Moh. AliTaufik Nurohman
Moh. AliTaufik Nurohman
Abstrak
Penelitian ini mengkaji persoalan tentang alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman
(propertis) di Kota Tasikmalaya. Pemerintah Daerah belum mampu merumuskan solusi
tepat yang menguntungkan bagi semua pihak dan semua kepentingan, terutama terkait
dengan tujuan jangka panjang. Terdapat benturan kepentingan antara ekonomi/peningkatan
PAD dan persoalan pangan dan lingkungan. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dan analisis model interaktif Milles-Huberman. Perbandingan antara teori dengan hasil
wawancara dan informan dilakukan untuk melakukan penyimpulan dengan teknik snow-
ball sampling dan purposive sampling.
Kata kunci : Ekonomi Politik, Alih Fungsi Lahan Pertanian, Model Kebijakan
Abstract
This study examines the problem of the conversion of agricultural land to residential
land (Properties) in Tasikmalaya City. Local governments have not been able to
formulate appropriate solutions that benefit all parties and all interests, especially
related to long-term goals. There is a conflict of interest between the economy /
increase in PAD and food and environmental issues. The study used qualitative meth-
ods and an interactive model analysis of Milles-Huberman. Comparison between
the theory with the results of interviews and informants conducted to make infer-
ences by snowball sampling and purposive sampling technique.
Keywords : Political Economy, Conversion of Agricultural Land Function, Policy
Model
PENDAHULUAN
Pasca otonomi daerah, pemerintah kepada kelompok kecil tertentu.
daerah menyusun rencana strategi agar Terdapat berbagai persoalan dalam
mendapatkan investasi dan usaha untuk pembangunan, khususnya pembangunan di
pembangunan di bidang yang lainnya. daerah. Salah satu yang terpenting adalah
Seharusnya, rencana pembangunan itu persoalan kemiskinan dan minimnya
dapat memberikan keuntungan bagi semua pasokan pangan (khususnya berasa sebagai
pihak. Namun, proses perencanaan itu pada komoditi pangan umum masyarakat Indo-
praktiknya sering kali belum begitu baik dan nesia. Persediaan pangan yang dihasilkan
bahkan tidak berpihak kepada mayoritas dari lahan pangan semakin menurun
masyarakat, sebaliknya justur cenderung padahal kebutuhan terhadap pangan
24
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
25
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
orang adalah sekitar 5.586,34 ton untuk melakukan analisis menggunakan tiga
setiap bulannya. Sementara itu, produksi variabel tersebut, timbul beberapa
beras tiap bulan di tasikmalaya terhitung pertanyaan berikut:
dalam angka 2.988 ton atau ada sekitar 1) Variabel Nilai : variabel ini
2.598,34 ton yang harus dipenuhi dari luar mempertimbangkan mengenai, apakah
kota Tasikmalaya. Dan pemenuhan akan proses itu akan dilakukan atas dasar
kebutuhan tersebut semakin hari justru lebih nilai yang mengutamakan persaingan
tergantung kepada pasokan di luar kota (menekankan peranan mekanisme
Tasikmalaya karena semakin banyaknya alih pasar yang efisien, memberikan
fungsi lahan yang hal itu sudah sesuai ganjaran pada yang produktif, dan
dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah menganggap ketimpangan sebagai
Kota Tasikmalaya. Seperti yang disebutkan keadaan yang tak terelakkan), serta nilai
oleh Bidang Tanaman Pangan dan yang menekankan sikap
Holtikultura Dinas Pertanian Kota “kekeluargaan”, dan kerjasama
Tasikmalaya, setidaknya sudah ada 19 (menekankan pemerataan
hektar lahan pertanian yang berkurang dari kesejahteraan dan pemberiaan
total sebelumnya 6.017 ha yang mayoritas wewenang ke tingkat lebih bawah).
beralih fungsi untuk pemukiman.
