Pedoman Haji

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM HAJI

DI UPTD PUSKESMAS LANGSA BARAT

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
tersusunnya Pedoman Program Haji UPTD Puskesmas Langsa Barat tahun
2019.
Pedoman ini kami susun sebagai panduan bagi pelaksanaan

kegiatan Program Haji di UPTD Puskesmas Langsa Barat untuk

melaksanakan kegiatan dan pelayanan komprehensif dan paripurna

kepada sasaran, dengan lebih terprogram dan terperinci sesuai target yang

diharapkan.

Kepada semua pihak yang terkait dalam mendukung tersusunnya


Pedoman ini kami sampaikan terima kasih.
Akhir kata, kami menyadari bahwa Pedoman Program Haji, yang
kami susun ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan untuk
kegiatan Program Haji yang lebih baik lagi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Langsa Barat sangat kami harapkan.

Langsa, Januari 2019


Pengelola Program Haji

Sari Dewi Damayanti Amd, Keb


NIP.197706202007012003

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................... 1
B. Tujuan pedoman...................................................... 2
C. Sasaran pedoman..................................................... 3
D. Ruang Lingkup Pedoman......................................... 3
E. Batasan Operasional................................................ 3

BAB II STANDART KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................ 4
B. Distribusi ketenagaan.............................................. 5
C. Jadwal kegiatan....................................................... 5

BAB III STANDART FASILITAS


A. Denah Ruangan....................................................... 6
B. Standar Fasilitas..................................................... 6

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan..................................................... 7
B. Metode..................................................................... 8
C. Langkah Kegiatan................................................... 12

BAB V LOGISTIK....................................................................13
BAB VI KESELAMATAN SASARAN PROGRAM..........................15
BAB VII KESELAMATAN KERJA...............................................16
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU................................................17
BAB IX PENUTUP....................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah wajib

menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Haji agar jemaah haji dapat

menunaikan ibadah dengan baik sesuai ketentuan ajaran Islam.

Kementrian Kesehatan bertanggungjawab untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan haji sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di

perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan setelah kembali

ke Indonesia.

Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi

Jemaah Haji pada bidang kesehatan, sehingga Jemaah Haji dapat

menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.

Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatkan kondisi

kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama

menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah

transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh

jemaah haji. Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa

kondisi kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan

menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu

menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan

mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh

adalah pemeriksaan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status

kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara

eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan jenis-


jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistik. Pedoman Teknis

Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji ini selanjutnya digunakan sebagai

acuan dan standar dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan

jemaah haji sebelum keberangkatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan

kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika,

moral, keilmuan, dan profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi

data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan dan perlindungan

kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah

haji di Arab Saudi

2. Tujuan Khusus

a. Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji

berkualitas.

b. Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan

pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan

jemaah haji.

c. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko

jemaah haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan

Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.

d. Terwujudnya fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik

jemaah haji untuk kepentingan pelayanan kesehatan haji.

e. Tersedianya bahan keterangan bagi penetapan laik kesehatan

(istitho’ah) jemaah haji.

f. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi

penyakit menular berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada

masyarakat Internasional/Indonesia.
C. SASARAN

a. Petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji

b. Pengelola program kesehatan haji

c. Instansi pemerintah di semua jenjang administrasi yang bertanggung

jawab dalam penyelenggaraan kesehatan haji

d. Organisasi profesi terkait penyelenggaraan haji

e. Lembaga Swadaya Masyarakat terkait penyelenggaraan haji

D. RUANG LINGKUP

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah penilaian status

kesehatan bagi jemaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai

upaya penyiapan kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada

sarana pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara

kontinum (berkesinambungan) dan komprehensif (menyeluruh).

Yang dimaksud kontinum dan komprehensif yaitu : bahwa proses

dan hasil pemeriksaan selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan

dalam rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya

pembinaan dan perlindungan jemaah haji.

E. BATASAN OPERASIONAL

Ibadah Haji adalah rukun islam kelima yang merupakan kewajiban

sekali seumur hidup bagi setiap orang islam yang mampu

menunaikannya.

Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama islam

dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan

pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembianaan,

pelayanan, dan perlindungan jemaah haji.

Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan,


dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi,

surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB dan musibah

massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatn

haji.

