Anda di halaman 1dari 5

PROFIL KEMAMPUAN GURU

DALAM MERANCANG SOAL/PERMASALAHAN MATEMATIKA


Baiq Rika Ayu Febrilia
IKIP Mataram, Mataram, Indonesia
E-mail: rika.febrilia@gmail.com

Abstrak. Kemampuan guru dalam mendesain soal/permasalahan matematika mempengaruhi kualitas pembelajaran
matematika di kelas. Besarnya frekuensi guru dalam memberikan soal tertutup membuat penalaran dan kreatifitas siswa
kurang berkembang dengan baik. Akibatnya, jika siswa dihadapkan dengan permasalahan berbeda dari yang mereka
sering dapatkan, siswa cenderung menunjukkan sikap bingung dan merasa kesulitan dalam mencari solusi dari
permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam merancang soal
matematika. Penelitian dengan jenis kualitatif deskriptif ini melibatkan tujuh orang guru matematika SMP/MTs di Kota
Mataram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 14 permasalahan yang dirancang oleh 7 orang guru, 9
diantaranya berada pada level aplikasi, 1 permasalahan pada level pemahaman, 1 permasalahan pada level analisis dan 3
permasalahan pada level evaluasi.

Keywords: kemampuan guru, rancangan permasalahan matematika

siswa tidak terbiasa dengan bentuk-bentuk permsalahan yang


I. PENDAHULUAN lebih aplikatif dan berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis video TIMSS
Pemberian tes merupakan salah satu cara yang dilakukan (2010) yang menunjukkan bahwa siswa terbiasa
guru dalam mengamati proses pembelajaran yang telah dia mengerjakan soal tertutup yang cara penyelesaiannya hanya
lakukan. Tes dapat dilakukan ketika proses pembelajaran menggunakan satu metode dan tidak mendukung adanya
berlangsung, setelah proses pembelajaran atau dalam waktu- variasi jawaban. Dampak dari hal ini adalah tidak
waktu tertentu yang ditentukan oleh sekolah, seperti saat berkembangnya penalaran dan pemahaman siswa. Padahal,
ujian akhir semester. Pemberian tes dapat bertujuan untuk siswa sebaiknya diberikan kesempatan untuk dihadapkan
mengukur bagaimana kemampuan siswa dalam memahami, pada masalah kontekstual yang mengkoneksikan berbagai
mencermati dan mengingat materi yang telah diperoleh atau macam konsep yang telah siswa pelajari (Fitriati & Novita,
mengukur kemampuan siswa dalam memanfaatkan dan 2015).
mengaplikasikan materi yang telah diperoleh pada ha yang Kemampuan guru dalam merancang suatu soal atau
baru (Mayer, 2009). Oleh karena itu, guru perlu memiliki permasalahan dapat ditinjau dari level berpikir apa yang
kemampuan dalam merancang soal/permasalahan yang mampu permasalahan tersebut munculkan dari dalam diri
pantas untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. siswa. Salah satu level berpikir yang dapat dijadikan acuan
Soal/permasalahan yang dirancang oleh guru adalah level berpikir yang diperkenalkan oleh Bloom atau
mempengaruhi cara pandang, komunikasi matematis, biasa dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom. Kemampuan
metode berpikir, sikap, kemampuan pemecahan dan berpikir dalam Taksonomi Bloom terdiri atas kemampuan
penalaran siswa (Anisah dkk, 2011; Mardhiyanti dkk, 2011; berpikir tingkat rendah termasuk pengetahuan dan
Silva dkk, 2011). Posisi Indonesia yang berada pada pemahaman dan berpikir tingkat tinggi termasuk aplikasi,
peringkat 5 terendah di bidang matematika berdasarkan hasil analisis, sintesis dan evaluasi (Tomphson, 2008). Dalam hal
survei PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa kemampuan ini, pemahaman memiliki karakter sebagai pengunaan
siswa dalam berkomunikasi matematis, berpikir dan bernalar prosedur atau langkah-langkah yang telah diketahui,
tergolong rendah. sedangkan aplikasi adalah penggunaan pemahaman pada
Kemampuan guru dalam merancang soal/permasalahan situasi baru,serta pemecahan masalah dengan menggunakan
sangat menarik dan penting untuk dibahas karena pengaruh langkah-langkah atau metode yang belum dipelajari.
