DPP Spam
DPP Spam
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................6
1.1 INFORMASI UMUM DIY...............................................................................6
1.1.1 ASPEK GEOGRAFI....................................................................................6
1.1.2 ASPEK ADMINISTRASI..............................................................................6
1.1.3 ASPEK TOPOGRAFI..................................................................................7
1.1.4 ASPEK DEMOGRAPHI...............................................................................8
1.1.5 ASPEK KLIMATOLOGI...............................................................................9
1.2 KEBIJAKAN DAERAH..................................................................................10
1.3 PENGEMBANGAN SPAM REGIONAL.............................................................13
BAB 2 TEKNIS.................................................................................................16
2.1 KONDISI SPAM EKSISTING........................................................................16
2.1.1 KETERSEDIAAN LAYANAN.......................................................................16
2.1.2 KETERSEDIAAN AIR BAKU......................................................................16
2.1.3 UNIT PRODUKSI....................................................................................17
2.1.4 TARIF AIR MINUM..................................................................................17
2.2 GAMBARAN KEBUTUHAN AIR MINUM.........................................................19
2.3 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM..............................................................21
2.3.5 LINGKUP PROYEK..................................................................................21
2.3.6 UNIT AIR BAKU......................................................................................21
2.3.7 UNIT PRODUKSI....................................................................................22
2.3.8 UNIT DISTRIBUSI..................................................................................22
2.4 SPESIFIKASI OUTPUT (PERAKPP)...............................................................24
2.5 PERKIRAAN BIAYA (CAPEX & OPEX)...........................................................24
2.6 JADWAL PELAKSANAAN.............................................................................24
4.1 UMUM.....................................................................................................32
4.2 METODOLOGI ABMS DAN HASIL MENURUT KOMPONEN..............................33
4.2.1 PERBANDINGAN SKENARIO DALAM ABMS...............................................34
4.2.2 IDENTIFIKASI BIAYA..............................................................................34
4.2.3 IDENTIFIKASI MANFAAT PROYEK TERHADAP MASYARAKAT.....................35
4.2.4 MENGUKUR BIAYA EKONOMI..................................................................36
4.2.5 MENGUKUR MANFAAT EKONOMI............................................................37
4.2.6 PARAMETER EKONOMI...........................................................................40
4.3 HASIL DARI ANALISIS BIAYA MANFAAT SOSIAL (ABMS)..............................41
Secara astronomi, DIY terletak diantara 7 ᴏ33’-8ᴏ12’ Lintang Selatan dan 110 ᴏ00’-110ᴏ
50’ Bujur Timur. Sedangkan secara geografis, DIY berada di bagian tengah Pulau Ja
wa sebelah selatan dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebelah utar
a berbatasan dengan Kabupaten Magelang, disebelah timur berbatasan dengan Kab
upaten Klaten dan Kabupaten Wonogiri, sebelah barat berbatasan dengan Kabupate
n Purworejo dan sebelah selatan dengan Samudra Hindia.
Luas wilayah DIY adalah 3.185,80 km 2, dan DIY merupakan provinsi dengan luas ter
kecil setalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Apabila ditinjau menurut kabupat
en dan kota, wilayah di DIY yang terluas adalah Kabupaten Gunungkidul, yaitu selua
s 1.485,36 Km2 yang diikuti oleh Kabupaten Kulon Progo seluas 586,27 Km 2, Kabupa
ten Sleman seluas 574,82 Km2, Kabupaten Bantul seluas 506,85 Km2, dan yang terke
cil adalah Kota Yogyakarta seluas 32,50 Km 2. Prosentase Luas Wilayah DIY menurut
Kabupaten/Kota terjadi pada grafik berikut:
DPP SPAM KAMIJORO - 7
Gambar 1- 2Grafik Presentase Luas Wilayah DIY menurut Kabupaten/Kota (%)
Sumber : BPS DIY, 2017
Kondisi iklim sangat berpengaruh pada suatu daerah, baik pada potensi sumber
daya alam maupun dalam potensi kebencanaan alam. DIY terletak pada wilayah
yang dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu iklim musim, iklim tropika, dan iklim
laut. Iklim musim sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap
periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin adalah 6 bulan. Iklim
musim terdiri dari 2 jenis, yaitu angin musim barat daya (Muson Barat) dan angin
musim timur laut (Muson Timur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober
hingga April yang basah sehingga menyebabkan hujan. Angin muson timur bertiup
sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan
wilayah mengalami musim kering/kemarau.
Sebagai daerah yang berada pada iklim tropis, kondisi iklim di DIY juga dipengaruhi
oleh iklim tropis yang bersifat panas sehingga menyebabkan curah hujan tinggi. Di
samping itu, karena letaknya yang sangat dekat dengan Samudera Indonesia, terjadi
banyak penguapan air laut menjadi udara lembab dan mengakibatkan curah hujan
tinggi.
Parameter iklim, seperti curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan arah
angin, sangat berpengaruh pada potensi pengembangan sumberdaya alam, baik
DPP SPAM KAMIJORO - 9
dilihat sebagai potensi cadangan alamiah maupun potensi alam
berkesinambungan.Pada tahun 2015, DIY tercatat memiliki: a). rata-rata suhu udara
minimum 20˚C dan maksimum 33,3˚C; b). rata-rata curah hujan perbulan
maksimum 628 mm dengan rata-rata hari hujan per bulan maksimum24 kali; c).
kelembaban udara minimum 48% dan maksimum 97%; d). tekanan udara antara
991,6 mb – 1018,5 mb; e). arah angin terbanyak adalah Angin Selatan dengan
kecepatan angin rata-rata 0,1 – 5,4m/s (Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 2016).
Hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS, selama kurun waktu 1971 hingga
2010, jumlah penduduk DIY terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1971, jumlah
penduduk DIY yaitu sebanyak 2.489.360 orang kemudian meningkat sebesar
38,89% menjadi 3.457.491 orang pada tahun 2010. Menurut proyeksi BPS selama
kurun waktu 2011-2016, jumlah penduduk DIY mengalami peningkatan menjadi
3.509.997 jiwa pada tahun 2011 dan terus meningkat menjadi 3.720.912 jiwa pada
tahun 2016. Pertumbuhan penduduk padatahun 2016 terhadap tahun 2010mencapai
1,18%, meningkatdibandingkan dengan pertumbuhantahun sebelumnya, yang
mencapai 1,13%.
Pada tahun 2015, Kabupaten Sleman merupakan daerah yang banyak dihuni oleh
penduduk DIY yaitu sebanyak 1.167.481 jiwa atau sebesar 31,73% dari total jumlah
penduduk DIY. Sedangkan Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah yang memiliki
penduduk yang paling sedikit dibandingkan dengan daerah lain yaitu sebesar
412.198 jiwa atau 11,20% dari total penduduk DIY.
Aspek demografi lain yang perlu dipertimbangkan adalah kepadatan penduduk. Kota
Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk tertinggi di DIY dibandingkan daerah lain
yaitu sebesar 2.031 jiwa/km2. SementaraituKabupaten Gunungkidul merupakan
Misi Gubernur DIY yang tercantum dalam RPJMD 2017-2022, dikembangkan dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal maupun internal
yang mempengaruhi, serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada
dalam pembangunan daerah di DIY.
Jumlah Pen
Kabupaten/K duduk Terlayani Perpipaan Non Perpipaan Terlayani Air Minum
ota (2016)
Jumlah
Kabupaten/ Penduduk Sistem Terpusat Sistem Komunal Sistem Setempat Terlayani Sanitasi
Kota (2016)
Yogyakarta 417.945 66.349 15.88 14.785 3.54 331.608 79.34 412.743 98.76
Sleman 1.180.674 8.484 0.72 52.883 4.48 1.052.513 89.15 1.113.880 94.34
Bantul 984.335 10.817 1.10 44.693 4.54 764.131 77.63 819.641 83.27
Kulon Progo 416.815 - 0.00 12.831 3.08 331.398 79.51 344.229 82.59
DIY 3.722.847 85.651 2.30 143.626 3.86 3.033.540 81.84 3.262.817 87.64
Sedangkan untuk persampahan DIY terdiri dari pelayanan melalui TPST 3R dan
pelayanan pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan menuju TPA. Terdapat 3
TPA di wilayah DIY yaitu TPA Piyungan melayani Kawasan Perkotaan Yogyakarta
(Kartamantul: Yogyakarta, Sleman, dan Bantul), TPA Sanitary Landfill Kulon Progo
dan TPA Sanitary Landfill Gunungkidul.
