Anda di halaman 1dari 12

JOGED : Jurnal Seni Tari Volume 20 No.

2 Oktober 2022
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 p. 153 - 163

Estetika Gerak Tari Siwar di Kecamatan Tanjung Sakti


Kabupaten Lahat
Syarifuddin, Supriyanto, dan Tiara Lindita
Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang- Prabumulih Km. 32 Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, 30622

E-mail: syarifuddin@fkip.unsri.ac.id; supriyanto.fkipsej@gmail.com;


tiara.linditaalPS1@gmail.com

ABSTRAK

Tari Siwar adalah sebuah tari tradisional khas masyarakat Tanjung Sakti di Kabupaten Lahat.
Nama Siwar diambil dari nama senjata tradisional masyarakat Tanjung Sakti. Tarian ini memiliki
keunikan salah satunya terletak pada gerak tarinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjelaskan estetika gerak dalam tari Siwar. Metode penelitian menggunakan metode dekriptif
analisis dengan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan
studi kepustakaan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu gerak tari
Siwar di Kecamatan Tanjung Sakti hanya terdiri dari empat gerakan inti yang meliputi tusuk
pinggang, tiang satu, tusuk pundak, dan tusuk kepala. Estetika gerak tari Siwar yang dibangun oleh
unsur kekuatan dan keseimbangan gerak yang dikembangkan dari keampuhan siwar dalam melawan
musuh sehingga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tanjung Sakti sebagai representasi atau
cerminan kehidupan yang secara turun-temurun terus berlangsung dan wajib dilestarikan. Rangkaian
gerak yang ditampilkan mengandung makna simbolik, simbol yang dimaksud berdasarkan konsep
yang disepakati masyarakat.

Kata Kunci : Estetika, Tari Siwar, Tanjung Sakti

ABSTRACT

Siwar Dance is a traditional dance typical of the Tanjung Sakti community in Lahat Regency.
The name Siwar is taken from the name of the traditional weapon of the Tanjung Sakti community.
This dance is unique, one of which lies in the dance movements. The purpose of this study is to
explain the aesthetics of motion in the Siwar dance. The research method uses descriptive analysis
method with data collection using observation, interviews, documentation studies, and literature

153
JOGED : Jurnal Seni Tari Estetika Gerak Tari Siwar
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat

studies. Based on the analysis of the data, it was concluded that the Siwar dance movement in
Tanjung Sakti District only consisted of four core movements including waist stab, one pole,
shoulder stab and head stab. The aesthetics of the Siwar dance movement which is built by the
elements of the motion of strength and balance of motion developed from the efficacy of siwar in
fighting the enemy so that it has its own meaning for the people of Tanjung Sakti as a representation
or reflection of life that has been passed down from generation to generation and must be preserved.
The series of motions displayed contain symbolic meanings, the symbols referred to are based on
concepts agreed by the community.

Keywords : Aesthetics, Siwar Dance, Tanjung Sakti

I. PUNDAHULUAN sosial masyarakat (Grzegorczyk, 2019).


Budaya sebagai fenomena sosial yang terdiri
Setiap daerah di Indonesia memiliki
dari hasil karya manusia, gaya hidup,
beragam tradisi yang khas dari masing-masing
kepercayaan dan nilai-nilai yang ditaati dalam
daerah (Wibowo & Shoffikha, 2015).
masyarakat tentang bagaimana manusia harus
Keragaman tersebut dapat ditandai dengan
berperilaku sesuai dengan norma yang sudah
besarnya angka heterogenitas pada
disepakati (Chen, 2018).
masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh
wilayah di Indonesia mulai dari perkotaan Kesenian menjadi salah satu bagian
hingga pedesaan (Wijaya., et al, 2021). Salah dari kebudayaan yang lahir karena peranan
satu daerah di Nusantara yang memiliki masyarakat sebagai manusia yang berbudaya,
keragaman tradisi yang unik adalah Sumatera sehingga tidak dapat terpisahkan dari
Selatan. Sumatera Selatan memiliki beberapa masyarakat. Begitupun sebaliknya masyarakat
kebudayaan besar seperti kebudayaan dari tidak bisa terlepas dari kesenian sebagai
Suku Komering, Suku Besemah, Suku Gumai, kebutuhan hidup (Hera, 2014).
Suku Semendo, dan Suku Lintang. Bentuk kesenian yang tumbuh dan
Kebudayaan di Provinsi Sumatera Selatan berkembang dalam kehidupan masyarakat di
sebagian besar mendapat pengaruh dari antaranya adalah seni tari. Seni adalah wadah
kebudayaan Melayu, Islam, dan Kerajaan atau media seseorang dalam menuangkan pikiran
Sriwijaya. dan emosinya (Ase, et al., 2019). Seni meliputi
karya-karya yang diciptakan oleh manusia,
Kebudayaan merupakan simbol,
termasuk seni pertunjukan yang mengungkapkan
norma, dan nilai bersama dalam suatu sistem gagasan atau imajinasi penciptanya sehingga

