Pengeboman Hiroshima Dan Nagasaki

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Latar belakang

Pada masa Perang Dunia II, tepatnya tanggal 14 Agustus 1945, terjadi sebuah peristiwa penting,
yaitu Jepang menyerah kepada Sekutu. Peristiwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu diawali
dengan serangan dua bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9
Agustus 1945).

Kehancuran yang disebabkan oleh dua bom atom tersebut membuat pemerintahan Jepang
melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menghindari kekalahan dari Sekutu. Menyerah tanpa syarat
sendiri berarti penyerahan di mana tidak ada jaminan apapun yang diberikan kepada pihak yang
menyerah. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II
dan menjadi awal mula kemerdekaan Indonesia.

Kesimpulan

Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki merupakan pukulan telak bagi Jepang. Karena
pengebkman tersebut Jepang kekurangan suplai untuk melanjutkan perang yang membuat Jepang mau
tidak mau menyerah terhadap sekutu.

Pengakuan menyerah Jepang kepada sekutu membuat kepemimpinan di Indonesia menjadi


kosong, hal itupun dimanfaatkan kleh para pejuang bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan tanpa bantuan bangsa asing.

Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikanlah kemerdekaan Indonesia di Jalan


Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, tepat pukul 10.00 WIB.

Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu?


2. Apa yang menyebabkan dibomnya Hiroshima dan Nagasaki?
3. Kapan Hiroshima dan Nagasaki dibom?
4. Kapan Jepang menyerah kepada sekutu?
5. Kapan Indonesia merdeka?
6. Apa yang terjadi setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom?
7. Apa yang terjadi di Indonesia setelah Jepang menyerah?
8. Apa saja yang dilakukan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan?
9. Siapa saja tokoh yang membantu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?
10. Siapa tokoh yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?

Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab Jepang menyerah kepada sekutu.


2. Untuk mengetahui penyebab dibomnya Hiroshima dan Nagasaki.
3. Untuk mengetahui kapan Hiroshima dan Nagasaki dibom.
4. Untuk mengetahui kapan Jepang menyerah kepada sekutu.
5. Untuk mengetahui kapan Indonesia merdeka.
6. Untuk mengetahui hal-hal yang terjadi setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di Indonesia setelah Jepang menyerah.
8. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.
9. Untuk mengetahui tokoh yang membantu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
10. Untuk mengetahui tokoh yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Daftar pustaka

