Anda di halaman 1dari 29

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA RANAH KOGNITIF, AFEKTIF,

DAN PSIKOMOTOR
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Kimia
Dosen Pengampu: Luki Yunita, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Kelas 3B
1. Asya Askiya (11210162000037)
2. Cici Nur Alifa (11210162000039)
3. Aqil Nurrachmat Qomaruzain (11210162000061)
4. Nesya Juniar (11210162000066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melipahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Evaluasi Pembelajaran Kimia yang berjudul Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Pada
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw., beserta keluarga dan para
sahabatnya yang membawa kita semua dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang akan cahaya-cahaya ilmu penuh berkah-Nya ini. Semoga kita selalu berada dalam
syafa’at-Nya. Amin ya robbal ‘alamin.

Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Kimia Semester 3 Kelas B Program Studi Pendidikan Kimia. Sebelumnya kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Ibu Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Kimia yang telah memberikan tugas ini serta dengan bimbingannya makalah ini dapat
selesai dengan baik.

2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan
makalah dapat terselesaikan.

3. Rekan-rekan kelas B Pendidikan Kimia yang telah membantu kelancaran


penyelesaian makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari segi
penyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Maka dari itu penyusun sangat membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini.

Ciputat, 16 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan Makalah..................................................................................3
E. Metode Penulisan Makalah...................................................................................3
F. Sistematika Penulisan Makalah.............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

A. Pengertian Hakikat Belajar dan Evaluasi Belajar..................................................4


B. Jenis Jenis Evaluasi Proses dan Hasil Belajar.......................................................5
1. Ranah Kognitif..........................................................................................5
2. Ranah Afektif..........................................................................................10
3. Ranah Psikomotor....................................................................................12
4. Perbedaan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor..............................16
C. Integrasi Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.............................................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................24

A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Saran....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam sebuah institusi
pendidikan. Pada kegiatan belajar mengajar ada tahapan yang memerlukan tenaga dan
pemikiran. Tahapan-tahapannya yaitu perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan
tahapan evaluasi atau penilaian. Kegiatan belajar mengajar ini memerlukan sebuah
perkembangan setiap saat karena mengikuti zama. Pengembangan pendidikan di
Indonesia tidak pernah lepas dari pembaharuan kurikulumnya. Dalam tiap periode
tertentu kurikulum selalu mengalami proses evaluasi. Bahkan tak sedikit yang
beranggapan bahwa kurikulum itu berganti seiring pemangku kebijakan.
Sebagai negara yang terus berinovasi dalam pengembangan kurikulum, Indonesia
setidaknya telah mengalami lebih dari sepuluh kali perubahan sejak awal kemerdekaan.
Mulai dari Rentjana Pembelajaran 1947 hingga yang baru saja hangat diperbincangkan,
yakni “Merdeka Belajar”. Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di bawah komando Nadiem Makarim menambahkan fakta
bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun saja Indonesia telah menambahkan fakta
bahwa telah melakukan pembaharuan sebanyak 10 kali. Hal tersebut tak lain yaitu untuk
menjawab kebutuhan Indonesia yang berubah sesuai kemajuan zaman. Dengan
demikian, Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik yang memiiki daya
saing tinggi di masa yang akan datang.
Merdeka belajar bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih bermakna lagi.
Adapun secara umum program ini bukan untuk menggantikan program yang telah ada,
tujuan utamanya adalah memperbaiki sistem yang sudah ada. Merdeka belajar yang
digagas Kemendikbud menawarkan proses pembelajaran yang lebih sederhana. Salah
satu penyederhanaan pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu ujian nasional yang
selama ini menjadi beban bagi pelaku pembelajaran diganti dengan asesmen kompetensi
minimum dan survei karakter, ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dialihkan
menjadi asesmen berkelanjutan seperti portofolio (tugas kelompok, karya tulis,
praktikum, dan sebagainya).
Kurikulum 2013 menekankan bahwa capaian belajar peserta didik masa kini
harus mencakup 3 (tiga) aspek yaitu, aspek pengetahuan (kognitif), aspek emosional
(afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik). Berdasarkan hal tersebut, seharusnya