154
Estetika Gerak Tari Siwar JOGED : Jurnal Seni Tari
di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

dihargai keindahan dan kekuatan emosionalnya penguasaan aspek wiraga, wirama, dan wirasa.
(Dana, 2021). Wiraga adalah konsep gerak, wirama adalah
Sebuah karya seni pada dasarnya konsep irama, dan wirasa adalah konsep
mempunyai peranan penting dalam kehidupan penjiwaan (Kuswarsantyo, 2012).
manusia. Seni tari mampu membawa manusia Tari sebagai seni pertunjukan yang
ke dalam pemahaman mengenai nilai kompleks, tidak hanya dipahami sebagai
kebudayaan melalui ragam gerak dalam satu wujud dari gerak, irama dan penjiwaan
rangkaian tari secara utuh (Tyas & semata, melainkan keseluruhan peristiwa yang
Kuswarsantyo, 2018). Seni tari merupakan merangkai hadirnya wujud itu di dalam
seni yang dapat dirasakan melalui indra masyarakat. Dalam pertunjukan tari terdapat
penglihatan, di mana keindahannya dapat banyak unsur-unsur yang mendukung seperti
dinikmati dari gerakan-gerakan tubuh, musik, properti, kostum, tata rias, setting, tata
terutama gerakan kaki dan tangan dengan cahaya, dan tubuh penari itu sendiri. Oleh
ritme-ritme teratur, yang diiringi irama musik karena itu, berkembangnya tari sangat erat
yang diserap melalui indra pendengaran dengan kebudayaan setiap daerah, bahwa tari
(Wibowo & Shoffikha, 2015). Seni tari diciptakan dan digiati dalam lingkungan
sebagai bentuk pernyataan imaginatif yang tertentu, sehingga nilai kehadirannya pun
dituangkan melalui simbol gerak, ruang, dan tergantung pada lingkungan tersebut
waktu yang menjadi satu kesatuan yang saling (Khutniah & Iryanti, 2012).
berkaitan sehingga membentuk gerak yang Seni tari yang ada di Kabupaten Lahat
indah (Antariksawan & Soebijantoro, 2008). di antaranya tari Sangkan Siheh, tari Siwar,
Seni tari dilakukan dengan tari Erai-Erai, tari Gegerit dan lain-lain.
menggerakkan tubuh secara berirama dan Kecamatan Tanjung Sakti menjadi salah satu
diiringi dengan musik. Gerakannya bisa daerah tempat berkembangnya seni tari yaitu
dinikmati sendiri yang menjadi ekspresi atau tari Siwar. Tari Siwar merupakan tari yang
ungkapan emosi dan kisah (Hera, 2014). Seni divisualkan dengan gerak-gerak sederhana
tari dapat dikatakan sebagai media dan bernuansa meditatif dan dibawakan secara
komunikasi, karena gerak yang ada dalam tari massal (berkelompok) oleh penari-penari
adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang wanita. Dalam pementasannya berfungsi
muncul merupakan ungkapan perasaan dari sebagai hiburan yang biasanya dilakukan pada
masyarakat pemiliknya (Martiara & Wijaya, acara pernikahan dan hajatan.
2012). Kemudian untuk mencapai kualitas
tarian yang bagus, seorang penari dituntut