2) Variabel Kepentingan : Dalam varibel ini
Persoalan ini memang membutuhkan lebih menekankan siapa yang
political will dari pemeritantah kota diuntungkan dan siapa yang dirugikan.
Tasikmalaya untuk memastikan RTRW yang Karena dalam hal persaingan akan
berpihak kepada lahan pertanian. lebih menguntungkan pihak yang kuat
Keberpihakan ini akan ditinjau dengan dan merugikan pihak yang lemah.
perspektif ekonomi politik terkait dengan
3) Variabel Kekuasaan : kekuasaan lebih
kebijakan politik yang diambil oleh
menekankan siapa yang berkuasa? apa
pemerintah dengan menggunakan sumber
sumber kekuasaannya ? nilai dan
data primer baik dari narasumber maupun
kepentingan apa yang didukung oleh
informan melalui wawancara terhadap dan
penerapan kekuasaan itu ? (Mas’oed,
kuisioner serta data sekunder yang lainnya.
1994).
Diantara yang akan diwawancarai adalah
mantan pemilik lahan sawah di wilayah Perspektif ekonomi politik ini untuk
Kota Tasikmalaya yang lahan pertaniannya menampilkan jawaban atas adanya
sudah dikonversi menjadi wilayah persoalan moral unneutrality of economic sci-
pemukiman (perumahan), Ketua Gapoktan, ence (tidak netralnya ilmu ekonomi). Bahwa
HKTI atau Kelompok LSM pemerhati di balik ilmu dan penelitian ilmiah
permasalahan pertanahan dan pertanian, memegang peran yang menentukan.
anggota DPRD Kota Tasikmalaya, Dinas Gunnar Myrdal menyebutkan bahwa satu-
BPMPT dan Dinas Pertanian Kota satunya cara untuk menghapuskan adanya
Tasikmalaya, serta manajemen perusahaan systemic bias adalah dengan secara jujur
propertis Kota Tasikmalaya membuka lebar-lebar dan
mempertunjukkan nilai yang dipegang serta
HASIL DAN PEMBAHASAN tujuan yang dikejar, agar kelihatan
kejujurannya. Disana diadakan pilihan
Kebijakan Politik Dan Perspektif moral dalam ilmu, dan disana letak
Ekonomi Politik tanggungjawabnya. Pilihan akan moral
dalam ilmu tersebut menurut Juwono
Perspektif ekonomi politik salah satunya
Soedarsono, akan lebih baik dan sekaligus
menggunakan tiga variabel yakni variable
pengertian terhadap masalah
kepentingan (interest), variabel nilai (value),
pembangunan apabila kita mempergunakan
dan variabel kekuasaan (power) dalam
ekonomi politik (King, 1989).
menganalisis permasalahan. Untuk
26
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
27
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
28
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
sudah kurang menguntungkan. Pada saat prasyarat sebelum BPN Tingkat II benar-
yang sama, kepentingan untuk investor benar memberikan persetujuan penetapan
terhadap tanah dan kepentingan penguasa lahan pembangunan untuk kepentingan
tanah yang sulit dipertemukan untuk umum yang dimaksudkan. Yaitu proyek
kepentingan pemenuhan pangan. Dalam yang sudah masuk dalam rencana
banyak kasus, investor atau bahkan pembangunan yang telah diberitahukan
pemerintah seringkali melakukan kepada masyarakat yang bersangkutan, dan
penggusuran lahan untuk kepentingannya. telah mendapatkan persetujuan dari DPRD
Hal itu bukan saja merugikan terhadap setempat.3
kepentingan pemenuhan kebutuhan Disini peran DPR/DPRD, sebagai wakil
pangan, hal itu juga menyebabkan rakyat rakyat sangat menentukan. Oleh karena itu
terputuskan dengan jalinan kehidupan sosial dalam proses alih fungsi lahan (Konversi),
budaya, sosial ekonomi, yang ditanam oleh tidak akan terjadi konversi yang
nenek moyangnya bertahun-tahun atau menyimpang, bila wakil rakyat tidak
bahkan beradab-abad yang lampau.1 memberikan persetujuannya tentang