F. LANDASAN HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1962 Tentang Karantina Udara

b. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular

c. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

d. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji

e. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

f. Keputusan Presiden Nomor 62 tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Urusan Haji, yang diubah dan disempurnakan

dengan Keputusan Presiden Nomor 119 tahun 1998

g. SK Bersama Menteri Kesehatan & Kesejahteraan Sosial dan Menteri

Agama Nomor 458 tahun 2000 tentang Calon Jemaah Haji Wanita

Hamil Melaksanakan Ibadah Haji

h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442 tahun 2009 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang

Pedoman Pelaksanaan Haji Indonesia

j. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

k. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Haji.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal

1 Sari Dewi Damayanti Pengelola D III Kebidanan

Amd, Keb Program Haji

B. DISTRIBUSI KETENAGAKERJAAN

Pengelola Program Haji langsung mengkoordinir jemaah haji yang

ada di wilayah UPTD Puskesmas Langsa Barat, dengan berkoordinasi

dengan Tim Dokter, serta tenaga medis lainnya yang ada di UPTD

Puskesmas Langsa Barat dalam rangka pemeriksaan jemaah haji

C. JADWAL KEGIATAN

Jadwal kegiatan pelayanan Kesehatan Haji dilakukan sesuai

rencana bulanan yang sudah dibuat dalam rencana tahunan.

Jenis
Kegiatan sasaran Target Jadwal
Pelayanan

Pelacakan
Jemaah Haji Desa September
K3JH
Kesehatan
Pembinaan
Haji
Calon Jemaah Jemaah Haji Desa Februari

Haji
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Meja pintu masuk
Dokter Kursi

Kursi

Tempat tidur
Pasien

Alat Pemeriksaan

B. STANDAR FASILITAS

Untuk pelaksanaan kegiatan diperlukan saranana penunjang

seperti peralatan medis dan non medis, obat obatan, sarana penyuluhan,

dan lain lain, seperti

1. Stetoskop

2. Tensi meter

3. Timbangan Berat Badan

4. Alat Pengukur Tinggi Badan

5. Lampu senter

6. Snellen chart

7. Vaksin bila imunisasi

8. Spuit dan Nald

9. Alat pemeriksaan Hb

10. Alat pemeriksaan kolesterol

11. Alat pemeriksaan gula

12. Alat pemeriksaan urine

13. Plano test


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji diselenggarakan secara kontinum

dan komprehensif melalui dua tahapan. Tahapan pemeriksaan merupakan

urutan kronologis agar terselenggara secara efektif-efisien, serta memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi penyelenggaraan kesehatan haji.

Penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dengan memanfaatkan sarana pelayanan medis Puskesmas dan Rumah Sakit.

Puskesmas merupakan sarana pengampu pemeriksaan kesehatan jemaah

haji, sedemikian rupa sehingga kondisi kesehatan jemaah haji dapat dinilai

secara legeartis dan tetap terjaga kesahihannya. Rumah Sakit merupakan

sarana rujukan pemeriksaan kesehatan jemaah haji, sehingga penilaian

kesehatan dapat dilaksanakan secara baik dan benar. Pelaksanaan

pemeriksaan kesehatan jemaah haji merupakan bagian pelayanan rutin dan

agar tidak dikonsentrasikan. Konsentrasi pelaksanaan pemeriksaan, baik

waktu dan tempat dapat mengakibatkan penurunan mutu dan gangguan bagi

pelayanan lain.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan pemeriksaan

kesehatan bagi seluruh jemaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan data

kesehatan bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan

dan perlindungan. Pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan

Haji Puskesmas. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua merupakan

pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data status kesehatan terkini

bagi pemantauan dan evaluasi upaya perawatan, pemeliharaan, pembinaan dan

perlindungan, serta rekomendasi penetapan status kelaikan pemberangkatan

haji.
Bagi jemaah haji Non-RISTI, data kesehatan dapat diperoleh dari

pemeriksaan dalam rangka perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang

dilakukan oleh Dokter. Bagi jemaah RISTI, data kesehatan diperoleh dari

pemeriksaan rujukan ke Rumah Sakit.

