Materi BAB III Dan BAB IV Kelas X
Materi BAB III Dan BAB IV Kelas X
2023/2024 – Kelas X
BAB III
MENJADI MANUSIA YANG BERTANGGUNGJAWAB DI DALAM MASYARAKAT
Kejadian 3:1-13 ; Hakim-Hakim 13:16; Nehemia 2:1-7; Matius 25:31-46; Lukas 10:30-37
Background
Dalam kisah ini digambarkan bahwa seorang pedagang Yahudi sedang dalam
perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho. Jarak antara kedua kota ini hanya sekitar 27 km,
menempuh perjalanan melalui jalanjalan yang sempit, curam dan berliku-liku menuruni
ketinggian sekitar 1000 meter. Karena kondisi alam seperti itu, daerah ini sangat banyak
perampok. Banyak orang yang enggan melalui jalan itu sendirian.
Si pedagang Yahudi menemukan nasib yang malang karena ia dirampok habis-habisan
dan dipukuli dan kemudian ditinggalkan dalam keadaan hampir mati. Kemudian lewatlah
seorang imam yang tampaknya baru kembali dari Yerusalem. Ia tidak mengulurkan
tangannya untuk menolong si korban. Lalu lewat seorang Lewi, yang juga tidak memberikan
pertolongannya.
Terakhir adalah seorang Samaria. Ia bukan hanya menolong si korban tetapi juga
membawanya ke tempat penginapan, memberikan sejumlah uang kepada si pemilik
penginapan supaya si korban ditolong dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Bahkan si orang
Samaria ini berjanji untuk membayar segala kekurangan biayanya kalau itu sampai terjadi
kelak bila ia kembali dari perjalanannya.
Pointnya
1. Imam dan orang Lewi yang dikisahkan dalam perumpamaan ini tampaknya menghindari si korban
karena alasan-alasan ritual. Sebagai seorang imam, ia akan banyak melaksanakan tugas-tugas
pelayanan peribadahan dan ritual agama Yahudi. Apa yang terjadi apabila si korban ternyata sudah
meninggal, atau meninggal pada saat sang imam itu menolongnya? Itu berarti ia akan menjadi
najis (Im. 21:11), dan akibatnya, ia tidak dapat melaksanakan tugas tugasnya dalam memimpin
upacara keagamaan orang Yahudi.
2. Orang Lewi ini sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk melakukan tugas pelayanannya yang
harus dilaksanakannya setahun sekali. Berbeda dengan suku-suku lainnya di Israel, suku Lewi
tidak mempunyai wilayahnya sendiri. Namun mereka mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
yang khusus yaitu memelihara Bait Allah. Jika orang Lewi ini juga menolong si korban
perampokan ini, maka ia akan menjadi najis, dan kesempatan untuk melayani di Bait Allah pun
akan hilang.
3. Orang Samaria, sebaliknya, adalah musuh orang Yahudi. Orang Samaria adalah keturunan
campuran antara orang-orang Israel dan Asyur yang terjadi pada waktu Kerajaan Israel dikalahkan
oleh Asyur dalam peperangan. Darah orang Yahudi dianggap tidak murni Yahudi, sebab sudah
tercampur dengan darah orang Asyur. Kedua, mereka tidak memiliki keyakinan iman yang sama,
karena hanya mengenal kitab-kitab Taurat dan beribadah bukan di Yerusalem melainkan di Bukit
Gerizim.
3. Orang Samaria ini telah melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya
menunjukkan kepedulian kepada sesama, tanpa bertanya agama, bangsa ataupun
idiologinya.
BAB IV
MENGASIHI DAN MENGHASILKAN PERUBAHAN
Lukas 15:21-24; Yohanes 3:16; Roma 12:9-21
A. PENGANTAR
Tuhan Yesus membuktikan bahwa kekuatan yang paling dahsyat itu adalah kekuatan cinta
kasih tanpa syarat. Cinta kasih yang total. Di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak sekali
contoh tentang cinta kasih yang total, sehingga demi cinta itu, orang yang memperlihatkannya tidak
segan-segan untuk berkorban.
Hal ini tampak jelas di dalam kehidupan dan pengurbanan Tuhan Yesus seperti yang dapat kita
temukan dalam Filipi 2:5-11
Dr. Martin Luther King, Jr., adalah seorang pendeta Gereja Baptis yang berkulit hitam dari
Amerika Serikat. King adalah seorang tokoh pemimpin perjuangan hak-hak sipil masyarakat kulit
hitam di AS. Ia berulang kali mendapatkan ancaman pembunuhan. Rumahnya beberapa kali dibom.
Namun demikian, King tetap bersiteguh dalam perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan.
Akhirnya King sendiri ditembak mati oleh orang yang tidak mau mengakui bahwa orang kulit hitam
pada hakikatnya sederajat dengan orang kulit putih. Pada 4 April 1968, pada sekitar pukul 6 sore,
King ditembak di balkon sebuah hotel di Memphis, Tennessee, AS. King telah merasakan kasih Yesus
Kristus di dalam hidupnya. Oleh karena cinta kasih Kristus itulah, ia pun belajar untuk mengasihi
orang-orang yang membenci dirinya.