1
para pendidik dalam melakukan kegiatan belajar, tidak hanya menitikberatkan pada
aspek kognitif saja tetapi kedua aspek yang lain juga harus seimbang termuat nyata
dalam rencana dan kegiatan belajar mengajar kita. Namun, pada proses pembelajaran
ketiga penilaian tersebut belum secara optimal diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
Dalam hal ini guru hanya menerapkan penilaian hanya pada ranah kognitif atau
pengetahuan dalam bentuk tes lisan dan tes tertulis. Pada penilaian ranah afektif dan
psikomotor guru tidak melakukan penilaian dan juga tidak adanya intrumen penilaian
yang menjadi acuan guru pada saat proses pembelajaran.
Jika sebelumnya telah dijelaskan bahwa penilaian dalam merdeka belajar ini
diarahkan pada asesmen berkelanjutan, maka dapat disepakati bahwa asesmen autentik
yang pernah diimplementasikan pada kurikulum 2013 masih relevan untuk
diintegrasikan dengan program tersebut. Asesmen autentik memberikan cara penilaian
yang cukup luas terhadap perkembangan siswa. Tidak hanya aspek kognitif yang
menjadi acuan utama penialaian, melainkan juga aspek afektif dan psikomotor. Penilaian
tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa proses kinerja yang dicapai telah sesuai
dengan rencana dan tujuan. Maka, dalam hal ini, permasalahan yang akan diangkat
tentang “Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor” dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud hakikat evaluasi dan hasil belajar?
2. Apa saja jenis-jenis evaluasi proses dan hasil belajar?
3. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif?
4. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah afektif?
5. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah psikomotor?
6. Apa yang membedakan evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat evaluasi dan hasil belajar
2. Untuk mengetahui jenis-jenis hasil belajar
3. Untuk memahami evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif
4. Untuk memahami evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah afektif
5. Untuk memahami evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah psikomotor

2
6. Untuk memahami perbedaan dari evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor
D. Manfaat Penulisan
Dengan berbagai tujuan yang sudah sedemikian sistematis, maka manfaat dari
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan terhadap penyusun dan
pembaca pada materi mengenai “Evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor”.
E. Metode Penulisan
Makalah ini dibuat menggunakan metode sebagai berikut:
1) Metode Studi Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari, memahami, mengidentifikasi dan
mengumpulkan data dari pustak baik berupa buku maupun jurnal-jurnal di internet.
2) Metode Diskusi
Yaitu metode mendapatkan data dengan cara berdiskusi dengan teman kelompok yang
mengetahui informasi-informasi mengenai strategi pembelajaran siswa.
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematik penulisan, yakni BAB I Pendahuluan yang
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematik penulisan. BAB II Pembahasan yang mencakup rumusan
masalah diatas. Dan BAB III Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Evaluasi dan Hasil Belajar
1. Evaluasi
Haryati, (2007: 15) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah
tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula untuk melihat tingkat efisien
pelaksanaannya. Sementara itu Nitko & Brookhart dalam Harun dan Mansur, (2007:
2) menyatakan bahwa evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan
dengan kinerja dan hasil karya siswa. Berdasarkan pendapat tersebut evaluasi dapat
diartikan sebagai proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja, keberhasilan
suatu program yang telah direncanakan dan hasil karya siswa.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu tolak ukur yang menjadi acuan dalam
memperbaiki kinerja seorang pendidik dalam proses pembelajaran. Bahkan tidak
sedikit bahwa hasil belajar dijadikan tolak ukur sebagai keberhasilan seorang
pendidik meskipun proses atau aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
tidak dapat juga untuk diabaikan sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013 yang
sedang dilaksanakan saat ini.

Menurut Suprijono (2012: 5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-


nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut
Kurniawan (2011: 13) hasil belajar adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari
sesuatu yang dipelajari. Sedangkan menurut Yudha dalam Hamalik (2013: 30)
menyatakan bahwa Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek,
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan
social, jasmani, etis, atau budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan pengertian pendapat di atas, maka dapat disimpulan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai adanya perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah
melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud ialah adanya
perubahan positif dari segi pengetahuan maupun sikap.

4
B. Jenis-Jenis Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Menurut Bloom dalam Sudjana (2011: 23-31), hasil belajar dibagi menjadi 3 ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
Perolehan hasil belajar erat kaitannya dengan kemampuan mengolah informasi
pada materi yang dipelajari siswa pada ranah kognitifnya. Ranah kognitif adalah
ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang
berawal dari tingkat mengingat sampai mencipta (Uno dan Koni, 2012: 60).
Kemampuan kognitif merupakan penampilan-penampilan yang dapat
diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Penilaian terhadap hasil belajar kognitif bertujuan untuk
mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives)
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci
dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas,
bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Chung, mengatakan bahwa, “dalam
taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk
pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh
dunia’’.
Menurut Benjamin Samuel Bloom (1856) ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berpikir mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: (1)
Pengetahuan/Ingatan (knowledge); (2) Pemahaman (comprehension); (3) Penerapan
(application); (4) Analisis (analysis); (5) Sintesis (synthesis); dan (6) Evaluasi
(evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan hampir
setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan
tes dan kurikulum.
Seiring perkembangan teori pendidikan, Krathwohl (2001) dan para ahli
psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan
kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan pada tahun 2001 dengan
nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya pada ranah kognitif dengan
menggunakan kata kerja. Perubahan ini dilakukan dengan memberi versi baru pada
ranah kognitif yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif

5
(Anderson, 2010). Selanjutnya ada empat kategori dalam dimensi pengetahuan
kognitif yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,
dan pengetahuan metakognitif. Menurut taksonomi bloom revisi, kemampuan berpikir
kognitif dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori. Ranah kognitif yang telah
direvisi Anderson dan Kratwohl (2010: 66-88) yakni terdiri dari (1) Mengingat
(remember); (2) Memahami atau Mengerti (understand); (3) Mengaplikasikan
(apply); (4) Menganalisis (analyze); (5) Mengevaluasi (evaluate); dan (6)
Menciptakan (create).

