Fariha Resume Filsafat Ontologi
Fariha Resume Filsafat Ontologi
NIM :220204110006
Kelas :A
Prodi :Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Tugas Resume Matkul Filsafat Ilmu
• Latar belakang
tentang menemukan kebenaran dari suatu fakta. Untuk menemukan kebenaran tersebut,
diperlukan dasar pola berfikir. Artinya, dasar pola berfikir itu didasarkan bagaimana ilmu
pengetahuan itu digunakan dalam menemukan sebuah kebenaran yang dicari tadi. Jika
dikaitkan dengan ontologi ilmu, maka aspek nya adalah berupa pertanyaan tentang yang dikaji
dalam ontology ilmu, yakni berupa hal-hal yang dialami manusia dan dibatasi pada hal yang
sesuai dengan akal manusia. Sehingga, dalam pembentukan suatu ilmu pengetahuan yang dapat
dibuktikan baik secara teoritis maupun secara praktis, juga terdapat unsur ontolgi sebagai dasar
pembuktian kebenaran.
Secara bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani on atau ontos yang berarti ada
(being) dan kata logos yang berarti ilmu (logic). Ontologi membahas tentang inti dari sebuah
hal yang ada, baik secara fisik maupun secara nonfisik. Ontology juga berarti gagasan tentang
kejadian yang paling murni dari ilmu pengetahuan. Ontologi merupakan suatu teori tentang
makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin
terjadi pada suatu domain pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan pada
ilmu yang akan ditelaah, Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut. Dan Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia seperti berpikir, merasa, dan
2. Menurut Soetriono dan Hanafi (2007) Ontologi merupakan azas dalam menerapkan batas
yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) dan
3. Menurut The Liang Gie, ontology adalah sesuatu yang dapat menjawab pertanyaan meliputi
d. Apakah cara-cara yang berbeda dalam manaentitas dari kategori-kategori logis yang
berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat
dikatakan ada?
4. Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles,bahwa ontologi
adalah sebuah studi yang mempelajari karakteristik dari segala realitas yang ada. Menurut
definisi Aristoteles tahun 4 SM, Ontolgi sama dengan metafisika. Ontologi sinonim dengan
metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu
benda. Seiring berjalannya waktu, pengertian ontology semakin berkembang. Salah satu
contoh ontology adalah menentukan suatu hakikat dari jenis yang dapat menentukan
kesamaan dari beberapa perbedaan yang ada. Misalnya, manusia, hewan dan tumbuhan
merupakan satu, yakni sama-sama sebagai makhluk hidup. Berdasarkan pada objek forma,
selanjutnya ilmu pengetahuan cenderung dikembangkan menjadi plural sesuai dengan jumlah
dan jenis bagian yang ada didalam objek meteri. Dari objek materi yang sama dapat
menimbulkan cabang-cabang ilmu pengetahuan yang plural dan berbeda-beda. Dari objek
materi manusia, misalnya: melahirkan ilmu sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, dan
ilmu pendidikan dengan ranting-rantingnya. Dari objek materi alam, melahirkan ilmu fisika,
5. Menurut Al-Farabi dan Ibnu Sina, Ontologi adalah objek pemikiran menjadi objek sesuatu
yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri.
• Aliran Ontologi
a. Aliran Monoisme. Yakni aliran yang memiliki paham bahwa yang ada merupakan
berasal dari yang satu. Tidak mungkin segala sesuatu berdiri sendiri dan pasti ada yang
diciptakan. Aliran ini terbagi menjadi dua, yakni materialis dan idealis. Materialis adalah
paham bahwa seumber yang asal adalah materi, bukan rohani. Sedangkan idealisme
berkebalikan dengan pernyataan materialis, yakni segala sesuatu yang tampak pasti ada hal
b. Aliran Dualisme. Yakni aliran yang memiliki paham bahwa segala sesuatu terdiri dari
dua macam hakikat sebagai sumbe asalnya, yaitu jasad atau material dan rohani sekaligus.
c. Aliran Pluralisme. Yakni aliran yang memahami bahwa segala sesuatu itu nyata dan
d. Aliran Nihilisme. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). paham
aliran ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas berkreasi sebebas-bebasnya.
Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia
hidup.
e. Aliran Agnosistisme. Yakni aliran yang memiliki paham paham
2. “Bagaimanakah yang ada itu?”. Dalam aliran ini memahami bahwa Aliran ini
berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati, universal, tetap abadi, dan
abstrak. Sementara aliran materilisme berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat
• Aspek-aspek Ontologi
1. Menggunakan cara ilmiah, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan
2. Sistematis. Yakni Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
3. Koheren yakni Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan. berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian
4. Rasional, yaitu Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis).
5. Komprehensif, yakni Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan
7. Universal, yaitu Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang
ada.
2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun
Ontologi sains berarti mempelajari hakikat, karakteristik dan struktur sains. Hakikat
dalam sains terdiri atas dua aspek. Yakni, pengertahuan rasional dan pengetahuan empiris.
Sehingga, dalam sains kesimpulan-kesimpulan sementara yang diduga harus bersifat rasional
dan kemudian di buktikan dengan hasil yang empiris dan nilai sains hanya menunjukkan
tentang benar atau salah. Bukan tentang halal, haram, dsb. Struktur sains dibagi menjadi dua,
yakni kealaman dan sains social. Sains alam meliputi astronomi, fisika, ilmu bumi, ilmu hayat
dan kimia. Sedangkan sains social meliputi sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, politik.
Karakteristik sains meliputi beberapa aspek, yakni bersifat rasional, objektif, kebenarannya
• Hakikat Sains
Hakikat sains ini terdapat dua pengetahuan yang harus kita ketahui yaitu pengetahuan
dimana kita harus menguji atau meneliti kebenaran dengan akal. Pengetahuan empiris
merupakan sebuah pengetahuan dengan menguji hipotesis dengan prosedur metode ilmiah.
• Karakteristik sains
a. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil sains yang lalu
dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan tidak memonopoli. Setiap orang dapat
b. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.