penerapannya yang cukup besar dalam membentuk Krathwohl (2002) melakukan revisi terhadap bentuk awal
karakteristik siswa dan kualitas dari pembelajaran yang guru Taksonomi Bloom dengan memperhatikan struktur dari
terapkan (Lewy dkk, 2009). Pembelajaran matematika yang proses kognitif. Perubahan ini menghasilkan 6 level
sarat akan rumus dan langkah-langkah dengan prosedur kemampuan berpikir siswa, yaitu mengingat, memahami,
tertentu membuat guru cenderung memperbanyak frekuensi mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
pemberian soal yang bersifat prosedural dan melatih ingatan (lihat Tabel 1). Hasil revisi ini dipercaya memberikan dapat
siswa terhadap rumus dan prosedur tersebut. Akibatnya, memberikan gambaran yang lebih baik dan lebih spesifik
mengenai bagaimana proses kognitif siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang penting Memberikan penilaian atau
untuk mengetahui profil kemampuan guru dalam merancang 5. Mengevaluasi justifikasi terhadap suatu hal
soal/permasalahan matematika untuk memperoleh gambaran (EV) berdasarkan alasan tertentu.
mengenai jenis-jenis soal/permasalahan dan level Contoh: memeriksa
kemampuan berpikir yang dapat didorong melalui jenis soal Membentuk suatu hal yang
tersebut. Harapannya, hasil ini dapat menjadi bahan refleksi baru dengan memadu
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru 6. Mencipta (CI) padankan beberapa
komponen.
dalam merancang soal/permasalahan matematika. Hasil ini Contoh: memproduksi
juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempersiapkan
literasi dan pedoman dalam merancang soal/permasalahan
yang mampu mendorong kemampuan berpikir siswa pada
level yang lebih tinggi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketujuh guru diminta untuk merancang dua
II. METODE PENELITIAN soal/permasalahan dalam topik matematika yang berbeda.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini Hasil soal/permasalahan rancangan guru masih banyak yang
adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menghasilkan berbentuk soal tertutup, mengkehendaki satu jawaban benar
gambaran secara lebih rinci mengenai kemampuan guru dengan metode yang telah umum digunakan. Hal ini
dalam merancang soal/permasalahan matematika. Subjek ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
yang terlibat adalah tujuh orang guru matematika SMP/MTs
yang mengajar di Kota Mataram. Guru ini terdiri atas dua
orang laki-laki dan lima orang perempuan.
Kemampuan guru dalam merancang soal/permasalahan
matematika ditinjau dari level Taksonomi Bloom yang
muncul pada rancangan tersebut. Proses pengumpulan data
menggunakan lembar kerja guru di mana guru diminta untuk Gambar 1 Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Bilangan Bulat
membuat soal/permasalahan pada dua topik matematika
SMP. Berdasarkan gambar di atas, guru meminta siswa untuk
Analisis fokus kepada kemampuan guru dalam merancang menghitung hasil perkalian dari dua bilangan ratusan dan
soal ditinjau dari level kemampuan berpikir siswa pada puluhan. Meskipun untuk beberapa siswa permasalahan ini
Taksonomi Bloom hasil revisi oleh Krathwohl (2002). Level mungkin dirasa sulit, tetapi soal/permasalahan semacam ini
kemampuan berpikir yang dimaksud diringkas pada Tabel 1. sudah lumrah diberikan oleh guru kepada siswa.
Soal/permasalahan rancangan guru dapat mendorong Permasalahan ini menggiring siswa untuk memperoleh
munculnya level kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sebuah jawaban yang benar dengan langkah atau prosedur
jika soal/permasalahan tersebut berada pada level analisis, yang biasanya sudah diberikan oleh guru. Siswa hanya
evaluasi dan mencipta (Krathwohl, 2002). diminta untuk mengulang kembali langkah yang guru telah
diberikan atau menerapkan pemahaman yang sebelumnya
guru telah berikan dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan sebelumnya. Level kemampuan berpikir tertinggi
yang mungkin muncul melalui pengerjaan
TABEL 1 soal/permasalahan ini adalah level mengaplikasikan.
LEVEL KEMAMPUAN BERPIKIR MENURUT KRATHWOHL (2002)
Soal/permasalahan lainnya yang mampu memunculkan level
Level Kemampuan berpikir mengaplikasikan adalah permasalahan hasil
Deskripsi
Berpikir rancangan guru yang terdapat pada Gambar 2.
Memunculkan pengetahuan
dari memori jangka panjang
1. Mengingat (IN) siswa.
Contoh: menyatakan dan
mengingat kembali
Menjelaskan makna dari
suatu hal.
2. Memahami (PA)
Contoh: memberi contoh,
menjelaskan
Menggunakan langkah-
3. Mengaplikasikan langkah pada keadaan
(AP) tertentu.
Contoh: menerapkan
Gambar 2. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Persamaan Kuadrat
Mengamati hubungan antara dan Luas Permukaan Balok
4. Menganalisis
satu hal dengan yang lain.
(AN)
Contoh: menghubungkan Serupa dengan soal/permasalahan pada Gambar 1,
soal/permasalahan pada Gambar 2 juga merupakan
permasalahan yang sudah lumrah diberikan guru.
Permasalahan pertama dalam gambar ini menuntut siswa
untuk mencari faktor-faktor dari suatu persamaan kuadrat.
Persamaan kuadrat yang diberikan dalam soal hanya
memiliki 1 pasangan faktor yang mungkin dalam
membentuknya. Untuk memperoleh pasangan faktor Gambar 4 Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Pola Bilangan
tersebut, biasanya siswa mengikuti langkah yang telah
diberikan guru. Langkah yang lazim diberikan adalah Soal pada Gambar 5 merupakan soal yang memiliki tipe
menguraikan suku 4𝑥 menjadi penjumlahan dua suku yang serupa dengan soal pada Gambar 4. Kalau diamati, soal ini
lain di mana dua koefisien dari dua suku pengurai suku 4𝑥 seperti bentuk soal yang biasa ditemui, tetapi rancangan
apabila dikalikan akan menghasilkan suku 4. Dengan kalimat dalam soal membuat soal ini memiliki pandangan
memperhatikan analisis ini, level tertinggi pemikiran siswa lain. Dengan mengerjakan soal ini, siswa diminta untuk
yang dapat didorong untuk muncul adalah level menganalisis kembali atau melakukan pemeriksaan kembali
mengaplikasikan. Permasalahan kedua dalam gambar ini terhadap pernyataan dua orang siswa lainnya. Kemudian
meminta siswa untuk menentukan luas permukaan balok dari siswa tersebut diminta untuk memberikan justifikasi
beberapa unsur yang sudah diketahui. Dalam menentukan pernyataan mana yang benar berdasarkan data yang
luas permukaan balok, siswa cenderung menggunakan dikumpulkan dan hasil analisis yang telah mereka lakukan.
rumus yang sudah ada dan sudah diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan ini, diduga soal/permasalahan
Permasalahan ini hanya memiliki satu jawaban yang benar. semacam ini dapat membawa siswa kepada level pemikiran
Bentuk permasalahan ini juga merupakan bentuk yang biasa yang lebih tinggi, yaitu level mengevaluasi.
guru berikan di kelas untuk melatih pemahaman siswa
terhadap rumus yang telah siswa pelajari.
Berbeda dengan soal/permasalahan pada Gambar 1 dan 2,
soal/permasalahan yang ditunjukkan pada Gambar 3 hanya
mampu memberikan kemampuan berpikir siswa pada level
mengingat. Hal ini karena, soal yang dirancang guru tidak
memerlukan keahlian khusus dalam mengoperasikan
bilangan, membuat trik tertentu untuk memperoleh suatu
jawaban atau melakukan analisis terhadap suatu keadaan. Gambar 5. Permasalahan Rancangan Guru pada Relasi
Pada soal ini, siswa hanya diminta untuk menentukan letak
suatu titik dalam koordinat kartesius. Guru juga merancang soal yang berkaitan dengan topik
perbandingan senilai dan tak senilai seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6. Berdasarkan pengamatan terhadap
redaksional soal, permasalahan semacam ini juga belum
keluar dari kebiasaan soal yang guru berikan ketika
membelajarkan siswa pada topik perbandingan. Oleh karena
itu, level pemikiran tertinggi yang mungkin didorong untuk
Gambar 3. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Koordinat Cartesius muncul adalah level aplikasi.