Dari 4 SPAM tersebut diatas, SPAM Regional Banyusoca dan SPAM Regional Sungai
Bawah Tanah belum dimulai pembangunannya. Sedangkan SPAM Regional
Kartamantul dan SPAM Regional Kamijoro telah dimulai.
SPAM Regional Kartamantul saat ini masih dalam proses pembangunan, dan telah
dioperasikan sebesar 200 Lt/det, penyelesaiannya tersendat karena kondisi
keuangan Pemerintah saat ini. Sedangkan SPAM Regional Kamijoro, pembangunan
direncanakan bertahap dengan membangun untuk area pelayanan Kamijoro I
(KAPET Kulonprogo) terlebih dahulu, mengingat adanya beberapa proyek strategis
(Bandara, Pelabuhan Tanjung Adikarto, Kawasan Industri Sentolo) di wilayah ini.
Namun pembangunan sistim Kamijoro I juga terhenti sampai dengan intake nya saja
yg direncanakan akan selesai di akhir tahun 2019. Sedangkan untuk pengembangan
Cakupan pelayanan SPAM Regional Kamijoro terdiri dari Kamijoro I yang dilayani
oleh PDAM Kabupaten Kulonprogo adalah sebesar 19% dan Kamijoro II yang saat ini
dilayani oleh PDAM Kabupaten Bantul adalah sebesar 47%. Total cakupan pelayanan
keseluruhan saat ini untuk wilayah SPAM Regional Kamijoro yang sudah dilayani
PDAM adalah sebesar 26%. Dari Tabel 2-1 dibawah ini dapat dilihat bahwa masih
ada potensi pengembangan di SPAM Regional Kamijoro ini sebesar 74%.
Tabel 2- 7 Persentase Pelayanan PDAM di Wilayah SPAM Regional Kamijoro
Tahun 2018
Cakupan Total dilayani Persentase Persentase
Total Potensi
Wilayah PDAM Terlayani Potensi
SR Penduduk SR Penduduk SR Penduduk
GALUR 6,634 33,171 803 4,015 5,831 29,156
LENDAH 8,290 41,452 1,656 8,280 6,634 33,172
PANJATAN 2,633 13,166 542 2,710 2,091 10,456
SENTOLO 8,136 40,682 2,305 11,525 5,831 29,157
TEMON 1,943 9,714 59 295 1,884 9,419 19% 81%
Sumber air baku eksisting untuk melayani wilayah layanan SPAM Regional Kamijoro
berasal dari Sungai Progo dan Mata Air Clereng dengan rincian sebagai berikut:
Kapasitas
No Lokasi Sumber Terpasang
(l/det)
1 IKK Sedayu Sungai Progo 30
2 Sistem Sungai Progo 30
Pajangan
3 Unit Sentolo Sungai Progo 60
4 Unit Lendah Sungai Progo 80
5 Unit Clereng Mata Air Clereng 125
Sumber :RISPAM Kab Kulonprogo, 2014 dan RISPAM Kab. Bantul, 2012
Saat ini, sistem pelayanan eksisting untuk wilayah SPAM Regional Kamijoro yang
dikelola oleh PDAM Tirta Binangun Kulonprogo dan PDAM Tirta Dharma Bantul dibagi
dalam 5 unit sistem pelayanan, antara lain:
1. Sub Sistem Clereng melayani 7 desa di Kecamatan Pengasih dan 14 desa di
Kecamatan Wates dengan debit 125 l/det.
2. Sub Sistem Sentolo melayani 7 desa di Kecamatan Sentolo dengan debit 40
l/det.
3. Sub Sistem Lendah melayani 2 desa di Kecamatan Galur, 1 desa di Kecamatan
Lendah, 9 desa di Kecamatan Panjatan, dan 2 desa di Kecamatan Wates dengan
debit 80 l/det.
4. Sistem Pajangan yang melayani Kec. Pajangan, Kec. Bantul, dan Kec. Jetis
bagian Barat S. Opak dengan debit terpasang 20 l/det
5. Sistem Sedayu yang melayani Kec. Sedayu, Kec. Kasihan, Kec. Bantul dengan
debit terpasang 20 l/det.
Tarif air minum PDAM yang berlaku saat ini di Kabupaten Kulonprogo didasarkan
pada Peraturan Bupati Kulonprogo No 38 Tahun 2010 tentang Tarif Air Minum pada
Perusahaan Daerah Air Minum untuk Kabupaten Kulonprogo adalah sebagaimana
tercantum dalam Tabel 2.2.
Sedangkan untuk tarif harga air Kab. Bantul berdasarkan Peraturan Buparti Bantul
No 54 Tahun 2017 tentang Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Bantul sebagaimana tercantum dalam Tabel 2-3.
Blok I
Blok II (Rp)
No Kel Pelanggan (Rp)
0-10 m3 11-20 m3 21-30 m3 >31 m3
I Kelompok 1
Sosial Umum 2500 2500 2500 2500
Sosial Khusus 2500 2600 2800 3000
II Kelompok II
Rumah Tangga A1 2500 2700 3000 3100
Rumah Tangga A2 2500 3100 3400 4000
Rumah Tangga B 2900 3400 3700 4300
Instansi Pemerintah A 2900 3400 3700 4300
Instansi Pemerintah B 3600 3700 4000 4600
III Kelompok III 0-20 m3 21-30 m3 >31 m3
Niaga Kecil 3700 4800 5000
Niaga Besar 5000 6000 6400
Industri Kecil 5600 6600 8000
Industri Besar 7100 8700 9600
Sumber : Peraturan Bupati Kulonprogo No 38, 2010
Tabel 2-3 Tarif Harga Air di Wilayah Kabupaten Bantul Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul No. 54
Tahun 2017
Besarnya kebutuhan air bersih di daerah SPAM Regional Kamijoro sangat tergantung
kepada besarnya penduduk yang harus, disamping juga mempertimbangkan
proyeksi penduduk serta potensi perkembangan daerah tersebut ke depan.
Berdasarkan data RISPAM DI Yogyakarta Tahun 2015, Proyeksi kebutuhan air
minum SPAM Regional Kamijoro dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Berdasarkan data diatas didapat bahwa total proyeksi kebutuhan air minum
domestik untuk SPAM Regional Kamijoro pada tahun 2030 lebih kurang sebesar
257.6 l/det dengan rincian Kamijoro I sebesar 183.6 l/det dan Kamijoro II sebesar
74 l/det.
Sementara pada area pelayanan SPAM Regional Kamijoro, terdapat kebutuhan
khusus yang meliputi:
1. Pada area pelayanan Sistem Kamijoro I sebesar 320 l/det yang meliputi:
Bandara Internasional Kulonprogo sebesar 100 l/detik
Pelabuhan Tanjung Adikarto sebesar 50 l/det
Kawasan Industri Pasir Besir sebesar 10 l/det
Kawasan Penyangga sebesar 40 l/det
Kawasan Industri Sentolo sebesar 120 l/det
2. Pada area pelayanan Sistem Kamijoro II sebesar 162 l/det yang meliputi:
Kawasan Industri Sedayu-Pajangan sebesar 162 l/det
Dari data diatas didapat bahwa total kebutuhan air minum untuk SPAM Regional
Kamijoro pada tahun 2030 adalah sebesar 739.6 l/det. Berdasarkan kebutuhan air te
rsebut menunjukkan bahwa perencanaan SPAM Regional Kamijoro memiliki peran str
ategis dalam pemenuhan kebutuhan air di masa mendatang. Diprediksi rencana
SPAM Regional Kamijoro dengan kapasitas 500 l/det yang diambil dari Sungai Progo
dipandang masih belum mencukupi kebutuhan air di wilayah pengembangan
tersebut untuk tahun-tahun berikutnya, mengingat hampir pasti wilayah bandara
baru akan menjadi wilayah perkotaan baru yang akan meningkat kebutuhan airnya.
Sumber air baku untuk SPAM Regional Kamijoro ini diambil dari Sungai Progo
dengan debit intake yang saat ini sedang dibangun oleh BBWSO sebesar 500 l/det.
Debit sebesar 300 l/det direncanakan untuk SPAM Regional Kamijoro I dan sisanya
200 l/det direncanakan untuk SPAM Regional Kamijoro II.
Saat ini, sudah dilakukan perencanaan detail untuk SPAM Regional Kamijoro I. SPAM
Regional Kamijoro I direncanakan mempunyai kapasitas pengambilan air sebesar
300 l/dt, dengan rincian sebanyak 200 l/dt diperuntukkan untuk wilayah NYIA dan
sekitarnya dan 100 l/dt digunakan untuk pelayanan bagi Kawasan Industri Sentolo
(KIS).