Tabel 1. Perbandingan Taksonomi Bloom Dan Revisinya Ranah Kognitif


a. Kategori C1- Mengingat (remember)
Proses mengingat (remember) adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. Kategori mengingat (remember) terdiri dari proses
kognitif mengenali (recognizing) dan mengingat kembali (recalling). Untuk menilai
mengingat, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif mengenali dan
mengingat kembali. Mengingat (remember) merupakan proses kognitif yang paling
rendah tingkatannya.
Contoh Soal : Sebutkan rumus luas permukaan bola!
Alasan : Untuk menjawab soal di samping, siswa berpikir untuk
mengingat rumus luas permukaan bola dalam ingatannya
b. Kategori C2- Memahami atau Mengerti (understand)
Memahami (understand) adalah mengkonstruksi makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke
dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Siswa dikatakan memahami
ketika mereka mampu untuk membangun makna dari pesan instruksional termasuk
lisan, tertulis, grafis komunikasi, serta materi yang disampaikan. Proses kognitif
dalam kategori memahami (understand) termasuk menafsirkan (interpreting),
mencontohkan (examplifying), mengklasifikasi (classifying), meringkas

6
(summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan
menjelaskan (explaining).
Contoh Soal 1 : Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan bola dan volume
bola!
Alasan : Untuk menjawab soal di atas, siswa sudah harus memahami
pengertian dan konsep luas permukaan bola dan volume bola.
Siswa akan berpikir tentang informasi-informasi penting

mengenai luas dan volume bola, memilah informasi itu untuk


membedakan luas dan volume bola. Contoh lain: jelaskan
apakah setiap kubus itu balok!
Contoh Soal 2 : Mengapa 2x2 + 3x = 14 bukanlah bentuk persamaan linear
dua variabel?
Alasan : Soal diatas termasuk bentuk soal memahami karena menuntut
kemampuan untuk membandingkan/comparing
(mengkontraskan, memetakan, atau mencocokkan), yaitu
mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi. Dalam hal ini
membandingkan contoh yang diberikan dengan definisi
persamaan linear dua variabel.
c. Kategori C3- Mengaplikasikan (apply)
Proses kognitif mengaplikasikan (apply) melibatkkan prosedur-prosedur
tertentu untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah yang berhubungan
erat dengan pengetahuan prosedural. Penerapan terdiri dari dua macam proses
kognitif yaitu mengeksekusi (executing) tugas yang familiar/ketika tugasnya
hanya latihan soal dan mengemplementasi (emplementing) tugas-tugas yang tidak
familiar/ketika tugasnya merupakan masalah.
Contoh Soal : Sebuah aula berbentuk balok dengan ukuran panjang 9 meter,
lebar 7 meter, dan tinggi 4 meter. Dinding bagian dalamnya
dicat dengan biaya Rp.50.000,- per meter persegi. Seluruh
biaya pengecatan aula adalah ...
Alasan : Untuk menyelesaikan soal disamping, siswa perlu memilih
rumus yang akan digunakan sesuai prosedur. Sebab dalam
materi balok ada rumus luas permukaan balok dan rumus

7
volume balok, dan kemudian menghubungkannya dengan
biaya pengecatan.

d. Kategori C4- Menganalisis (analyze)


Kategori menganaliss meliputi menguraikan suatu permasalahan atau obyek
ke unsur-unsur penyusunnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar
unsur-unsur penyusun tersebut dengan struktur besarnya. Kategori ini juga
termasuk menganalisis bagian-bagian terkait satu sama lain. Kategori ini meliputi
proses kognitif membedakan, pengorganisasian, dan atributing. Pengorganisasian
meliputi menemukan koherensi, integrasi, menguraikan atau penataan.
Contoh Soal : Diberikan sebuah persegi ABCD, busur lingkaran berpusat di
A dan C digambarkan dari titik B ke D. Garis diagonal AC
memotong kedua busur di titik X dan Y. Jika XY = 12 - 6√2
cm. Maka luas persegi ABCD adalah….

