Anda di halaman 1dari 1

"Tampan yang Tertunda"

Di sebuah kota kecil bernama Bintangdara, ada seorang pemuda bernama Rafi. Ia hidup dengan
sederhana, memiliki senyum yang hangat, dan sejuta mimpi dalam matanya. Namun, ada satu hal
yang selalu mengganggunya - ia merasa dirinya tidak tampan.

Rafi selalu membandingkan dirinya dengan teman-temannya yang menurutnya lebih tampan.
Mereka punya mata yang indah, kulit yang halus, dan senyum yang membuat hati siapa pun luluh.
Rafi, di sisi lain, merasa bahwa wajahnya biasa-biasa saja.

Suatu hari, Rafi mendengar tentang festival tahunan di kota tetangga, Diengsari, yang akan diadakan
beberapa minggu lagi. Festival itu merupakan kesempatan bagi pemuda dan pemudi dari berbagai
kota untuk bertemu, bersosialisasi, dan mungkin menemukan cinta sejati.

Rafi memutuskan untuk pergi ke festival tersebut, meskipun dengan perasaan kurang yakin tentang
penampilannya. Ia meminta saran kepada temannya, Maya, tentang cara menjadi lebih menarik.
Maya hanya tersenyum dan berkata, "Rafi, kecantikan sejati datang dari dalam hatimu. Jika kamu
bisa menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya, orang akan melihat kecantikanmu."

Rafi berusaha merenungkan kata-kata Maya dan memutuskan untuk pergi ke festival dengan sikap
positif. Ia mengenakan pakaian yang ia sukai dan berusaha tetap tersenyum sepanjang waktu.

Ketika tiba di Diengsari, Rafi merasa gugup, tetapi ia menghadapinya dengan percaya diri. Ia mulai
berbicara dengan orang-orang di sekitarnya, mendengarkan cerita mereka, dan membagikan cerita
tentang dirinya. Ia tidak lagi merasa tidak tampan karena ia tahu bahwa kecantikan sejati ada dalam
kebaikan hati dan kepribadiannya.

Suatu hari, ketika sedang menikmati pertunjukan musik di festival, matanya bertemu dengan
seorang gadis cantik yang bernama Lina. Mereka berbicara, tertawa, dan merasa nyaman satu sama
lain. Rafi merasa bahwa ia telah menemukan seseorang yang benar-benar spesial.

Pada akhir festival, Rafi dan Lina berpisah dengan janji untuk bertemu lagi. Mereka tidak terlalu
peduli tentang penampilan fisik satu sama lain karena mereka tahu bahwa kecantikan sejati adalah
tentang bagaimana seseorang membuat mereka merasa.

Rafi belajar bahwa kecantikan sejati tidak selalu terlihat di cermin, tetapi bisa ditemukan dalam cara
kita memperlakukan orang lain dan bagaimana kita merasakan diri kita sendiri. Ia tidak lagi merasa
bahwa dirinya tidak tampan, karena ia telah menemukan kebahagiaan sejati dalam kebaikan
hatinya.

Dalam kisah Rafi, kita semua dapat belajar bahwa kecantikan sejati tidak hanya berada di
permukaan. Ia ada dalam sikap, kebaikan, dan bagaimana kita menghargai diri sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai