4896 12348 1 SM
4896 12348 1 SM
ABSTRACT
The research focus was the morphological process of affixation which were correct and incorrect in descriptive
texts. It was conducted to the students of SMPN 1 Leuwiliang grade VII, in the district of Bogor. The method
employed was qualitative descriptive. The data was taken from descriptive texts written by the students of
grade VII at SMPN 1 Leuwiliang, in the district of Bogor. The result shows that there were 93 data from 31
descriptive texts. From the 93 data there were 142 affixed words, such as ber-, meN-, peN-, di-, –an, and –kan.
Based on the analysis, the affixes that were correct according to morphological process were 115 words and
those which were incorrect were 27 words. The correct affixed words were ber- as many as 22 words (19,13%),
words with affix meN- were 41 words (35,65%), affix peN- were 8 words (6,95%), affix di- were 21 words
(18,26%), affix –an were 14 words (12,17%), and affix –kan were 9 words (7,82%). The words containing
incorrect affixes were words with the affix of ber- as many as 2 words (7,40%), affix meN- were 6 words
(22,22%), affix peN- were 3 words (11,11%), affix di- were 12 words (44,44%), affix –an was 1 word (3,70%),
and affix –kan were 3 words (11,11%). Therefore, the affixation in morphological process in the descriptive
texts written by the students of grade VII at SMPN 1 Leuwiliang, in the district of Bogor, contained affixes and
the most frequently and correctly used was the affix of meN- which were as many as 41 words (35,65%). The
affix that was frequently used but incorrectly was the affix of di- which were as many as 12 words (44,44%).
ABSTRAK
Fokus permasalahan penelitian ini yaitu proses morfologis afiksasi bentuk-bentuk ketepatan dan kesalahan
pada teks deskriptif peserta didik kelas VII SMPN 1 Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini yaitu teks deskriptif peserta didik kelas
VII SMPN 1 Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sumber penelitian ini yaitu peserta didik kelas VII-5 SMPN 1
Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 93 data dari 31 teks deskripsi. Dari 93
data terdapat 142 kata berafiks, di antaranya afiks ber-, afiks meN-, afiks peN-, afiks di-, afiks –an, dan afiks
–kan. Berdasarkan data yang telah dianalisis, afiks yang sesuai dengan kaidah proses morfologis ada 115 kata
dan afiks yang tidak sesuai dengan kaidah morfologis ada 27 kata. Kata berafiks yang sesuai dengan kaidah
morfologis, yaitu kata yang berafiks ber- sebanyak 22 kata (19,13%), kata yang berafiks meN- sebanyak 41
kata (35,65%), kata yang berafiks peN- sebanyak 8 kata (6,95%), kata yang berafiks di- sebanyak 21 kata
(18,26%), kata yang berafiks –an sebanyak 14 kata (12,17%), dan kata yang berafiks –kan sebanyak 9 kata
(7,82%), sedangkan kata yang berafiks tidak sesuai dengan kaidah proses morfologis, yaitu kata yang berafiks
ber- sebanyak 2 kata (7,40%), kata yang berafiks meN- sebanyak 6 kata (22,22%), kata yang berafiks peN-
sebanyak 3 kata (11,11%), kata yang berafiks di- sebanyak 12 kata (44,44%), kata yang berafiks –an sebanyak
1 kata (3,70%), dan kata yang berafiks –kan sebanyak 3 kata (11,11%). Jadi, proses morfologis afiksasi pada
teks deskriptif peserta didik kelas VII SMPN 1 Leuwiliang, Kabupaten Bogor, afiks yang terbanyak muncul
sesuai dengan kaidah proses morfologis adalah kata yang berafiks meN- sebanyak 41 kata (35,65%) dan afiks
yang terbanyak muncul tidak sesuai dengan kaidah proses morfologis adalah kata yang berafiks di- sebanyak
12 kata (44,44%).
bagian yang terkecil, yang kemudian dapat dipotong atau kata yang polimorfemis (Chaer, 2008: 25).
lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai Misalnya kata bangkrut ditambahkan afiks ke-an
bentuk yang jika dipotong lagi tidak mempunyai menjadi kebangkrutan maka hal ini termasuk proses
makna. morfologi.