155
JOGED : Jurnal Seni Tari Estetika Gerak Tari Siwar
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat

Keunikan tari Siwar jika dibandingkan Menurut Thomas Aquinas, estetika


dengan Tari tradisional Kabupaten Lahat dibangun dengan tiga unsur keindahan yang
lainnya secara umum yaitu terdapat pada meliputi kesatuan, perimbangan dan
properti yang digunakan dan gerak tari yang kejelasan” (Gie, 2004:42). Estetika gerak
dilakukan. Tari Siwar merupakan tari bertema dalam tari ini memiliki kesatuan yang dapat
perang dengan menggunakan properti berupa dilihat dari gerak yang dibawakan oleh penari
senjata sejenis pisau yang disebut siwar dan yang didukung dengan tata busana, tata rias,
penarinya adalah wanita. tempat pementasan, dan musik iringan tari
sehingga sesuai dengan karakter tari Siwar.
Tari Siwar ini berkembang di
Kecamatan Tanjung Sakti yang dibawa oleh Ada beberapa penelitian yang
Nerindu selaku salah satu generasi yang membahas tentang estetika bentuk tari.
mewarisi tari Siwar. Nerindu berasal dari Penelitian sejenis pernah dibahas dalam
dusun Kebun Jati, beliau menikah dengan beberapa artikel di antaranya, penelitian
seorang pangeran dari marga Pumi Tanjung pertama yang dilakukan oleh I Made Rianta et
Sakti yaitu Pangeran Kenawas yang al yang berjudul “Estetika Gerak Tari Rejang
merupakan pemimpin wilayah Pumi tahun Sakral Lanang di Desa Mayong, Seririt,
1909-1947. Oleh karena tari Siwar ini warisan Buleleng, Bali”. Hasil dari penelitian ini
dari puyang sehingga Nerindu bertanggung adalah gerak Tari Rejang Sakral Lanang di
jawab untuk melestarikan tari ini ke generasi Desa Mayong hanya terdiri dari empat
berikutnya gerakan. Adapun empat gerakan tersebut
meliputi: agem, nengkleng, nindak, dan nutup.
Gerakan tari ini seperti seseorang yang
Gerakan pada tarian ini memiliki estetika
memiliki kekebalan tubuh serta keampuhan
karena sesuai dengan pendapat dari Thomas
senjata yang memiliki kekuatan. Adapun
Aquinas yang berpendapat bahwa keindahan
gerakan inti yang terdalam dalam tari Siwar
meliputi tiga persyaratan yaitu kesatuan,
yaitu gerakan menusukkan senjata tersebut ke
perimbangan, dan kejelasan.
bagian tubuh seperti pinggang, pundak,
Penelitian kedua dilakukan oleh Sri
kepala, dan lain-lain. Ketiga gerakan ini
Rustiyanti et al dengan judul “Estetika Tari
memiliki makna tersendiri bagi masyarakat
Minang dalam Kesenian Randai Analisis
Tanjung Sakti sehingga mengandung unsur es-
Tekstual-Kontekstual”. Hasil dari penelitian
tetika di dalamnya.
yaitu ragam gerak yang digunakan dalam
gerak galombang Randai itu kiranya tidak

156
Estetika Gerak Tari Siwar JOGED : Jurnal Seni Tari
di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

hanya sekedar hiasan keindahan gerak belaka, dari Nusa Tenggara Barat yaitu tari Kanja,
namun ia dapat diterjemahkan, sekaligus Sera, dan Soka, semua tarian tersebut
merupakan simbol atau lambang yang dibawakan oleh penari laki-laki, sehingga hal
bermakna mendidik dan dapat menjadi teladan ini menarik untuk diteliti. Tarian diharapkan
dalam kehidupan sehari-hari dalam dapat menjadi inspirasi untuk penciptaan seni
masyarakat adat di Minangkabau. dan dilestarikan bagi masyarakat Kabupaten
Lahat.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Neni
Krisniawati et al dengan judul “Estetika Tari Penelitian ini menggunakan metode
Lilin Bepinggan pada Masyarakat Kayu deskriptif analisis. Metode ini adalah metode
Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan cara menguraikan sekaligus
Provinsi Sumatera Selatan”. Dari penelitia di menganalisis (Ratna, 2010:336). Sumber data
atas dapatkan bahwa estetika bentuk tari Lilin yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bepinggan yang dibangun oleh unsur gerak, sumber data primer dan sumber data sekunder.
keindahan geraknya yang dikembangkan dari Sumber data primer berupa pertunjukan tari
kegembiraan tradisi miyah malaman, memiliki Siwar dan para informan terpilih seperti
makna tersendiri bagi masyarakat Kayuagung Trisiana dan Ismeth yang merupakan
sebagai representasi atau cerminan kehidupan pengamat seni tari di Kabupaten Lahat.
yang secara turun-temurun terus berlangsung Sumber data primer dalam penelitian kualitatif
dan wajib dilestarikan. Rangkaian gerak yang adalah fenomena dan tindakan orang-orang
ditampilkan mengandung makna simbolik, yang diamati (observasi). Data yang telah
simbol yang dimaksud berdasarkan konsep terkumpul dicatat melalui catatan tertulis atau
yang disepakati masyarakat, dapat berbentuk melalui rekaman video serta pengambilan foto
properti, kostum, dan gerakan. (Moleong, 2012:157).

