 43(2), pp.169-194.
Riba, J.R. dan Esteban, B., 2014. A simple laboratory experiment to
measure the surface tension of a liquid in contact with air.
European Journal of Physics, 35(5), p.055003.
Thakral, P., Sharma, M., Dewan, D. dan Sharma, S., 2020. Analysis
of accuracy of burette in determination of surface tension of
liquids and study of its variation with detachment time and
inclination angle. Indian Journal of Chemistry-Section A
(IJCA), 59(11), pp.1676-1684.
38
VISKOSITAS ZAT CAIR
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan mampu,
1. Memahami fenomena viskositas zat cair,
2. Menentukan viskositas zat cair (etanol) menggunakan
Ostwald viscometer.
B. Dasar Teori
Pada fluida ideal, persamaan Bernoulli menggambarkan
aliran fluida pada kecepatan konstan tanpa ada gaya gesekan.
Untuk fluida sebenarnya yang memiliki viskositas, untuk
membuatnya tetap mengalir diperlukan sejumlah tekanan total
yang mendorong fluida sebagai kompensasi terhadap besaran
gaya viskositasnya. Gaya yang dibentuk dari viskositas ini
berlawan arah dengan arah alirannya (Giambattista, 2011).
Setiap zat cair memiliki karakteristik tersendiri. Fluida yang
kental diperlukan gaya yang lebih besar untuk menggeser satu
bagian fluida terhadap yang lain. Laju alir (Q) fluida yang mengalir
pada pipa proporsional dengan jari-jari (r) pipa yang dituliskan
dalam Hukum Poiseuille sebagai berikut:
𝜋 Δ𝑃/𝐿 4
𝑄= 𝑟
8 𝜂
dengan ΔP adalah perbedaan tekanan, L panjang pipa, dan η
adalah viskositas. Bila Q dituliskan sebagai kecepatan alir v
persatuan waktu t dan ΔP merupakan perubahan tekanan pada
kolom pipa sepanjang L, maka persamaan Hukum Poiseuille untuk
viskositas dapat ditulis ulang menjadi,
𝜋 𝜌𝑔 4
𝜂= 𝑟 𝑡
8 𝑣
Untuk perbandingan viskositas dua zat cair di mana η sebanding
dengan ρ dan t, persamaannya dapat dituliskan sebagai,
𝜂2 𝜌2 𝑡2
=
𝜂1 𝜌1 𝑡1
39
C. Alat dan Bahan
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan viskositas
zat cair yang tidak diketahui menggunakan Ostwald viskometer
dengan membandingkannya terhadap viskositas zat cair yang
telah diketahui (standar). Peralatan dan bahan yang digunakan
sebagai berikut:
1. Aparatus Ostwald viskometer (Gambar 12.1),
2. Statif,
3. Bulb pipet pump,
4. Stop watch,
5. Termometer,
6. Piktometer 10 ml,
7. Air destilasi, dan
8. Ethanol 70%.
D. Prosedur Kerja
Berikut ini adalah langkah-langkah percobaan untuk
penentuan densitas zat cair dan viskositasnya.
D1. Menentukan densitas zat cair
Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
densitas dari zat cair yang digunakan. Berikut ini adalah langkah-
langkah pelaksanaannya,
1. Pastikan piknometer dalam keadaan bersih dan siap
digunakan!
2. Timbang piknometer kosong pada neraca analitik kemudian
catat beratnya sebagai W1.
3. Isi piknometer dengan air destilasi, kemudian timbang
kembali, catat beratnya sebagai W2.
4. Keluarkan air destilasi dari piknometer kemudian bilas
piknometer dengan etanol sebanyak 3 kali.
5. Isi piknometer dengan etanol, kemudian timbang dan catat
beratnya sebagai W3.
40
1. Pastikan Ostwald viskometer dalam keadaan bersih dan siap
digunakan!
2. Beri tanda C dan D pada Otswald viskometer seperti pada
Gambar 12.1.a.
3. Susun Ostwald viskometer pada statif.
4. Isi Ostwald viskometer dengan air destilasi melalui lengan
kolom B hingga air menyentuh tanda D.
5. Menggunakan bulb pipet pump tarik air destilasi sampai
tanda C.
6. Lepaskan bulb pipet pump sehingga air destilasi dapat
mengalir. Catat waktu yang diperlukan air destilasi mencapai
tanda D.
7. Ulangi sebanyak tiga kali. Rata-rata waktu dicatat sebagai t1.
8. Kemudian lakukan langkah 1 hingga 8 untuk etanol, catat
waktunya, dan rata-ratanya dicatat sebagai t2.
41
6. Densitas air destilasi = g/ml.
ρ1= (W2-W1)/V
7. Densitas etanol = g/ml.
ρ2= (W3-W1)/V
Tegangan permukaan air destilasi (25 °C) = η1 = 0.89 cP (Edge,
2000).
Tabel 1 Data penentuan viskositas etanol.
Waktu Viskositas
Rata- Rata- Relatif Etanol
Ulangan Air 𝜂2 𝜌2 𝑡2 𝜌2 𝑡2
rata Etanol rata
destilasi = 𝜂2 = 𝜂
(t1) (t2) 𝜂1 𝜌1 𝑡1 𝜌1 𝑡1 1
1
2
3
F. Pertanyaan Diskusi
Setelah melakukan percobaan tegangan permukaan ini,
1. Tentukan nilai viskositas dari etanol?
2. Bagaimana hubungan densitas dengan viskositasnya?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan viskositas dinamik, kinematik
dan apa saja yang mempengaruhi besar nilainya!
G. Daftar Pustaka
Edge, E. (2000). Water-density viscosity specific weight.
Engineer's Edge,[Online]. Available: https://www.
engineersedge.
com/physics/water__density_viscosity_specific_weight_131
46. htm.[Diakses 21 Desember 2021].
Giambattista, A. (2011). College physics. NY.
Monika, T. dan Hina, W. (2017). Experimenting with
stalagmometer and viscometer on day to day drinking
liquids. International Journal of Sciences and Applied
Research, 3(7), pp.478-481.
42
RESONANSI GELOMBANG BUNYI
A. Tujuan Praktikum
1. Memahami peristiwa terjadinya resonansi pada gelombang
bunyi.
2. Menentukan besar cepat rambat gelombang bunyi di udara.
3. Menentukan frekuensi getar garputala.
B. Dasar Teori
Superposisi gelombang adalah penjumlahan simpangan dua
buah gelombang atau lebih. Hasil superposisi ini menimbulkan
berbagai fenomena yang menarik, seperti adanya pelayangan,
interferensi, difraksi dan resonansi. Apabila superposisi terjadi
antara gelombang datang dan gelombang pantul, maka akan
terbentuk gelombang berdiri. Jika besar frekuensinya sama atau
mendekati frekuensi alamiahnya, maka akan mengakibatkan
terjadi resonansi sehingga amplitudo hasil superposisinya
memiliki besar yang maksimum (Hamron et al., 2011).
Resonansi yaitu peristiwa ikut bergetarnya suatu benda
karena pengaruh getaran benda lain (Arkundato, Sutisna dan
Supeno, 2014) (Tipler, 1998). Pengamatan peristiwa resonansi ini
dapat dilakukan dengan sebuah tabung resonator yang panjang
kolom udaranya dapat kita atur dengan menaikkan atau
menurunkan permukaan air dalam tabung tersebut.
43
Resonansi terjadi ketika kolom udara di atas permukaan air
1 3 5
berjarak 𝜆, 𝜆, 𝜆 dan seterusnya (Palupi, Suharyanto dan
4 4 4
Karyono, 2009).
Rumus (1) ini dapat berlaku dengan cukup baik untuk ukuran
diameter tabung bagian R yang jauh lebih kecil dari panjang
gelombang sumber bunyi, sedangkan untuk R tabung yang tidak
cukup kecil, maka rumus (1) di atas perlu dikoreksi dengan suatu
nilai, misalnya e sehingga:
2𝑛 + 1
𝐿= 𝜆−𝑒
4
Nilai 𝑒 ini sekitar 0,6 R.
Secara eksperimen, nilai koreksi “𝑒” ini ditentukan dari grafik
(hasil least square) antara 𝐿 dengan 𝑛. Dari persamaan garis:
44
1 1
𝐿 = 𝜆𝑛 + 𝜆 − 𝑒
2 4
L
Lo
D. Prosedur Kerja
1. Ukurlah diameter bagian dalam tabung.
2. Usahakan agar mula-mula permukaan air dalam tabung
cukup tinggi dekat dengan ujung atas dari tabung (dengan
reservoir).
3. Ambilah garputala yang frekuensinya diketahui.
4. Getarkan garputala yang telah diketahui frekuensinya dengan
pemukul garputala dan dekatkan dengan ujung atas tabung
gelas sambil menggeser-geser tinggi permukaan air.
Catatan: lakukan pemukulan garputala dari jauh agar tabung
gelas tidak terjadi kerusakan.
45
5. Catatlah kedudukan permukaan air ketika terdengar bunyi
yang sangat keras atau terjadi resonansi.
6. Turunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi lagi.
Catat kembali kedudukan permukaan air. Carilah kedudukan
permukaan air yang menyebabkan resonansi di sepanjang
tabung.
7. Ulangi percobaan tersebut untuk memastikan tepatnya
tempat-tempat resonansi.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Pada percobaan ini, mengapa panjang kolom udara terjadinya
resonansi diamati mulai dari tabung resonansi terisi air
penuh kemudian permukaan air diturunkan sehingga terjadi
kolom udara? Bagaimana jika kolom udara sudah dimulai dari
panjang tertentu?
2. Gambarkan grafik 𝐿 terhadap 𝑛 dan hitung 𝑒 serta 𝜈.
3. Hitung 𝜈 dari rumus 𝜈 = √𝛾𝑅𝑇⁄𝑚 dengan 𝑅 = 8,314, dan 𝛾 =
1,4.
4. Hitung pula 𝑣 dari rumus 𝑣 = 331√1 + 𝑡⁄273 dengan suhu 𝑡
dinyatakan dalam ℃.
5. Bandingkan hasil 𝑣 yang diperoleh dari nomor 2, 3, 4 dan beri
penjelasan.
6. Ulangi percobaan 4 sampai 7 untuk garputala yang belum
diketahui frekuensinya.
46
G. Daftar Pustaka
Arkundato, A., Sutisna dan Supeno. (2014). Fisika Dasar 2. 1st edn.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Available at:
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wpcontent/uploads/pdfmk/PE
FI4102-M1.pdf (Accessed: January 17, 2022).
Hamron, M. et al. (2011). Pedoman Praktikum Fisika Dasar I. 2nd
edn. Edited by R. Hidayat and K. Basar. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Available at:
https://123dok.com/document/download/z3mno1ey?page
=1 (Accessed: January 17, 2022).
Palupi, D.S., Suharyanto dan Karyono. (2009). Fisika untuk Kelas XI
SMA dan MA, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik, Jakarta:
Erlangga.
Utama, J. (2010). Materi Kuliah Praktikum Fisika Dasar I. Bandung.
Available at: http://kuliahonline.unikom.ac.id/ (Accessed:
January 18, 2022).
47
PEMBENTUKAN BAYANGAN
PADA TEROPONG
A. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Memahami pembentukan bayangan pada teropong bintang
(bias)
2. Melukiskan pembentukan bayangan pada teropong bintang
(bias)
B. Dasar Teori
Teropong (teleskop) biasanya digunakan untuk melhat
(memperbesar) benda yang jaraknya sangat jauh sehingga
tampak lebih dekat dan lebih jelas. Pada kebanyakan kasus di
dalam penggunaan teropong, benda bisa dianggap berada pada
jarak tak berhingga. Berdasarkan pembentukan bayangannya,
teropong diklasifikasikan menjadi dua yaitu teropong bias dan
teropong pantul.
Teleskop pembias terdiri dari dua lensa konvergen (lensa
cembung) yang berada pada ujung-ujung berlawanan dari tabung
yang panjang, seperti diilustrasikan pada Gambar 1.
48
Berdasarkan Gambar 1, titik fokus lensa objektif dan okuler
disimbolkan dengan fo dan fe yang kemudian dalam penulisan
selanjutnya akan diubah menjadi fob dan fok untuk lebih mudah
diingat (Sumarsono, 2009; Giancoly, 2014).
Lensa yang paling dekat dengan objek disebut lensa objektif
dan akan membentuk bayangan nyata I1 pada titik fokus fob (atau
di dekatnya jika benda tidak berada pada jarak tak berhingga).
Walaupun bayangan yang dibentuk lensa objektif lebih kecil dari
benda aslinya, namun bayangan tersebut membentuk sudut yang
lebih besar dan sangat dekat ke lensa okuler, yang berfungsi
sebagai pembesar. Dengan demikian, lensa okuler memperbesar
bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif untuk menghasilkan
bayangan kedua yang jauh lebih besar yang bersifat maya dan
terbalik.
Jika mata melihat secara rileks (tak berakomodasi), jarak
benda berada tak berhingga, lensa okuler dapat diatur sehingga
posisi bayangan I2 berada pada jarak tak berhingga dan bayangan
nyata I1 tepat berada tepat pada titik fokus fob dan f'ok. Pada
keadaan mata tak berakomodasi, panjang teropong (jarak lensa
objektif dan okuler) :
d f ob f 'ok
dan perbesaran sudut bayangan yang dibentuk untuk mata tak
berakomodasi :
f ob
M
f 'ok
Untuk mata berakomodasi maksimum, bayangan yang
dibentuk lensa objektif jatuh tepat pada fob, sedangkan lensa
okuler berfungsi sebagai lup di mana jarak Sok lebih kecil dari fok
dan bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler berada pada –Sn.
Untuk mata berakomodasi maksimum, panjang teropong dan
perbesaran sudut bayangannya :
d f ob Sok
f ob
M
S ok
49
Tanda minus (-) untuk menunjukkan bahwa bayangan yang
terbentuk bersifat terbalik. Untuk mendapatkan perbesaran yang
lebih besar, lensa objektif harus memiliki panjang fokus (fob)
yang panjang dan panjang fokus yang pendek untuk okuler (fok).
D. Prosedur Kerja
1. Susunlah alat-lat seperti pada Gambar 1.
2. letakkanlah lensa +200 mm sebagai lensa objektif pada
ujung rel presisi.
50
cahaya sehingga diperoleh bayangan yang paling
tajam(jelas). Catatlah jarak bayangan (S’ob) dan sifat
bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif pada tabel
pengamatan
5. Pasanglah lensa +50 mm (sebagai lensa okuler) pada
tumpukan berpenjepit, dengan jarak 5 cm di belakang layar
untuk mengamati bayangan pada layar.
6. Lepaskan layar tembus cahaya, kemudian amati kembali
bayangan lilin melalui lensa okuler dengan cara mata
berakomodasi maksimum dan tak berakomodasi. Geser-
geser kedudukan lensa okuler sehingga diperoleh bayangan
yang tajam. Catatlah jarak lensa okuler terhadap posisi layar
(Sok), catat juga sifat bayangan yang dibentuk lensa okuler
pada tabel pengamatan.