Alasan : Soal diatas termasuk kategori menganalisis karena menuntut


kemampuan untuk mengorganisir /organizing yaitu
menentukan bagaimana kesesuaian sebuah unsur atau
fungsinya dalam struktur. Menganalisis unsur XY dalam
kaitannya dengan konsep lingkaran dan persegi.
e. Kategori C5- Mengevaluasi (evaluate)
Mengevaluasi didefinisikan membuat suatu pertimbangan atau penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kriteria yang sering dipakai adalah
kualitas, efektifitas, efisiensi dan konsistensi. Standar mengevaluasi dapat
berbentuk kuantitatif. Mengevaluasi termasuk juga proses kognitif memeriksa
dan mengkritisi.
Contoh Soal : Sebuah bola besi dimasukkan ke dalam kotak berbentuk kubus
dengan panjang rusuk 10 cm. Jika volume air 900 cm3 , Serta

8
panjang jari-jari bola 3 cm, apakah air dalam bak itu akan
tumpuh?
Alasan : Untuk menjawab soal di samping, siswa harus menghitung
volume masing masing benda (bak dan bola) untuk kemudian
mengevaluasi, yakni mempertimbangkan, memeriksa kecara
kuantitas volume air dan bola yang dihubungkan dengan
volume bak.
f. Kategori C6- Menciptakan (create)
Mencipta atau mengkreasi yaitu menempatkan elemen bersama-sama untuk
membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional; yaitu, reorganisasi unsur ke
dalam pola atau struktur yang baru. Termasuk dalam mencipta yaitu generating/
menghipotesiskan, planning/merencanakan, dan producing/ menghasilkan. Proses
kreatif dapat di bedakan menjadi 3 fase yaitu (a) representasi masalah; (b)
perencanaan solusi; dan (c) pelaksanaan solusi.
Contoh soal : Perhatikan gambar berikut ini.

Jika t1 = 3t2, dan r1= 4a. Rumuskan volume kerucut


terpancung
seperti gambar diatas!
Alasan : Untuk menjawab soal di atas, siswa harus memikirkan sesuatu
yang baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah,
mengorganisasikan unsur dalam pola baru, dan
mengaitkannya dengan konsep yang telah dipelajari
sebelumnya (kesebangunan) untuk menentukan unsur yang
belum diketahui (r2), yang akan digunakan dalam merumuskan
volume kerucut terpancung.
Soal-soal kategori menganalisis, mengevaluasi dan mencipta termasuk soal
yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills). Menurut Lewis dan Smith (1993), keterampilan berpikir tingkat

9
tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang sudah
tersimpan dalam ingatannya, selanjutnya menghubungkan informasi tersebut dan
menyampaikannya untuk mencapai tujuan atau jawaban yang dibutuhkan.

2. Ranah Afektif
Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu :
a. Penerimaan (Receiving), Adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain sebagainya. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah kesadaran untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
b. Jawaban (Responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar.
c. Penilaian (Valuing), Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan.
d. Organisasi, Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan, yang dinyatakan dalam pengembangan
suatu perangkat nilai.
e. Karakteristik nilai / Pembentukan pola hidup Mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga pada dirinya dijadikan
pedoman yang nyata dan jelas dalam berbagai bidang kehidupan(Isa Anshori,
2009: 93)

Contoh aspek afektif dalam penilaian pembelajaran Kompetensi siswa dalam ranah
afektif

Yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara
teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu:

a. Laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,

10
b. Pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar
pengamatan.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:

a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,


kerelaan, mengarahkan perhatian
b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai. Karakteristik suatu nilai, meliputi
falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku
siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering
digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala
Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran kimia

6 5 4 3 2 1
Pelajaran kimia bermanfaat
Pelajaran kimia membosankan
Saya senang belajar kimia
Dst..

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran kimia

1. Pelajaran kimia bermanfaat SS S TS STS


2. Pelajaran kimia sulit
3. Tidak semua harus belajar
kimia
4. Pelajaran kimia
menyenangkan

11
Ket :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh skala beda semantic : pelajaran kimia

Berilah tanda (√) pada skala yang paling cocok dengan anda

7 6 5 4 3 2 1

Mudah Sulit
Bermanfaat Sia-sia
Menantang Menjemukan
Banyak sedikit
Menyenangka Membosankan
n
Dst...

3. Ranah Psikomotor
a. Pengertian ranah psikomotor dalam pembelajaran
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan seseorang bertindak setelah menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor ini akan tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar efektif
akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam
ranah kognitif dan ranah afektifnya (Sudijono, 2013: 57-58).