Sampai saat ini ketentuan hukum perubahan tata ruang yang merusak
pertanahan di Indonesia masih umum dan lingkungan. Bila yang terjadi adalah
belum cukup operasional, sehingga sebaliknya, maka banyak daerah yang
menjadikannya mudah disalahtafsirkan. berigasi teknis, dan lahan pertanian yang
Pertanyaan terpenting yang harus diajukan subur menjadi kawasan industri,
ialah bagaimana hukum tanah memfasilitasi pemukiman dan kawasan industri kawasan
kepentingan rakyat umum. Usaha ke arah wisata terpadu yang berakibat merugikan
tersebut sebenarnya sudah dilakukan. masyarakat, khususnya untuk
Misalnya melalui Peraturan Menteri Dalam mengamankan pasokan pangan nasional
Negeri (Permendagri) No.15 Tahun 1975, Jo, dan daerah. Namun secara ekonomis,
No 2 Tahun 1976, Jo. No 5 Tahun 1985. mungkin pengalihan fungsi lahan dan
Akan tetapi, beberapa penelitian yang konversi itu sangat menguntungkan, karena
membandingkan aturan normatif dan fakta, akan menyumbangkan ribuan pendapatan
justru ada kekhawatiran bahwa selama ini kas daerah, daripada sebelumnya menjadi
dalam pelaksanaannya di lapangan hampir lahan pertanian. Dengan adanya
tidak ditemui perbedaan yang prinsipil persetujuan DPR/DPRD tersebut, secara
dalam membebaskan tanah-tanah rakyat.2 teknis yuridis BPN tingkat II tidak akan
Padahal bila konsekuen dan konsisten menolak memberikan izin lokasi untuk
melaksanakan Pasal 5 Ayat 1 Keppres No. dialihkan fungsi lahannya.
55 tahun 1993, seharusnya tidak ada lagi Analisis Ekonomi Politik Konversi Lahan
swasta yang menggusur tanah dengan Pertanian Kota Tasikmalaya
‘meminjam tangan’ pemerintah, atau
membawa alasan demi kepentingan umum. Dari penjelasan dari hasil penelitian
Demikian juga dalam pengadaan tanah, yang sudah dilakukan bahwa luas lahan
sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal pertanian di Kota Tasikmalaya ini memang
4 Keppres No.55 tahun 1993, Jo. Keputusan mengalami penurunan, karena
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. No.1 permasalahan ini banyak faktor yang
tahun 1994, jo. Inpres No.9 tahun 1973, mempengaruhi terjadinya konversi lahan
Pasal 3, bahwa pengadaan tanah itu harus pertanian di Kota Tasikmalaya. Terutama
terlebih dahulu diadakan penelitian yang akibat peraturan dan kebijakan pemerintah
intensif, mengenai kesesuaian peruntukan Kota Tasikmalaya yang tertuju oleh aturan
tanah yang dimohon dengan Rencana Tata Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Ruang Wilayah, Rencana Wilayah Bagian Tasikmalaya Tahun 2011-2031, dan adanya
Kota atau perencanaan ruang wilayah atau sinkronisasi melalui Rencana Detil Tata
kota yang telah ada. Hal itu menjadi Ruang (RDTR) dengan dinas-dinas terkait
29
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
di Pemerintah Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk luas lahan 1002 Ha ini digunakan
lahan pertanian pangan berupa sawah di untuk program LP2B, belum ada kejelasan
Kota Tasikmalaya terdapat di seluruh dan kekuatan hukum yang kuat melalui
kecamatan, meliputi area seluas 5.993 peratauran daerah.
hektar. Berdasarkan arahan RTRW, Pemkot Tasikmalaya juga
Paragraf 7 Pasal 49 ayat 2, Perda Nomor 4 menganggarkan Rp 1 Miliar per tahun untuk
tahun 2012 Kawasan Pertanian Pangan program pembebasan lahan atau bukit, atau
Kota Tasikmalaya meliputi area seluas 492 menjaga sumber mata air, agar menjaga
hektar, tersebar di 4 (empat) wilayah resapan air dan kelestarian lingkungan.