7. Gantilah lensa Okuler +50 mm dengan lensa +100 mm dan
ulangi langkah percobaan 1 – 6. Perlu diperhatikan unuk
lensa okuler +100 mm, maka jarak lensa okuler dari layar
sekitar 10 cm.
8. Gantilah lensa objektif +200 m dengan lensa +100 mm
sedangkan lensa okulernya menggunakan lensa +50 mm.
Ulangi langkah percobaan 1 – 6.
51
F. Pertanyaan Diskusi
1. Berdasarkan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif
dan lensa okuler, bagaimana posisi tubuh yang baik dalam
menggunakan teropong pembias agar bayangan yang diamati
menjadi tegak?
2. Berdasarkan hasil pengamatan, kombinasi lensa objektif-
okuler manakah yang menghasilkan bayangan yang lebih
tajam dan jelas?
3. Berdasarkan hasil pengamatan, lukislah pembentukan
bayangan yang dihasilkan pada percobaan ini.
G. Daftar Pustaka
Giancoly, D. C. (2014). FISIKA Prinsip dan Aplikasi. ketujuh,Ji.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick .(2008). Fundametals of Physics. 8th edn.
John Wiley & Sons, Inc.
Pudak Scientific .(2011). PANDUAN CONTOH CONTOH
PERCOBAAN OPTIKA UNTUK SMA. Jakarta: PUDAK
SCIENTIFIC.
Sumarsono, J. (2009). BSE Fisika UntukSMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
52
GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI
A. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Memahami gejala terjadinya gaya gerak listrik induksi
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi ggl
induksi
B. Dasar Teori
Percobaan yang dilakukan oleh Henry Faraday menemukan
bahwa perubahn fluks magnetik yang melingkupi sebuah luasan
yang dibentuk oleh kawat melingkar akan menghasilkan sebuah
gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut yang kemudian
dikenal dengan istilah gaya gerak listrik induksi(Halliday dan
Resnick, 2008; Tipler dan Mosca, 2008). Lebih lanjut, meskipun
medan magnetik konstan tidak dapat menimbulkan arus listrik,
namun perubahan medan magnet dapat menghasilkan arus listrik
yang juga dikenal dengan istilah arus induksi.
Faraday melakukan eksperimen lanjutan tentang induksi
elektromagnetik dan menemukan bahwa jika magnet digerakkan
dengan cepat menuju kumparan kawat, maka akan terjadi induksi
arus pada kawat tersebut. Jika magnet ditarik dengan cepat, arus
terinduksi dengan arah yang berlawanan. Kemudian, jika magnet
dibiarkan diam dan kumparan kawat digerakkan mendekati atau
menjauhi magnet, terjadi juga induksi ggl dan aliran arus. Jadi,
diperlukan gerakan untuk menginduksi ggl, tidak masalah apakah
kumparan atau magnet yang bergerak/gerakan relatif (Giancoly,
2014).
53
Gambar 1 Loop kawat mendatar pada medan magnet
(Giancoly, 2014)
Pada Gambar 1, loop kawat berbentuk bujur sangkar dengan
sisi l dan luas A = l2 berada dalam medan magnet B, fluks magnet
untuk medan magnet seragam yang melintasi loop kawat :
B B A BA cos
B merupakan komponen medan magnet B yang tegak lurus
terhadap permukaan loop dan θ adalah sudut antara B dengan
garis normal permukaan loop. Jika permukaan loop tegak lurus
medan magnet B maka nilai θ = 90° sehingga :
B BA
Fluks magnet ΦB dapat dianggap sebanding dengan jumlah total
garis medan magnet yang melewati luas yang tertutup oleh loop.
Berdasarkan hasil temuan Faraday: ggl ε yang terinduksi pada
suatu rangkaian sama dengan laju perubahan fluks magnet yang
melalui rangkaian.
B
t
Jika rangkaian mengandung N loop yang tergulung rapat sehingga
fluks yang sama melewati setiap loop, maka ggl induksi pada
setiap loop akan meningkat bersama-sama sehingga total ggl
induksi adalah:
B
N
t
54
Persamaan ini kemudian dapat ditransformasi berdasarkan
perlakuan yang diberikan selama percobaan dengan mengubah
medan magnet atau mengubah luasan luas selama selang waktu
tertentu menjadi:
B AB BA
N N N
t t t
Di mana ε merupakan ggl induksi (volt), B medan magnet (Wb), A
luasan loop kawat (m2), dan Δt selang watu (s). Tanda negatif (-)
bersesuaian dengan hukum Lenz di mana arus yang dihasilkan
oleh ggl induksi bergerak dalam arah sedemikian rupa sehingga
medan magnetnya melawan arah perubahan fluks semula.
D. Prosedur Kerja
55
Kegiatan 1. Magnet Batang bergerak memasuki kumparan
1. Gunakanlah kumparan 100 lilitan dan hubunglah dengan
galvanometer seperti pada Gambar 1.
2. Ambillah 1 magnet batang, gerakkan kutub U memasuki
kumparan secara pelan. Catatlah posisi angka dan arah
simpangan jarum galvanometer pada Tabel 1.
3. Lanjutkanlah dengan menggerakkan kutub U magnet batang
secara cepat. Catatlah posisi angka dan arah simpangan jarum
galvanometer pada Tabel 1.