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, Sumber data sekunder yang berkaitan


sama-sama membahas tentang bentuk sajian dengan estetika gerak tari Siwar berupa
dan simbol tari, namun penelitian tentang literatur, buku, dan jurnal. Sumber data
estetika gerak tari Siwar belum ada yang sekunder adalah sumber data sekunder adalah
meneliti sebelumnya, selain itu tari Siwar ini sumber data yang diperoleh secara tidak
dibawakan oleh penari perempuan dan tidak langsung dari orang lain (Moleong, 2012:159).
pernah dibawakan penari laki-laki. Jika dilihat Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dari tari-tari jenis perang seperti tari perang

157
JOGED : Jurnal Seni Tari Estetika Gerak Tari Siwar
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat

meliputi observasi, wawancara, studi fisik, tetapi dapat ditunjukkan dengan cara lain
dokumentasi, dan studi kepustakaan yaitu dengan kelembutan dan kehalusan, jadi
apabila ada musuh yang menyerang tidak
II. PEMBAHASAN
harus dilawan dengan adu fisik tetapi dapat
A. Tari Siwar pada Masyarakat Tanjung
dilakukan dengan cara halus, namun di
Sakti Kabupaten Lahat Provinsi
dalamnya mengandung kekuatan untuk
Sumatera Selatan
menundukkan manusia.
Tari Siwar adalah tari tradisional yang
Masyarakat Tanjung Sakti menjadikan
berasal dari kebiasaan masyarakat suku
siwar sebagai senjata untuk melindungi diri
Besemah dalam memainkan siwar untuk
dari tantangan yang mendesak. Hal ini
menghadapi musuh. Menurut cerita
dilatarbelakangi dari cerita puyang Besemah
semihistoris, ketika itu sekelompok puyang
dalam perang antara suku, jadi siwar tidak
(nenek moyang) memiliki kebiasaan
hanya dijadikan tarian tetapi juga memiliki arti
memainkan siwar untuk mengusir musuh.
makna sebagai kekhasan masyarakat.
Siwar dianggap sebagai lambang kekuatan
Saat ini tari Siwar masih tetap
atau ketangkasan sekelompok puyang
ditampilkan di tengah masyarakat Tanjung
menghadapi musuh. Namun, lambat laun
Sakti bahkan sudah meluas sampai ke Ibukota
pemikiran masyarakat selalu berkembang
Kabupaten Lahat. Pemerintah daerah
sehingga cerita tersebut ditransformasikan
setempat dan pemerintah Kabupaten Lahat
oleh masyarakat ke dalam bentuk seni tari
saling menghubungi apabila ada upacara
Siwar.
penyambutan tamu seperti menteri dan bupati.
Suku Besemah umumnya tinggal di
Bentuk penyajiiannya tari ini mengalami
lima kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung
perubahan dan pembaharuan terutama kostum,
Sakti, Kecamatan Kota Agung, Kecamatan
rias dan alat musik pengiring tari karena tari
Jarai, Kecamatan Pagar Alam, dan Kecamatan
siwar pada mulanya memiliki penampilan
Ulu Musi. Dari kelima kecamatan tersebut,
yang sederhana, dengan adanya perubahan
hanya masyarakat Tanjung Sakti yang masih
tersebut menjadi menarik untuk dinikmati.
mempertahankan tari Siwar sehingga tari ini
Tari Siwar memiliki gerakan yang indah dan
dijadikan sebagai tari tradisional Masyarakat
mengandung arti di dalamnya yang diung-
Tanjung Sakti.
kapkan dengan gerakan di dalamnya.
Tari siwar ini memiliki pesan moral
Setiap gerak yang dilakukan penari
bahwa tidak selalu kekerasan atau tantangan
dalam memiliki makna tersendiri yang
dibalas juga dengan kekerasan seperti adu

