PL 2 Habibullah Khafid-Propasal Ikan Patin
PL 2 Habibullah Khafid-Propasal Ikan Patin
) DI KAMPUNG PATIN
KAB. KAMPAR PROVINSI RIAU
Oleh:
HABIBULLAH KHAFID ALFIRIDI
Oleh:
HABIBULLAH KHAFID ALFIRIDI
NRP 56204113173
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. Romi Novriadi, M.Sc., Ph.D Dr. M. Farchan, A.Pi., S.E., M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Eng. Sinar Pagi Sektiana., S.St.Pi., M.Si Erni Marliana, S.Pi., M.Pi
Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Praktik Lapang II yang berjudul “Teknis Produksi Ikan Patin
(Pangasius sp.) Di Kampung Patin Kab. Kampar, Provinsi Riau”. Proposal ini
disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan praktik Lapang
II pada Program Studi Teknologi Akuakultur, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Proposal Praktik Lapang II ini menjadi acuan penulis dalam melakukan
praktik Lapang II. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan proposal ini.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Patin (pangasius spp.)
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) adalah salah satu ikan asli
perairan indonesia yang telah berhasil didomestikasikan. Jenis-jenis ikan patin di
Indonesia sangat banyak, antara lain Pangasius jambal, Pangasius
polyuranodon, Pangasius humelaris, Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus,
Pangasius niewenhuisii, Pangasius sutchi, Pangasius hypophtalmus(Ade
Suhara, 2019). Di Indonesia terdapat 13 jenis ikan patin, namun 2 spesies yang
telah berhasil dibudidayakan yakni ikan patin siam dan patin jambal.(Armanda et
al., 2019)
2.1.1 Klasifikasi ikan Patin (pangasius spp.)
Menurut(Ade Suhara, 2019), sistematika ikan patin di klasifikasikan
sebagai berikut :
- Kingdom : Animalia
- Filum : Chordata
- Kelas : Pisces
- Ordo : Ostariophysi
- Famili : Pangasiidae
- Genus : Pangasius
- Spisies : Pangasius Hypophthalmus
Induk yang digunakan adalah induk patin betina berumur minimal 2,5 tahun
dengan bobot 2,5 – 3 kg/ekor, sedangkan induk patin jantan berumur minimal 2
tahun dengan bobot 2 – 2,5 tahun kg/ekor. Ikan patin akan memijah secara
maksimal pada musim hujan. Pada musim penghujan setiap kilogram induk ikan
patin akan menghasilkan telur sekitar 150.000 – 300.000 butir telur, sedangkan
pada musim kemarau setiap kilogram induk hanya menghasilkan telur sekitar
60.000 – 100. 000 butir. (Sularto & Tahapari, 2007)
4. Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan.
Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan
sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang
sudah ditentukan. (Sunarma, 2007)
Seleksi induk adalah kegiatan memilih atau memisahkan antara indukinduk
yang sudah matang gonad atau matang telur dengan yang belum. Tujuannya
untuk mendapatkan induk-induk yang siap pijah, dimana telur bisa dibuahi dan
spermanya bisa membuahi. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad
dan sebelum pemijahan (Arie, 2000)
5. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui penyuntikan (Induced breeding)
secara intramuscular dengan menggunakan ovaprim atau sejenisnya (Ihwan et
al., 2021) berfungsi meransang dan untuk mempercepat proses ovulasi serta
pemijahan yang dipacu oleh hormon gonadothropin pada tubuh ikan (Hengky
Sinjal, 2014). Penyuntikan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada penyuntikan
pertama dosis yang diberikan sekitar sepertiga bagian dosis total dan kedua
dosisnya dua pertiga bagian dari dosis total. Sebelum dipijahkan induk induk
dilakukan pemberokan yaitu pemuasaan (Afriani, 2016)
Induk yang telah siap dipijahkan melalui seleksi induk, tahap selanjutnya
adalah memijahkan induk tersebut. Induk terseleksi dan siap pijah harus
dipelihara di dalam wadah yang mudah untuk ditangkap (sempit), namun
mendapatkan kualitas air yang baik yaitu oksigen yang cukup (≥ 3 ppm) dan
suhu air relatif tinggi (≥ 28 °C). Selama pemeliharaan ini induk dihindari jangan
sampai stres, misalnya akibat penanganan yang tidak hati-hati atau gangguan
dari pengaruh lingkungan (Sularto & Tahapari, 2007)
6. Penetasan Telur
Penetasan merupakan peristiwa pada saat embrio ikan keluar dari telur
menjadi larva dan pertama kalinya berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh (Murtidjo, 2002) . Telur yang telah dibuahi
ditetaskan pada tempat yang telah disiapkan sebagai tempat penetasan telur.