4. Ubahlah posisi kutub magnet, gunakan kutub S untuk
memasuki kumparan secara pelan. Usahakanlah agar
kecepatan gerakan magnet relatif sama dengan langkah 2.
Catatlah posisi angka dan arah simpangan jarum
galvanometer pada Tabel 1.
5. Lanjutkanlah dengan menggerakkan kutub S magnet batang
secara cepat. Usahakanlah agar kecepatan gerakan magnet
relatif sama dengan langkah 3. Catatlah posisi angka dan arah
simpangan jarum galvanometer pada Tabel 1.
6. Ulangi langkah 2 – 5 dengan menggabungkan 2 magnet
menjadi 1 buah.
7. Gantilah kumparan 100 lilitan menjadi 200 lilitan kemudian
ulangi langkah 1 – 6.
Kegiatan 2. Magnet Batang bergerak menjauhi kumparan
1. Gunakanlah kumparan 100 lilitan dan hubunglah dengan
galvanometer seperti pada Gambar 1.
2. Ambillah 1 magnet batang, gerakkan kutub U menjauhi
kumparan secara pelan. Catatlah posisi angka dan arah
simpangan jarum galvanometer pada Tabel2.
3. Lanjutkanlah dengan menggerakkan kutub U magnet batang
secara cepat. Catatlah posisi angka dan arah simpangan jarum
galvanometer pada Tabel 2.
4. Ubahlah posisi kutub magnet, gunakan kutub S untuk
menjauhi kumparan secara pelan. Usahakanlah agar
kecepatan gerakan magnet relatif sama dengan langkah 2.
56
Catatlah posisi angka dan arah simpangan jarum
galvanometer pada Tabel 2.
5. Lanjutkanlah dengan menggerakkan kutub S magnet batang
secara cepat. Usahakanlah agar kecepatan gerakan magnet
relatif sama dengan langkah 3. Catatlah posisi angka dan arah
simpangan jarum galvanometer pada Tabel 2.
6. Ulangi langkah 2 – 5 dengan menggabungkan 2 magnet
menjadi 1 buah.
7. Gantilah kumparan 100 lilitan menjadi 200 lilitan kemudian
ulangi langkah 1 – 6.
57
F. Pertanyaan Diskusi
1. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimanakah pengaruh
kutub magnet (utara/selatan) terhadap arah penyimpangan
jarum jam galvanometer?
2. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimanakah pengaruh
jumlah magnet terhadap nilai arus induksi?
3. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimanakah pengaruh
jumlah lilitan kumparan terhadap nilai arus induksi?
4. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimanakah pengaruh
jumlah magnet yang digunakan terhadap nilai arus induksi?
5. Ketika menggerakkan magnet secara pelan atau cepat,
variabel apakah yang ingin diamati dalam proses ggl induksi?
G. Daftar Pustaka
Dondon. (2012). Induksi elektromagnetik.
https://gudanggudeg.blogspot.com/2012/04/induksi-
elektromagnetik.html. Diakses pada 21 Maret 2021
Giancoly, D. C. (2014). FISIKA Prinsip dan Aplikasi. ketujuh,Ji.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick .(2008). Fundametals of Physics. 8th edn.
John Wiley & Sons, Inc.
Tipler, P. A. dan Mosca, G. (2008) Physics For Scientists and
Engineerers with Modern Physics. 7th edn. Edited by 7th.
New York: W. H. Freeman and Company.
58
USAHA PADA BIDANG MIRING
A. Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menentukan besar usaha yang dilakukan pada bidang
miring.
2. Menentukan besarnya energi potensial yang bekerja
B. Dasar Teori
Usaha atau yang dikenal dengan kerja didefinisikan sebagai
gaya yang bekerja pada suatu benda yang menyebabkan
perpindahan benda pada jarak tertentu. Seseorang dikatakan
melakukan kerja, jika kita memberikan gaya pada suatu benda
dan benda tersebut berpindah. Secara matematis, usaha yang
dilakukan oleh gaya konstan didefinisikan sebagai hasil kali gaya
dengan perpindahan, di mana gaya yang dimaksud adalah gaya
yang sejajar atau searah dengan arah perpindahan benda,
sehingga usaha yang dihasilkan oleh gaya tersebut adalah:
Wnetto Fnetto. .x
Di mana Wnetto adalah usaha total, Fnetto adalah gaya total yang
dikerjakan dan Δx adalah perpindahan benda. Jika gaya yang
diberikan pada benda tidak searah dengan perpindahan benda,
maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda didefinisikan
sebagai perkalian antara komponen gaya yang searah dengan
arah perpindahan dengan perpindahan benda. Perhatikan
gambar berikut. F
θ
s
Gambar 1 Sebuah benda ditarik dengan gaya F yang membentuk θ
terhadap permukaan bidang sehingga mengakibatkan benda
berpindah sejauh s (Serway, 2009)
59
Usaha oleh gaya seperti yang ditampilkan pada gambar di atas
secara matematis ditulis sebagai
W F cos .s
C. Alat dan Bahan
1. Dasar statif
2. Batang statif panjang
3. Jepitan Penahan
4. Katrol kecil
5. Steker perangkai
6. Bidang miring
7. Beban
8. Neraca pegas
D. Prosedur Kerja
1. Rakitlah statif dan beberapa peralatan eksperimen seperti
yang ditunjukkan seperti gambar di bawah ini. Terdapat dua
buah katrol yang dirangkai menggunakan steker, di mana
katrol tersebut digunakan sebagai benda yang mengalami
gaya.
60
kemudian bacalah skala yang ditunjukkan pada neraca pegas.
Skala yang terteran tersebut merupakan gaya (FR)
4. Lepaskan neraca pegas dari katrol, kemudian letakkanlah
katrol pada ujung bagian atas bidang miring. Lepaskan katrol
agar menggelincir sepanjang bidang miring tersebut (l).
Usaha yang dilakukan oleh gaya FR = FR.l
61
Tabel 2 Data eksperimen dengan tambahan massa beban
No Tinggi h w (N) w.h (J) FR (N) FR.l (J)
(m)
1
2
3
4
5
F. Pertanyaan Diskusi
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya usaha pada
bidang miring?
2. Apakah nilai usaha yang anda peroleh dari rumus w.h
hasilnya sama dengan usaha yang diperoleh dari rumus FR.l
pada eksperimen ini?
G. Daftar Pustaka
Serway, R. (2009). Fisika Untuk Sains dan Teknik (Maryati (ed.);
6th ed.). Salemba Teknika.
Sani, R. A. (2016). Demonstrasi dan Eksperimen Fisika (Sri Budi
Hastuti (ed.); 1st ed.). Bumi Aksara.
62
GERAK HARMONIK
SEDERHANA: OSILASI PEGAS
A. Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep gerak harmonik sederhana
2. Menentukan tetapan pegas dan massa efektif pegas dengan
metode ayunan pegas yang diberi beban.
B. Dasar Teori
Gerak harmonik sederhana dapat diilustrasikan dengan
suatu balok bermassa m yang dikaitkan pada ujung pegas di
mana balok tersebut bebas bergerak pada bidang tanpa gesekan.
Ketika pegas dalam kondisi tidak ditarik maupun ditekan, pada
kondisi ini disebut pegas dalam posisi setimbang yang diberi
keterangan x = 0.
63
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak balik suatu
benda di sekitar posisi seimbang. Saat balok ditarik atau
disimpangkan ke kanan sejauh x lalu dilepaskan, gaya yang
dihasilkan pegas pada balok berbanding lurus dengan posisinya.
Hukum gaya pegas ini dikenal sebagai Hukum Hooke.
Kita terapkan Hukum II Newton pada benda yang
mengalami gerak harmonik sederhana (GHS), di mana F adalah
gaya Hooke.
F m.a
d 2x
kx m 2
dt
2
d x k
2
x
dt m
k
Rasio k/m diberi symbol , maka 2
2
, sehingga
m
persamaan di atas dapat ditulis menjadi
d 2x
2
2 x
dt
Konstanta yang disebut frekuensi sudut dan periode getaran
pegas bergantung pada massa beban dan tetapan pegas sebagai
berikut:
k 2
m T
m 4 2
T 2 atau T 2 m
k k
C. Alat dan Bahan
1. Beban
2. Pegas spiral
3. Statif
4. Stopwatch
5. Penggaris
6. Neraca Ohauss
64
D. Prosedur Kerja
1. Timbanglah massa pegas dan massa beban.
2. Gantungkan pegas spiral pada statif, ukurlah panjang mula-
mula pegas spiral tersebut.
3. Gantungkan beban di ujung kaitan pegas spiral, dan ukurlah
pertambahan panjang pegas.
4. Tariklah pegas spiral itu sedikit ke bawah dan kemudian
lepaskan.
5. Catat waktu yang diperlukan untuk 10 dan 20 kali getaran.
(catatan: besar simpangan dibuat hamper sama selama
getaran).
6. Amati berapa jumlah getaran yang dapat memberikan hasil
yang teliti.
7. Ulangi langkah 1-5 untuk massa beban yang berbeda.
8. Olahlah data Anda dengan merujuk pada persamaan
periode (T) di atas.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Buatlah grafik antara T2 dengan massa beban yang
digunakan!
2. Bagaimana hubungan antara periode pegas dengan massa
beban?
3. Bagaimana hubungan antara gaya pegas dengan panjang
pegas setelah diberi beban?
65
4. Buatlah grafik antara simpangan dengan massa beban, dan
tentukanlah percepatan gravitasi dari grafik di atas.
G. Daftar Pustaka
Serway, R. (2009). Fisika Untuk Sains dan Teknik (Maryati (ed.);
6th ed.). Salemba Teknika.
Sani, R. A. (2016). Demonstrasi dan Eksperimen Fisika (Sri Budi
Hastuti (ed.); 1st ed.). Bumi Aksara.