158
Estetika Gerak Tari Siwar JOGED : Jurnal Seni Tari
di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

berusaha disampaikan melalui seni (penonton) kepekaan penghayat yang dirasakan


sebagai lambang kekuatan. Hal ini berkaitan (Dharsono, 2007:11). Adapun estetika
dengan bentuk pertunjukan. Penyajian adalah gerakan dari tari Siwar sebagai berikut:
apa yang telah disuguhkan pada yang
menyaksikan. Bentuk penyajian ini
berorientasi pada penyaji atau penari. Jadi
dalam tari, penyaji itu adalah penari,
sedangkan penyajian merupakan penampilan
yang meliputi unsur atau elemen-elemen yaitu
gerak, pola lantai, penari, musik, rias dan
busana, dan tempat pertunjukan serta waktu
pertunjukan yang disuguhkan oleh penari di
atas panggung. Gambar 1. Gerak sembah
Sumber: youtube/imam subhi, 14 Maret
2020

2. Estetika Gerak Tari Siwar Gerak ini merupakan gerak awal dan
akhir dalam tari Siwar, hal ini menunjukkan
Tari memiliki tingkatan basis aktivitas
rasa penghormatan terhadap tamu dengan
estetik/artistic sesuai dengan teori estetika
posisi kedua telapak tangan menyatu di depan
yang terdiri dari pengamatan terhadap kualitas
dada serta dapat pula diartikan sebagai simbol
material, warna, suara, gerak, sikap, dan
perdamaian agar tidak terjadi perang lagi.
banyak lagi yang lainnya sesuai dengan jenis
fisik serta reaksi fisik. Kedua penyusunan dan
pengorganisasian hasil pengamatan yang
mewujudkan konfigurasi struktur bentuk-
bentuk yang menyenangkan dengan
mempertimbangkan aspek harmoni, kontras,
balance, dan unity yang selaras atau
merupakan kesatuan yang utuh. Ketiga,
pengamatan yang dihubungkan dengan Gambar 2. Gerak tusuk pinggang
perasaan atau emosi, yakni merupakan hasil Sumber: youtube/imam subhi, 14 Maret
2020
interaksi antara persepsi memori dengan
perasaan visual. Hal ini terkait dengan Gerakan tusuk pinggang merupakan
gerakan inti dalam tari ini dengan posisi kedua

159
JOGED : Jurnal Seni Tari Estetika Gerak Tari Siwar
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat

tangan memegang masing-masing siwar. yaitu melangkah tiga ke depan, lalu mundur
Tangan kanan ditekuk ke samping pingang, tiga langkah, maju berselisih kemudian
dengan siku ke arah bawah. Bagian gagang menghadap ke kiri, seterusnya sampai kembali
siwar dipegang dengan cara digenggam, ke tempat semula. Gerakan ini merupakan
bagian yang runcingnya ditusukkan ke arah gerakan inti dalam tari. Estetika dari gerak ini
pinggang, begitu pula dengan tangan kiri. keseimbangan dalam memegang siwar agar
Sambil berputar secara perlahan selalu berada alam posisi lurus.
Estetika dari gerak ini adalah
penghayatan dan olah rasa yang dilakukan
penari dengan kemahirannya memainkan
siwar ke arah pinggang secara halus tanpa
terlihat seperti ingin menyerang musuh,
gerakan ini secara bersamaan dilakukan
dengan keseimbangan ketika tangan mampu
memegang siwar tepat pada sasaran sambil
berjalan. Gambar 4. Gerak tusuk pundak
Sumber: youtube/imam subhi, 14 Maret
2020