Sumber air baku yang digunakan adalah air permukaan dari Sungai Progo. Titik
pengambilan (intake) yang disediakan berada di sebelah barat dari rencana Bendung
Kamijoro yang masuk dalam wilayah Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Kapasitas bak untuk ruang pengambilan didesain
dengan kapasitas 0,5 m3/detik (500 l/dt).
Pembangunan intake dengan kapasitas 500 l/detik beserta jaringan transmisi dan
kelengkapan mekanikal elektrikal sedang dilakukan oleh BBWSO Dirjen SDA
Kementerian PUPR, dan direncanakan selesai di akhir Tahun 2019. Untuk jaringan
transmisi dan kelengkapan mekanikal elektrikal yang dilakukan oleh BBWSO baru
memenuhi kebutuhan dari SPAM Regional Kamijoro I. Sehingga perlu adanya
Sungai Progo sebagai sumber air baku SPAM Regional Kamijoro menunjukkan
kondisi yang sangat keruh di musim penghujan karena banyak mengandung partikel
suspensi yang berasal dari erosi aliran permukaan dari DAS. Dengan pertimbangan
tersebut, sistem IPA yang direncanakan adalah pengolahan lengkap yang terdiri dari
unit-unit proses sebagai berikut :
1. Prasedimentasi
2. Koagulasi
3. Flokulasi
4. Sedimentasi dan
5. Filtrasi
Gambaran tahapan proses pengolahan air baku pada unit IPA SPAM Regional
Kamijoro dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Detail perencanaan SPAM Regional Kamijoro I : setelah dari IPA air yang sudah
diolah masuk ke dalam bak clear well. Dari clear well, air dialirkan ke Reservoir 1
yang berlokasi di Jekeling, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo yang selanjutnya
didistribusikan ke arah Bandara dan sekitarnya dan Reservoir 2 yang berlokasi di
Dusun Paten Desa Tuksono Kecamatan Sentolo yang selanjutnya didistribusikan ke
arah Kawasan Industri Sentolo. Lokasi IPA direncanakan di wilayah Desa Tuksono,
Kec. Sentolo.
Ga
mbar 2-8 Skematik Distribusi Air SPAM Regional Kamijoro I
Sumber : Laporan Akhir DED SPAM KAPET
Tujuan dari proyek ini adalah pemenuhan kebutuhan air minum yang memenuhi
standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi standar dan ketentuan
pada peraturan-peraturan berikut:
Tabel 2-5 Perkiraan Biaya CAPEX SPAM Regional Kamijoro I (300 l/det)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Bendung Kamijoro saat ini dalam
proses pembangunan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Ditjen SDA
Kementerian PUPR, dengan kapasitas intake yang dibangun adalah 500 l/dt, dan
pembangunan direncanakan selesai pada TA 2019. Awalnya perencanaan
pembangunan unit produksi dan JDU sampai Reservoir offtake akan dibangun oleh
DJCK melalui dana APBN dan untuk JDU juga akan dibangun oleh Pemda DIY
melalui dana APBD di TA 2020. Akan tetapi, karena adanya penundaan pembiayaan
anggaran APBN, sedangkan kebutuhan cenderung mendesak maka diambil langkah
kelanjutan proyek dilakukan dengan skema KPBU.
Tahun
Tahun 2019 Tahun 2020
Kegiatan 2021
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Outline Business Case (OBC)
Final Business Case (FBC)
Pre-Qualification
Request for Proposal
Bid Award
Award and Contract Signing
Financial Close
Construction
Status mutu air merupakan gambaran kondisi mutu air dengan tingkatan cemar
hingga baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan baku mutu yang ditetapkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Penentuan status mutu air dapat
menggunakan Metode Storet atau Metode Indeks Pencemaran. Metode Storet
digunakan untuk menentukan status mutu air sungai dalam rentang waktu
tertentu.Sementara itu, metode indeks pencemaran menggambarkan status mutu air
sungai pada saat dilakukan pengambilan sampel di lokasi pengambilan sampel (di
titik pemantauan).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode storet dalam rentang waktu tahun
2014-2017, kualitas air Sungai Progo termasuk dalam kategori cemar berat.Adapun
nilai storet di titik pantau Intake Kamijoro bervariasi dari -101 hingga -76.
Tabel 3-9 Status Mutu Air Sungai Progo dengan Metode Storet Tahun 2014-2017
Berdasarkan data Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran dan Status Mutu Air Sungai
Progo pada Tahun 2017, kualitas sumber air Sungai Progo termasuk dalam katagori
status mutu air tercemar sedang.
Tabel 3- 10 Status Mutu Air Sungai Progo dengan Metode Indeks Pencemaran Tahun 2017
Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air sungai Progo Tahun 2017 dengan
metode indeks pencemaran, nilai status mutu berada pada rentang 5,0884-6,4378
(cemar sedang), dimana secara umum dari bulan Mei ke Bulan Oktober
menunjukkan peningkatan kualitas air.
Gambar 3- 9 Status Mutu dengan Metode Indeks Pencemaran di Intake Kamijoro Sungai Progo 2017
Sumber Laporan Kualitas Air Sungai BLH DIY, 2017
Pada perhitungan status mutu air sungai, baik menggunakan metode storet maupun
metode indeks pencemaran, menggunakan jumlah parameter yang sama yang
terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi. Secara umum, parameter yang selalu
melebihi baku mutu adalah parameter biologi, yaitu bakteri coliform dan bakteri fecal
coli.
Kondisi penggunaan lahan untuk wilayah SPAM Regional Kamijoro secara umum
dibagi menjadi lahan sawah, bukan sawah, dan bukan pertanian. Lahan bukan
sawah meliputi tegal/kebun, lahan ditanami pohon/hutan rakyat, dan lainnya.
Sedangkan lahan bukan pertanian meliputi tanah untuk bangunan dan perkarangan,
hutan Negara, lahan tidak ditanami/rawa, dan tanah lainnya. Untuk wilayah
pelayanan SPAM Regional Kamijoro, penggunaan lahan sebagaimana terlihat pada
Tabel
Tabel 3-11Penggunaan Lahan SPAM Regional Kamijoro
Berdasarkan Draft Review RTRW DIY 2018 - 2038, bahwa kawasan peruntukan
permukiman untuk Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul terdiri dari:
1. Kawasan Peruntukan Permukiman di Kabupaten Kulon Progo meliputi Kecamatan
Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur, Kecamatan
Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Pengasih, Kecamatan Kokap,
Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Kalibawang, dan
Kecamatan Samigaluh dengan luas 17.217,64 (tujuh belas ribu dua ratus tujuh
belas koma enam empat) hektar.
2. Kawasan Peruntukan Permukiman di Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan
Srandakan, Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong,
Kecamatan Bambanglipuro, Kecamatan Pandak, Kecamatan Bantul, Kecamatan
Jetis, Kecamatan Imogiri, Kecamatan Dlingo, Kecamatan Pleret, Kecamatan
Berdasarkan Raperda RTRW DIY rencana pola ruang kawasan budidaya terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perikanan;
e. Kawasan peruntukan pertambangan;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman;
i. Kawasan Pertahanan dan Keamanan; dan
j. Kawasan peruntukan lainnya.
Pemerintah mempunyai beberapa program yang terkait dengan gerakan air minum
dan sanitasi salah satunya adalah PAMSIMAS yang bertujuan untuk meningkatkan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu ruang lingkupnya adalah
peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi. Wilayah SPAM Regional
Kamijoro sudah menjadi salah satu wilayah program pemerintah ini.
Selain itu, Kabupaten/Kota seluruh DIY juga telah mendeklarasikan program Stop
Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) yang mana program tersebut bertujuan
untuk peningkatan hidup sehat dan menjaga kualitas lingkungan sekitar.
Masih banyak lagi program pemerintah yang tujuannya bersinggungan dengan air
minum. Selain itu di DIY ada beberapa forum atau kelompok sungai yang bergiat
menjaga kelestarian sungai-sungai yang ada di DIY. Harapannya dengan adanya
beberapa program pemerintah dan masyarakat yang ikut andil akan meningkatkan
kualitas hidup dan kualitas lingkungan khususnya sumber air di DIY tetap terjaga.
4.1 UMUM
Dokumen ini ditujukan untuk menjelaskan mengenai analisis studi ekonomi proyek
KPBU SPAM Regional Kamijoro yaitu Analisis Biaya Manfaat Sosial (“ABMS”) dan
analisis dampak ekonomi beserta hasil perhitungan dan dasar-dasar asumsi yang
digunakan.