Mekanisme kerja dan Tim Pemeriksa Kesehatan Tahap Pertama dan Tim

Pemeriksa Kesehatan Tahap Kedua ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sesuai peraturan yang ada. Kerjasama pelaksanaan

pemeriksaan kesehatan jemaah haji antar Kabupaten/Kota di koordinasikan

oleh Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

B. METODE KEGIATAN

Pelayanan dilakukan berdasarkan standar operasional prosedur

yang telah ditetapkan meliputi :

1. Pemeriksaan kesehatan tahap awal.

2. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua

3. Rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan

4. Pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi siskohatkes

5. Pencatatan dan pelaporan kepulangan jemaah haji.

1. PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP PERTAMA

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah upaya penilaian

status kesehatan pada seluruh jemaah haji, menggunakan metode

pemeriksaan medis yang dibakukan untuk mendapatkan data kesehatan

bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan

perlindungan. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh oleh Tim

Pemeriksa Kesehatan di UPTD Puskesmas Langsa Barat yang ditunjuk

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Langsa.

Fungsi Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama antara lain :

a. Identifikasi, karakterisasi dan prediksi, serta penentuan metode

eliminasi faktor risiko kesehatan jemaah haji


b. Dasar upaya perawatan dan pemeliharaan kesehatan, serta upaya-

upaya pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai protokol standar profesi

kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

4. Penilaian kemandirian

5. Tes kebugaran

2. PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP KEDUA

Sementara pada pemeriksaan kesehatan tahap kedua, dijelaskan

diantaranya :

a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status

kesehatan terhadap jemaah haji tahun berjalan untuk memperoleh

data status kesehatan terkini bagi evaluasi upaya perawatan,

pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta rekomendasi

penetapan status kelaikan pemberangkatan haji.

b. Data kesehatan terkini diperoleh melalui kompilasi data perawatan,

pemeliharaan dan rujukan. Pemeriksaan kesehatan rujukan

dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan di Rumah Sakit.

c. Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Fungsi pemeriksaan kesehatan tahap kedua, antara lain untuk :

a. Menyediaan data status kesehatan jemaah yang lengkap dan terkini

melalui kompilasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama,

pemeriksaan dalam rangka perawatan dan atau pemeliharaan, serta

pemeriksaan rujukan.

b. Identifikasi, karakterisasi dan prediksi, serta penentuan metode

eliminasi faktor risiko kesehatan jemaah haji.


c. Dasar upaya perawatan dan pemeliharaan kesehatan, serta upaya-

upaya pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji.

Berdasarkan dua tahap pemerksaan kesehatan haji diatas kemudian

digunakan sebagai alat untuk penetapan kelaikan kesehatan jamaah haji.

Penetapan Kelaikan Kesehatan merupakan upaya penentuan kelaikan jemaah

haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan

mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dan Kedua

melalu pertemuan yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim

Pemeriksa Kesehatan Puskesmas, Tim Pemeriksa Kesehatan Rumah Sakit,

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Provinsi selambat-

lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji dimulai.

Fungsi penetapan Kelayakan Kesehatan dilakukan untuk menentukan

status kelaikan kesehatanjemaah haji mengikuti perjalanan ibadah haji. Status

kesehatan dikategorikan menjadi 4, yaitu Mandiri, Observasi, Pengawasan dan

Tunda. Berdasarkan pedoman teknis ini, juga disebutkan, berdasarkan

peraturan Kesehatan Internasional disebutkan jenis-jenis penyakit menular

tertentu sebagai alasan pelarangan kepada seseorang untuk keluar-masuk

antar negara, yaitu ;

1. Penyakit Karantina:

(1) Pes (plague);

(2) Kolera (cholera);

(3) Demam kuning (yellow fever);

(4) Cacar (small pox);

(5) Tifus bercak wabahi (typhus anthomaticus infectiosa/louse borne

typhus);

(6) Demam balik-balik (louse borne relapsing fever);

(7) Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian

2. Penyakit menular, yang menjadi perhatian WHO :

(1).Tuberkulosis paru dengan BTA positip;


(2).Kusta tipe multi basiler;

(3).Avian influenza (AI);

(4). Influenza A baru (H1N1);

(5).Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian

3. Ketentuan Keselamatan Penerbangan;

(a). Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan

ketinggian/ penerbangan

(b). Usia kehamilan

Jemaah haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila ;

1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.

2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di

embarkasi.

3. Tidak memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan.

Sesuai Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan

Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik indonesia tentang calon

haji wanita Hamil untuk melaksanakan ibadah hajI, antara lain disebutkan

bahwa calon haji wanita hamil yang diijinkan untuk menunaikan ibadah haji

harus memenuhi persyaratan :

1. Telah mendapat suntikan vaksinasi meningitis paling lama 2 (dua) tahun

sebelum Keberangkatan haji dengan bukti International Certivicate of

Vaccination (ICV) yang sah.