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu Chaer (2008: 25) mengungkapkan proses
pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang morfologi adalah proses pembentukan kata dari
diapit oleh dua spasi dan mempunyai satu arti (Chaer, sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks
2007: 162). Umpanya kata meja diapit oleh dua spasi (dalam proses afiksasi), pengulangan kata (dalam
dan memiliki satu arti, yaitu perkakas (perabot) proses reduplikasi), penggabungan kata (dalam
rumah yang mempunyai bidang datar sebagai proses komposisi).
daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya Afiksasi adalah proses pembentukan kata
(bemacam-macam bentuk dan gunanya). dengan cara penambahan morfem afiks (imbuhan)
Pandangan tata bahasa struktural yaitu penganut pada sebuah dasar atau suatu bentuk dasar (Suherlan,
aliran Bloomfield (dalam Chaer, 2007: 163) 2004: 168). Misalnya proses pembentukan kata
mengungkapkan bahwa kata adalah satuan bebas dengan cara penambahan morfem afiks pada sebuah
terkecil (a minimal free form), tidak pernah diulas kata dasar kerja mengalami penambahan morfem
atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah afiks ber-, -an, dan per-an akan menjadi kata jadian
bersifat final. Umpamanya kata buku tidak dapat bekerja, kerjaan, dan pekerjaan.
dikomentari, mengapa disebut buku atau lembaran Dr. Ida Bagus Putrayasa (2008:7)
yang berisi tulisan atau tidak (kosong). Kata buku mengungkapkan afiksasi adalah proses penambahan
sudah bersifat final dan tidak dapat dikomentari. imbuhan pada kata yang mengakibatkan perubahan
Pandangan bangsa Eropa, kata adalah bentuk bentuk, berubahnya kategori tertentu, dan
yang mempunyai susunan fonologis yang stabil, berubahnya makna. Maksudnya pada kata dasar
tidak berubah, dan keluar memiliki kemungkinan makan ditambahkan imbuhan -an maka berubah
mobilitas di dalam kalimat (Chaer, 2007: 163). bentuk menjadi makanan, kategori verba berubah
Artinya batasan ini menjelaskan bahwa kata menjadi nomina, dan maknanya dari ‘memasukan
memiliki urutan yang tetap (tidak dapat berubah) sesuatu ke dalam mulut’ menjadi ‘kumpulan
dan kata memiliki kebebasan berpindah tempat di makanan’.
dalam kalimat. Umpamanya kata buku tidak bisa Berdasarkan pendapat-pendapat ahli, maka
diubah menjadi ukub, kbuu, atau uukb. Hal ini dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses
karena kata urutannya tetap atau stabil. Urutan kata pembentukan kata dengan cara menambahkan
dapat berpindah tempat di dalam kalimat, misalnya imbuhan pada kata dasar yang akan mengakibatkan
kalimat (a) Saya punya buku. Kata buku dapat perubahan bentuk kata, fungsi kata, dan makna kata.
berpindah menjadi (b) Buku punya saya. Afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu
Pendapat-pendapat di atas banyak memberikan kata dasar disebut prefiks (Alwi, dkk, 2003: 31).
pandangan secara teknis saja. Maksud secara Afiks yang ditempatkan di bagian muka, seperti
teknis artinya aturan-aturan dalam membuat kata. afiks ber- ditempatkan di bagian muka kata dasar
Pandangan-pandangan itu dipertegas oleh Heryanto lomba menjadi berlomba. Hasil penempatan prefiks
(2014: 88) bahwa kata meliputi dua satuan, yaitu ber- dengan kata lomba termasuk proses prefiks.
satuan fonologi dan satuan gramatik. Satuan fonologi
bahwa kata terdiri atas satu atau beberapa suku kata a. Prefiks ber-
dan suku kata itu terdiri atas satu atau beberapa 1) Bentuk prefiks ber-
fonem. Satuan gramatik bahwa kata memiliki makna Prefiks ber- memiliki variasi bentuk yaitu ber-,
leksikal atau makna gramatikal. be-, dan bel-.