kecamatan, yaitu Purbaratu, Cibeureum, Kebijakan ini sudah dilaksanakan dan akan
Mangkubumi dan Kawalu. terus dilakukan dalam beberapa tahun
Pergeseran lahan pertanian karena mendatang. Pemkot Tasikmalaya telah
kebijakan RTRW ini memang tidak dibantah membuat roadmap RTRW yang didasarkan
oleh narasumber yang diwawancarai . pada RDTR. Kebijakan ini merupakan
Mereka menjelaskan, bahwa pengertian amanah dari UU 41 Tahun 2014 untuk
konversi lahan pertanian bukan berarti memenuhi pasokan dan kebutuhan pangan
adanya pergeseran atau mengambil alih secara nasional. Kebijakan ini untuk
lahan pertanian, namun lebih kepada mencegah lahan pertanian di Kota
peruntukannya untuk apa, karena sudah Tasikmalaya tergerus oleh tuntutan pasar
ada pemetaannya yang mengacu pada demi kepentingan inverstor propertis.
RTRW Kota Tasikmalaya. Yang jelas Apalagi jumlah penduduk semakin lama
sekarang lahan yang sudah dipetakan semakin meningkat, kebutuhan akan
tersebut sudah existing untuk perumahan di perumahan pun semakin meningkat.
Kota Tasikmalaya. Jika lahan pertanian Persoalan ini, selain terkait dengan
tersebut memang diperuntukan untuk roadmap RTRW yang sudah ditentukan
perumahan atau bidang lainnya (non sebelumnya, terkait dengan masalah politi-
pertanian), maka pemerintah mengizinkan cal wiil di tingkat legislatif dan eksekutif.
untuk pembangunan tersebut. Namun jika Karena kebutuhan pembangunan tidak
tidak diperuntukan untuk non pertanian, hanya di Kota Tasikmalaya ini semakin
maka pemerintah tidak mengizinkan untuk meningkat. Sehingga ada yang dikorbankan
mengalihfungsikan lahan tersebut. demi pembangunan tersebut, salah satunya
Pemerintah Kota Tasikmalaya bukan adalah kehilangan lahan pertanian subur
mengabaikan aturan UU No 41 tentang yang dilewati irigasi teknis. Kebutuhan
LP2B, atau sewenang-wenang terhadap alih perumahan di Kota Tasikmalaya memang
fungsi lahan pertanian. Bappeda dan dinas- tidak bisa dicegah dalam beberapa tahun
dinas terkait sudah membicarakan dan terakhir, namun jumlah kebutuhan
memprogramkan untuk menyelamatkan perumahan 4 ini terbentur juga dengan
lahan pertanian subur yang ada di Kota kebutuhan pangan penduduk Kota
Tasikmalaya. Salah satunya akan Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya
membentuk lahan pertanian pangan perlu rencana strategis dalam beberapa
berkelanjutan di Kota Tasikmalaya yang tahun ke depan, agar kebutuhan pangan
rencanya seluas 1002 Ha. Sejauh ini dan kebutuhan perumahan juga seimbang.
pemerintah dan pihak akademis sedang Dengan diterapkannya sistem
melaksanakan sebuah survey (riset), lahan- desentralisasi ini, pemerintah daerah
lahan pertanian di wilayah mana yang akan diharapkan agar tidak terlalu mudah
digunakan untuk lahan pertanian pangan memberikan peluang untuk terjadinya alih
tersebut. Setelah berhasil memetakan lahan fungsi lahan pertanian pangan. Pemerintah
pertanian untuk LP2B, maka pemerintah (daerah) berkewajiban mempertahankan
akan mem-Perda kan agar lahan tersebut lahan pertanian pangan agar tetap
tidak boleh dialihfungsikan. Akan tetapi
30
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
31
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
sedikit akhirnya yang dijual beralih status khususnya bertujuan untuk melindungi
kepemilikan, yang pada gilirannnya pengalihfungsian lahan pertanian untuk
berujung pada terjadinya alih fungsi lahan keperluan yang lainnya. Sementara UU No
usaha tani ke penggunaan lain. 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian
Rendahnya penerimaan (revenue) hasil Pangan Berkelanjutan sudah disahkan DPR
pertanian dibandingkan dengan biaya dan Presiden secara subtantif bertujuan
produksi (cost of production) sementara hasil melindungi, mengendalikan
di sektor non pertanian (industri), sewa pengalihfungsian lahan pertanian pangan
tanah, dan tingginya harga tanah jika di jual untuk menjaga pasokan pangan agar tidak
tanah membuat banyak petani-petani yang tergerus oleh pembangunan infrastruktur
mengalihfungsikan lahannya ke bidang non dan non pertanian. Tetap saja secara
pertanian. Tidak sedikit petani yang menjual implementasi di lapangan menjadi sebuah
lahan pertaniannya kepada pemilik modal perdebatan dan tantangan yang sangat
untuk kegiatan non pertanian. Selain itu besar guna mewujudkan keinginan untuk
karena terdesak kebutuhan keluarga seperti lahan pertanian pangan abadi dan
untuk biaya pendidikan, kesehatan sering berkelanjutan tersebut.
kali membuat petani tidak mempunysi Berbagai permasalahan secara funda-
pilihan lain untuk menjual sebagian atau mental telah menghadang untuk
seluruh lahan usahataninya. Penduduk mengimplementasikan program revitalisasi
yang bermata-pencaharian pada bidang pertanian tersebut. Pertama adalah,
usaha yang terkait dengan sektor pertanian. perangkat hukum formal yang ada di Indo-
Di Kota Tasikmalaya mencapai lebih dari 40 nesia secara subtantif masih sangat lemah
persen. Sementara kontribusi sektor dan banyak celah yang mudah
pertanian terhadap PDRB hanya mencapai diselewengkan, kondisi ini memberikan
±15 persen. Hal ini menunjukan bahwa peluang yang cukup besar bagi pihak
secara agregat curahan sumberdaya dan tertentu untuk memperebutkan lahan
tenaga kerja di sektor pertanian pertanian untuk kebutuhan lainnya. Kedua
mendapatkan kompensasi yang relative adalah, peraturan rencana tata ruang dan
lebih rendah dibandingkan dengan wilayah (RTRW) dengan peraturan untuk
kompensasi yang diterima untuk curahan mengendalikan dan melindungi lahan
sumberdaya dan tenaga kerja pada sektor pertanian pangan berkelanjutan di Indone-
lain. (Djoni Dkk, 2016). sia kurang terpadu, ditambah lagi dengan
Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono benturan peraturan daerah saat ini yang
perlu diberikan apresiasi pada program awal sangat bersemangat membangun
kebijakannya dengan menyusun Paket perekonomian daerah dalam era otonomi
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan daerah dalam meningkatkan PAD. Tidak
Kehutanan (RPPK) pada pertengahan 2005 adanya sinkronisasi dan kesinambungan
lalu. Program ini dianggap sebagai kebijakan pembagian RTRW antara pemerintah pusat
sulit, berani, dan berpandangan maju untuk dan daerah, memberikan peluang bagi
merubah kondisi politik dan perekonomian banyak kepentingan untuk bermain di
Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis dalam mengatur rencana tata ruang dan
ekonomi sebelumnya. wilayah suatu daerah. Ketiga, lemahnya
sistem pengawasan pemerintah, terkait
Program unggulan pemerintah yang
pengalihfungsian lahan khususnya yang
sempat diwacanakan dan menjadi bahan
terjadi dalam skala kecil. Pemerintah
perdebatan adalah pengadaan lahan
khususnya dari departemen pertanian, juga
pertanian abadi dan lahan pangan
tidak mampu memberikan langkah
pertanian berkelanjutan. Lahan pertanian
persuasif dan preventif terhadap terjadinya
pangan abadi adalah suatu kebijakan yang
pengalihfungsian lahan pertanian ke non
mengatur mengenai tata guna lahan,
pertanian.