Pada umumnya, kelayakan keuangan suatu proyek menjadi dasar bagi investor
untuk melakukan keputusan investasi. Namun, proyek infrastruktur yang
menggunakan dana publik juga harus didasarkan pada adanya manfaat dari proyek
infrastruktur tersebut terhadap masyarakat maupun perekonomian nasional. Oleh
karena itu, kelayakan ekonomi dari proyek infrastruktur harus dipertimbangkan
sebelum pembangunan infrastruktur tersebut dilaksanakan.
Permen PPN 4/2015 menetapkan bahwa salah satu kriteria kelayakan untuk proyek
infrastruktur baru adalah proyek yang direncanakan tersebut harus layak secara
ekonomis yang diukur dengan membandingkan Economic Internal Rate of Return
(“EIRR”) dengan tingkat diskonto sosial berdasarkan hasil Analisis Biaya dan Manfaat
Sosial (“ABMS”).
Pada umumnya, EIRR tidak setara dengan tingkat pengembalian finansial, karena
adanya dampak positif/negatif tambahan terhadap masyarakat yang diperhitungkan
dalam analisis ekonomi tetapi tidak diperhitungkan dalam analisis finansial. EIRR
mencakup seluruh manfaat finansial dan manfaat nonfinansial yang dinyatakan
dalam unit moneter dari suatu proyek. Sementara itu, Financial Internal Rate of
Return (“FIRR”) merupakan indikator untuk mengukur tingkat pengembalian
finansial atas investasi pada proyek dan digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi bagi para investor.
Seluruh biaya dan manfaat ekonomi akan dinilai pada nilai saat ini (present value),
dengan menggunakan tingkat diskonto sosial. Tingkat diskonto sosial berbeda
dengan biaya modal yang berdasarkan harga pasar. Harga pasar dari biaya modal
mencerminkan pengembalian modal yang diinginkan sektor swasta dari suatu
proyek. Sedangkan pendekatan untuk tingkat diskonto sosial ditentukan berdasarkan
biaya peluang yang dialokasikan untuk investasi publik.
Biaya ekonomi berbeda dengan biaya finansial. Biaya ekonomi didefinisikan sebagai
biaya peluang dari penggunaan sumber daya seperti modal, tenaga kerja, atau lahan
(bukan transaksi atau harga pasar). Dalam studi ini, biaya ekonomi yang terkait
dengan Proyek dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:
1. Biaya Langsung (biaya berwujud)
2. Biaya Tidak Langsung (biaya tidak berwujud)
Biaya langsung yang mungkin terjadi dalam investasi dan perkembangan Proyek
meliputi biaya modal dan biaya operasional. Biaya tidak langsung dapat timbul dari
lingkungan/ sosial/eksternalitas ekonomi yang berhubungan dengan produksi air,
konsumsi aktual, atau penggunaan sumber daya tertentu.
Manfaat ekonomi dalam studi ini didasarkan pada pergeseran masyarakat dalam
upaya memperoleh air minum dari sumber alternatif (dalam skenario tanpa adanya
Proyek) ke sumber air Proyek. Manfaat ekonomi tambahan yang diharapkan dapat
dihasilkan Proyek terbagi dalam dua komponen:
b. Manfaat kesehatan
Manfaat kesehatan adalah dampak dari peningkatan kualitas air yang diterima
oleh pelanggan seperti adanya pengurangan morbiditas/ mortalitas terhadap
penyakit yang disebabkan buruknya kualitas air. Hal ini didasarkan pada estimasi
biaya yang harus ditanggung oleh pelanggan akibat dari kualitas air yang kurang
baik seperti biaya pengobatan terhadap diare yang menular (termasuk kolera,
salmonellosis, penyakit tipus, disentri), kemungkinan kematian dan
berkurangnya atau hilangnya produktifitas.
Manfaat ekonomi tersebut akan dihitung selama masa operasi PDAB yaitu 25 tahun.
Tabel 4-12 Manfaat Ekonomi Proyek
Penghematan biaya oleh rumah Perbandingan antara manfaat yang terkait dengan biaya
tangga dalam memperoleh air yang ditanggung rumah tangga/pelanggan dalam
bersih memperoleh air bersih menurut skenario Proyek dengan
skenario tanpa adanya Proyek.
Penghematan waktu oleh rumah Manfaat yang berkaitan dengan penghematan waktu
tangga dalam memperoleh air untuk memperoleh air minum. Hal ini disebabkan
bersih karena adanya akses yang lebih baik sehingga waktu
yang diperlukan untuk memperoleh air bersih lebih
singkat dalam skenario Proyek dibandingkan dengan
skenario tanpa adanya Proyek.
Manfaat ini didasarkan pada prinsip opportunity cost
dari waktu yang terbuang untuk memperoleh air
sehingga masyarakat dapat memiliki waktu yang lebih
banyak untuk melakukan kegiatan yang produktif.
MANFAAT KESEHATAN
Manfaat Kesehatan Manfaat yang berkaitan dengan kualitas air yang lebih
baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat dan mengakibatkan penurunan
dalam jumlah kasus penyakit yang ditularkan ke rumah
tangga melalui media air (water borne disease) seperti
diare.
Manfaat ekonomi yang terkait dengan dampak
kesehatan dari peningkatan kualitas air adalah sebagai
berikut:
Subbab ini akan membahas mengenai penyesuaian dan penghitungan dari semua
biaya proyek. Biaya proyek meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung dengan
penyesuaian dan penghitungan untuk mengubah biaya finansial menjadi biaya
ekonomi. Semua biaya yang ditanggung oleh BUP bisa saja tidak sama dengan biaya
sumber daya yang ditanggung masyarakat secara keseluruhan. Seluruh biaya
ekonomi yang ditanggung harus diukur berdasarkan biaya peluangnya. Penyesuaian
biaya finansial menjadi biaya ekonomi melibatkan proses sebagai berikut:
Proyek dapat menghasilkan banyak manfaat. Tujuan ABMS dalam studi ini adalah
untuk mengestimasi dampak bersih dari proyek. Subbab ini membahas manfaat
tambahan yang diperoleh dengan skenario dengan Proyek dibandingkan dengan
skenario tanpa Proyek. Perhitungan manfaat ekonomi Proyek juga mencakup
perhitungan dan analisis permintaan pelanggan atau Sambungan Rumah (SR) yang
disesuaikan dengan kapasitas produksi dari sumber air baku. Manfaat ekonomi akan
dihitung dalam miliar Rupiah.
Pada pelanggan brownfield berdasarkan asumsi cakupan Proyek, sumber air baru
dari Proyek akan menggantikan air yang diperoleh dari sumber air lain yang
digunakan jika tidak ada Proyek. Total biaya jika tidak ada Proyek akan
dibandingkan dengan total biaya jika Proyek dilaksanakan, sehingga didapatkan
estimasi jumlah penghematan biaya dalam upaya memperoleh air bersih. Total biaya
tersebut meliputi biaya pemasangan, operasional, pemeliharan, atau dan pembelian
sumber air lain. Asumsi penghematan biaya diklasifikasikan berdasarkan sumber air
dalam sambungan rumah, yakni yang menggunakan sumber air PDAM saja, atau
menggunakan kombinasi sumber air (PDAM dan non-PDAM), atau menggunakan
non-PDAM saja. Biaya tersebut ditanggung secara terus menerus sepanjang waktu
dan bervariasi antara berbagai jenis sumber air.