Di dalam Alkitab kita dapat belajar mengasihi dari Perumpamaan yang di ajarkan oleh
Tuhan Yesus dalam Injil Lukas 15:21-24, tentang “Anak Yang Hilang”
Background
Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang putra. Anak
yang lebih muda berkata kepada ayahnya, ’Ayah, berikan harta bagianku.’ Ayahnya pun
membagi hartanya kepada kedua anaknya.” (Lukas 15:11, 12)
Anak ini meminta warisan padahal ayahnya belum meninggal. Dia ingin mendapat
harta bagiannya saat itu juga, supaya dia bisa bersenang-senang dan hidup bebas. Beberapa
hari kemudian, anak yang lebih muda itu mengumpulkan semua hartanya dan pergi ke negeri
yang jauh. Di sana, dia hidup bejat dan berfoya-foya.” (Lukas 15:13) Anak itu pergi ke
negeri lain, padahal dia bisa tinggal dengan aman di rumah bersama ayahnya yang
menyayangi dia dan memenuhi kebutuhannya. Dia pun menggunakan hartanya untuk
melampiaskan hawa nafsu. Setelah hartanya habis, hidupnya mulai susah.
”Kelaparan yang parah terjadi di seluruh negeri itu. Dia pun jatuh miskin. Dia bahkan
minta pekerjaan ke seorang penduduk negeri itu, dan dia disuruh menjaga babi di padang. Dia
begitu lapar sampai-sampai ingin mengisi perutnya dengan makanan yang dimakan babi-babi
itu. Tapi tidak ada yang memberinya makanan.” (Lukas 15:14-16).
Menurut Hukum Allah, babi dianggap najis, tapi anak itu tidak punya pilihan lain.
Karena sangat lapar, dia bahkan mau makan makanan babi. Ditengah kesengsaraan-nya, dia
pun sadar. Dia berpikir, ’Semua pekerja ayahku punya berlimpah makanan, sedangkan aku di
sini sudah mau mati kelaparan! Aku akan berangkat dan pergi ke ayahku dan berkata
kepadanya, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi
disebut anak Ayah. Jadikan aku pekerja Ayah saja.”’ Lalu dia pun pulang ke rumah ayahnya.
—(Lukas 15:17-20)
Pointnya
Ketika [anak itu] masih jauh, ayahnya melihat dia dan tergerak oleh rasa kasihan. Maka
ayahnya berlari, lalu memeluk dan menciumnya dengan lembut.” (Lukas 15:20) Sang ayah mungkin
telah mendengar tentang kebejatan anaknya. Namun, dia tetap menyambut anaknya.
Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan, ayah yang bijaksana itu tahu bahwa anaknya
sudah bertobat. Anak itu lalu mengakui kesalahannya. Dia lebih mudah mengakuinya karena sang
ayah dengan baik hati menyambut dia. Anak itu berkata, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan
kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah.”—Lukas 15:21.
Tapi, sang ayah berkata kepada budak-budaknya, ”Cepat! Ambil jubah yang paling bagus.
Pakaikan itu padanya. Pasang cincin di jarinya dan sandal di kakinya. Potong juga anak sapi yang
gemuk. Mari kita makan dan merayakan ini, karena anakku ini sudah mati tapi hidup lagi. Dia hilang
tapi sudah ditemukan.” Mereka pun bersukaria.—Lukas 15:22-24.
Sementara itu, anak yang lebih tua sedang ada di ladang. Yesus berkata, ”Ketika dia pulang dan
sudah hampir sampai di rumah, dia mendengar suara musik dan tari-tarian. Maka, dia memanggil
seorang pelayan dan menanyakan apa yang terjadi. Pelayan itu menjawab, ’Adik Tuan pulang, dan
ayah Tuan memotong anak sapi yang gemuk, karena adik Tuan kembali dalam keadaan sehat.’ Tapi
dia marah dan tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan memohon agar dia masuk. Dia berkata
kepada ayahnya, ’Sudah bertahun-tahun aku kerja seperti budak untuk Ayah, dan tidak pernah satu
kali pun aku melawan perintah Ayah. Tapi Ayah tidak pernah memberi aku anak kambing untuk
dinikmati bersama teman-temanku. Tapi begitu anak Ayah itu pulang, anak yang menghabiskan harta
Ayah dengan pelacur, Ayah malah memotong sapi gemuk buat dia.’”—Lukas 15:25-30.
Lalu ayahnya berkata: ”Anakku, kamu selalu bersama Ayah. Semua milik Ayah adalah milik
kamu juga. Tapi kita harus merayakan ini dan bersukacita, karena adikmu sudah mati tapi hidup lagi;
dia hilang tapi sudah ditemukan.”—Lukas 15:31, 32.
Kehadiran Yesus Kristus sebagai tanda kasih Allah Bapa bagi kita di dunia, mestinya sudah
bisa kita rasakan di masa kini juga. Ketika Yesus masih ada di dunia secara fisik sekitar 2000 tahun
yang lalu, orang banyak sudah bisa menikmati kehadiran-Nya. Yang lumpuh bisa berjalan kembali,
yang buta bisa melihat, yang mati dibangkitkan, dan mereka yang tersingkirkan dihampiri Yesus dan
Yesus menjadi sahabat mereka. Orang-orang yang dijumpai dan disapa oleh Yesus mengalami
perubahan yang dahsyat. Hidup mereka diliputi oleh sukacita dan pengharapan baru. Mereka
menyadari bahwa hidup mereka bermakna karena Yesus.
Hal ini menolong kita untuk memahami bahwa kasih yang sejati itu tidak hanya bersikap baik
kepada orang lain. Kasih sejati itu memiliki orientasi moral yang menuju kepada kebaikan. Ketika
kita menunjukkan kasih terhadap seseorang, maka kita bergerak mereka ke arah kebaikan Tuhan.
Mengasihi seseorang bukan hanya melayani kesukaan dan ketidaksukaan orang itu. Sebaliknya, itu
berarti bertindak terhadap mereka dengan cara menolong mereka untuk mengalami lebih banyak
kebaikan Allah.