Pandangan-pandangan tersebut dapat Contoh:
disimpulkan bahwa kata secara teknis adalah satuan ber- + kerja→bekerja
bebas terkecil yang dapat berdiri sendiri, tidak dapat ber- + ajar →belajar
diulas, dan memiliki arti. Secara kaidah kata terdiri ber- + tamu →bertamu
atas satuan fonologi dan satuan gramatik dengan Prefiks ber- berubah menjadi be- jika
kata bercirikan diapit oleh dua spasi, susunannya ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula
tetap, dan dapat berubah tempat dalam kalimat. dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku
Proses morfologi mencoba menyusun dari kata petama berakhir dengan /er/ (Putrayasa,
komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk 2008: 17).
yang lebih besar yang berupa kata kompleks
dasar, (c) yang memiliki sifat yang tersebut bahwa akhiran -an memiliki fungsi sebagai
pada bentuk dasarnya, (d) yang menyebabkan pembentuk kata benda (sufiks nominal, yang
adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar, bertalian dengan verba meN-. Dalam ragam
dan (e) yang pekerjaannya melakukan perbuatan cakapan, akhiran -an berfungsi sebagai
berhubung dengan benda yang tersebut pada pembentuk kata sifat (sufiks adjektival) dan
bentuk dasarnya, seperti katapengusaha. sebagai pembentuk kata kerja (sufiks verbal).
Contoh:
d. Prefiks di- (1) Penonton dan pemain banyakan
1) Bentuk prefiks di- penontonya.
Prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk (2) Daratan lebih sedikit luasnya di bumi.
pada kata yang dilekatkannya. Arifin dan (3) Manusia dan kucing malasan kucing.
Junaiyah (2007: 31) menyatakan dari segi ejaan, 3) Makna sufiks -an
penulisan di- ada yang sebagai awalan dan ada Ramlan (2009: 154-156) mengungkapkan
yang sebagai kata depan. Apabila di- sebagai sufiks -an memiliki makna (a) sesuatu yang
awalan dituliskan serangkai dengan kata dasar, berhubungan dengan perbuatan yang tersebut
seperti dicari, sedangkan di- sebagai kata depan pada bentuk dasar, (b) tiap-tiap, (c) satuan yang
dituliskan dipisah dengan kata dasar, seperti di terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar,
rumah. (d) beberapa, dan (e) sekitar.
2) Fungsi prefiks di-
Prefiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata b. Sufiks -kan
kerja pasif atau lawan dari fungsi prefiks m
eN- 1) Bentuk sufiks -kan
sebagai pembentuk kata kerja aktif. Sejalan yang Sufiks -kan tidak mengalami perubahan bentuk.
diungkapkan Arifin dan Junaiyah (2007: 32) Ia akan melekat dengan kata dasarnya. Hal ini
yaitu awalan di- berfungsi sebagai pembentuk sejalan dengan pendapat Arifin dan Junaiyah
kata kerja pasif. (2007: 57) dan Putrayasa (2008: 28) bahwa
Contoh: sufiks -kan tidak mengalami perubahan bentuk.
(1) Buku dibawa Budi. Contoh:
(2) Pulpen dicuri Andi. Rumah ini dikontrakkan.
3) Makna prefiks di- 2) Fungsi sufiks -kan
Prefiks di- memiliki berbagai makna.Arifin dan Sufiks -kan berfungsi sebagai pembentuk kata
Junaiyah (2007: 32) menyatakan makna-makna kerja (Arifin dan Junaiyah, 2007: 57).
prefiks di-, yaitu makna ‘dikenai tindakan’, Contoh:
makna ‘dikenai dengan’, makna ‘dibuat atau Perhatikan contoh ini!
dijadikan’, dan makna ‘dilengkapi dengan’. 3) Makna sufiks -kan
1. Sufiks Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya,
Imbuhan yang dilekatkan di akhir kata seperti sufiks -kan mempunyai beberapa makna.
imbuhan -an dan -kan disebut sufiks. Hal ini Ramlan (2009: 143-145) menggolongkan dua
sejalan dengan pendapat Alwi, dkk (2003: 31) makna sufiks -kan, yaitu (a) makna benefaktif
yaitu apabila morfem terikat itu digunakan di dan (b) makna kausatif, sedangkan Arifin dan
bagian belakang kata, maka namanya sufiks. Junaiyah (2007: 57-58) menyatakan imbuhan
Seperti imbuhan -an pada kata makanan dan -kan memiliki berbagai makna, yaitu makna
imbuhan -kan pada kata kontrakkan. ‘menyebabkan’, makna ‘melakukan untuk’,
makna ‘sungguh-sungguh’, dan makna ‘dengan’.
a. Sufiks -an
1) Bentuk sufiks -an Kurikulum 2013 pada pelajaran bahasa
Sufiks -an berproduktif dalam pembentukan Indonesia untuk SMP/MTs maupun SMA/MA yang
kata dalam bahasa Indonesia. Sufiks -an tidak disajikan di dalam buku siswa berbasis teks, baik
mengalami perubahan bentuk dengan unsur- lisan maupun tulisan dengan menetapkan bahwa
unsur lain (Putrayasa, 2008: 28). Bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan.