2. Pada saat berangkat dari embarkasi usia kehamilan mencapai

sekurang¬kurangnya 14 (empat belas) minggu dan sebanyak-banyaknya

26 (dua puluh enam) minggu.

3. Tidak tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu serta

janinnya, yang dinyatakan dengan keterangan dari dokter spesialis

kebidanan dan penyakit kandungan yang memiliki surat ijin praktik.


4. Menyerahkan surat pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai yang

ditandatangani oleh yang bersangkutan dan diketahui oleh suaminya

atau pihak keluarganya.

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang (laboratorium)

4.Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang hasil pemeriksaan

kesehatan jemaah haji yang meliputi nomer porsi, nama jemaah, nama

ayah (bin / binti), umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, diagnosis (1-

4), kategoro, ket.

5. Melaporkan tentang pemeriksaan tahap awal dan lanjutan melalui

aplikasi siskohatkes

6. Melakukan pembinaan kesehatan jamaah haji 7. Mencari informasi

tentang kesehatan jemaah haji dengan melakukan kunjungan rumah pada

jemaah haji
BAB V

LOGISTIK

1. MANAJEMEN LOGISTIK

Logistik dalam pelayanan haji meliputi :

a. Logistik pemeriksaan Laboratorium : logistik pemeriksaan

laboratorium dikelola oleh Penanggung jawab laboratorium, meliputi:

1. Alat pemeriksaan Hb

2. Alat pemeriksaan kolesterol

3. Alat pemeriksaan gula

4. Alat pemeriksaan urine

5. Plano test

b. Logistik pemeriksaan Fisik : logistik pemeriksaan fisik di kelola oleh

penanggung jawab poli umum, meliputi :

1. Alat pemeriksaan fisik : Stetoskop, tensimeter, THT set, set

pemeriksaan mata, dll

2. Alat pemeriksaan ECG

c. Logistik pelayanan imunisasi : logistik pelayanan imunisasi di

sediakan oleh bagian farmasi Dinas Kesehatan sesuai jumlah calon

jemaah yang diperiksa dan di distribusikan oleh dinas kesehatan,

antara lain :

1. Imunisasi Meningitis

2. Imunisasi Influenza

3. Imunisasi Pneumonia

4. Spuit

5. Safety Box
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM HAJI

1. PENGERTIAN

Keselamatan Pasien (Patient Safety) : Adalah suatu sistem dimana

puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

meliputi :

1. Assesmen resiko

2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien

3. Pelaporan dan analisis insiden

4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

2. TUJUAN

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas

2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan

masyarakat

3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

3. STANDART KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien


5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

1. PRINSIP KESELAMATAN KERJA

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan

keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene

sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut

dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan

guna mencegah kontak dengan darah

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi

2. PENYUNTIKAN YANG AMAN

Suntikan yang aman ( safety injection ) adalah suatu kondisi dimana :

a. Sasaran imunisasi memperoleh kekebalan terhadap suatu penyakit

dalam rangka menurunkan prevalensi penyakit

b. Tidak ada dampak negatif berupa kecelakaan atau penularan penyakit

pasca imunisasi pada sasaran maupun petugas

c. Secara tidak langsung tidak menimbulkan kecelakaan atau penularan

infeksi pada masyarakat dan lingkungan


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan kegiatan kesehatan haji harus di monitor dan

dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan SOP

2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan (TUPOKSI)

3. Ketepatan penggunaan sarana dan prasarana sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang berlaku

4. Semua kegiatan didasrkan pada aspek kebutuhan sebagai bentuk pelayanan

prima.
BAB IX

PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Program Haji di UPTD

Puskesmas Langsa Barat diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

semua pihak yang terkait, khususnya Pemegang Program Haji UPTD Puskesmas

Langsa Barat, serta seluruh bagian yang terlibat dalam proses pemeriksaan

kesehatan jemaah haji, baik tenaga medis, maupun para peserta jemaah haji.

Diharapkan kerjasama, dukungan dan partisipasi dari semua pihak agar

mampu mewujudkan pelayanan kesehatan haji dengan baik, sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan UPTD Puskesmas Langsa Barat.

Anda mungkin juga menyukai