Biaya untuk sumur bor dengan Biaya untuk memasang sumur bor dengan pompa elekrik
pompa elektrik (Rp/ rumah tangga/ tahun) * jumlah rumah tangga baru
yang menggunakan sumur bor dengan pompa elektrik
(rumah tangga/ tahun)
Biaya untuk sambungan dari mata Biaya untuk memasang sambungan dari mata air (Rp/ rumah
air tangga/ tahun) * jumlah rumah tangga baru yang
menggunakan mata air (rumah tangga/ tahun)
Biaya penggunaan untuk sumur bor Total rumah tangga yang menggunakan sumur bor dengan
dengan pompa elektrik pompa elektrik (rumah tangga/ tahun) * biaya untuk
mengoperasikan pompa elektrik atau biaya listrik (Rp/ rumah
tangga/ tahun)
Biaya untuk membeli dari vendor Total rumah tangga yang membeli dari vendor (rumah
tangga/ tahun) * biaya untuk membeli air dari vendor (Rp/
rumah tangga/ tahun)
Biaya untuk membeli air dari Total rumah tangga yang membeli dari tetangga (rumah
tetangga tangga/ tahun) * biaya untuk membeli air dari tetangga (Rp/
rumah tangga/ tahun)
Biaya untuk membeli air galon Total rumah tangga yang membeli air galon (rumah tangga/
tahun) * biaya untuk membeli air galon (Rp/ rumah tangga/
tahun)
Biaya untuk memasak air Total rumah tangga yang memasak air (rumah tangga/
tahun) * biaya untuk memasak air (Rp/ rumah tangga/
tahun)
Biaya pemeliharaan Total rumah tangga yang menggunakan sumur bor pompa
tangan, sumur bor dengan pompa elektrik, sambungan dari
mata air (rumah tangga/ tahun) * biaya pemeliharaan (Rp/
rumah tangga/ tahun)
Biaya untuk sumber air alternatif Jumlah rumah tangga dengan sambungan PDAM yang tetap
dari rumah tangga yang akan terus menggunakan sumber air alternatif (rumah tangga/ tahun) *
menggunakan sebagian sumber air biaya dari sumber air alternatif (Rp/ rumah tangga/ tahun)
non PDAM
Biaya untuk menggunakan sumber Jumlah rumah tangga tanpa sambungan PDAM
air
Pendekatan umum yang digunakan pada ABMS untuk menilai waktu adalah
berdasarkan biaya peluangnya. Biaya peluang diukur berdasarkan nilai penggunaan
waktu pelanggan untuk melakukan hal lain. Manfaat ini mengukur nilai tahunan dari
penghematan waktu yang dirasakan oleh seluruh rumah tangga serta menggunakan
tingkat upah minimum di Kota Semarang (dalam satuan jam) sebagai pendekatan
untuk mengukur atau menggambarkan biaya peluang.
Manfaat ini terkait dengan peningkatan kesehatan akibat meningkatnya kualitas air.
Manfaat yang berhubungan dengan kesehatan terjadi akibat penurunan tingkat
morbiditas yang bersumber dari penurunan pada kasus penyakit yang ditularkan
melalui air (diare). Penyediaan air oleh Proyek diharapkan dapat menurunkan tingkat
kemungkinan terjadinya diare. Manfaat karena peningkatan kesehatan dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel dibawah ini menunjukkan parameter ekonomi utama yang digunakan dalam
ABMS ini:
Tabel 4- 14 Parameter Ekonomi
Parameter Nilai
Proyeksi Inflasi 5%
Tingkat Diskonto Sosial Nominal (SDR) 10%
Sumber:Analisis Penasehat Transaksi
Hasil dari ABMS Proyek ditunjukkan dalam satuan miliar Rupiah pada tabel berikut.
Tabel 4-15 Hasil Model Keuangan ABMS
Total nilai saat ini (PV) dari manfaat ekonomi Proyek adalah Rp 1.179 miliar. Nilai ini
lebih besar dari nilai biaya ekonomi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 703 miliar,
sehingga proyek ini dapat menghasilkan Economic Net Present Value (“ENPV”)
sebesar Rp 522 miliar.
Model ABMS menunjukkan ENPV dan EIRR positif yang lebih besar dari social
opportunity cost of capital. Hal ini menunjukkan Proyek ini akan memberikan
dampak positif terhadap perekonomian nasional sehingga dapat disimpulkan bahwa
proyek ini layak dari sudut pandang ekonomi dan sosial.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Analisis Biaya Manfaat
Sosial 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Manfaat:
Penghematan air -
domestik 0 0 47,290 63,053 78,816 94,580 110,343 126,106 141,869 157,633 157,633 157,633 157,633 157,633
Penghematan air - non
domestik 0 0 30,730 40,974 51,217 61,460 71,704 81,947 92,191 102,434 102,434 102,434 102,434 102,434
Peningkatan kondisi
kesehatan 0 0 157 209 261 314 366 418 470 523 523 523 523 523
104,23 156,35 182,41 234,53 260,58 260,58 260,58
Total Manfaat 0 0 78,177 6 130,295 4 3 208,472 0 260,589 9 9 260,589 9
Biaya:
Investasi 167,007 83,504 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OPEX BWSS 0 0 21,974 23,073 24,227 25,438 26,710 28,045 29,448 30,920 32,466 34,089 35,794 37,584
OPEX DS 0 0 30,464 24,742 25,434 26,152 26,895 27,666 28,466 29,296 15,987 15,987 15,987 15,987
Maintenance 0 0 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354 16,354
Total Biaya 167,007 83,504 68,793 64,169 66,015 67,944 69,959 72,066 74,268 76,570 64,807 66,430 68,134 69,924
Manfaat/Biaya - Bersih 112,45 160,26 195,78 194,15 190,66
(Rp Jt) -167,007 -83,504 9,384 40,067 64,280 88,410 3 136,406 3 184,019 3 9 192,455 5
Tingkat Diskonto 10.0%
ENPV (Rp jt) 522,495
BCR 1.80
EIRR 27.7%
Solusi terhadap penurunan pasokan air baku perlu dilakukan dengan memanfaatkan
sumber air baku dari air permukaan yang secara kuantitas dan kontinuitas terjamin
ketersediaannya walaupun secara kualitas memerlukan pengolahan.
Rencana Pembangunan SPAM Regional Kamijoro dengan Skema KPBU untuk tahap
ini yaitu Unit Produksi dan Unit Distribusi SPAM Regional Kamijoro I dan seluruh unit
beserta desain detai yang ada di SPAM Regional Kamijoro II. Selain itu, operasi
sistem juga akan masuk ke dalam lingkup proyek. Secara lebih jelas terdapat pada
skema berikut.
Rencana Rencana
KPBU KPBU
Gambar 5- 10 Skema Lingkup Proyek KPBU
Dengan pertimbangan keterbatasan dana APBD dan kelayakan ekonomi untuk KPBU
SPAM Regional Kamijoro, maka untuk pembangunan SPAM Regional Kamijoro ini
direkomendasikan untuk diselenggarakan dengan DBGS (DBOT). Dengan opsi ini
pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembangunan, operasional dan
pemeliharaannya. Pemerintah juga akan mendapatkan keuntungan transfer of
technology dari operasional fasilitas SPAM yang dikelola pihak Badan Usaha. Perlu
diatur dalam perjanjian terkait dengan jaminan pemeliharaan fasilitas, agar diakhir
konsesi kondisi fasilitas masih layak dan belum mengalami kerusakan yang parah.
Pada proyek bangunan air juga diterapkan pada pembangunan Air Minum Semarang
Barat dengan nilai sekitar 1,1 triliun Rupiah dengan masa kerja sama operasional
selama 25 tahun.
Tujuan dari Alokasi Risiko adalah untuk melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang
bersifat tidak pasti dan dapat memberikan dampak pada penyediaan jasa maupun
pada kelayakan finansial dari suatu proyek. Untuk suatu proyek KPBU, proses dasar
dari suatu manajemen risiko adalah sebagai berikut:
i. Identifikasi Risiko
ii. Penilaian Risiko
iii. Alokasi Risiko
iv. Mitigasi Risiko
v. Asuransi Risiko
Alokasi Risiko antara pemerintah (PJPK) dan pihak swasta (Badan Usaha/”BU”)
merupakan inti dari suatu struktur KPBU, untuk mendapatkan azas manfaat (value
for money) yang terbaik. Seluruh risiko yang timbul dan seluruh akibat yang
ditimbulkan, harus dianalisa untuk meminimalisasi biaya proyek KPBU secara total
Matriks alokasi risiko menunjukkan pihak mana, PJPK atau BU. Yang memiliki
kemampuan untuk mengelola dengan biaya yg lebih rendah.Hal ini merupakan
prinsip dasar dari manajemen risiko, yaitu bahwa setiap risiko harus dikelola oleh
pihak yang dapat melakukannya dengan biaya terendah.