Bibliography
Adryamarthanino, V. (2023, January 27). Keterkaitan Bom Hiroshima dan Nagasaki dengan
Kemerdekaan Indonesia. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/18/110000579/keterkaitan-bom-hiroshima-
dan-nagasaki-dengan-kemerdekaan-indonesia
Adryamarthanino, V. (2023, January 27). Mengapa Jepang Menyerah Tanpa Syarat Kepada Sekutu.
Retrieved from detik.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/06/140000679/mengapa-jepang-menyerah-
tanpa-syarat-kepada-sekutu?page=all#page2
detiknews. (2023, January 27). Bom Atom di Jepang dan Jalan Kemerdekaan Untuk Indonesia.
Retrieved from detik.com: https://news.detik.com/berita/d-2654282/bom-atom-di-jepang-
dan-jalan-kemerdekaan-untuk-indonesia
Fauziyyah, A. (2023, January 27). Jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki Merupakan Jalan
Kemerdekaan Indonesia. Retrieved from liputanbekasi.com:
https://www.liputanbekasi.com/nasional/pr-1264086285/jatuhnya-bom-atom-di-hiroshima-
dan-nagasaki-merupakan-jalan-kemerdekaan-indonesia
Indriawati, T. (2023, January 23). Sejarah BPUPKI: Tujuan, Tugas, Anggota, dan Hasil Sidangnya.
Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/06/110000479/sejarah-bpupki-tujuan-tugas-
anggota-dan-hasil-sidangnya?page=all
Nadia, Y. (2023, 01 27). Peristiwa Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Retrieved from
kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/22/153000669/peristiwa-detik-
detik-proklamasi-kemerdekaan-indonesia?page=all
Nugraha, A. K. (2023, January 27). BPUPKI Dibentuk pada Tanggal Berapa? Simak Ulasannya.
Retrieved from detik.com: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6215430/bpupki-dibentuk-
pada-tanggal-berapa-simak-ulasannya/4
Putri, D. L. (2023, 01 27). Hari Ini dalam Sejarah: Pembentukan PPKI, Persiapan Indonesia Merdeka.
Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/07/093000965/hari-ini-dalam-sejarah--
pembentukan-ppki-persiapan-indonesia-merdeka?page=all
Ratriani, V. (2023, January 27). Sejarah Bom Hiroshima Nagasaki dan Dampak Bom Atom bagi
Penyintas dan Lingkungan. Retrieved from kontan.co.id:
https://caritahu.kontan.co.id/news/sejarah-bom-hiroshima-nagasaki-dan-dampak-bom-atom-
bagi-penyintas-dan-lingkungan
Rosa, N. (2023, 01 27). Sejarah Singkat Pembentukan PPKI 7 Agustus 1945. Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6283801/sejarah-singkat-pembentukan-ppki-7-
agustus-1945#:~:text=Panitia%20Persiapan%20Kemerdekaan%20Indonesia
%20(PPKI,Mohammad%20Hatta%20dan%
I. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
A. Latar Belakang Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
Pada 7 Desember 1941, Jepang melakukan serangan terhadap Amerika Serikat dengan
mengebom Pangkalan Laut mereka di Pearl Harbour, Hawaii.
Tujuan Jepang menyerang Pearl Harbour sendiri adalah untuk melumpuhkan Angkatan
Laut Amerika Serikat di Pasifik.
Serangan ini mengakibatkan sebanyak 2.403 orang meninggal dan 1.178 orang terluka.
Sebagai bentuk respon atas pengeboman Pearl Harbour, pada tanggal 8 Desember 1941,
Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Peperangan antara Jepang dan Amerika Serikat terus berlanjut sampai akhir masa
Perang Dunia II pada 1945.
Dalam kurun waktu empat tahun, Aerika Serikat secara intens telah membakar 67 kota
di Jepang.
Seiring dengan terdesaknya Jepang dalam Perang Dunia II, Sekutu membuat ultimatum
yang tertuang dalam Deklarasi Potsdam.
Lewat Deklarasi Potsdam, Sekutu menyerukan agar Jepang menyerah tanpa syarat.
B. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
Jepang ternyata tidak menghiraukan Deklarasi Potsdam dan masih menolak untuk
menyerah.
Alhasil, Sekutu memutuskan untuk menyerang Jepang dengan senjata nuklir atau bom
atom yang baru saja dikembangkan AS dalam Proyek Manhattan. Pada 6 Agustus 1945, bom
yang disebut little boy dijatuhkan di Kota Hiroshima. Sekitar 70.000 hingga 80.000 penduduk
Hiroshima tewas dalam peristiwa itu.
Setelah Hiroshima, pada 9 Agustus 1945, Amerika Serikat kembali mengebom Jepang,