Contoh: Bahasa Indonesia disajikan dengan berbagai jenis
(1) Jus alpukat adalah minuman yang sehat. teks, artinya siswa dalam memahami jenis, kaidah,
(2) Bogor terkenal dengan manisan. dan konteks suatu teks ditekankan agar siswa mudah
2) Fungsi sufiks -an menangkap makna yang terkandung dalam suatu
Arifin dan Junaiyah (2007: 50) mengungkapkan teks dan mampu menyajikan gagasan dalam bentuk
teks yang sesuai, sehingga memudahkan orang lain tujuan dan fungsi sosialnya dalam Kurikulum
untuk memahami gagasan yang ingin disampaikan. 2013 (Kemendikbud, 2013a). Pengajaran bahasa
Teks tidak hanya berupa bahan tertulis, Indonesia dengan menggunakan buku bahasa
melainkan teks dapat berupa bahan lisan. Teks baik Indonesia, pendidik hendaknya menempuh 4 tahap
lisan maupun tulisan mengandung struktur berpikir pembelajaran, yaitu, (1) tahap pembangunan konteks,
yang lengkap. Hal ini sejalan dengan pendapat (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks
Mahsun (2014: 1) teks yaitu satuan bahasa yang secara bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks
digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial secara mandiri (Kemendikbud, 2013b: vi).
baik secara lisan maupun tulis dengan struktur Dalam prawacana pembelajaran teks
berpikir yang lengkap. (Kemendikbud, 2013b) tersebut juga dinyatakan
Teks disampaikan baik lisan maupun tulisan bahwa tahapan pertama berkenaan dengan tahap
yang strukturnya lengkap dan memiliki fungsi, pembangunan konteks yang dilanjutkan dengan
yaitu sebagai menyampaikan suatu gagasan atau pemodelan. Pembangunan konteks dimaksudkan
mengekspresikan gagasan. Selain itu, teks yang sebagai langkah awal yang dilakukan oleh guru
disampaikan haruslah mengandung makna. Seperti bersama siswa untuk mengarahkan pemikiran ke
yang diungkapkan Priyatni (2014: 65) bahwa teks dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada setiap
adalah ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang pelajaran. Tahapan kedua berkenaan dengan tahap
berfungsi untuk mengekspresikan gagasan. pemodelan. Tahap pemodelan adalah tahap yang
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka berisi pembahasan teks yang disajikan dalam model
dapat disimpulkan bahwa teks adalah bahan yang pembelajaran. Tahapan ketiga berkenaan dengan
diujarkan atau diungkapkan secara lisan atau tulisan pembangunan teks secara bersama-sama. Pada
yang strukturnya lengkap dan bermakna muncul tahapan ini semua siswa dan guru sebagai fasilitator
karena kegiatan sosial. menyusun kembali teks seperti yang ditunjukkan
Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin pada model. Tugas-tugas yang dilakukan berkaitan
describere yang berarti menggambarkan atau dengan semua aspek kebahasaan yang sesuai
memberikan sesuatu hal. Sejalan dengan pendapat dengan ciri-ciri yang dituntut dalam jenis teks yang
Rohimah (2014: 77) bahwa teks deskripsi merupakan dimaksud. Tahapan terakhir, yaitu tahapan kegiatan
salah satu jenis teks yang berisi penggambaran belajar mandiri. Pada tahap ini, siswa diharapkan
sesuatu. Selain itu, Nursisto (2000:40) menyatakan dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan
deskripsi (perian) adalah karangan yang melukiskan dan mengkreasikan teks sesuai dengan jenis dan ciri-
sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga ciri seperti yang ditunjukkan pada pemodelan teks.
pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, Selain itu, teks deskripsi secara umum disusun
merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan berdasarkan langkah-langkah berikut, yaitu (a)
sesuai dengan citra penulisnya. tentukan objek yang akan dideskripsikan, (b)
Teks deskripsi memiliki tujuan untuk tentukan perincian topik atas objek yang akan
menggambarkan suatu objek secara individual digambarkan, (c) susun topik-topik itu menjadi pola
berdasarkan ciri fisiknya. Objek yang digambarkan yang sistematis, (d) kembangkan topik menjadi teks
haruslah memiliki ciri yang spesifik agar mudah deskripsi yang padu dan utuh, dan (e) revisi teks
tergambar oleh pendengar atau pembaca. Seperti yang yang telah dibuat (E. Kosasih, 2013: 43).