Permasalahan pada Gambar 4 memiliki redaksional yang


berbeda dengan permasalahan yang telah disebutkan
sebelumnya. Pada permasalahan ini, siswa didorong untuk
mengevaluasi, melakukan pengecekan kembali dan membuat
justifikasi atas pernyataan yang diberikan dalam soal.
Kegiatan mengevaluasi, memeriksa kembali dan
menjustifikasi akan memberikan siswa kesempatan dalam
menunjukkan dan melatih keterampilan, kreativitas dan
Gambar 6. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Perbandingan
pemahaman konsep. Dalam melakukan evaluasi,
pemeriksaan dan membuat justifikasi, siswa diberikan
kesempatan untuk menggunakan langkah-langkah atau Permasalahan berikutnya yang akan dibahas adalah
konsep yang telah mereka pelajari, melakukan pengamatan permasalahan dalam bentuk akar (lihat Gambar 7). Kalau
terhadap pola yang mungkin terbentuk atau bahkan sekedar biasanya guru memberikan soal yang cenderung meminta
mencoba-coba, sehingga kemampuan berpikir yang dapat siswa untuk melakukan proses perhitungan soal dan
diberikan melalui permasalahan ini adalah kemampuan memberikan jawaban atau hasil atas proses yang telah
mengevaluasi. Level mengevaluasi merupakan salah satu dilakukan, permasalahan yang diberikan pada Gambar 7
level yang dapat dikategorikan sebagai level berpikir tingkat meminta siswa untuk menjelaskan langkah yang digunakan
tinggi pada untuk mendapatkan bentuk akar dari suatu bentuk yang
diberikan. Penekanan yang diberikan pada permasalahan ini
adalah bagaimana siswa menjelaskan suatu langkah atau
cara untuk mrndapatkan hasilnya. Redaksional soal
semacam ini hanya mampu mendorong siswa berpikir
sampai pada level pemahaman. Siswa dituntut untuk
menjelaskan kembali cara yang mereka akan lakukan dalam
merasionalkan bentuk akar sesuai dengan apa yang mereka
pahami berdasarkan atas informasi yang telah diberikan
guru.