tepatnya di Kota Nagasaki.
Bom kedua yang dijatuhkan di Nagasaki disebut Fat Man, bom nuklir yang kekuatannya
lebih besar dari sebelumnya.
Hanya dengan satu bom, seluruh kota Nagasaki dapat dihancurkan. Korban jiwa
mencapai 70.000 hingga 120.000 jiwa.
Pada saat yang sama, tanggal 9 Agustus 1945, pasukan Uni Soviet menyerang
Manchuria, wilayah utara China yang diduduki Jepang. Serangan ini menghancurkan pasukan
Jepang yang sedang berperang di China dan Korea.
C. Jepang Menyerah Kepada Sekutu
Kehancuran yang disebabkan oleh bom atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki serta
ancaman dari Uni Soviet membuat Jepang sadar bahwa kekalahan sudah tidak dapat dielakkan.
Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang Hirohito memutuskan untuk menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu, dan dokumennya ditandatangani pada 2 September 1945 di atas
kapal perang USS Misssouri yang berlabuh di Teluk Tokyo.
Keesokan harinya, pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyampaikan langsung
keputusan menyerahnya Jepang tanpa syarat terhadap Sekutu melalui radio nasional.
Pasukan Jepang sendiri berusaha menyembunyikan berita ini, supaya tidak terdengar
oleh para pemuda Indonesia.
Akan tetapi, berita tersebut terdengar oleh salah satu tokoh Tanah Air pada masa itu.
Tokoh yang mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu adalah Sutan Syahrir.
Begitu Syahrir mendengar berita tersebut, ia segera menindaklanjutinya dengan
mengajak para pejuang golongan muda untuk mendesak Soekarno agar segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sambil menunggu penyerahan kekuasaan di Indonesia kepada Sekutu, Jepang
diwajibkan menjaga status quo, yang artinya Jepang wajib menjaga Indonesia dari penguasaan
Belanda.
D. Dampak Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
1. Dampak pengeboman Hiroshima dan Nagasaki bagi Jepang
Tidak selesai di hari itu saja, ledakan bom di Hiroshima dan Nagasaki juga menyisakan
berbagai penderitaan bagi hibakusha atau korban yang selamat dari ledakan bom atom
Hiroshima dan Nagasaki untuk jangka waktu yang lama.
Dampak bom atom Hiroshima dan Nagasaki menyebabkan adanya paparan radiasi yang
disebarkan menimbulkan penyakit-penyakit seperti kanker, leukimia, kerusakan organ,
risiko keguguran tinggi, dan dampak psikologis berkepanjangan yang harus ditanggung oleh
para penyintas.
Sedangkan dampak bom atom Hiroshima dan Nagasaki bagi para wanita hamil adalah
bayi lahir cacat. Dirangkum dari laman Institute of International Studies UGM, dampak
radiasi internal dari nuklir ini juga menjadi indikator yang diakui oleh Kementerian
Kesehatan Jepang untuk menjadi basis pemberian kompensasi kepada para penyintas.
Selain itu, para hibakusha juga harus mengalami diskriminasi sosial seumur hidupnya
akibat stigma sebagai pembawa gen cacat dan penyakit. Selama berpuluh tahun, para
hibakusha kesulitan untuk mencari pasangan dan diterima di lingkungan pekerjaan layaknya
warga Jepang biasa.
Laporan dari Economic Stabilization Board di tahun 1949 juga menunjukkan kerugian
ekonomi yang cukup fantastis akibat peristiwa tersebut. Kerugian yang ditimbulkan oleh
kerusakan bangunan, infrastruktur, jalan, dan fasilitas komunikasi di Hiroshima dan
Nagasaki mencapai total $17.682.000 (kurs 1947: 1 dolar AS/50 yen).
Besaran ini belum termasuk biaya rehabilitasi kota, bantuan sosial bagi korban, dan
pemulihan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan tidaklah main-main.
Radiasi dari bom atom menyebabkan pencemaran bagi lahan dan hasil pertanian,
perikanan, dan air bersih yang menjadi konsumsi sehari-hari tidak hanya oleh warga
Hiroshima dan Nagasaki, tapi juga mencakup wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
Radiasi ini menempel selama bertahun-tahun lamanya, menyebabkan kelangkaan
sumber pangan lokal yang layak dikonsumsi.
2. Dampak pengeboman Hiroshima dan Nagasaki bagi Indonesia
Dampak pengeboman hirosima dan nagasaki bagi kondisi indonesia adalah:

 Terjadi vacuum of power (kekosongan kekuasaan) karena saat itu Jepang sudah
tidak berkuasa sedangkan pihak Sekutu belum sampai ke Indonesia untuk
mengambil alih pemerintahan dari Jepang.
 Terjadinya kekosongan pemerintahan di Indonesia
 Adanya pengeboman Hiroshima dan Nagasaki membuat kesempatan bagi bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
II. Detik-detik Kemerdekaan Indonesia
A. Persiapan Kemerdekaan Indonesia
1. Pembentukan BPUPKI
a. Latar Belakang berdirinya BPUPKI
Posisi Jepang yang semakin terdesak karena Perang Asia Pasifik pada akhir 1944
melatar belakangi dibentuknya BPUPKI.
Ketika posisi Jepang terdesak, rakyat Indonesia pun semakin gencar melakukan
pemberontakan untuk menuntut kemerdekaan.
Dalam kondisi tersebut, Jepang pun memutuskan membentuk BPUPKI sebagai
wujud memenuhi janji untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia.
Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici
Harada,pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Anggotanya terdiri dari 60 orang yang bertujuan menyelidiki hal-hal penting
menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka.
Pengangkatan pengurus BPUPKI diumumkan pada 29 April 1945. Badan ini
semula berjumlah 70 orang, terdiri atas 62 orang Indonesia dan 8 orang istimewa Jepang
yang hanya bertugas mengamati, kemudian pada sidang kedua ditambah 6 orang
anggota dari Indonesia
Namun, Jepang sebenarnya memiliki motif lain dalam pembentukan BPUPKI,
yaitu menarik simpati rakyat Indonesia dan mempertahankan sisa-sisa kekuatan mereka.
Dengan membentuk BPUPKI, Jepang berupaya membuat pribumi percaya
bahwa mereka adalah pembebas Indonesia dari penjajahan pemerintah kolonial Belanda
dan Sekutu.
Bukan hanya itu, Jepang juga masih berharap Indonesia bersedia membantu
mereka dalam Perang Asia Pasifik melawan Sekutu.
b. Susunan Anggota BPUPKI
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan Ketua Dokter K.R.T.
Radjiman Wediodiningrat. Ketua muda pertama dijabat oleh Shucokan Cirebon,
Icibangase.Kepala Sekretariat dijabat oleh R.P. Suroso dibantu Toyohito Masuda dan
Mr.A.G. Pringgodigdo.
Dalam perjalanannya, sidang BPUPKI berlangsung selama dua kali yang
kemudian melahirkan Panitia Sembilan. Tugas dari Panitia Sembilan yaitu memberikan
usul yang masuk dan menentukan kebulatan pendapat.
Adapun susunan anggota Panitia Sembilan antara lain:
 Ir. Soekarno (ketua)
 Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
 Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
 Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
 K.H. Abdul Wahid Hasjim (anggota)
 Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
 Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
 H. Agus Salim (anggota)
 Mr.Alexander Andries Maramis (anggota)
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan anggota 62 orang, serta 8
orang istimewa dari Jepang yang tugasnya mengamati. Kemudian terdapat tambahan 6
anggota dari Indonesia. Pembentukan anggota ini ditentukan oleh Jepang, sementara
tambahan 6 orang diangkat anggota BPUPKI sendiri. Adapun daftar anggota BPUPKI
antara lain:

 Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)


 RP. Soeroso (Wakil Ketua)
 Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua)
 Ir. Soekarno
 Mr. Muhammad Yamin
 Mr. Dr. R. Soelaiman Effendi Koesoemaatmadja
 R. Abdoelrahim Pratalykrama
 R. Mas Aris
 Ki Hadjar Dewantara
 Ki Bagoes Hadikoesoemo
 BPH. Bintoro
 KH. Abdoel Kahar Moezakkir
 BPH. Poeroebojo
 RAAM. Wiranatakoesoema
 Ir. R. Asharsoetedjo Moenandar
 Oey Tiang Tjoei
 Drs. Mohammad Hatta
 Ori Tjong Hauw
 H. Agoes Salim
 M. Soetardjo Kartohadikoesoemo
 RM. Margono Djojohadikoesoemo
 KH. Abdul Halim
 KH. Masjkoer
 R.Soedirman
 Prof. Dr. PA. Hoesein Djajadiningrat
 Prof. Mr. Dr. Soepomo
 Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo
 Mr. R. Pandji Singgih
 Mr. Maria Ullfah Santoso RMTA. Soerjo
 R. Roeslan Wongsokoesoemo.
 Mr. R. Soesanto Tirtoprodjo
 R. Siti Soekaptinah Soenarjo Mangoenpoespito
 Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
 Liem Koen Hian
 Mr. Johannes Latuharhary
 Mr. R. Hindromartono
 R. Soekardjo Wirjopranoto
 Haji Ahmad Sanoesi
 Agoes Moechsin Dasaad
 Mr. Tan Eng Hoa
 Jr. RMP. Soerachman Tjokroadisoerjo
 RAA. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
 KRMTH. Woerjaningrat
 Mr. A. Soebardjo
 Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjajakoesoema
 RM. Abikoesno Tjokrosoejoso
 Parada Harahap
 Mr. RM. Sartono
 KH. Mas Mansoer
 Drs. KRMA. Sosrodiningrat
 Mr. R. Soewandi
 KH. Abdul Wachid Hasjim
 P .F. Dahler
 Dr. Sukiman Witjosandjojo
 Mr. KRMT. Wongsonegoro
 R. Oto Iskandar Di Nata
 AR. Baswedan
 Abdoel Kadir
 Dr. Samsi Sastrowidagdo
 Mr. AA. Maramis
 Mr. R. Samsoeddin
 Mr. R. Sastromoeljono
 KH. Abdoel Fatah Hasan
 R. Asikin Natanegara
 GPH. Soerj~hamidjojo
 Ir. P. Mohammad Noor
 Mr. Mas Besar Martokoesoemo
 Abdoel Kaffar
c. Sidang BPUPKI
Sidang BPUPKI digelar dua kali. Sidang pertama dilakukan pada 29 Mei-1 Juni
1945, di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta (sekarang gedung
Pancasila). Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai pada
tanggal 29 Mei 1945. Ada tiga puluh tiga pembicara pada sidang pertama yang
membahas perumusan dasar negara Indonesia ini.
Terdapat 39 tokoh yang berpidato tentang dasar negara di sepanjang sidang
pertama BPUPKI.
Akan tetapi, dalam buku Naskah Persiapan UUD hasil suntingan Moh Yamin,
hanya disebutkan pidato dari tiga tokoh, yakni Bung Karno, Yamin, dan Soepomo.
Dalam buku-buku sejarah yang ada selama ini, sering kali disebutkan lima asas
dasar negara dalam Pancasila merupakan usulan dari Moh Yamin, Soepomo, dan
Soekarno. Namun, penulisan sejarah tentang perumusan Pancasila tersebut tidaklah
benar.
Pancasila adalah hasil usulan Soekarno. Adapun Moh Yamin dan Soepomo
diketahui tidak pernah mengusulkan asas dasar negara yang termuat dalam Pancasila.
Dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, Moh Yamin hanya mengusulkan tiga
dasar, yaitu permusyawaratan, perwakilan dan kebijaksanaan.
Tiga nilai yang diusulkan Moh Yamin kemudian dimasukkan ke dalam sub-bab
sila perikerakyatan yang tertulis di Naskah Persiapan UUD.
Dalam penulisan sejarah masa Orde Baru, Moh Yamin disebut turut
mengusulkan lima dasar negara, yakni:
 Peri kebangsaan
 Peri kemanusiaan
 Peri ketuhanan
 Peri kerakyatan
 Kesejahteraan rakyat
Akan tetapi, lima dasar negara yang dituliskan Moh Yamin itu bukanlah isi
pidato yang dia sampaikan dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945.
Kelima dasar negara itu merupakan teks draf pembukaan UUD yang ditulis
Yamin atas perintah Soekarno untuk keperluan rapat Panitia Sembilan pada 22 Juni
1945.
Demikian pula dengan Soepomo yang ternyata tidak mengusulkan dasar negara
dalam pidatonya di Sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945.
Dalam buku-buku pelajaran sejarah ditulis bahwa Soepomo mengusulkan lima
dasar negara, yakni:
 Persatuan
 Kekeluargaan
 Keseimbangan lahir dan batin
 Musyawarah
 Keadilan rakyat
Padahal dalam Risalah Sidang BPUPKI-PPKI yang ditulis pada 1995, Soepomo
dalam pidatonya, hanya mengajukan teori negara integralistik sebagai jalan tengah
antara teori negara individual (liberal) dan komunistik. Ia tidak pernah mengusulkan
lima dasar negara.
Adapun lima dasar negara itu diambil secara acak dari pidato Soepomo semasa
Orde Baru.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa Pancasila merupakan buah pemikiran
Soekarno seorang diri.
Soekarno mengungkapkan usulan lima asas dasar negara yang kemudian disebut
sebagai Pancasila dalam pidatonya di sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Itulah mengapa
tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
1. Berikut ini lima asas Pancasila sebagai dasar negara usulan Soekarno:
2. Kebangsaan Indonesia
3. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
4. Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Menurut Sukarno, kelima asas yang diusulkannya itu dapat diperas menjadi
Trisila atau Tiga Sila, yaitu:
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Namun, hingga akhir sidang pertama BPUPKI belum diperoleh kesepakatan utuh
tentang rumusan dasar negara. Oleh karena itu, akhirnya dibentuk Panitia Sembilan
untuk menerima dan menengahi berbagai masukan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan pertemuan dan
berhasil menghasilkan rumusan dasar negara yang tertuang dalam hukum dasar atau
yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter):
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sidang kedua BPUPKI digelar pada 10-17 Juli 1945. Pada sidang kedua ini BPUPKI
membahas tentang bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan
Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan
pengajaran.
Pada sidang kedua BPUPKI dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar,Panitia Pembelaan Tanah Air, dan Panitia Ekonomi dan Keuangan.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang BPUPKI menerima hasil laporan Panitia
Perancang UUD yang disampaikan oleh Ir. Soekarno selaku ketua. Laporan tersebut
berisi rancangan UUD, yaitu:
1. Pernyataan mengenai kemerdekaan Indonesia.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar atau preambule.
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar atau isi.
d. Pembubaran BPUPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah


menyelesaikan tugasnya dengan baik. Adapun tugas BPUPKI yaitu menyusun
rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan
dengan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam
Bahasa Jepangnya disebut Dokuritsu Junbi Inkai dengan Sukarno sebagai ketuanya.

2. Pembentukan PPKI
a. Latar Belakang Pembentukan PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai
adalah badan yang dibentuk Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Untuk keperluan membentuk PPKI, pada tanggal 8 Agustus 1945 tiga orang tokoh
pendiri negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di Saigon.
Dalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI dan
Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Menurut Sumber Belajar Kemdikbud, PPKI pun
bergerak menyiapkan kemerdekaan Indonesia hingga tiga sidang.

Pendirian PPKI ini memiliki sejumlah tujuan. Dalam buku Pengetahuan Sosial
oleh Drs. Tugiyono Ks, ada dua tujuan pembentukan PPKI yaitu sebagai berikut.
 Melanjutkan tugas-tugas dari organisasi sebelumnya (BPUPKI) yakni untuk
menyegerakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
 Membahas hal-hal praktis lainnya yang berhubungan dengan negara
Indonesia. Mulai dari penetapan dasar negara, hingga pembentukan lembaga
negara.
b. Anggota PPKI
PPKI diketuai Soekarno dengan wakilnya, Mohammad Hatta. Bersama ketua
dan wakil, PPKI terdiri dari 21 orang dari berbagai etnis dan daerah di Indonesia.
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang termasuk Ketua dan Wakil Ketua.
Antara lain 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang
dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari
golongan Tionghoa. Sebelum dibubarkan, anggota PPKI bertambah menjadi 27 orang.
Berikut nama-nama anggota PPKI:
 Soekarno
 Mohammad Hatta
 Soepomo
 KRT Radjiman Wedyodiningrat
 RP Soeroso Soetardjo
 Kartohadikoesoemo
 KH Abdul Wahid Hasyim
 Ki Bagus Hadikusumo
 Otto Iskandardinata
 Abdoel Kadir
 Pangeran Soerjohamidjojo
 Pangeran Poerbojo
 Mohammad Amir
 Abdul Abbas
 Mohammad Hasan
 GSSJ Ratulangi
 Andi Pangerang
 AH Hamidan
 I Goesti Ketoet Poedja
 Mr Johannes Latuharhary
 Yap Tjwan Bing
Enam anggota tambahan PPKI, antara lain:
 Achmad Soebardjo
 Sayuti Melik
 Ki Hadjar Dewantara
 RAA Wiranatakoesoema
 Kasman Singodimedjo
 Iwa Koesoemasoemantri.
c. Sidang PPKI
Setelah PPKI dibentuk, lembaga ini mengadakan tiga kali sidang dengan agenda
yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
Sidang PPKI Pertama (18 Agustus 1945)
 Mengesahkan UUD 1945
 Memilih Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden
 Pembentukan Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sementara
sebelum terbentuknya MPR dan DPR
Sidang PPKI Kedua (19 Agustus 1945)
 Pembagian wilayah Indonesia terdiri atas 8 Provinsi, yaitu Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan
Sunda Kecil yang masing-masing dipimpin oleh gubernur
 Pembentukan Komite Nasional (daerah)
 Menetapkan 12 departemen beserta menteri untuk mengepalai departemen
dan 4 menteri agama
Sidang PPKI Ketiga (20 Agustus 1945)
 Pembentukan Komite Nasional
 Membentuk Partai Nasional Indonesia
 Membentuk Badan Keamanan Rakyat
d. Pembubaran PPKI
Setelah Jepang menyerah kepada pihak sekutu tanggal 14 Agustus 1945,
kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang untuk segera
menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Akhirnya pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno didampingi
oleh Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia ke seluruh
dunia. Kemudian pada 29 Agustus, PPKI resmi dibubarkan.
3. Jepang Menyerah Kepada Sekutu
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu setelah sebelumnya 2
kota penting di bom oleh Sekutu, yaitu Kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan
Kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.
Berita kekalahan Jepang tersebut akhirnya sampai pada telinga pemuda Indonesia, Sutan
Syahrir, melalui siaran radio Amerika. Selanjutnya, Subadio Sastrosatomo dan Subianto
menemui Mohammad Hatta.
Mereka meminta Hatta agar mencegah PPKI mengumumkan kemerdekaan. Karena
menurut golongan muda, kemerdekaan Indonesia harus diperoleh dengan kekuatan Bangsa
Indonesia sendiri tanpa campur tangan negara lain.
Malamnya, sekitar pukul 20.00 WIB, golongan muda mengadakan rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur. Rapat tersebut dihadiri oleh Chairul
Saleh, Wikana, Margono, Armansyah, dan Kusnandar.
Dalam rapat tersebut, golongan muda menuntut agar proklamasi kemerdekaan Indonesia
dilaksanakan sesegera mungkin.
Mereka meminta Soekarno membacakan proklamasi esok hari, yaitu tanggal 16 Agustus
1945. Namun, Soekarno menolak usulan tersebut karena menganggap golongan muda
terlalu tergesa-gesa.
Golongan muda mengancam akan terjadi pertumpahan darah apabila proklamasi tidak
segera dilaksanakan. Peristiwa menegangkan ini juga disaksikan oleh golongan tua, yaitu
Mohammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Buntaran, Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri.
4. Pengasingan Soekarno ke Rengasdengklok
Karena merasa keinginannya tidak terpenuhi, keesokan paginya, tanggal 16 Agustus
1945, golongan muda mengasingkan Soekarno dan Mohammad Hatta ke sebuah daerah di
Jawa Barat, yaitu Rengasdengklok.
Tujuan pengasingan tersebut adalah menjauhkan kedua pemimpin nasional itu dari
pengaruh Jepang. Sementara itu, di Jakarta, golongan tua yang diwakili oleh Mr. Ahmad
Soebardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana, sepakat bahwa proklamasi
kemerdekaan akan dilakukan di Jakarta.
Pada pukul 16.00 WIB, Ahmad Soebardjo diantar oleh Yusuf Kunto pergi ke tempat
pengasingan di Rengasdengklok.
Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada golongan muda bahwa proklamasi akan
dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.
5. Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol Nomor 1. Dalam penyusunan naskah proklamasi, Ahmad Soebardjo
menyumbangkan pikiran secara lisan pada kalimat pertama yang berbunyi pernyataan
Bangsa Indonesia untuk mengubah nasibnya sendiri.
Drs. M. Hatta menambahkan kalimat kedua sebagai pernyataan pengalihan kekuasaan.
Soekarno menulis konsep proklamasi pada secarik kertas. Selanjutnya kertas yang ditulis
oleh Soekarno diberikan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
6. Detik-detik Proklamasi
Hasil rapat disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00
WIB.
Para pemuda bergegas menyiapkan peralatan upacara dan mengumpulkan masyarakat di
halaman rumah Soekarno.
Komandan Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurrahman berjaga-jaga dan menyiapkan
pasukan. Barisan pelopor yang dipimpin S. Suhud menyiapkan tiang bendera.
Bendera yang digunakan pada upacara tersebut adalah bendera merah putih yang dijahit
sendiri oleh istri Soekarno, yaitu Ibu Fatmawati.
Bendera tersebut dikenal dengan nama Bendera Pusaka. Namun sejak tahun 1969,
Bendera Pusaka tidak lagi digunakan dan disimpan di Istana Merdeka, digantikan dengan
bendera duplikat.
Tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Upacara dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh Latief Hendraningrat
dan S. Suhud dengan diiringi Lagu “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Supratman.
Semua masyarakat yang menyaksikan upacara pagi itu menangis terharu dan bersyukur
atas dibacakannya proklamasi kemerdekaan. Dengan cepat, berita tentang kemerdekaan
Indonesia menyebar ke seluruh penjuru negeri.

Anda mungkin juga menyukai