32
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
33
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
34
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
35
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
banyak lahan yang bisa dijadikan lahan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
pertanian demi kepentingan dan kebutuhan Berkelanjutan. Menurut PP Nomor 1 tahun
pokok masyarakat dalam masa mendatang. 2011, LP2B harus memiliki jaminan
ketersediaan air minimal untuk memenuhi
PENUTUP kebutuhan pertumbuhan tanaman
berdasarkan jenis komoditas pangan yang
Dari data yang sudah diperoleh bahwa ditanam. Berkaitan dengan hal tersebut,
jumlah lahan pertanian yang berdasarkan terdapat tiga kemungkinan sistem pengairan
data dari BPS Kota Tasikmalaya tahun 2015, LP2B, yaitu sistem pengairan irigasi, rawa/
bahwa pada tahun tersebut luas panen padi lebak/pasang surut dan tadah hujan.
sawah di Kota Tasikmalaya hanya mencapai Sebelumnya proyek LP2B hanya seluas
12.689 Hektar (Ha), mengalami penurunan 492 hektar, tersebar di 4 (empat) wilayah
bila dibandingkan tahun sebelumnya (2014) kecamatan, yaitu Purbaratu, Cibeureum,
yang mencapai 13.536 Ha. Hal ini bisa Mangkubumi dan Kawalu. Kemudian
terjadi karena luas tanamnya juga diidentifikasi ulang ada seluas 2000 Ha lebih,
mengalami penurunan yakni 10.535 Ha namun karena ini berbenturan dengan
pada tahun 2015 dan tahun 2014 sebanyak RTRW Kota Tasikmalaya maka tim
14.318 Ha. Namun dari data dan akademisi melakukan riset ulang, sehingga
wawancara yang sudah di dapatkan muncul luas lahan pertanian untuk LP2B
memang adanya penurunan luas lahan sebesar 1002 Ha. Jumlah ini tersebar di
pertanian akibat konversi lahan pertanian. empat kecamatan tadi. Data ini setelah
Konversi lahan pertanian ini memang melakukan kajian detail melalui RDTR. Data
terjadi akibat adanya benturan dengan ini mengacu pada RPJM, kemudian RPJP,
RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031, RTRW lalu RDTR. Namun ini tetap harus
dan adanya sinkronisasi melalui Rencana dipertahankan di wilayah politis, untuk
Detil Tata Ruang (RDTR) dengan dinas- diperjuangkan agar lahan pertanian bisa
dinas terkait di Pemerintah Kota dijadikan proyek LP2B. Karena kebijakan ini
Tasikmalaya. Sedangkan lahan pertanian merupakan amanah dari UU 41 Tahun 2014
pangan berupa sawah di Kota Tasikmalaya dan PP No 1 Tahun 2011 Tentang
terdapat di seluruh kecamatan, meliputi area Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
seluas 5.993 hektar. Berdasarkan arahan Pangan Berkelanjutan. Proyek ini demi
RTRW, Paragraf 7 Pasal 49 ayat 2, Perda memenuhi pasokan dan kebutuhan pangan
Nomor 4 tahun 2012 Kawasan Pertanian secara nasional juga. Jangan sampai lahan
Pangan Kota Tasikmalaya meliputi area pertanian di Kota Tasikmalaya khususnya
seluas 492 hektar, tersebar di 4 (empat) tergerus oleh tuntutan pasar demi
wilayah kecamatan, yaitu Purbaratu, kepentingan inverstor propertis. Apalagi
Cibeureum, Mangkubumi dan Kawalu. jumlah penduduk semakin lama semakin
Jika dilihat sebelumnya di Profil lahan meningkat, tidak dipungkiri kebutuhan
pertanian di Kota Tasikmalaya dalam lima akan perumahan pun semakin meningkat.