diungkapkan Mahsun (2014: 28) yaitu teks deskripsi Ada pun Struktur teks deskripsi sebagai berikut:
memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan suatu 1. Judul
objek/benda secara individual berdasarkan ciri Judul adalah yang menjadi kepala dari isi teks.
fisiknya. Gambaran yang dipaparkan dalam teks 2. Kalimat Topik
ini haruslah yang spesifik menjadi ciri keberadaan Kalimat topik adalah pernyataan yang
objek yang digambarkan. mengemukakan hal atau sesuatu yang
Berdasarkan beberapa pendapat, maka dapat dideskripsikan.
disimpulkan bahwa teks deskripsi merupakan 3. Deskripsi
teks yang memiliki tujuan menggambarkan atau Deskripsi adalah pengembangan secara rinci
melukiskan suatu objek/benda dari sesuatu yang atau khusus sehingga pembaca dapat mendengar,
telah dilihat oleh pengamatan panca inderasehingga merasa, atau melihat objek yang dideskripsikan.
dapat dirasakan oleh pendengar atau pembaca (Rohimah, 2014: 77)
(mencitrai).
Siswa diharapkan mampu menggunakan
dan memproduksi berbagai teks sesuai dengan
Data 1 : Pelangi terjadi karena pembiasan tetesan sangat memiliki banyak ragam’. Dengan demikian,
air hujan. kata tersebut sudah sesuai dengan kaidah morfologis.
Analisis : Pada kalimat ‘Pelangi terjadi
karena pembiasan tetesan air hujan.’ terdapat kata Data 3 : Bunga sepatu adalah suatu tumbuhan
tetesan yang mengalami proses morfologis afiksasi yang sangat indah.
berupa sufiks –an.Kata tetesan merupakan hasil Analisis : Pada kalimat ‘Bunga sepatu
proses morfologis afiksasi dari kata dasar tetes adalah suatu tumbuhan yang sangat indah.’ terdapat
dengan sufiks -an. kata tumbuhan yang mengalami proses morfologis
tetes + -an → tetesan afiksasi berupa sufiks –an. Kata tumbuhan
Afiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata merupakan hasil proses morfologis afiksasi dari kata
benda. Kata tetes berkategori kata benda. Kata tetes dasar tumbuh dengan afiks -an.
setelah dilekatkan dengan afiks –an menjadi tetesan tumbuh + -an → tumbuhan
berkategori kata benda. Kata tetes bermakna ‘benda Afiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata
cair yang jatuh menitik karena berat’. Setelah kata benda. Kata tumbuh berkategori kata kerja. Kata
tetes dilekatkan dengan afiks –an menjadi tetesan tumbuh setelah dilekatkan dengan afiks –an menjadi
bermakna ‘hasil menetes’. Makna pada kalimat tumbuhan berkategori kata benda. Kata tumbuh
tersebut ‘pelangi terjadi karena pembiasan hasil bermakna ‘timbul dan bertambah-tambah besar’.
menetes air hujan’. Dengan demikian, kata tersebut Setelah kata tumbuh dilekatkan dengan afiks –an
sudah sesuai dengan kaidah morfologis. menjadi tumbuhan bermakna ‘sesuatu yang tumbuh’.
Makna pada kalimat tersebut ‘bunga sepatu adalah
Data 2 : Pelangi memiliki warna yang sangat sesuatu yang telah tumbuh sangat indah’. Dengan
beragam. demikian, kata tersebut sudah sesuai dengan kaidah
Analisis : Pada kalimat ‘Pelangi memiliki morfologis.
warna yang sangat beragam.’ terdapat kata memiliki
yang mengalami proses morfologis afiksasi berupa Data 4 : Lebah mengambil madu di bunga sepatu.
prefiks meN- dan kata beragam yang mengalami Analisis : Pada kalimat ‘Lebah mengambil
proses morfologis afiksasi berupa prefiks ber-. madu di bunga sepatu.’ terdapat kata mengambil
Kata memiliki merupakan hasil proses morfologis yang mengalami proses morfologis afiksasi berupa
afiksasi dari kata miliki dengan prefiks meN- dan prefiks meN-. Kata mengambil merupakan hasil
kata beragam merupakan hasil proses morfologis proses morfologis afiksasi dari kata dasar ambil
afiksasi dari kata dasar ragam dengan prefiks ber-. dengan afiks meN-. Selain itu, kata mengambil
Selain itu, kata memiliki merupakan variasi bentuk merupakan variasi bentuk meN- berubah menjadi
meN- berubah menjadi me- ketika dilekatkan pada meng- ketika dilekatkan pada kata yang diawali
kata yang diawali dengan fonem /m/ pada kata dengan fonem /a/ pada kata ambil.