Telur ditebar merata di dasar akuarium dan diusahakan jangan ada telur yang
menumpuk, karena telur tersebut akan busuk dan menyebabkan menurunnya
kualitas media atau air sehingga dapat mengakibatkan kegagalan penetasan
(Sunarma, 2007).
Menurut (Satyani, 2006), penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
1.Ditetaskan atau ditebar langsung pada wadah penetasan yang sekaligus
tempat pemeliharaan larva. Cara ini mengalami kesulitan saat memisahkan
7
antara larva dengan telur busuk dan larva abnormal serta resiko larva keracunan
relatif tinggi terutama pada telur dengan fertilitas kurang dari 80%.
2. Ditetaskan pada corong penetasan. Telur yang telah dibuahi harus dihilangkan
zat perekatnya terlebih dahulu. Telur tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
corong penetasan yang dialiri air pada bagian dasar corong sehingga telur
bergerak atau berputar secara perlahan.
7. Pemeliharaan Larva
Larva ikan patin siam mempunyai sifat kanibal sehingga untuk
menghindarinya perlu diperhatikan waktu untuk pemberian pakan. Menurut
(Sunarma, 2007), pakan pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas
pada kisaran suhu pemeliharaan 29 – 30 °C. Pakan yang diberikan berupa
nauplii Artemia. Pemberian pakan selanjutnya dapat dilakukan pada kisaran 4 –
5 jam sekali. Pakan diberikan secara ad libitum atau secukupnya dengan
memperhatikan nafsu makan ikan. Pemeliharaan larva atau benih di akuarium
dapat dilakukan sampai minimal umur 10 – 14 hari sebelum dipindahkan ke
dalam bak pendederan.
8. Monitoring Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran panjang dan berat maupun
volume dalam waktu tertentu (Fujiana et al., 2020). Pertumbuhan dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur,
sifat genetik, ketahanan tubuh terhadap penyakit serta kemampuan ikan patin
dalam mencerna makanan dan faktor eskternal meliputi sifat fisika, kimia air,
ruang gerak dan keterbatasan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Andhy
Sumanteri, Komsanah Sukarti, 2021)
9. Pengelolaan Pakan
Makanan ikan patin adalah salah satu hal yang harus anda perhatikan pada
budidaya ikan patin. Pemberian pakan yang tepat dan benar berpengaruh
terhadap pertumbuhan berat, kualitas dan kesehatan ikan patin. Pemberian
pakan juga berpengaruh terhadap biaya operasional yang akan anda keluarkan
dalam budidaya ikan patin. Karena itu, manajemen pakan ikan patin harus
direncanakan secara optimal. Pengelolaan pada segmen pembenihan dibagi
atas dua bagian yaitu :
a. Pakan Induk
Selama pemberian pakan perlu dilakukan pengamatan terhadap kondisi ikan
sebelum dan sesudah diberi makan karena itu akan berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan ikan. Termasuk juga didalamnya kondisi dan warna air, aerasi
dan memastikan bahwasannya tidak ada kompetitor lain di dalam kolam
pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan hendaknya tepat jenis, dosis,
frekuensi serta teknik pemberian sehingga tidak membawa pengaruh buruk
terhadap kualitas air dan induk yang dipelihara apabila tidak tepat prosesnya
(Minggawati & Saptono, 2012)
Dosis pakan yang diberikan pada induk ialah sebesar 3% jika berlebihan
maka khawatirnya akan terjadi proses akumulasi dari kandungan amoniak pada
sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan. Frekuensi pemberian pakan diberikan
2-3 kali perhari yaitu pada pagi, sore dan malam hari (Pramudiyas, 2014)
b. Pakan Larva Dan Benih
8
Larva ikan patin mempunyai sifat kanibalisme yang tinggi sehingga perlu
dihindari. Oleh karena itu, larva yang baru menetas tidak perlu diberikan pakan
terlebih dahulu karena larva masih memiliki cadangan makanan pada kantong
kuning telurnya (yolk sac)(Kristiany et al., 2021a)
Larva yang baru menetas masih memilki kuning telur pada tubuhnya sebagai
sumber makanan. Kuning telur tersebut akan habis setelah larva berumur 2 hari,