Gerakan tusuk pundak merupakan


gerakan inti dalam tari ini dengan posisi kedua
tangan memegang siwar dengan bagian siwar
yang runcing ditusukkan pada bagain pundak.
Tangan kanan menusuk pundak dengan tekuk
siku samping kanan, gagang siwar ke arah
bawah, bagian siwar yang tajam diarahkan ke
Gambar 3. Gerak tiang satu atas pundak. Berputar sebanyak satu kali
Sumber: youtube/imam subhi, 14 Maret
sambil menusukkan siwar. Estetika gerak
2020
tampak terlihat dari ayunan tangan yang sama
Siwar digenggam dengan tangan
serta olah rasa yang tampak terlihat dari cara
dengan keseimbangan yaitu di tengah-tengah
penari lepas memainkan properti sehingga
siwar. Siwar lurus sejajar bahu, ibu jari tegak,
menghasilkan rasa kagum dari penonton.
telapak tangan ke arah depan, gagang siwar
arah depan. Gerakan ini dilakukan empat arah

160
Estetika Gerak Tari Siwar JOGED : Jurnal Seni Tari
di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

tari Siwar bertempo mengalun sedang dengan


irama gendang yang paling menonjol menjadi
ciri khas musik masyarakat Lahat. Estetikanya
tampak terlihat indah ketika alunan musik
saling beriringan dengan gerak tari dan lebih
mengisi penghayatan penari hingga pesan
kekuatan dapat tersampaikan.

Gambar 5. Gerak tusuk kepala Tata rias dan kostum harus menunjang
Sumber: youtube/imam subhi, 14 Maret
2020 tari sehingga secara konseptual perlu
dijelaskan alasan penggunaan atau pemilihan
Gerakan tusuk kepala merupakan
tata rias dan kostum tari. Kostum di dalam tari
gerakan inti dalam tari ini. Kedua tangan
dapat menunjang dan menimbulkan kesan
masing-masing memegang siwar, tangan
keindahan, karena kostum dapat disesuaikan
kanan ditekuk siku, arah genggaman tangan
dengan tarian yang akan ditampilkan.
yang memegang siwar ke atas sejajar telinga,
Kesesuaian antara gerak dan kostum dapat
begitu juga dengan sebelah kiri. Ujung siwar
dipandang sebagai penerapan unsur
yang runcing ditusukkan pada sisi kepala.
keseimbangan yang keindahan dalam
Keselarasan dan keunikan terlihat dari para
berpakaian disesuaikan dengan ukuran
penari memainkan tangan ke atas secara
pemakai atau postur orang yang memakainya.
bersamaan, desain bentuk tubuh yang indah
secara seimbang bergerak dan memutar Busana pada tari Siwar menggunakan
sambil menusukkan siwar ke arah samping busana tradisional menunjukkan identitas
kepala. masyarakat suku Besemah terutama pada baju
kurung yang terlihat tampak anggun dan jubah
Elemen dasar dari musik adalah nada,
sebagai identitas lokal daerah setempat. Tata
ritme, dan melodi. Sejak zaman prasejarah
busana dalam tarian ini juga dipengaruhi
sampai sekarang dapat dikatakan di mana ada
dengan tata rias yang mempergunakan riasan
tari bukan sekedar iringan tetapi musik adalah
cantik yang juga memberikan kesan berani di
partner tari yang tidak boleh ditinggalkan.
dalamnya, sehingga, kesatuan antara gerak
Tari Siwar diiringi oleh alat musik gendang
dan tata rias dapat dilihat dari gerakan yang
atau ketipung, accordion dan gong. Apabila
dilakukan oleh penari.
tidak ada accordion dapat diganti dengan
biola. Tempo musik yang dimainkan dalam

161
JOGED : Jurnal Seni Tari Estetika Gerak Tari Siwar
p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat

III. PENUTUP DAFTAR SUMBER ACUAN

Antariksawan, Valdrin dan Soebijantoro


Pertunjukan tari Siwar merupakan Soebijantoro. 2008. “Tari Bandol
kesenian yang asal mulanya berasal dari Tari Kabupaten Magetan: Sejarah, Nilai
Filosofis Dan Potensinya Sebagai
Siwar adalah tari tradisional yang berasal dari
Sumber Belajar Sejarah Lokal.” Jurnal
kebiasaan masyarakat suku Besemah dalam Agastya 8(2): 199–210.
memainkan siwar untuk menghadapi musuh
Menurut cerita semihistoris, ketika itu
Asefi, Maziar., et al. 2019. “Art and
sekelompok puyang (nenek moyang) memiliki
Technology Interactions in Islamic and
kebiasaan memainkan siwar untuk mengusir Christian Context : Historical
musuh. Siwar dianggap sebagai lambang Approach to Architectural
kekuatan atau ketangkasan sekelompok Globalization.” (8): 66–79.