12
Simpson (1966) menyoroti psikomotor dalam kaitannya dengan pergerakan
fisik, koordinasi, dan penggunaan bidang keterampilan motorik. Pandangan
Simpson tentang kemampuan psikomotorik didasarkan atas kajian dalam berbagai
bidng seperti pendidikan industrial, pertanian, ekonomi rumah tangga, pendidikan
bisnis, musik, seni, dan olahhraga. Pengembangan kemampuan psikomotor ini di
dalam pembelajaran membutuhkan latihan terus menerus dan diukur dari segi
kecepatan, presisi, jarak, prosedur, atau teknik dalam eksekusinya (widharyanto
dan Widanarto, 2021: 23)

b. Hasil belajar pada ranah psikomotor


Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Menusia mempunyai potensi
perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi ranah
kognitif, afektid, dan psikomotor. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam
domain-domain tersebut sehingg hasil belajar menurut ranah tersebut berhasil. Pada
penilaian psikomotor dicirikan dengan adanya aktivitas fisik dan keterampilan kinerja
oleh siswa serta tidak memerlukan penggunaan kertas dan pensil atau pena (Suryadi,
2020: 53).
Bloom (1979) dalam Dudung (2018) berpendapat bahwa ranah psikomotor
berhubungan dengan hasil pembelajaran yang pencapainnya melalui keterampilan
manipulasi yang melibatkan oto dan kekuatan fisik. Sedangkan Singer (1972) dalam
Dudung (2018) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerkan dan
menekankan reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu menunjukan
tingkt keahlian siswa dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotor menyangkut kemampuan
melakukan berbagai gerakan yaitu
1) Kemampuan melakukan gerak refleks, yaitu respon terhadap stimulus tanpa
sadar. Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: memotong dahan
dengan bunga, menampilkan ekspresi berbeda, dan sebagainya.
2) Kemampuan melakukan gerakan dasar, artinya gerakan dilakukan tanpa latihan,
tetapi dapat diperhalus melalui praktik. Gerakan dasar adalah gerakan terpola dan
dapat ditebak. Dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui: menyusun
balok, menggunting gambar, bermain bola, dan sebagainya.

13
3) Kemampuan melakukan gerakan persepsi, yaitu gerakan yang lebih halus
daripada gerakan refleks dan dasar, karena sudah dibantu kemampuan perseptual.
Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: menangkap bola,
mendribel bola, dan sebagainya.
4) Kemampuan melakukan gerakan berkemampuan fisik, artinya gerakan yang lebih
efisien dan berkembang melalui kematangan dan belajar. Contohnya yaitu: berlari
jauh, mengangkat beban, dan sebagainya.
5) Kemampuan melakukan gerak terampil, gerakan yang dapat mengontrol berbagai
tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, kompleks, rumit dengan tangkas dan
cekatan. Contohnya: berdansa, menari, bermain piano, dan sebagainya.
6) Kemampuan melakukan gerakan indah dan kreatif, artinya gerkan untuk
mengkomunikasikan perasaan, gerakan terampil yang efisien dan indah.
Contohnya: bermain drm, balet, melukis, dan sebagainya.

Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah praktik di lapangan atau auula, di bengkel, dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktikum itu juga ada ranah kognitif dan
afektifnya. Dalam hal ini guru melakukan pengamatan untuk menilai dan menentukan
apakah siswa sudah terampil atau belum dan dalam hal ini juga memerlukan kerja
sama dengan kelompok.

c. Aspek aspek penilaian psikomotor


Dalam hal ini Ryan dalam Ismet (2014) dengan penekanan kepada kapan
penilaian dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur
melalui:
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung
2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3) Memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu berselang setelah
pembelajaran usai

Menurut Leighbody dalam Dudung (2018) berpendapat bahwa penilaian


hasil belajar psikomotor mencakup

14
1) Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja
2) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan-urutan
pengerjaan
3) Kecepatan mengerjakan tugas
4) Kemampuan membaca gambar atau simbol
5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang ditentukan

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penilaian psikomotor atau


keterampilan harus mencakup beberapa tahapan yaitu persiapan, proses, dan
produk. Kegiatan dilakukan pada pembelajaran berlangsung, yaitu pada saat
peserta didik melakukan praktik atau sesudah proses belajar berlangsung dengan
cara mengetes peserta didik. Pengembangan perangkat ppennilaian psikomotor
disusun dengan tujuan agar pendidik memiliki kesamaan pemahaman mengenai
penilaian psikomotor dan mampu mengembangkan perangkat penilaian
psikomotor.