oleh karena itu larva sebelum berusia 2 hari harus segera diberi pakan. Larva
mulai aktif makan pada jam ke 30 – 36 setelah menetas (Satyani, 2006)
Pakan awal larva patin berupa nauplii Artemia yang diberikan setelah larva
berumur 30 – 36 jam dan diberikan selama 4 hari. nauplii Artemia diberikan
setiap 2 jam pada hari pertama dan setiap 3 jam pada hari kedua sampai hari 23
kelima. Pada hari kelima mulai dilatih makan cacing sutera (Tubifek), Moina atau
Daphnia. Pakan tersebut diberikan selama 5 – 7 hari. Frekuensi pemberian
pakan dilakukan setiap 3 jam sekali dan setelah larva berumur 12 hari diberikan
pakan berupa pellet dengan kandungan protein 35 – 40% dengan ad libitum
(feeding rate ± 15% dari total bobot ikan). Frekuensi pemberian pakan minimal 5
kali per hari. Masa pemeliharaan larva selama 3 – 4 minggu sampai ukuran 1
inch(Satyani, 2006).
10. Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan ikan budidaya,
termasuk ikan patin. Ikan patin dapat hidup pada kualitas air yang buruk namun
akan menghambat pertumbuhan karena energinya digunakan untuk bertahan
pada lingkungan perairan yang buruk.(Kristiany et al., 2021)
Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas air
yang kurang baik maka akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat
(Arie, 2000) Kualitas air sebagai media tumbuh harus memenuhi syarat. Air yang
digunakan dapat membuat ikan melangsungkan hidupnya. Air sebagai media
tumbuh harus memperhatikan kualitas air antara lain salinitas, suhu, kandungan
oksigen terlarut (DO), dan keasaman (pH).(H. Effendi, 2003)
11. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan organisme lain yang terdapat pada daerah
budidaya yang dapat menyaingi (kompetitor), memangsa (predator), membunuh
dan mempengaruhi produktifitas ikan.
a. Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan gangguan pada biota
yang dibudidaya secara langsung maupun tidak langsung. Hama dapat
berupa pemangsa (predator), penyaing (competitor), perusak sarana
budidaya dan pencuri. (Kristiany et al., 2021)
b. Penyakit pada ikan patin dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti
virus, jamur, bakteri, dan parasite (Bakteri et al., 2021). Penyakit ikan adalah
keadaan tidak normal pada ikan atau inang yang disebabkan oleh organisme
lain baik secara lansung ataupun tidak langsung (sri herliana, 2016)
Adapun bentuk pencegahan dan pengendalian penyakit yang diterapkan
adalaha danya footbath pada pintu masuk hatchery agar setiap orang yang
masuk pada ruangan tidak membawa bibit penyakit dari luar (steril).
Penanggulangannya adalah dengan memastikan kebersihan lingkungan
budidaya termasuk air sebagai media budidaya itu sendiri, juga memastikan
9
pakan yang diberikan memiliki kandungan gizi yang tinggi dan jumlah yang
cukup. Selain itu juga dilakukan karantina ikan. Karantina ikan adalah tindakan
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan dari luar dan dari
suatu area ke area lain (Ristiyawan et al., 2013)
2.2.2 Teknik Pembesaran
1. Persiapan wadah
Dalam kegiatan usaha budidaya ikan kegiatan persiapan wadah dan media
merupakan suatu hal yang perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan budidaya.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang
mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen
yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi
yang baik..
2. Penebaran benih
Kualitas benih dapat ditentukan berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitaf.
Kriteria kuantitatif adalah keadaan/kondisi yang ditunjukkan oleh benih normal,
dan dengan pergerakan yang aktif, baik terhadap arus air maupun terhadap
rangsangan dari luar. Sementara kriteria kuantitatif dapat diketahui dari data
umur, panjamg, keseragaman ukuran, bobot minimal, serta keseragaman
kelincahan gerakannya terhadap rangsangan dari luar dan terhadap arus.