miliki, sedangkan kata beragam merupakan variasi meN- + ambil → mengambil
bentuk ber- berubah menjadi be- ketika dilekatkan Afiks meN- berfungsi sebagai pembentuk kata
pada kata yang diawali dengan fonem /r/ pada kata kerja aktif. Kata ambil berkategori kata kerja. Kata
ragam. ambil setelah dilekatkan dengan afiks meN- menjadi
meN- + miliki → memiliki mengambil berkategori kata kerja aktif. Kata ambil
ber- +ragam → beragam bermakna ‘pegang lalu bawa’. Setelah kata ambil
Afiks meN- berfungsi sebagai pembentuk kata dilekatkan dengan afiks meN- menjadi mengambil
kerja aktif. Kata miliki berkategori kata kerja. Kata bermakna ‘melakukan ambil’. Makna pada kalimat
miliki setelah dilekatkan dengan afiks meN- menjadi tersebut ‘lebah melakukan ambil madu di bunga
memiliki berkategori kata kerja aktif. Kata miliki sepatu’. Dengan demikian, kata tersebut sudah
bermakna ‘kepunyaan’. Setelah kata miliki dilekatkan sesuai dengan kaidah morfologis. Namun, apabila
dengan afiks meN- menjadi memiliki bermakna melihat pada kalimat,bentuk kata mengambil tidak
‘menjadi miliki’. Afiks ber- berfungsi sebagai salah, tetapi tidak tepat penggunaannya. Tidak ada
pembentuk kata kerja. Kata ragam berkategori lebah yang melakukan untuk mengambil madu,
kata benda. Setelah kata ragam dilekatkan dengan melainkan lebah menghasilkan madu. Seharusnya
afiks ber- menjadi beragam berkategori kata kerja. yang tepat adalah menggunakan kata memproduksi.
Kata ragam bermakna ‘macam atau jenis’. Setelah
kata ragam dilekatkan dengan afiks ber- menjadi Data 5 : Bunga sepatu banyak dijumpai di daratan.
beragam bermakna ‘memiliki ragam’. Makna pada Analisis : Pada kalimat ‘Bunga sepatu
kalimat tersebut ‘pelangi menjadi miliki warna yang banyak dijumpai di daratan.’ terdapat kata dijumpai
yang mengalami proses morfologis afiksasi berupa ‘melakukan beli’. Makna pada kalimat tersebut
prefiks di- dan kata daratan yang mengalami proses ‘pasar adalah tempat untuk melakukan jual dan
morfologis afiksasi berupa sufiks -an. Kata dijumpai melakukan beli’. Dengan demikian, kata tersebut
merupakan hasil proses morfologis afiksasi dari kata sudah sesuai dengan kaidah morfologis.