66
MEDAN MAGNET
OLEH ARUS LISTRIK SEARAH
A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui bahwa dengan menggunakan eksperimen
yang sederhana dapat diketahui hubungan antara listrik dan
magnetisme
2. Untuk menunjukkan bahwa kawat yang dialiri arus listrik
dapat menolak jarum magnet kompas
3. Untuk menemukan bentuk medan magnetik yang dihasilkan
kawat berarus dengan menggunakan kompas jarum
B. Dasar Teori
Medan magnet dari dasar katanya medan itu sendiri
merupakan tempat atau daerah. Jadi, medan magnet itu sendiri
dapat diartikan sebagai daerah di sekitar magnet yang masih
mendapat pengaruh gaya magnet. Medan magnet dapat dihasilkan
dari dua cara yang pertama dengan menggunakan magnet caranya
dengan menggosok magnet ke logam tertentu. Yang kedua yaitu
dari arus listrik yang disebut induksi magnet. Medan magnet
merupakan besaran vector karena selain memiliki nilai juga
memiliki arah. Arah medan magnet digambarkan dengan garis-
garis gaya magnet. Di mana arah garis-garis gaya magnet ini
keluar dari kutub utara dan masuk menuju kutub selatan magnet.
Percobaan pertama yang menemukan bahwa medan magnet
dipengaruhi oleh arus listrik dilakukan oleh Hans Christian
Oersted (1777-1851). Dari percobaan yang dilakukan
menunjukkan adanya arus listrik yang bergerak dapat
menimbulkan medan magnet. Di sini analisis kuantitatifnya untuk
mendapatkan hubungan antara arus listrik dengan kuat medan
magnet dihasilkan oleh perumusan Bio-savart. Jadi secara
eksperimennya Oerstead mencoba menghitung hubungan antara
variabel dengan melalui hukum Bio-savart. Di sini kita
menggunakan kaidah tangan kanan sebagai rule atau kesepakatan,
dari hasil eksperimennya memunculkan arah medan magnet
67
ditunjukkan oleh keempat arah jari, sedangkan arah arusnya
adalah jempol.
68
D. Prosedur Kerja
1. Pada percobaan pertama kita akan melakukan percobaan
tanpa menggunakan baterai. Kita akan meletakkan 1 cm di atas
kompas lalu kita gerak-gerakkan kabel tadi.
69
6. Pada percobaan kelima, lakukan seperti percobaan keempat
dengan menambahkan 1 buah baterai lagi (total 4 baterai)
F. Pertanyaan Diskusi
1. Bagaimana pendapat mu tentang arah dan besar arus dengan
arah dan besar simpangan?
2. Gambarkan hubungan arah arus dan arah magnetik terhadap
arah simpangan (Arah Gaya Magnetik)
3. Apa simpulan yang dapat kamu ambil dari percobaan di atas?
4. Sebutkan pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari dari
percobaan di atas?
70
G. Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Hayt, W. H. (2010). Elektromagnetika Edisi Ketujuh.
Erlangga:Jakarta
Zahira, C. 2018. [Praktikum] Fisika – Pengaruh Arus Listrik
terhadap Medan Magnet [Video]. Youtube.
https://www.youtube.com/watch?v=bFn-h-swCVU&t=182s
71
MEDAN MAGNET DI SEKITAR
KAWAT BERARUS
A. Tujuan Praktikum
1. Untuk dapat menentukan besarnya gaya Lorentz.
2. Untuk dapat menentukan pengaruh besar kuat arus listrik
terhadap gaya Lorentz.
3. Untuk dapat menentukan pengaruh besar kuat medan
magnet terhadap gaya Lorentz.
B. Dasar Teori
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh
muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang berada
dalam suatu medan magnet (B). Arah gaya ini akan mengikuti
arah maju sekrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan
listrik (v) ke arah medan magnet (B), seperti yang terlihat dalam
rumus berikut:
F = q(v × B)
Keterangan:
F = gaya (Newton)
B = medan magnet (Tesla)
q = muatan listrik (Coulomb)
v = arah kecepatan muatan (m/t)
72
Gambar 1 Arah gaya Lorentz pada muatan yang bergerak
(Bitar, 2022)
73
Bila sebuah partikel bermuatan listrik bergerak tegak
lurus dengan medan magnet homogen yang mempengaruhi
selama geraknya, maka muatan akan bergerak dengan
lintasan berupa lingkaran. Sebuah muatan positif bergerak
dalam medan magnet B (dengan arah menembus bidang)
secara terus menerus akan membentuk lintasan lingkaran
dengan gaya Lorentz yang timbul menuju ke pusat lingkaran.
Demikian juga untuk muatan negatif. Persamaan-persamaan
yang memenuhi pada muatan yang bergerak dalam medan
magnet homogen sedemikian sehinga membentuk lintasan
lingkaran. Gaya yang dialami akibat medan magnet: F = q.v.B.
sedangkan untuk mengetahui Gaya sentripetal yang dialami
oleh partikel yaitu dengan menyamakan kedua persamaan,
maka kita mendapatkan persamaan:
m ×v
R=
B ×q
Keterangan :
R = Jari-jari lintasan partikel (m)
m = Massa partikel (kg)
v = Kecepatan partikel (m/s)
B = Kuat medan magnet (Wb/m2 atau T)
q = Muatan partikel (C)
D. Prosedur Kerja
1. Pasang alat seperti gambar 2.
2. Pasang kedua kawat sejajar pada jarak 5 cm melalui 2 buah
statif.