Gambar 10. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Kesebangunan


Gambar 7. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Bentuk Akar
Gambar 10 menunjukkan hasil soal rancangan guru pada
Bentuk soal hasil rancangan pada Gambar 8 juga topik kesebangunan. Soal ini menggunakan kata “mengapa”
merupakan dua permasalahan yang mungkin mampu sebagai kata tanyanya, sehingga soal ini dimaksudkan untuk
mendorong level pemikiran siswa pada tahap aplikasi. memberikan penjelasan atau alasan terhadap kondisi
Permasalahan pertama dari gambar ini merupakan tertentu. Ada 2 kondisi yang menjadi sorotan dari soal ini,
permasalahan mengenai pecahan yang disusun yaitu mengapa 2 x 3 dan 4 x 6 dikatakan sebangun
menggunakan permasalahan sehari-hari, sedangkan sedangkan 2 x 3 dan 3 x 4 dikatakan tidak sebangun. Melalui
permasalahan kedua dari gambar ini merupakan soal terkait permasalahan ini, siswa akan diminta untuk mengingat
topic relasi, di mana siswa hanya diminta untuk menentukan kembali syarat dari dua hal dikatakan sebangun. Setelah itu,
relasi yang mungkin dari dua himpunan hewan dan jenis mereka akan memeriksa apakah syarat tersebut dipenuhi
makanannya. oleh dua kondisi di atas. Hasil inilah yang akan menjadi
jawaban atas permasalahan pada Gambar 10. Berdasarkan
uraian ini, maka level kemampuan berpikir mengaplikasikan
menjadi level kemampuan yang mungkin mampu didorong
melalui permasalahan ini.
Rangkuman hasil analisis data terhadap soal hasil
rancangan guru ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2
memberikan informasi mengenai level kemampuan berpikir
siswa yang mungkin dapat didorong oleh setiap soal yang
dikembangkan oleh guru. Kolom pertama menunjukkan
kode guru yang menjadi subjek penelitian. Kolom kedua
merupakan kode soal yang dirancang oleh guru, sedangkan
beberapa kolom berikutnya merupakan level kemampuan
berpikir berdasarkan Taksonomi Bloom.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 14 permasalahan yang
dirancang oleh 7 orang guru, 9 diantaranya berada pada level
aplikasi, 1 permasalahan pada level pemahaman, 1
Gambar 8. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Pecahan dan Relasi
permasalahan pada level analisis dan 3 permasalahan pada
level evaluasi.
Hasil rancangan soal pada Gambar 9 terkesan sedikit
berbeda dari soal lainnya yang telah dirancang guru. Tidak TABEL 2
ada proses hitung-menghitung yang akan dilakukan oleh RINGKASAN LEVEL KEMAMPUAN BERPIKIR DARI SOAL HASIL RANCANGAN
siswa. Pada soal ini, ketelitian dan kecermatan siswa GURU
dipadukan dengan pemahaman yang telah mereka ketahui
akan diuji untuk menunjukkan berapa banyak persegi dan Level Kemampuan Berpikir
segitiga yang terdapat dari suatu bangun datar yang Guru Soal
diberikan. Meskipun secara redaksional berbeda, IN PA AP AN EV CI
permasalahan ini tetap hanya mampu mendorong
kemampuan berpikir siswa pada level mengaplikasikan. P1 √
T1
P2 √
P3 √
T2
P4 √
P5 √
T3
P6 √
P7 √
T4
P8 √
P9 √
T5
P10 √
P11 √
T6
Gambar 9. Permasalahan Rancangan Guru pada Topik Segitiga dan P12 √
Segiempat P13 √
T7
P14 √
Total - 1 9 1 3 -
Keterangan: Lewy, L., Zulkardi, Z., & Aisyah, N. (2009). Pengembangan
- T1, T2, T3, …, T7 adalah Guru 1, Guru 2, Guru 3, …, Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir
Guru 7. Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret
- T1, T2, T3, T4, T5, …, T14 adalah Permasalahan 1, Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius
Permasalahan 2, …, Permasalahan 14. Maria Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika,
3(2), 14-28.
Mardhiyanti, D., Ilma, R., & Kesumawati, N. (2011).
IV. KESIMPULAN Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Untuk
Berdasarkan uraian hasil penelitian maka dapat Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis
disimpulkan bahwa dari 14 permasalahan yang dirancang Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
oleh 7 orang guru, 9 diantaranya berada pada level aplikasi, Matematika, 5(1).
1 permasalahan pada level pemahaman, 1 permasalahan Mayer, R.E. (2009). Multimedia Learning 2nd Edition.
pada level analisis dan 3 permasalahan pada level evaluasi. Cambridge: Cambridge University Press.
Ini artinya, kemampuan guru dalam membuat atau Newcomb, L.H. & Trefz, M.K. (1987). Levels of cognition
merancang suatu permasalahan hanya mampu dalam of student tests and assignments in the College of
mendorong level berpikir siswa tingkat rendah. Agriculture at The Ohio State University. National
Soal/permasalahan yang disajikan guru kurang menantang Association of College Teachers of Agriculture
siswa dalam berpikir, kurang mendorong kreativitas dan Journal. 31(2), 26-30.
keterampilan siswa dan kurang memberikan siswa OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework – Key
kesempatan dalam meningkatkan pemahaman mereka Competencies in Reading, Mathematics, and
terhadap suatu konsep, mengaplikasikannya dalam Science. (online) Tersedia:
permasalahan sehari-hari serta melihat hubungan antar http://browse.oecdbookshop.org/oecd/pdf
konsep tersebut dengan konsep lainnya. s/browseit/9809101E.PDF, diakses tanggal 9
Perlu adanya suatu kegiatan yang dapat melatih guru Oktober 2018.
untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat Senk, S. L., Beckmann, C. E., & Thompson, D. R. (1997).
soal/permasalahan. Diperlukan uji coba secara langsung Assessment and grading in high school
terhadap soal/permasalahan rancangan guru untuk melihat mathematics classrooms. Journal for research in
dampak langsung dari soal tersebut terhadap kemampuan Mathematics Education, 187-215.
berpikir siswa. Silva, E. Y., Zulkardi, Z., & Darmawijoyo, D. (2011).
Pengembangan soal matematika model PISA pada
konten uncertainty untuk mengukur kemampuan
REFERENSI
pemecahan masalah matematika siswa sekolah
Anisah, A., Zulkardi, Z., & Darmawijoyo, D. (2011). menengah pertama. Jurnal Pendidikan Matematika,
Pengembangan soal matematika model PISA pada 5(1).
konten quantity untuk mengukur kemampuan Thompson, T. (2008). Mathematics teachers’ interpretation
penalaran matematis siswa sekolah menengah of higher-order thinking in Bloom’s taxonomy.
pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1). International electronic journal of mathematics
Bloom, B.S. (1956). Taxonomy of educational objectives: education, 3(2), 96-109.
The classification of educational goals: Handbook World Bank Human Development Department East Asia and
I, cognitive domain. New York ; Toronto: Pasific Region. (2010). Inside Indonesia’s
Longmans, Green. Mathematics Classroom: TIMSS Video Study of
Fitriati & Novita, R. (2015). Pengembangan Pendekatan Teaching Practices and Student Achievment.
Rich Task dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Jakarta: World Bank Office Jakarta.
Matematika. Jurnal Numeracy, 2(1), 21-31.
Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom's taxonomy:
An overview. Theory into practice, 41(4), 212-218.

Anda mungkin juga menyukai