jumpai dengan afiks di- dan kata daratan merupakan Berdasarkan pada data tersebut, 93 data yang
hasil proses morfologis afiksasi dari kata dasar darat dianalisis terdapat 143 kata yang mengandung afiks
dengan afiks -an. ber, meN-, peN-, di-, -an, dan –kan, kata yang sesuai
di- + jumpai → dijumpai dengan kaidah proses morfologis ada 115 kata, yaitu
darat + -an → daratan kata yang berafiks ber- sebanyak 22 kata (19,13%),
Afiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata kata yang berafiks meN- sebanyak 41 kata (35,65%),
kerja pasif. Kata jumpai berkategori kata kerja. Kata kata yang berafiks peN- sebanyak 8 kata (6,95%),
jumpai setelah dilekatkan dengan afiks di- menjadi kata yang berafiks di- sebanyak 21 kata (18,26%),
dijumpai berkategori kata kerja pasif. Kata jumpai kata yang berafiks –an sebanyak 14 kata (12,17%),
bermakna ‘menyebabkan sesuatu yang menjadi dan kata yang berafiks –kan sebanyak 9 kata
jumpa’. Setelah kata jumpai dilekatkan dengan (7,82%). Selain itu, kata yang tidak sesuai dengan
afiks di- menjadi dijumpai bermakna ‘dikenai laku kaidah proses morfologis ada 27 kata, yaitu kata
jumpai’. Afiks -an berfungsi sebagai pembentuk kata yang berafiks ber- sebanyak 2 kata (7,40%), kata
benda. Kata darat berkategori kata benda. Setelah yang berafiks meN- sebanyak 6 kata (22,22%), kata
kata darat dilekatkan dengan afiks -an menjadi yang berafiks peN- sebanyak 3 kata (11,11%), kata
daratan berkategori kata benda. Kata darat bermakna yang berafiks di- sebanyak 12 kata (44,44%), kata
‘bagian permukaan bumi yang padat’. Setelah kata yang berafiks –an sebanyak 1 kata (3,70%), dan kata
darat dilekatkan dengan afiks -an menjadi daratan yang berafiks –kan sebanyak 3 kata (11,11%)
bermakna ‘kumpulan darat’. Makna pada kalimat Triangulasi merupakan suatu langkah dalam
tersebut ‘bunga sepatu banyak dikenai laku jumpai suatu upaya memeriksa sebuah keabsahan data
di kumpulan darat’. Dengan demikian, kata tersebut penelitian. Dalam penelitian ini, penulis meminta
sudah sesuai dengan kaidah morfologis. bantuan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia
SMP Negeri 1 Leuwiliang (EW), dosen STKIP
Data 6 : Pasar adalah tempat untuk menjual dan Muhammadiyyah Bogor (SP), dan dosen FKIP
membeli. Unpak Bogor (YAS). Laporan hasil triangulasi yang
Analisis : Pada kalimat ‘Pasar adalah tempat dilakukan narasumber sebagai berikut:
untuk menjual dan membeli.’ terdapat kata menjual EW menyetujui hasil analisis data penelitian
dan membeli yang mengalami proses morfologis karena sudah sesuai dengan teori yang ada. Hanya
afiksasi berupa prefiks meN-. Kata menjual EW tidak menyetujui data 54 ‘Seorang murid dapat
merupakan hasil proses morfologis afiksasi dari menjadi pintar karena diberikan ilmu oleh guru.’
kata dasar jual dengan afiks meN- dan kata membeli karena pembentukan yang tidak tepat. Pemakaian
merupakan hasil proses morfologis afiksasi dari kata diberikan seharusnya yang tepat yaitu menjadi
kata dasar beli dengan afiks meN-. Selain itu, kata kata diberi (tidak dilekatkan dengan afiks –kan).
menjual merupakan variasi bentuk meN- berubah SP banyak tidak menyetujui masalah proses
menjadi men- ketika dilekatkan pada kata yang morfologis pada perubahan bentuk. Hal ini karena
diawali dengan fonem /j/ pada kata dasar jual. Kata penulis hanya menganalis bentuk secara langsung.
membelimerupakan variasi bentuk meN- berubah Penulis dan SP sedikit berdiskusi mengenai alasan
menjadi mem- ketika dilekatkan pada kata yang hasil analisis. Hasil analisis proses morfologis pada
diawali dengan fonem /b/ pada kata dasar beli. perubahan bentuk dari kata dasar menjadi kata jadian
meN- + jual → menjual tidak dipermasalahkan. Namun, hasil analisis bentuk
meN- + beli → membeli kata yang sudah terbentuk menjadi kata jadian
Afiks meN- berfungsi sebagai pembentuk kata sebagai permasalahannya. SP tidak menyetujui hasil
kerja aktif. Kata jual dan beliber kategori kata kerja. analisis proses morfologis seperti kata mendapatkan
Kata jual dan beli setelah dilekatkan dengan afiks dianalisis mendapat + -kan → mendapatkan.
meN- menjadi menjual dan membeli berkategori SP menginginkan hasil analisis seperti meN- +
kata kerja aktif. Kata jual dan beli bermakna belum dapat + -kan → mendapatkan. Selain itu, SP tidak
jelas karena termasuk kata terikat. Setelah kata jual menyetujui beberapa makna pada data, ada beberapa
dilekatkan dengan afiks meN- menjadi menjual makna yang tidak sesuai, yaitu data 23, data 40, data
bermakna ‘melakukan jual’ dan kata beli dilekatkan 48, dan data 68.
dengan afiks meN- menjadi membeli bermakna Sejalan dengan SP, YAP menyetujui hasil
analisis data penelitian karena sudah sesuai dengan Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:
teori yang ada. Namun, kesamaan pedapat dengan SP Rineka Cipta
yaitu pada kata jadian yang dianalisis. YAP memberi ___________. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia.
alasan pada setiap kata jadian yang dianalisis Jakarta: Rineka Cipta
harus kata dasar, misalnya kata mendapatkan Hatimah, Ihat dkk. 2007. Penelitian Pendidikan.
dianalisis mendapat + -kan → mendapatkan. SP Bandung: UPI Press
menginginkan hasil analisis seperti meN- + dapat + Heryanto, Yusup. 2014. Ikhtisar Ilmu Bahasa 1.