Tabel berikut memperlihatkan alokasi dari risiko-risiko yang terkait dengan struktur
komesial dan hokum dari Proyek KPBU SPAM Regional Kapet Pemda DIY
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan kenaikan Keterlambatan dan kenaikan biaya akibat x Pemerintah menyediakan lahan proyek Kebutuhan lahan lokasi intake,
biaya pembebasan lahan proses pembebasan lahan yang sebelum proses pengadaan BUmelalui: WTP dan jaringan transmisi
berkepanjangan – [Tahap Pra-konstruksi] Pemerintah melakukan analisis sudah diidentifikasi
kesesuaian tata ruang lokasi proyek denganjelas
dengan RTRW dimana proyek akan Lamanya pengeluaran
dilaksanakan Penetapan Lokasi oleh
Pemerintah perlu menetapkan lokasi pihakberwenang
proyek dan memastikan semua Lokasi intake, WTP, dan
persyaratan telah dipenuhi sesuai jaringan transmisi disarankan
peraturan perundang-undangan agar menghindari kawasan
sebelum mengajukan Izin Penetapan pemukiman padat untuk
Lokasi menurunkan biaya sosial yang
Pemerintah perlu memastikan ditimbulkan dari proyek
tersedianya dana pembebasan tanah
dan besarnya rencana biaya sudah
mengacu SPI306;
Pemerintah perlu memastikan adanya
tim yang melaksanakan proses
pembebasan tanah;
Pemerintah perlu memastikan proses
pembebasan tanah dapat berjalan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Lahan tidak dapat Kegagalan perolehan lokasi lahan proyek x Status hukum lahan dan prosedur yang Risiko terdapat ketidaksesuaian
dibebaskan karena proses pembebasan lahan yang sulit, jelas dalam pembebasan lahan RTRW.
seperti tanah wakaf, Tanah Kas Desa (TKD), proyek. Risiko bahwa penetapan lokasi
dan kehutanan yang membutuhkan waktu Proses pembebasan tanah wakaf, atau izin lokasi tidak
lama – [Tahap Pra-konstruksi] Tanah Kas Desa (TKD), dan dikeluarkan oleh Pemerintah
kehutanan diprioritaskan Daerah
Penyempurnaan regulasi tanah wakaf Risiko tidak dikeluarkannya Izin
dan TKD Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Tanah milik BUMN tidak dapat
dibeli
Pemerintah.
Keterbatasan ruang Terkait penyediaan lahan untuk ruang kerja x Metode konstruksi yang baik dan Bila ada penolakan masyarakat,
kerja /working space pada masa konstruksi – [Tahap Konstruksi] apabila tidak memungkinkan, Pemerintah dapat membantu BU
konstruksi dilakukan sewa lahan lain;
Sosialisasi oleh pemerintah
Kerusakan artefak dan Rusaknya artefak dan barang kuno yang x Data historis penggunaan lahan dan
barang kuno pada lokasi ditemukan di lokasi saat konstruksi proyek – penyelidikan tanah
[Tahap Konstruksi]
Ketidakjelasan spesifikasi Keterlambatan dan kenaikan biaya akibat x Klarifikasi saat proses tender Spesifikasi output PJPK harus
output spesifikasi output tidak jelas – [Tahap Pra- Kapasitas desain yang baik mengacu ke best practice
konstruksi] Dokumen lelang sebaiknya tersaji
dengan jelas dan mudah dipahami
agar dapat meningkatkan kompetisi
dan menurunkan biaya proyek
Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain yang x Konsultan desain atau EPC yang Biasanya teridentifikasi saat uji
diminta operator – [Tahap Pra-konstruksi & berpengalaman dan handal. operasi teknis
Konstruksi]
Gagal menjaga keamanan Tingkat kecelakaan selama pekerjaan x Implementasi prosedur keamanan
dan keselamatan dalam konstruksi berlangsung tinggi. – [Tahap dan keselamatan kerja (K3) yang baik
lokasi Konstruksi] menuju Zero Accident.
EPC yang berpengalaman dan
handal.
Klausul penalti atas pelanggaran K3
di dalam kontrak
Terlambatnya penyelesaian Dapat termasuk akibat kualitas keahlian SDM x Kontraktor yang handal dan klausul
konstruksi yang buruk, terbatasnya ketersediaan kontrak yang standar, termasuk klausul
Kenaikan biaya konstruksi Kenaikan akibat perubahan volume pekerjaan x Kesepakatan prosedur persetujuan
ataupun harga material – [Tahap Konstruksi] perubahan volume dan ambang batas
perubahan
Akomodir perhitungan faktor eskalasi
harga di dalam kontrak
Hubungan baik dengan supplier
Klausul penalti atas Liquidity
Damages
Kinerja Kontraktor/Sub-kontraktor tidak mampu x Proses pemilihan kontraktor &
kontraktor/subkontraktor melakukan pekerjaan sesuai kontrak – [Tahap subkontraktor yang kredibel
yang buruk Konstruksi] Penerapan penalti
Default kontraktor/sub- Kegagalan penyelesaian kontrak oleh x Proses pemilihan kontraktor &
kontraktor kontraktor/sub-kontraktor karena faktor subkontraktor yang kredibel
manajemen internal & finansial – [Tahap Penerapan penalti
Konstruksi]
Risiko uji operasi (testing & Kesalahan estimasi waktu/ biaya dalam uji x Sistem komunikasi & koordinasi
comissioning) operasi teknis – [Tahap Konstruksi] kontraktor, konsultan penguji, dan
operator yang tepat
Konsultan testing & comissioning
yang berpengalaman
Perubahan lingkup pekerjaan Perubahan CAPEX dan/atau OPEX akibat x Penyiapan proyek yang baik dan
paska penandatanganan perubahan lingkup pekerjaan atas permintaan menjawab kebutuhan masyarakat
kontrak Pemerintah dan/atau usulan BU – [Semua Adanya klausul amandemen terkait
Tahap] risiko ini
Pemahaman kontrak yang baik oleh
kedua pihak
Amandemen kontrak
3. RISIKO SPONSOR
Default BU Default BU yang mengarah ke terminasi atau x Konsorsium didukung sponsor yang
step-in oleh financier – [Semua Tahap] kredibel dan solid
Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota x Proses PQ untuk memperoleh sponsor
konsorsium) – [Semua Tahap setelah yang kredibel
financial close]
Defaultlender proyek Default pihak institusi keuangan/perbankan x Pemilihan lender yang kredibel
(atau sindikasi) karena perubahan Kinerja BU memenuhi kontrak
kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu Pemenuhan persyaratan lender
internal – [Semua Tahap setelah financial
close]
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai Tidak tercapainya financial close karena x Koordinasi dan konsorsium yang baik Bisa karena conditions
financial close ketidakpastian kondisi pasar atau struktur dengan lender yang kredibel dan precedence tidak terpenuhi
modal proyek yang tidak optimal – [Tahap potensial
Pra-Konstruksi]
uang;
Instrumen lindung nilai, diantaranya
kontrak berjangka dan opsi mata
uang
Risiko tingkat inflasi dan suku Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi x Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai Bisa dibagi dengan Pemerintah
bunga terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan tingkat suku bunga apabila fluktuasinya ekstrim
suku bunga – [Semua Tahap]
Risiko asuransi Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak x Konsultansi dengan spesialis/broker Khususnya untuk cakupan risiko
lagi tersedia di pasaran dan kenaikan asuransi terkait keadaan kahar
substansial tingkat premi terhadap estimasi
awal – [Semua Tahap]
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun – [Tahap x Kontraktor yang handal
Konstruksi]
Buruk atau tidak tersedianya Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi – [Tahap x Operator yang handal;
layanan Operasi]
Spesifikasi output yang jelas
Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb – [Tahap x Kebijakan SDM dan hubungan Bisa oleh staf operator,
Operasi] industrial yang baik subkontraktor atau penyuplai;
Risiko sosial dan budaya Risiko yang timbul karena tidak x Menerapkan program pengembangan
lokal diperhitungkannya budaya atau kondisi sosial masyarakat yang people-oriented;
masyarakat setempat dalam implementasi Pemberdayaan masyarakat
proyek – [Semua Tahap]
Kegagalan manajemen Kegagalan atau ketidakmampuan Badan x Menyusun rencana manajemen operasi
proyek Usaha dalam mengelola operasional Proyek dan dijalankan oleh secara professional
Kerjasama – [Tahap Operasi]
Kegagalan kontrol dan Terjadinya penyimpangan yang tidak x x Menyusun rencana kontrol dan
monitoring proyek terdeteksi akibat kegagalan kontrol dan monitoring serta evaluasi berkala
monitoring oleh Badan Usaha atau PJPK – terhadap efektivitas rancangan dan
[Semua Tahap] pelaksanaan
Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau x Operator yang handal; Perawatan lebih sering dari
kenaikan tidak terduga – [Tahap Operasi] Faktor eskalasi dalam kontrak yang diduga
Kesalahan estimasi biaya life Kesalahan estimasi biaya diakibatkan tidak x Kesepakatan/kontrak dengan supplier
cycle mendapatkan harga yang fix dan terkini dari seawal mungkin
supplier – [Tahap Operasi]