tahun terakhir ada penurunan luas lahan Kita harus lebih memperhatikan dan segera
sawah, meskipun tidak begitu siginifkan. melakukan antisipasi kebijakan agar lahan
Namun harus ada perhatian khusus bagi pertanian di Kota Tasikmalaya semakin
lahan sawah pertanian di Kota Tasikmalaya lama semakin tergerus.
ini, sehingga tidak tergerus oleh konversi Dalam UUPA Tahun 60 tanah berfungsi
lahan pertanian. Sementara itu, Identifikasi sosial, pemerintah dan legislatif harus
teknis lahan pertanian pangan ini berbasis paham mengenai perundangan tersebut.
pada “syarat” dan “kriteria” lahan Tidak hanya berpihak kepada kepentingan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan kapitalis (pemodal) demi kepentingan non
(LP2B) seperti yang termuat dalam PP pertanian. Namun tanah ini melibatkan
Nomor 1 tahun 2011 tentang Penetapan dan banyak pihak terutama buruh tani dan
36
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
pangan. Jika merubah dan mengganti fungsi khususnya yang terjadi dalam skala kecil.
lahan pertanian tersebut, jelas bisa Pemerintah khususnya dari dinas pertanian,
dipidanakan atau dihukum. Menurut data juga tidak mampu memberikan langkah
yang sudah dihimpun memang tanah persuasif dan preventif terhadap terjadinya
pertanian di Kota Tasikmalaya sudah seluas pengalihfungsian lahan pertanian ke non-
222 Ha lahan dari 2008 sampai 2015 pertanian.
penyusutannya. Diprediksi pertahun seluas Penelitian ini memberikan saran bahwa
30 Ha lahan. Jika lahan pertanian untuk kebijakan pemerintah ini masih belum
perumahan oleh pihak developer memang dikeluarkan dan masih dalam tahap riset
bisa dikendalikan atau dilihat data-datanya. dan identifikasi permasalahan. Namun
Yang paling sulit adalah mengambil alih diharapkan PP Pemkot Tasikmalaya tentang
fungsi lahan pertanian oleh kepemilikan program LP2B bisa diterapkan mulai tahun
pribadi. Misalnya dari pertanian menjadi 2018. Hanya saja sebelum PP ini menjadi
rumah pribadi atau non pertanian lainnya. program nyata Pemkot Tasikmalaya.
Dengan kebijakan baru ini melalui program sebaiknya pihak dinas pertanian
LP2B diharapkan lahan pertanian bisa memberikan sosialisasi dan komunikasi ke
dilaksanakan secepatnya. beberapa instansi dan masyarakat untuk
Secara fundamental hambatan untuk menyukseskan program ini. Kemudian
mengimplementasikan menekan laju alih kebijakan ini didukung oleh semua stake-
fungsi lahan pertanian. Pertama adalah, holder agar program LP2B berjalan
perangkat hukum formal yang ada secara maksimal. Namun yang jelas dalam RTRW
subtantif masih banyak celah, kondisi ini Pemkot Tasikmalaya harus disinkronkan
memberikan peluang yang cukup besar bagi lagi kemana arah pembangunana Kota
pihak tertentu untuk memperebutkan lahan Tasikmalaya dan jelas harus ada komitmen
pertanian untuk kebutuhan lainnya. Kedua dan konsisten agar seimbang antara
adalah, peraturan rencana tata ruang dan pembangunan dan ketahanan pangan di
wilayah (RTRW) dengan peraturan untuk daerah, khususnya Kota Tasikmalaya.
mengendalikan dan melindungi lahan
pertanian pangan berkelanjutan di Indone- (Footnotes)
sia masih kurang terpadu dan berbenturan
1
Husein, op.cit. halaman 16-17
dengan peraturan daerah, yang
2
Husein, loc.cit.