Penebaran dilakukan setelah persiapan media selesai biasanya penebaran
benih dilakukan pada pagi hari atau pada saat di dalam kolam telah tersedia
makanan alami. Penebaran benih juga dilakukan ketika suhu masih rendah,
yakni pada pagi dan sore hari. Pada saat dilakukan penebaran benih terlebih
dahulu dilakukan proses aklimatisasi agar ikan tidak stress.
3. Pola Pemberian pakan
Faktor yang cukup menentukan dalam budidaya ikan patin adalah faktor
pemberian makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan
budidaya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi
pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore).
Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan
ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan
kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya
5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan
yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya
seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan
alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga
menghemat biaya pemeliharaan.
4. Pencegahan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala dan masalah Budidaya ikan patin adalah hama dan
penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang
mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung.
Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu
penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada
sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi.
Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor
10
yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit
akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
5. Pengelolaan Kualitas air
Menurut (Apriliza, 2012) air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan.
Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, kecerahan, salinitas, pH,
amoniak (NH3), nitrat (NO3), dan Dissolve Oxygen (DO).
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu
keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu
ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich
dengan dosis 0,05 cc/liter). Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah
diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil. PH
air berkisar antara: 6,5-7.
6. Pengontrolan Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahan panjang dan berat suatu
organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam
satuan waktu. Menurut (Hidayat et al., 2013), pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari
dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan
dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi perairan. Untuk mengetahui pertumbuhan ikan,perlu dilakukan
sampling ikan setiap seminggu sekali.
2.2.3 Pasca Produksi
1. Panen
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budidaya ikan patin. Meski
terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar
ikan tidak mengalami kerusakan, kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika
budidaya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara
panen yang salah. Hasil dari Budidaya Ikan patin baik itu pembenihan dan
pembesaran tersebut merupakan evaluasi terhadapa pekerjaan budidaya ikan
patin tersebut. Jika hasil Ikan Banyak dan bagus maka secara teknik produksi
dapat dikatakan berhasil.Tetapi jika sebaliknya jika hasilnya sedikit dan buruk
ikan patin tersebut teknik produksi dapat dikatakan gagal.
2. Pasca Panen
Setelah selesai melalui proses pemanenan langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah penanganan pasca panen terhadap ikan yang dihasilkan.
Penanganan pasca panen merupakan penanganan ikan setelah diambil dari
media hidupnya mulai dari pengamasan hingga pengiriman. Ikan–ikan yang telah
dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di pasaran. Oleh karena itu,
penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik dan benar. Penanganan
pascapanen ikan yaitu pembersihan, pemberokan, pengolahan, pengangkutan
dan pemasaran. Pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan.
Untuk menekan kerusakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas
dengan baik. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah
wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem
pengangkutan.(Afifa et al., 2020)
11
3 METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik Lapang II dilaksanakan mulai tanggal 21 agustus 2023 sampai
dengan 21 oktober 2023 di Kampung Patin Kab. Kampar, Provinsi Riau. Peta
lokasi praktik lapang II dapat dilihat pada Gambar Berikut merupakan batas
wilayah lokasi praktik :
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan sebagai sarana dalam melaksanakan
Praktik Lapang II dapat dilihat pada Lampiran.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara mencatat, mengukur, menimbang, mengamati,
dan melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan pembenihan ikan patin
siam untuk memperoleh data-data yang diinginkan. Jenis data yang diambil
terdiri dari data primer dan data sekunder (Musfiqon, 2012; Nur, 2010). Data
primer didapatkan dari hasil pengamatan secara langsung (Sangadji & Sopiah,
2010)dan hasil wawancara (Nazir, 2014). Data sekunder didapatkan dari data
dokumentasi, kegiatan sebelum dilaksanakannya praktik dan studi literatur.