Kenaikan biaya energi– Biaya energi naik disebabkan kinerja operasi x Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
karena inefisiensi unit yang tidak efisien. – [Tahap Operasi]
Tidak teraturnya ketersediaan Ketersediaan utilitas, seperti listrik, internet, x Tindakan antisipasi: fasilitas back up Biasanya sudah harus
utilitas tidak dapat teratur/ dihandalkan. – [Tahap listrik/utilitas lainnya diantisipasi sedini mungkin
Operasi]
Berkurangnya kuantitas input Defisit air baku karena alasan dalam kendali x Regulasi dan koordinasi yang baik
sektor publik. – [Tahap Operasi] antar instansi terkait
Menurunnya kualitas input Kualitas air baku turun karena alasan dalam x Regulasi dan koordinasi yang baik
kendali sektor publik. – [Tahap Operasi] antar instansi terkait
Ketidakpastian kontinuitas Kontinuitas input tidak pasti dikarenakan x Regulasi dan koordinasi yang baik Tergantung lokasi sumber air
input perubahan kapasitas ketersediaan air baku. – antar instansi terkait
[Tahap Operasi]
Menurunnya kualitas output Kualitas output berkurang disebabkan kinerja x Operator yang handal;
Ketidakpastian kontinuitas Kontinuitas output tidak pasti disebabkan x Operator yang handal;
output kinerja proses dalam operasi. – [Tahap
Operasi] Mekanisme penalti
Kehilangan dan kualitas air di Kebocoran/kontaminasi dalam jaringan x Standar kinerja operasi dan Jaringan transmisi masih
jaringan transmisi transmisi. – [Tahap Operasi] pengawasan yang baik termasuk sistem unit produksi
Kehilangan dan kualitas air di Kebocoran/kontaminasi dalam jaringan x Standar kinerja operasi dan Keterlibatan BU di hilir hanya
jaringan distribusi distribusi – [Tahap Operasi] pengawasan yang baik boleh bangun & serah, operasi
Pemerintah
Perubahan lingkup pekerjaan Perubahan CAPEX dan/atau OPEX akibat x Penyiapan proyek yang baik dan
paska penandatanganan perubahan lingkup pekerjaan atas permintaan menjawab kebutuhan masyarakat
kontrak Pemerintah dan/atau usulan BU – [Semua Adanya klausul amandemen terkait
Tahap] risiko ini
Pemahaman kontrak yang baik oleh
kedua pihak
Amandemen kontrak
6. RISIKO PENDAPATAN
Risiko tingkat serapan di awal Output tidak terserap di awal periode x Klausul ‘take or pay’ dalam perjanjian
periode operasional karena implementasi di bawah jual beli air
target perencanaan [Tahap Operasi]
Kegagalan penetapan tarif Akibat tingkat kemampuan dan kemauan x Dukungan kelayakan (VGF); Regulasi dapat berbentuk Perda
awal membayar konsumen di bawah tingkat Regulasi terkait mekanisme tarif dan
kelayakan – [Tahap Operasi] juga insentif
Keterlambatan penyesuaian Pada indeksasi tarif terhadap tingkat inflasi x Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
tarif periodik yang sudah disepakati – [Tahap Operasi] Regulasi yang mengatur tingkat dan dapat berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan Tarif air curah yang ditetapkan terlalu rendah x Asumsi dan perhitungan (financial
estimasi tarif Air Curah sehingga tidak dapat menutup biaya operasi model) atas proyeksi Badan Usaha
dan mengembalikan biaya investasi [Tahap yang akurat
Operasi]
Risiko konektivitas jaringan Ingkar janji otoritas membangun dan x Pemahaman kontrak yang baik oleh
distribusi dan fasilitas memelihara jaringan yang diperlukan dan sektor publik
penghubung membangun fasilitas penghubung – [Tahap Sinkronisasi konstruksi
Operasi]
Risiko pengelolaan jaringan Keterbatasan pemerintah dalam pengelolaan x Peningkatan kapasitas pengelolaan
distribusi jaringan distribusi yang telah dibangun swasta jaringan distribusi
– [Tahap Operasi]
Risiko fasilitas Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun x Pemahaman kontrak yang baik oleh Regulasi yang mendukung
pesaing/kompetitor fasilitas pesaing; atau sektor publik dapat berbentuk Perda
Penegakan hukum pemanfaatan air bawah Regulasi pemanfaatan ABT tersedia Koordinasi dengan TNI, Polisi,
tanah (ABT) tidak berjalan. Mekanisme penegakan hukum dan Jaksa dalam proses
[Tahap Operasi] tersedia & berjalan baik penegakan hukum dapat
Tim penegakan hukum pemanfaatan dilakukan
ABT terbentuk dan berjalan baik
8. RISIKO INTERFACE
Risiko ketimpangan waktu Ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan x x Koordinasi dan integrasi jadwal
dan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan pelaksanaan proyek
BU. – [Tahap Konstruksi] Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang
Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal dan eksternal x x Sistem komunikasi dan koordinasi
organisasi, termasuk mengakibatkan dirancang, disepakati, dan
keterlambatan/ kesalahan proses karena disosialisasikan dengan baik ke semua
kurang pengalaman di proyek KPBU/Project pihak terkait.
Financing - [Semua Tahap]
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak dapat Tidak tersedianya dan/atau tidak bisa x Pembiayaan domestik
dikonversi dikonversinya mata uang asing ke/dari Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah - [Semua Tahap] Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak dapat Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke x Pembiayaan domestik
direpatriasi negara asal investor - [Semua Tahap] Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa x Mediasi,negosiasi
kompensasi (yang memadai) – [Tahap Asuransi Risiko Politik
Operasi] Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan Bisa dianggap sebagai risiko bisnis - [Semua x Sosialisasi regulasi terkait kepada BU.
pajak) yang umum Tahap]
Perubahan regulasi (dan Berbentuk kebijakan pajak oleh otoritas terkait x Mediasi,negosiasi Selain memiliki provisi kontrak
pajak) yang diskriminatif dan (pusat dan/atau daerah) - [Semua Tahap] Asuransi Risiko Politik yang jelas termasuk
spesifik Penjaminan pemerintah kompensasinya
Keterlambatan perolehan Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak x Provisi kontrak yang jelas termasuk Perencanaan awal maupun
persetujuan perencanaan wajar dari otoritas terkait - [Tahap Pra- kompensasinya perubahan desain karena
konstruksi & Konstruksi] pekerjaan konstruksi
Gagal/terlambatnya Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak x Provisi kontrak yang jelas termasuk Biasanya terkait isu selain
perolehan persetujuan wajar dari otoritas terkait - [Semua Tahap] kompensasinya perencanaan
Keterlambatan perolehan Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak x Provisi kontrak yang jelas termasuk
akses ke lokasi proyek wajar dari otoritas terkait - [Semua Tahap] kompensasinya
Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga tidak x Asuransi, bila dimungkinkan Yang dimaksud dengan
dapat beroperasi secara normal - [Semua ditanggung bersama adalah
Tahap] bahwa risiko keadaan kahar
ditanggung swasta sepanjang
Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan x Asuransi, bila dimungkinkan terdapat asuransi yang menutup
keamanan masyarakat - [Semua Tahap] peristiwa-peristiwa tersebut.
Atas porsi yang tidak
Cuaca ekstrim Akibat perubahan iklim atau faktor lain - x Asuransi, bila dimungkinkan
ditanggung asuransi, maka
[Semua Tahap]
diambil alih oleh Pemerintah.
Force majeure Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu x Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak
berkepanjangan aspek ekonomis pihak yang terkena dampak dan memicu terminasi dini
(terutama bila asuransi tidak ada) - [Semua
Tahap]
Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb - [Tahap Operasi] x Asuransi
Transfer aset setelah kontrak Proses transfer aset terkendala karena ada x Pembuatan kontrak yang mengatur
KPBU berakhir perbedaan mekanisme pengalihan atau perihal transfer aset dengan jelas.
penilaian. [Tahap Operasi] Penilaian dilakukan oleh penilai
independen yang disepakati bersama
Dukungan pemerintah dalam hal peraturan kebijakan antara lain pada kebijakan
lahan dan ketersediaan lahan, peraturan tentang pembebasan lahan dan perubahan
hak atas tanah. Selain itu ada pula kebijakan terkait dengan sistem pelaksanaan
kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Kebijakan pemerintah tersebut
meliputi:
Sedangkan untuk dukungan pemerintah daerah DIY yang berupa pembiayaan terdiri
pembiayaan pengadaan lahan, Masterplan, DED, dan AMDAL yang sudah dilakukan
sebagai hal yang paling mendasar dalam hal komitmen terkait dengan
pembangunan SPAM Regional Kamijoro.