bersemangat membangun perekonomian
3
Husein,op.cit. halaman 20
4
Data dari Dinas Citptakarya, Tata Ruang dan
daerah dalam era otonomi daerah dalam
Kebersihan Kota Tasikmalaya menyebutkan bahwa
meningkatkan PAD. Tidak adanya pada tahun 2017 jumlah pembangunan kompleks
sinkronisasi dan kesinambungan pembagian perumahan sudah mencapai 250. Jumlah Backlog di
RTRW dan proyek LP2B itu sendiri. Ketiga, Kota Tasikmalaya mencapai 6000 unit, dan hal itu
masih lemahnya sistem pengawasan menandakan tingginya kebutuhan lahan untuk
pemerintah, terkait pengalihfungsian lahan menjadi pemukiman.
Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul dan Didik J Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Baswir, Revisond. 1999. Dilema Kapitalisme Perkoncoan. Institute of Development and Economic
Analysis (IDEA) bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Hadiz, Vedi R. 1997. “ Ekonomi Politik Kepentingan Nasional’. Prisma Edisi 5, Mei-Juni 1997.
Husein. Ali Sofwan. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Islamy, Irfan. 1984. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.
37
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...
Jones, O. Charles. 1994. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), Nashir Budiman (ed), CV
Rajawali Press. Jakarta.
King, Dwight. “Penelitian Empiris dan Pendekatan-Pendekatan Ekonomi Politik (Kawan atau
Lawan) Prisma edisi ke 3 Th 1989.
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik-Ekonomi (Political-Economy) ; Jembatan
Diantara Ilmu Ekonomi dan Ilmu Poltik. Jurnal Politik 8. Kerjasama Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia (AIPI) dan Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI) dengan PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik. Penerbit Ghava
Media. Yogyakarta.
Lindlom, E. Charles. 1986. Proses Penetapan Kebijakan, Alih Bahasa Syamsudin Ardian. Erlangga.
Jakarta.
Miles Mathew B, dan Huberman A, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Alih bahasa Tjetep Rohendi
Rohidi. UI-Press. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rachbini. J. Didik.1996. Perspektif Ekonomi Politik Baru. CIDES. Jakarta.
_______________.2000. Diagnosa Ekonomi dan Kebijakan Publik. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Redwood, John. 1990.Kapitalisme Rakyat. PT Pustaka Utama Grafiti. Jakarta
Silalahi, Oberlin. 1989. Beberapa Aspek Kebijaksanaan Negara. Liberty. Yogyakarta
Sofwan Husein, Ali. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani :Dimensi Manusia dalam Pembangunan Pertanian.
Kanisius. Yogyakarta
Usman, Sunyoto. 2002. Jalan Terjal Perubahan Sosial. CiRed. Yogyakarta
Putra, Fadillah. 2001. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik: Perubahan dan Inovasi
Kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Wahab, A. Solichin. 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Rineka Cipta. Jakarta
Wahab, A Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanan
Negara. Bumi Aksara. Jakarta
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressido. Yogyakarta.
Sumber Lain :
Bambang Irawan dan Supena Friyatno. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa Terhadap Produksi
Beras dan Kebijakan Pengendaliannya.Pusat dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Republik Indonesia : Bogor
Fadhilah, Ida. 2008. Ekonomi Politik Rencana Tata Ruang dan Wilayah (Analisa Relasi Pemerintah
Daerah dan Pemilik Modal dalam Pembangunan Perumahan Refflesia di Desa Pandak,
Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Kompas. Edisi Jumat, 11 Maret 2011. Ancaman Hak Atas Tanah
Made Antara, “Pengendalian Konversi Lahan Pertanian”, dalam Bali Post Online (Bali), 3 Desember
2002.
38
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39
“Indonesia Masuk Empat Negara Importir Beras Terbesar” dalam Medan Bisnis (Medan), 26 Februari
2011.
Usep Irawan, http//adisuara.blogspot.com/2007/07/lahan pertanian dan hak asasi petani
Peraturan Perundangan :
Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
Undang-Undang No.41 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PP No 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
39