3.3.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari kegiatan
pembenihan ikan patin siam baik dengan observasi langsung maupun
wawancara yang meliputi kegiatan pra produksi yaitu persiapan wadah,
persiapan sarana dan prasarana, dan persiapan media. Kegiatan produksi
meliputi pengelolaan induk, seleksi induk, penetasan telur, pemeliharaan larva,
pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit
serta panen. Kegiatan pasca produksi yaitu kegiatan pasca panen yang meliputi
distribusi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip-arsip dan dokumen yang dimiliki oleh
instansi terkait yang dapat bukti, catatan atau laporan yang telah tersusun dalam
arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Adapun data
sekunder yang akan diambil saat praktik integrasi meliputi sejarah perusahaan
dan struktur organisasi, arsip perizinan pendirian usaha budidaya, data-data
produksi, metode pemasaran dan keadaan permintaan pasar.
3.3.2 Metode Kerja
Metode kerja merupakan langkah-langkah mengenai kegiatan yang
akan dilakukan selama kegiatan Manajemen Produksi Ikan Patin di Kampung
Patin Kab. Kampar, Provinsi Riau
3.4 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan menggunakan tabulasi dan grafik,
rumus, dan pembahasan secara deskriptif berupa penjelasan dan penggambaran.
Berikut merupakan pengolahan data yang dilakukan.
3.4.1 Aspek Teknis
Aspek teknis dibagi menjadi aspek Pembenihan dan pembesaran antara lain :
14
2. Fertilization Rate
Menurut (M. I. Effendi, 2002)untuk mengetahui jumlah telur yang terbuahi
pada saat pemijahan, maka presentase pembuahan telur (Fertilzation Rate)
dapat dihitung mengunakan rumus:
c. Rumus perhitungan Sintasan atau Survival Rate (SR), (M. I. Effendi, 2002)
15
Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) .
4. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan parameter analisis yang digunakan
untuk mengetahui nilai produksi atau volume produksi suatu usaha untuk
mencapai titik impas, yaitu tidak untung atau rugi.
Menurut (Iskandar et al., 2021),Break Even Point dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
( )
16
( )
4 Rencana Kegiatan
Praktek Lapang II ini akan dilaksanakan selama 60 hari dimulai pada tanggal
21 Agustus 2023 sampai dengan tanggal 21 Oktober 2023 di Kampung Patin
Kab. Kampar, Provinsi Riau. Adapun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
di lokasi praktik dapat dilihat pada tabel 1
DAFTAR PUSTAKA
Ade Suhara. (2019). Teknik Budidaya Pembesaran Dan Pemilihan Bibit Ikan
Patin (Studi Kasus Di Lahan Luas Desa Mekar Mulya, Kec. Teluk Jambe
Barat, Kab. Karawang). Jurnal Buana Pengabdian, 1(2), 1–8.
https://doi.org/10.36805/jurnalbuanapengabdian.v1i2.1066
Afifa, N., Maulana, I., Wahyuni, S., Anugrah, D., Sahodding, Y., & Rifai, A.
(2020). BUDIDAYA IKAN NILA PADA KOLAM TANAH.
Afriani, D. T. (2016). Peranan Pembenihan Ikan dalam Usaha Budidaya Ikan.
Jurnal Warta, 224, 1–16.
Andhy Sumanteri, Komsanah Sukarti, A. N. (2021). Substitusi Tepung Udang
Rebon ( Acetes indicus ) Dengan Tepung Keong Mas ( Pomacea
canaliculata ) Dalam Ransum Pakan Ikan Patin ( Pangasius hypophthalmus
). 7(April).
Andriani, T. (2014). Pengolahan Ikan Pati Menjadi Makanan Variatif dan Produktif
Di Desa Sawahan Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Jurnal
Kewirausahaan, 13(1), 1–16.
Andriyanto, S., Tahapari, E., & Insan, I. (2012). Pendederan Ikan Patin Di Kolam
Outdoor Untuk Menghasilkan Benih Siap Tebar Di Waduk Malahayu,
Brebes, Jawa Tengah. Media Akuakultur, 7(1), 20.
https://doi.org/10.15578/ma.7.1.2012.20-25
Apriliza, K. (2012). pengelolaan air pembesaran. Journal Of Aquaculture
Management and Technology, 1, 132–146.
Arie, U. (2000). Budi daya bawal air tawar untuk konsumsi dan hias. Penebar
Swadaya.