Melihat tujuan hasil belajar psikomotor berbeda dengan tujuan belajar


kognitif. Tidak semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan tes,
melainkan tujuan belajar yang bersifat keterampilan ini diukur dengan kemampuan
atau keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu. Untuk melaksanakan
pengukuran hasil belajar psikomotor, ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu
membuat soal dan membuat perangkat instrumen untuk mengamati kinerja peserta
didik. Soal untuk hasil belajar psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas,
perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati kinerja peserta
didik dapat berupa lembar observasi, lembar penilaian,dan portofolio (Sudaryono,
2012: 49).

d. Jenis Instrumen Evaluasi Psikomotor


1) Lembar observasi
Lembar yang digunakan untuk menilai kinerja siswa atau menilai
kuakitas pelaksanaan aspek keterampilan yang diamati. Kadangkala lembar
observasi ini juga berbentuk check list karena hanya berupa daftar pertanyaan
atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada
jawaban yang sesuai dengan aspek yng diamati. Skala penilaian merupakan
lembar penilaian yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik

15
atau menilai kualitas pelaksanaan keterampilan dengan skor tertentu
misalnya skala 1-4 ataupun 1-5 dan 1-10.
2) Lembar penilaian
Lembar yang digunakan untuk menilai kinerja siswa atau menilai
kualitas pelaksanaan aspek keterampilan yang diamati. Pada ranah
psikomotor dalam pembelajaran dapat dilihat atau diamati dari proses, unjuk
kerja siswa dalam membuat tugas, mempresentasikan tugas, dan lainnya.
3) Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang teratur dan
berkesinambungan sehingga ada peningkatan kemampuan peserta didik pada
suatu kompetensi tertentu (Hasanah, dkk. 2021: 82).

Penilaian ranah psikomotor juga menyangkut keterampilan yang berbentuk


tindakan moral seperti yang diharapkan dari berbagai segi kehidupan di lingkungan
sekolah, bermain, atau kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menunjukkan tindakan-
tindakkan peserta didik. Namun yang penting sebenarnya adalah bertindak demikian.
Yang harus diperhatikan adalah tindakan moral yang diharapkan dilakukan siswa
dapat terjadi secara alami atau dalam situasi yang dimanipulasikan. Dengan demikian
unjuk kerja sebagai indikator pengamatan yang menunjukkan tindakan moralnya
merupakan sumber utama penilaian dalam ranah psikomotor.

Mengevaluasi hasil belajar pada ranah psikomotor harus dilakukan melalui


pengamatan (observasi) terhadap si pembelajar (pesesta didik). Dalam melakukan
observasi ini pengamat selain melakukan evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan
siswa, pengamat juga belajar dari hasil pengamatan terhadap kerja peserta didik.

e. Konstruksi instrumen evaluasi psikomotor


Prosedur pengembangan instrumen evaluasi psikomotor terdiri dari
beberapa langkah yang hampir sama dengan evaluasi kognitif fan afektif.
Langkah-langkahnya (Sukardi dan Nurlaili, 2022: 99):
1) Menetapkan tujuan evaluasi
2) Menyusun kisi-kisi instrumen
3) Menyusun instrumen
4) Melakukan penelitian, penskoran, dan interpretasi hasil penilaian
5) Analisis hasil penilaian
6) Laporan hasil penilaian

16
Berikut contoh instrumen evaluasi hasil belajar psikomotor

Nomor Skor
Aspek keterampilan
Butir 5 4 3 2 1
Starting position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada
01
di depan ujung kaki lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat
02 jari agak rapat mengarah ke samping
luar
dst… dst…

4. Perbedaan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor

Perbedaan

Domain Ranah kognitif Ranah afektif Ranah psikomotor


Penekanan Menekankan aspek Menekankan aspek Menekankan aspek
intelektual, seperti perasaan dan emosi keterampilan motorik
pengetahuan, seperti minat, sikap, seperti tulisan tangan,
pengertian, apresiasi, cara mengetik, berenang,
keterampilan berpikir penyesuaian diri, dll berlari, dll
Proses Berfikir Merasakan Merasakan dan
bergerak
Isi Intelektual Emosional Fisik
Tujuan Memperluas pemikiran Meningkatkan Fisik
perasaan
Sasaran Untuk mendapat Untuk memelihara Untuk
pengetahuan ekspresi diri mengembangkan
pemahaman diri

a. Contoh Aspek Kognitif Dalam Penilaian Pembelajaran

17
Jenis tujuan pembelajaran yang paling umum diterapkan di sekolah adalah
ranah kognitif. Hal ini disebabkan ranah ini berfokus pada penyebaran
pengetahuan. Diperkirakan 80 sampai 90% waktu belajar di sekolah dihabiskan
untuk mencapai tujuan dalam ranah ini. Hal tersebut dapat juga dilihat dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Sebagian besar dari standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut
berisikan ranah ini.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2)
pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5)
jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis
jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya
diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-
cara melukis garis-garis tegak lurus.

Teknik Bentuk Instrumen


Tes Tertulis Benar-Salah, menjodohkan, pilihan ganda, isian, uraian
Tes lisan Tanya jawab
Penugasan Tugas yang dilakukan secara individu maupun kelompok
Portofolio Sampel pekerjaan siswa terbaik yang diperoleh dari penugasan dan
tes tertulis

b. Contoh Aspek Afektif Dalam Penilaian Pembelajaran


Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah
afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya
dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat)
penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda
Semantik.