74
3. Pada saat kedua saklar dalam keadaan terbuka perhatikan
dan catat posisi kedua kawat tersebut.
4. Catatlah harga kuat arus yang terbaca pada kedua
amperemeter.
5. Amati dan catat apa yang terjadi pada kedua kawat.
6. Lakukan pengamatan berulang pada panjang kawat 1
meter, 1,5 meter, dan 2 meter. Menggunakan tegangan 3,0;
4,5; dan 6,0 volt.
7. Baliklah arah arus listrik pada salah satu kawat,
dengan cara membalikkan kutub sumber tegangan.
8. Lakukan langkah 1 sampai 6 untuk arus yang berlawanan
arah.
75
F. Pertanyaan Diskusi
1. Gejala apa yang berhasil kamu amati terhadap kedua kawat?
2. Bandingkan hasil pengamatan Anda dengan teori yang
sudah dibahas, apakah terdapat perbedaan dalam arah gaya
interaksi?
3. Kasus seperti yang kamu lakukan terjadi pada instalasi
tegangan jarak jauh, besaran-besaran apakah yang perlu
diperhatikan di dalam transmisi tersebut agar bahaya
hubungan pendek dapat dihindari?
G. Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Anonim. 2010. Solenoid. (online).
http://id.wikipedia.org/wiki/Solenoid. Diakses 18 Januari
2022
Bitar. 2022. Gaya Lorentz. (online).
http://www.gurupendidikan.co.id/gaya-lorentz/, diakses
tanggal 18 Januari 2022.
Kassiavera, S. 2013. Gaya Magnetik antar Kawat Berarus. (online).
https://fisika21.files.wordpress.com, diakses 18 Januari
2022
76
PROFIL PENULIS
Maria Yuliana Kua, S.Pd., M.Pd. Lahir di SoE, 3 Februari 1991
sebagai anak sulung dari empat bersaudara. Putri dari pasangan
Bapak Theodosius Gawe (Alm) dan mama Beatrix Leka. Pada tahun
2009 memulai studi S1 Pendidikan Fisika di Universitas Katolik
Widya Mandira Kupang. Pada tahun 2016 berhasil menyelesaikan
studi magister di Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah
menyelesaikan studi, pada tahun 2017 ia diangkat sebagai dosen
tetap di program studi Pendidikan IPA STKIP Citra Bakti. Beberapa
karya tulis yang telah dipublikasikan adalah 1) Buku Teori dan
Aplikasi Fisika Dasar, 2) Virtual physics laboratory with real world
problem based on ngada local wisdom in basic physics practicum
pada Journal of Education Technology terakreditasi Sinta 2, 3)
penerapan Real World Problem Solving Menggunakan Setting
Argumentasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Fisika Siswa SMA pada Journal of Education
Technology terakreditasi Sinta 3, 4) Kepraktisan Penerapan Model
Pembelajaran Real World Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika
di Sekolah Menengah Atas pada Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti
terakreditasi Sinta 4, dan 5) Tabung Suntik Untuk Hukum Boyle,
Simulasi Pengukuran Tekanan Udara Dengan Real World Problem
Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah pada jurnal IMEDTECH
terakreditasi Sinta 5.
77
kepakaran di bidang Pendidikan fisika dan metode geofisika
elektromagnetik. Untuk mewujudkan karir sebagai dosen
profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa karya yang telah dipublikasikan antara lain: Teori
dan Aplikasi Fisika Dasar, Fisika Optik Umum dan Mata, Fisika Dasar
Mekanika, Pengantar Statistika 1 dan lainnya. Pada tahun 2017,
penulis terpilih sebagai peserta Magang Dosen Kemenristek DIKTI di
Universitas Gadjah Mada dan di tahun yang sama, penulis mendapat
penghargaan Best Poster pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi
yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saat
ini penulis menjadi editor pada Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik
(JIMTEK), selain itu penulis juga menjalankan tugas sebagai asesor
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Provinsi Banten Tahun
2021-2025.
Dr. Jan Setiawan, S.Si, M.Si. Penulis lahir di Jakarta pada tahun 1980.
Saat ini penulis adalah staf Peneliti Ahli Madya di Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN). Bidang kepakaran Penulis adalah teknik
material. Penulis menyelesaikan studi S1 di prodi Fisika Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2003. Tahun 2008, penulis
berkesempatan melanjutkan studi S2 di prodi Ilmu Bahan-bahan
Universitas Indonesia yang diselesaikan tahun 2010 melalui program
beasiswa internal BATAN. Melalui beasiswa Kemenristek Dikti tahun
78
2012, penulis melanjutkan studi S3 di prodi Ilmu Bahan-bahan
Universitas Indonesia dan menyelesaikannya di tahun 2015. Penulis
berkesempatan mengikuti MEXT The Nuclear Researchers Exchange
Program tahun 2020 di Universitas Tokyo dengan tema Materials
Development of Nuclear Fuel Cladding selama tiga bulan. Selain
meneliti, saat ini penulis juga aktif menjadi pengajar di Program Studi
Teknik Elektro-Universitas Pamulang dengan bidang ilmu teknik
material. E-mail Penulis: jansetiawan.lecturer@gmail.com.
79
View publication stats