puyang menghadapi musuh. Namun, lambat


laun pemikiran masyarakat selau berkembang Chen, Xinyin. 2018. “Culture and Shyness in
sehingga cerita tersebut ditransformasikan Childhood and Adolescence.” New
oleh masyarakat ke dalam bentuk seni tari Ideas in Psychology (April): 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.newideapsyc
Siwar.
h.2018.04.007.
Estetika gerak tari Siwar yang
dibangun oleh unsur gerak, keindahan dan
kekuatan geraknya yang dikembangkan dari Dana, I Wayan. 2021. “Art Conservation for
the Classical Masks at Sonobudoyo
keampuhan siwar dalam melawan musuh
Museum, Yogyakarta”. Journal of
sehingga memiliki makna tersendiri bagi Urban Society’s Art 8(1) 61-68.
masyarakat Tanjung Sakti sebagai
representasi atau cerminan kehidupan yang
Gie, T. L. (2004). Filsafat Keindahan.
secara turun-temurun terus berlangsung dan Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu
wajib dilestarikan. Rangkaian gerak yang Berguna (PUBIB).
ditampilkan mengandung makna simbolik,
Grzegorczyk, Malgorzata. 2019. “The Role of
simbol yang dimaksud berdasarkan konsep Culture-Moderated Social Capital in
yang disepakati masyarakat, dapat berbentuk Technology Transfer – Insights from
Asia and America.” Technological
properti, kostum, dan gerakan.
Forecasting & Social Change
143(January): 132–41.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.201
9.01.021.

162
Estetika Gerak Tari Siwar JOGED : Jurnal Seni Tari
di Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

Soedarsono. (1977). Tari-tarian Indonesia I.


Hera, Treny. 2014. “Perubahan Bentuk Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Pertunjukan Tari Sembah Dalam Kebudayaan. Direktorat Jendral.
Konteks Pariwisata Di Kabupaten Departemen Pendidikan Dan
Muara Enim Sumatera Selatan.” Kebudayaan.
Gelar: Jurnal Seni Budaya 12(2): 209–
Tyas, dan Kuswarsantyo. (2018). “Nilai
19.
Pendidikan Karakter Dalam Ragam
Gerak Tari Srimpi Pandelori”.
MUDRA: Jurnal Seni Budaya
Khutniah, Nainul dan Veronica Eny Iryanti.
2012. “Upaya Mempertahankan Wibowo,Anjar Mukti dan Shoffikha Cahyanul
Eksistensi Tari Kridha Jati Di Sanggar Janah. 2015. “Sejarah Perkembangan
Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Kesenian Tari Gaplik Di Desa
Jepara.” Jurnal Seni Tari 1(1): 9–21. Kendung Kecamatan Kwadungan
Kabupaten Ngawi Tahun 1966-2014”.
Agastya 5(1).
Kuswarsantyo. 2012. “Pelajaran Tari: Image
dan Kontribusinya Terhadap
Pembentukan Karakter Anak”. Jurnal
Wijaya, Ahmad Alim., et al. 2021.”Nilai-Nilai
Joged Vol. 3 No. 1 Mei 2012.
Kearifan Lokal Rumah Adat Kajang
Lako di Jambi”. Crisektra: Jurnal
Pendidikan Sejarah 10(1): 60-69.
Martiara, Rina dan Wijaya, Arie Yulia. 2012.
“Tari Gandrung Terob sebagai
Identitas Kultural Masyarakat Using
Banyuwangi”. Jurnal Joged Vol 5 No.
1 Mei 2012

Moleong, L. (2012). Metodologi Penelitian


Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Nugroho, E. (2008). Pengenalan Teori Warna.


Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi


Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu
Sosial Humaniora Pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Soedarsono. (1975). Komposisi Tari Elemen-


elemen Dasar. Yogyakarta: Akademi
Seni Tari Indonesia.

163

Anda mungkin juga menyukai