Armanda, E. A., Rahim, A. R., & Dadiono, M. S. (2019). KINERJA
PERTUMBUHAN DAN FCR IKAN PATIN (Pangasius sp) DENGAN LAMA
PEMUASAAN YANG BERBEDA. Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 2(1), 25.
https://doi.org/10.30587/jpp.v2i1.808
Bakteri, I., Salmonicida, A., Ictalury, D. E., Hidup, I., Dilalulintaskan, A., Daerah,
D., Yogyakarta, I., Rahmawati, A. R., Faizal Ulkhaq, M., Susanti, D.,
Kenconojati, H., & Habib Fasya, A. (2021). Identification of Aeromonas
Salmonicida and Edwardsiella Ictalury in Live Fish that Will Be Trafficked
from Yogyakarta Special Region. In Journal of Marine and Coastal Science
(Vol. 10, Issue 2). https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
BIDAYANI, E. (2007). Analisa Usaha Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius)
Dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Hasil Subtitusi Pelet Dengan Usus
Ayam Di Kolong Bekas Penambangan Timah. Akuatik: Jurnal Sumberdaya
Perairan, 1(1), 21–26.
Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B., & Haeruddin, . (2019). Studi Kelayakan
Budidaya Tambak Di Lahan Pesisir Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191–204.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v11i1.22522
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan.
Effendi, M. I. (2002). Budidaya perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.
19
Noerwy Aqua Farm Kab. Sukabumi Prov. Jawa Barat. Jurnal Kelautan Dan
Perikanan Terapan (JKPT), 3(2), 59–67.
Kemendag, R. I. (2013). Ikan patin hasil alam bernilai ekonomi dan berpotensi
ekspor tinggi Warta ekspor. Ditjen PEN/MJL/004/10/2013, 3–11.
Khairuman, S. P. (2007). Budi Daya Patin Super. AgroMedia.
Kristiany, M. G. E., Prabowo, G., & Suharyadi, S. (2021a). STUDY OF
ADDITIONAL ASCORBIC ACID ON ENRICHMENT OF Artemia sp. AS
FEED FOR PATIN FISH LARVA. Jurnal Perikanan Unram, 11(1), 110–119.
https://doi.org/10.29303/jp.v11i1.237
Kristiany, M. G. E., Prabowo, G., & Suharyadi, S. (2021b). STUDY OF
ADDITIONAL ASCORBIC ACID ON ENRICHMENT OF Artemia sp. AS
FEED FOR PATIN FISH LARVA. Jurnal Perikanan Unram, 11(1), 110–119.
https://doi.org/10.29303/jp.v11i1.237
Kulla, O. L. S., Yuliana, E., & Supriyono, E. (2020). Analisis Kualitas Air dan
Kualitas Lingkungan untuk Budidaya Ikan di Danau Laimadat, Nusa
Tenggara Timur. Pelagicus, 1(3), 135.
https://doi.org/10.15578/plgc.v1i3.9290
Kurniawati, F. A., & Rahayu, S. M. (2014). Analisis Kelayakan Investasi Atas
Rencana Penambahan Aktiva Tetap dengan Menggunakan Teknik Capital
Budgeting (Studi pada Perusahaan Indah Cemerlang Singosari-Malang).
Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang.
Marince, Y. (2017). Keputusan Investasi.
maruta, heru. (2018). ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR
PERENCANAAN LABA BAGI MANAJEMEN Oleh: Heru Maruta 1.
Minggawati, I., & Saptono. (2012). Studi kualitas air untuk budidaya ikan karamba
di sungai kahayan. Jurnal Ilmu Hewani Tropika (Journal Of Tropical Animal
Science), 1(1), 27–30.
Murtidjo, B. A. (2002). Budi daya dan pembenihan bandeng. Kanisius.
Musfiqon, H. M. (2012). Pengembangan media dan sumber pembelajaran.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor. Phillips, W.,
Holloway, J., Warrington, B., & Venuto, B.(2009). Stocker and Feedlot
Performance of Beef Heifers Sired by Braunvieh and Wagyu Bulls from
Angus-, Brahman-, Senepol-, and Tuli-Sired Dams. The Professional Animal
Scientist, 25(6), 809–814.
Nur, A. (2010). Pengolahan Dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bahan Mengajar. Bandung.
Ordo, S. (1968). Ii. tinjauan pustaka 2.1. 12–13.
Pramudiyas, D. (2014). Pengaruh Pemberian Enzim pada Pakan Komersial
terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan (FCR) pada Ikan Patin
(Pangasius sp). Skripsi, 1–64.