-kan → mendapatkan, sedangkan YAP berpendapat Leuwiliang: Kapas
kata dasarnya yaitu dapat. Tidak lain memiliki Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a.
alasan yang sama dengan SP. Selain itu, YAP tidak Buku Guru: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
menyetujui makna pada data data 40. Akademik untuk Kelas X. Jakarta: Kementerian
Pada dasarnya setiap individu memiliki Pendidikan dan Kebudayaan.
pemahaman yang berbeda. Perbedaan pendapat __________. 2013b. Buku Siswa: Bahasa
biasa terjadi antara narasumber dengan peneliti. Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk
Namun, berdasarkan analisis pembanding Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
dari ketiga narasumber sebagian besar setuju Kebudayaan.
terhadapat hasil analisis data peneliti. Oleh karena Kosasih, Engkos dan Restuti. 2013. Mandiri Bahasa
itu, dapat disimpulkan bahwa data ini dapat Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII Berdasarkan
dipertanggungjawabkan keabsahannya dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Erlangga
melakukan triangulasi terhadap tiga narasumber. Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawa
Simpulan Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian
Pertama, dari 93 data yang dianalisis terdapat Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
142 kata yang mengandung afiks ber, meN-, peN-, Nursisto. 2000. Penuntun Mengarang. Jakarta:
di-, -an, dan –kan.Kata yang sesuai dengan kaidah Adicita Karya Nusa
proses morfologis ada 115 kata dan kata yang tidak Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran
sesuai dengan kaidah proses morfologis ada 27 kata. Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.
Kedua, kata yang sesuai dengan kaidah Jakarta: Bumi Aksara
morfologis, yaitu kata yang berafiks ber- sebanyak Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi.
22 kata (19,13%), kata yang berafiks meN- sebanyak Bandung: Refika Aditama
41 kata (35,65%), kata yang berafiks peN- sebanyak Ramlan. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.
8 kata (6,95%), kata yang berafiks di- sebanyak 21 Yogyakarta: C.V. Karyono
kata (18,26%), kata yang berafiks –an sebanyak Rohimah, Ima. 2014. Bupena Bahasa Indonesia
14 kata (12,17%), dan kata yang berafiks –kan SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga
sebanyak 9 kata (7,82%). Selain itu, kata yang tidak Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
sesuai dengan kaidah proses morfologis, yaitu kata Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
yang berafiks ber- sebanyak 2 kata (7,40%), kata Suherlan dan Odin R. 2004.Ihwal Ilmu Bahasa dan
yang berafiks meN- sebanyak 6 kata (22,22%), kata Cangkupannya. Banten: Untirta Press
yang berafiks peN- sebanyak 3 kata (11,11%), kata
yang berafiks di- sebanyak 12 kata (44,44%), kata Biografi Penulis
yang berafiks –an sebanyak 1 kata (3,70%), dan kata 1. Muhamad Ichsan Nurjam’an dilahirkan di
yang berafiks –kan sebanyak 3 kata (11,11%). Kata Cianjur pada tanggal 30 Juli 1993. Pendidikan:
yang terbanyak muncul sesuai dengan kaidah proses SDN Leuwiliang 04, MTs. Muallimien
morfologis adalah kata yang berafiks meN-sebanyak Muhammadiyyah, SMAN 1 Leuwiliang, dan
41 kata (35,65%) dan kata yang terbanyak muncul lulus tahun 2015 dari Prodi Pendidikan Bahasa
tidak sesuai dengan kaidah proses morfologis adalah dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
kata yang berafiks di- sebanyak 12 kata (44,44%). Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan.
2. Tri Mahajani, Staf pengajar Program Studi
Daftar Pustaka Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Unpak.
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa 3. Sandi Budiana, Staf pengajar Program Studi
dan Balai Pustaka Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Unpak
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi Bentuk,
Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Grasindo