18
1) Contoh skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah

2) Contoh skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

19
c. Contoh Aspek Psikomotorik Dalam Penilaian Pembelajaran
Tes untuk mengukur psikomotorik siswa adalah tes intuk mengukur
penampilan atau kinerja yang telah dikuasai peserta didik. Tes tersebut menurut
Lunetta dkk. dalam Jihad dan haris dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes kinerja (Haris, 2012).
Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar kimia
misalnya berkaitan dengan keterampilan memggunakan alat di laboratorium
pada saat praktikum, melakukan pengamatan, menyampaikan hasil temuan, dan
lain-lain.
Menurut Ryan dalam Haryanti penilaian hasil belajar psikomotor dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu, pertama pengamatan langsung (saat praktek
berlangsung). Kedua setelah proses belajar-mengajar dengan cara memberikan
tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketiga
beberapa waktu setelah proses belajar selesai.

Teknik Instrument Contoh


Praktik Perintah dan daftar cek, skala Praktik menggunakan neraca 4
penilaian/rubik lengan
Projek Lembar tugas dan daftar cek, Rangkaian sel volta
skala penilaian/rubik
Produk Lembar tugas dan daftar cek, Membuat es krim dengan
skala penilaian/rubik garam
Portofolio Daftar cek Pembuatan konten di madding
sekolah
Tertulis Lembar tugas dan skala Laporan Praktikum
penilaian/rubik

C. Integrasi Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


1. Ranah Kognitif
Pada ranah kognitif ada suatu kecakapan yaitu kecakapan akademik,
pendidikan harus memberikan perubahan dan mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, memahami, meneliti, memecahkan masalah dan lainnya. Oleh

20
karena itu, pendidikan harus dapat memotivasi kepada peserta didik untuk cinta
kepada membaca dan menulis sebagai kunci ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai
dari membaca dan menulis sebagai firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq
ayat 1-5.

Arti dari ayat Al-‘Alaq ayat 1 tersebut “Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu yang menciptakan”

Arti dari Q.S Al-Kalam ayat 1 tersebut berbunyi “Nun, demi qalam, dan apa
yang mereka tulis”
Dengan demikian ilmu yang diperoleh itu harus ditulis agar dapat langgeng
dan dapat dibaca kembali sehingga terhindar dari kelalaian. Hal ini dapat diteladani
pada perkataan sahabat Nabi, Anas bin Malik Al-Anshari kepada anak-anaknya “Hai
anak-anakku ikatlah ilmu dengan tulisan” dan lebih lanjut dia berkata “Kami tidak
menganggap suatu ilmu bagi siapa yang tidak menulis ilmunya”.
Di samping membaca dan menulis pendidikan juga harus memberikan nuansa
kepada peserta didik untuk dapat memahami, memperhatikan dan meneliti tanda-
tanda kekuasaan Tuhan sebagaimana al-Quran menyatakan ”Maka tidaklah mereka
meperhatikan Onta bagaimana diciptakan dan langit bagaimana ditinggikan? Dan
gunung-gunung bagaimana di tegakkan?” (QS. Al-Ghasyiyah : 17-20) dengan
demikian kemampuan intelektualnya dapat berkembang sehingga pada gilirannya
membawa perubahan kognitif pada peserta didik (Muhammad, 1998: 88-89).
2. Ranah Afektif
Manusia sebagai makhluk sosial terus mengalami perkembangan.
Perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa sampai akhir
hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang
menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya (Dja’ali, 2000: 124). Di
mana sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain maka manusia

21
melakukan interaksi antar individu-individu. Allah menyatakan dalam al-Qura`an
Q.S Al-Hujurat ayat 13

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam interaksi dan pergaulan tersebut harus sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat. Oleh karena itu peserta didik mampu bersosialisasi
dengan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, dimana diberikan pendidikan
akhlak yang sejalan dengan nilai-nilai agama sebab begitu rumit dan banyaknya
masalah yang menyangkut manusia sebagai makhluk sosial yang perlu bimbingan
agama. Dengan diajarkan agama dan nilai-nilai yang baik diharapkan peserta didik
memiliki kepribadian, berakhlak mulia sehingga tercipta suatu masyarakat yang
harmonis (Hasan, 2004: 133).
4. Ranah Psikomotor
Manusia sebagai makhluk biologis (basyar) yang dipengaruhi oleh dorongan
kodrat alamiahnya seperti makan, minum , bersetubuh, dan lain-lain. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan makan , minum dengan cara yang halal lagi baik. Untuk itu
peserta didik harus dibekali keterampilan. Islam sendiri mengajarkan tentang hal
tersebut. Terungkap dalam sebuah hadis ; “ Kewajiban orang tua terhadap anaknya
memberi nama yang baik, mengajar tata krama, mengajari menulis,
berenang,memanah, menghidupinya dengan rezki yang baik dan menjodohkannya
jika sudah memperoleh pasangan”(H.R. Hakim)
Melalui aktivitas basyariahnya yaitu aktivitas tubuhnya maka gagasan dan
pemikiran manusia dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit, yaitu dalam bentuk
hasil karya dan cipta manusia yang menempati ruang tertentu, dapat diraba, difoto,
seperti lukisan, tari-tarian dan kegiatan mengolah besi pada industri logam,
mengolah pertanian dan perikanan dan lain-lain. Pendidikan dalam hal ini harus