Putra, A. (2018). Pendekatan Kaizen dan Fishbone Analysis pada Usaha
Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT Intraco
Agroindustry, Provinsi Sumatera Utara. Integration Program Sekolah Tinggi
Perikanan, 80.
21
Putri, N. A., Febrina, C. S., & Putri, N. F. (2019). COST ANALYSIS OF MIXED
COSTS ANALISIS BIAYA TERHADAP BIAYA CAMPURAN. In Research In
Accounting Journal (Vol. 1, Issue 2). http://journal.yrpipku.com/index.php/raj|
Ramadhan, R. (2010). Pangasius Express : Aplikasi Mina Growth ( MG ) pada
Benih Ikan Patin ( Pangasius hypopthalmus ) untuk Peningkatan Produksi
PENGESAHAN LAPORAN PKM-PENELITIAN.
Ristiyawan, B. B., Anggoro, S., & Yulianto, D. B. (2013). Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Sangadji, E. M., & Sopiah, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Satyani, D. (2006). Pemijahan Buatan Ikan Air Tawar. Warta TAAT-MSTK TMII,
3(1), 5.
Saufi, A. R. (2018). (2004). Bab ii kajian literatur, kebijakan dan metode analisis
2.1. 1992, 10–39.
sri herliana. (2016). Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Patin
(Pangasius djambal) pada Kolam Tadah Hujan di Kecamatan Seruyan Hilir
Kabupaten Seruyan Prevalence and Identification of Ectoparasites on
Catfish (Pangasius djambal) in Rain-Fed Pond at District Seruyan Hilir,
Seruyan Regency Sri Herlina. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 5(1).
Sularto, R. H., & Tahapari, E. (2007). Petunjuk teknis pembenihan Ikan Patin
Pasupati. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Dan Budidaya Perikanan Air
Tawar. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Subang.
Sunarma, A. (2007). Panduan Singkat Teknik Pembenihan ikan mas. Balai Besar
Perikanan Budi Daya Air Tawar Sukabumi.
Suparyanto dan Rosad. (2020). Teknik Pembenihan Ikan. Suparyanto Dan
Rosad (2015, 5(3), 248–253.
Supono. (2017). TEKNOLOGI PRODUKSI UDANG.
Syamsunarno, M. B., & Sunarno, M. TD. (2016). Budidaya ikan air tawar ramah
lingkungan untuk mendukung keberlanjutan penyediaan ikan bagi
masyarakat. Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan 2016.
Pembangunan Perikanan Dan Kelautan Dalam Mendukung Kedaulatan
Pangan Nasional, January 2016, 1–16.
Wahyu Dwi Nugroho, A., Dewi, N., & Yusri Jurusan Agribisnisfakultas Pertanian
Universitas Riau, J. (2017). ANALISIS RANTAI NILAI USAHA
AGROINDUSTRI IKAN PATIN SALAI DI DESA PENYASAWAN
KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR. In Jurnal Ilmiah Pertanian
(Vol. 14, Issue 1).
Witoko, P., Purbosari, N., Mahmudah Noor, N., Hartono, D. P., Barades, E.,
Rietje, D., & Bokau, J. (2018). DOI: Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 08
Oktober. http://jurnal.polinela.ac.id/index.php/PROSIDING
YANTI, E. (2022). PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG BUNGA ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa) TERHADAP PERFORMA LAJU PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius
hypopthalmus).
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat yang digunakan dalam pembenihan ikan patin.
No Alat Kegunaan
1 Bak induk Wadah pemeliharaan induk
2 Bak pemijahan Wadah pemijahan
3 Corong penetasan Wadah penetasan telur
4 Bak pemeliharaan larva Wadah pemeliharaan larva
5 Termometer Untuk mengukur suhu air
6 pH meter Untuk mengukur kadar keasaman media
7 DO meter Untuk mengukur kadar oksigen terlarut
8 Timbangan digital Untuk menimbang telur dan benih saat sampling
9 Timbangan Menimbang induk
10 Pompa Untuk menyalurkan air ke tandon
11 Hi-Blow Menghasilkan oksigen
12 Genset Sebagai sumber tenaga listrik cadangan
13 Selang aerasi Menyalurkan oksigen
14 Untuk menimbang telur dan benih saat sampling
Timbangan digital
10
11
25