2. Bentuk Lainnya
Bentuk dukungan pemerintah lainnya adalah memfasilitasi perizinan seperti
perizinan pemasangan pipa, IMB, izin lingkungan/AMDAL, SIPPA, dan perizinan
lain yang dibutuhkan.
Dukungan Pemerintah Daerah DIY lainnya dalam hal kebijakan terkait dengan
membuat SK untuk Tim Percepatan Pembangunan yang salah satunya adalah SPAM
Regional Kamijoro. Selain itu pembiayaan pengadaan lahan, Masterplan DED dan
AMDAL yang sudah dilakukan sebagai hal yang paling mendasar dalam hal
komitmen terkait dengan pembangunan SPAM Regional Kamijoro.
Sektor yang terkait dengan pembangunan SPAM Regional Kamijoro adalah sektor ter
kait air minum. Berikut kesesuaian peraturan perundang-undangan yang terkait den
gan pembangunan SPAM Regional Kamijoro adalah:
1. Pasal 2 Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, bahwa air besert
a sumber-sumbernya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-be
sar kemakmuran Rakyat;
2. Undang-Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yog
yakarta;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minu
m,
a. Pasal 2 ayat 1 menjelaskan bahwa SPAM diselenggarakan untuk memberika
n pelayanan Air Minum kepada masyarakat untuk memenuhi hak rakyat atas
Air Minum
b. Pasal 42 menyatakan bahwa pelaksanaan penyelenggaraan SPAM bisa dilak
sanakan oleh BUMN/BUMD
5. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 92 Tahun 2015 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tatakerja Uni
t Pelaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber
Daya Mineral,
a. Pasal 19 menyatakan bahwa Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air
Minum Perkotaan mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan pengelola
an sistem jaringan air minum lintas kabupaten/kota
b. Pasal 23 menyatakan bahwa Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sistem Jaring
an Air Minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e mempunyai tug
as mengoperasikan dan memelihara sistem jaringan air minum lintas kabupa
ten/kota;
6. Pasal 3(d) dalam Permen Bappenas No. 4 tahun 2015 tentang 2015 tentang Tat
a Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) Dalam Pemban
gunan Infrastruktur, bahwa air minum merupakan salah satu jenis infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan dengan KPBU.
Dalam hal SPAM Regional Kamijoro ini merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan
air minum untuk masyarakat di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul.
Dikarenakan lintas kabupaten maka hal ini menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah DIY yaitu Gubernur.
Pada RPJMD DIY 2017-2022 sudah dituangkan bahwa Pemerintah Daerah DIY telah
merencakan langkah-langkah pemenuhan program-program strategis dalam upaya p
enanggulangan kemisikinan, penanganan ketimpangan wilayah, dan dalam mempers
iapkan dukungan terhadap keberadaan Bandara New Yogyakarta Internasional Airpo
rt (NYIA) melalui mekanisme pembiayaan non Goverment. Pemerintah Daerah DIY s
edang menginisiasi untuk melakukan kerjasama dengan badan usaha dalam pemban
gunan program-program strategis di DIY. Program/kegiatan yang direncanakan akan
dilakukan dengan mekanisme pinjaman daerah/KPBU/swasta antara lain:
DPP SPAM KAMIJORO - 63
a. Pengelolaan Sampah Regional
b. Penyediaan Air Minum Regional
c. Pembangunan Sport Centre Kenari
d. Pembangunan Jogja Agro Tecno Park
e. Pengembangan Kawasan Agro Ngipiksari
f. Penataan Kawasan penanda keistimewaan
Pada Bab III Rencana Struktur Wilayah Raperda DIY tentang RTRW DIY 2018-2038
tertulis bahwa rencana struktur ruang wilayah DIY merupakan kerangka tata ruang
wilayah yang dibangun dalam konstelasi pusat kegiatan sistem perkotaan, yang
saling berhirarki dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana
struktur ruang wilayah DIY terdiri atas sistem perkotaan dan sistem jaringan
prasarana.
Pada pasal 21 point e di Raperda tersebut juga dijelaskan bahwa sistem jaringan
sumber daya air yang merupakan salah satu sistem jaringan prasarana struktur
wilayah DIY terdiri atas sistem distribusi air minum yang terdiri atas:
1. pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kartamantul,
SPAM Regional Panjatan, SPAM Regional KAPET Kulon Progo, SPAM Regional
Sistem Banyusoco/Sungai Oyo dan SPAM Regional Sistem Sungai Bawah Tanah
Gunungkidul yang meliputi proses pengambilan, pengolahan, transmisi dan
distribusi air minum lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi;
2. pengembangan SPAM oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah
Desa/masyarakat, dan masing-masing PDAM di setiap Kabupaten/Kota;
3. pengembangan SPAM Non-PDAM dan pengoptimalan sarana tangkapan air
hujan untuk kebutuhan air bersih yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat;
dan
4. pengembangan SPAM non perpipaan terlindungi yang dilakukan secara individu
oleh masyarakat pada lokasi-lokasi yang belum tersedia jaringan perpipaan air
minum.
1. Analisa ekonomi untuk SPAM Regional Kamijoro dikaji berdasarkan survey data
primer
2. Analisa teknis, ekonomi, dan finansial untuk SPAM Regional Kamijoro II
3. Dukungan pembentukan PDAB dan review bussiness plan PDAB
4. Dukungan market sounding
Berdasarkan RISPAM DI Yogyakarta tahun 2015 ada 4 sistem regional yang menjadi
rencana pembangunan Pemerintah Daerah DIY untuk mencukupi kebutuhan air
minum masyarakat DIY yang meningkat dan mengatasi masalah keterbatasan
sumber air baku di Kota/Kabupaten. Salah satu sistem regional yang direncanakan
adalah SPAM Regional Kamijoro dengan cakupan pelayanannya adalah Kawasan
Kulonprogo bagian Selatran (KAPET Kulonprogo) dan Kawasan Industri Pajangan-
Sedayu di Bantul.
Proses Pembentukan PDAB untuk wilayah DIY saat ini sedang dilakukan analisis
kebutuhan pembentukan BUMD dengan target penyelesaiaan di akhir tahun
anggaran 2018. Pada tahun anggaran 2019 sudah direncanakan pembuatan Naskah
Akademik (NA) beserta Draft Peraturan Daerah tentang Perusahaan Daerah Air
Bersih DIY. Ditargetkan akhir tahun 2019 Perda sudah ditetapkan dan PDAB sudah
terbentuk.
Penyusunan dokumen NA mengacu pada dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK)
sedang dibuat.Adanya KAK adalah sebagai referensi akademik baik kerangka
regulasi, kajian substansi penyediaan air bersih dan perusahaan air bersih daerah
serta kajian kelayakan usaha sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun
2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah. Selain itu juga digunakan sebagai bahan
dalam penyusunan Peraturan Daerah tentangPembentukan Perusahaan Daerah
Penyediaan Air Bersih sebagaimana dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
Sumber Air untuk SPAM Regional Kamijoro diambil dari Sungai Progo yang
mempunyai DAS lintas antara Provinsi Jawa Tengah di bagian Hulu, dengan Daerah
Istimewa Yogyakarta di bagian hilir.
Pengajuan formal SIPPA bagi SPAM Kamijoro masih dalam proses, karena belum
selesainya AMDAL Pembangunan SPAM Kamijoro. Namun secara koordinasi dengan
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak yang membawahi pengelolaan Sungai
Progo, telah dipahami bersama bahwa dari perhitungan Neraca Air Sungai Progo,
pengambilan air di Bendung Kamijoro sebesar 0,5 m3/det (500 Lt/det)
memungkinkan dari sisi debit sungai Progo sebagaimana terlihat pada Gambar 9.1.
Dari gambar tersebut didapatkan debit yang masih tersedia adalah sebesar 37,909
m3/detik pada kondisi normal di hari ke 15 Bulan Oktober.
Lahan untuk lokasi SPAM Regional Kamijoro berupa IPA, Reservoir 1, dan Reservoir
2 sudah dibebaskan oleh Pemda DIY melalui Bidang Cipta Karya Dinas PUP ESDM
DIY di Tahun Anggaran 2018 dengan rincian lokasi dapat dilihat pada Tabel. Lahan
yang sudah dibebaskan ini baru dipersiapkan untuk SPAM Regional Kamijoro I
sedangkan untuk lahan SPAM Regional Kamijoro II masih menunggu perencanaan
detailnya.
Tabel 9- 19 Status Lahan SPAM Regional Kamijoro
Lahan untuk
No Lokasi Luas Lahan Status Lahan
Unit
4 Kebutuhan lahan untuk area pelayanan sistim Kamijoro II, belum ditetapkan