22
mengajarkan keterampilan yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing
(Nata, 2005: 7).
Mengutip pernyataan A. Malik Fajar (1999:41) dalam menjelaskan hadis
Rasulullah saw “ Kebersihan itu sebagian dari iman” tidak hanya diartikan menjaga
kebersihan badan, perumahan, pakaian, dan lingkungan, tetapi dapat juga dipertajam
misalnya dengan pengertian menciptakan alat-alat pembersih seperti mesin cuci dan
pasta gigi, dan teknologi mesin yang dapat menciptakan suasana menjadi bersih.

23
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merdeka menekankan bahwa capaian belajar peserta didik masa kini
harus mencakup 3 (tiga) aspek yaitu, aspek pengetahuan (kognitif), aspek emosional
(afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik). Ranah kognitif adalah ranah yang
membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari
tingkat mengingat sampai mencipta dengan klasifikasi yakni terdiri dari (1)
Mengingat (remember); (2) Memahami atau Mengerti (understand); (3)
Mengaplikasikan (apply); (4) Menganalisis (analyze); (5) Mengevaluasi (evaluate);
dan (6) Menciptakan (create). Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill), psikomotor biasanya berkaitan dengan
pergerakan fisik.
B. Saran
Seharusnya para pendidik dalam melakukan kegiatan belajar, tidak hanya
menitikberatkan pada aspek kognitif saja tetapi kedua aspek yang lain yaitu afektik
dan psikomotor juga harus seimbang termuat nyata dalam rencana dan kegiatan
belajar mengajar kita.

24
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Suprijono. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakrta:
Pustaka Pelajar.
Anshori, Isa. (2009). Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo: Muhammadiyah
University
Press, Cet kedua.
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York:
Addison Wesley Longman, Inc.
Basuki, Ismet, dan Hariyanto. (2014). Asesmen pembelajaran. Bandung: PT Remaja
rosdakarya
Bloom, Benjamin S., etc. (1856). Taxonomy of Educational Objectives : The Classification of
Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green
and Co.
Dja`ali. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta; Program Pascasarjana Universitas Negeri
Jakarta
Dudung, A. (2018). Penilaian Psikomotor. Depok: Karima
Effendi, Ramlan. (2017). “Konsep Revisi Taksonomi Bloom Dan Implementasinya Pada
Pelajaran Matematika SMP,” dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol 2, No
1. Hal: 72-78
Fajar, Malik. (1999). Treorientasi Pendidikan Islam, Jakarta.
Haryati, Mimin. (2007). Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press
_____________. (2013). Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press
Hasan, Muhammad Toha. (2004). Dinamika kehidupan Religius. Jakarta: Lista Fariska Putra
Hasanah, Alif, dkk. (2021). Evaluasi pembelajaran. Bandung: Media Sains Indonesia
Jihad , Asep dan Abdul Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo

25
Khusnul Khotimah & Susi Darwati.(t.thn). ASPEK-ASPEK DALAM EVALUASI
PEMBELAJARAN. Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Muhammad bin Mathar az- Zahroni. (1998). Tadwin As-Sunnah an-Nabawiyah wa
Totowwiruhu min al-Quran al-Awwal ila Nihayah al-Quran at-Tasyi al Hijr. Madinah
al –Munawwarah: Daar al-Khudari
Nata, Abudin.(2005). Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: UIN Jakarta Press
Putri, Hellin,. dkk. (2022). “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes
Uraian dan Tes Objektif,” dalam Jurnal Papeda. Vol 4, No 2. Hal: 139-148
Rasyid, Harun. Dan Mansur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Sudaryono. (2012). Dasar-dasar evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudijon, Anas. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo persada
___________. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sukardi, dan Nurlaili. (2022). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Dan Prosedur
Evaluasi (Aplikasi Pada Ilmu-Ilmu Sosial. Indramayu: Adab
Suryadi, Ahmad. (2020). Evaluasi pembelajaran jilid II. Sukabumi: CV jejak
Oktavina, Dwi dan Prihatin, Iwit. (2018). “Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Perbandingan Berdasarkan Ranah Kognitif Revisi Taksonomi Bloom,” dalam Jurnal
Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol 8, No 2. Hal: 81-88
Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Windhayarto & Widanarto. (2021). Menilai Peserta Didik. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press

26

Anda mungkin juga menyukai