Anda di halaman 1dari 3

JENIS KRITIK SASTRA

A. Jenis-jenis kritik sastra berdasarkan bentuknya


Kritik sastra terbagi menjadi kritik teoritis dan praktis (Abrams, 1981). Apa perbedaan antara
keduanya?
Kritik teori adalah salah satu cabang ilmu kritik sastra yang bertujuan untuk membentuk
seperangkat konsep, pembedaan, dan kategori berdasarkan prinsip-prinsip umum yang
diterapkan dalam pemeriksaan dan penafsiran karya sastra, serta kriteria (norma atau standar). -
standar) yang menjadi dasar penilaian karya sastra dan sastra.
Kritik praktis mengacu pada praktik kritis yang digunakan kritikus ketika mengkritik karya
sastra.
B. JENIS-JENIS KRITIK SASTRA BERDASARKAN PELAKSANAANNYA
Kritik sastra juga ditandai dengan implementasinya. Menurut pelaksanaan (praktik) kritiknya,
kritik sastra dibedakan menjadi kritik hukum, kritik impresionistik, dan kritik induktif (Abrams
dan Hudson dalam Pradopo, 1994).
Kritik hukum adalah kritik sastra yang berupaya menganalisis dan mengevaluasi karya sastra
berdasarkan standar umum yang telah ditetapkan sebelumnya tentang kehebatan atau
keistimewaan sastra. Dalam hal ini, kritik hukum mengakui adanya hukum tertulis yang
mengikat penciptanya, sebagaimana halnya hukum moral dan hukum pemerintahan yang
mengikat warga negaranya. Di sini penulis dan kritikus harus mengakui dan mengikuti hukum
dan norma karya sastra yang tetap dan statis yang telah ditetapkan oleh penulis sebelumnya
dalam penciptaan karya sastra.
Kritik induktif merupakan kritik sastra yang secara obyektif menggambarkan suatu bacaan sastra
berdasarkan fenomena-fenomena yang ada. Berbeda dengan kritik hukum yang menilai karya
sastra berdasarkan standar umum yang telah ditentukan, kritik induktif menolak standar evaluasi
seperti kritik hukum (Pradopo, 1994). Penilaian karya sastra menurut kritik induktif didasarkan
pada fenomena-fenomena yang terjadi pada karya sastra yang diteliti.
Kritik sastra impresionis adalah kritik sastra yang mengungkapkan kesan kritikus terhadap karya
sastra yang dibacanya. Dalam kritik jenis ini, kritikus biasanya menceritakan kembali apa yang
dibacanya dan menyajikan penafsiran atau pujian terhadap kualitas objek karya sastra yang
dikritiknya.
C. Jenis-jenis kritik sastra berdasarkan orientasinya terhadap karya sastra
Berfokus pada karya sastra, Abrams (1981) membedakan antara kritik mimesis, kritik
pragmatis, kritik ekspresif, dan kritik objektif.
Kritik mimetik adalah kritik yang mengarahkan atau mengarahkan perhatian pada hubungan
karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Kritik ini memandang karya sastra sebagai tiruan,
refleksi atau representasi dunia dan kehidupan manusia. Kriteria utama suatu karya sastra adalah
“kebenaran” atau keakuratan uraian atau apa yang hendak dideskripsikan. Oleh karena itu, ketika
mengkritik karya sastra, kritikus selalu menghubungkan karya sastra tersebut dengan realitas
dan kehidupan dunia di luar karya sastra tersebut.
Kritik pragmatis adalah kritik yang memusatkan perhatian pada reaksi pembaca terhadap karya
sastra dan terhadap dampak atau pengaruh karya sastra terhadap pembaca. Kritik ini memandang
karya sastra sebagai sesuatu yang dibuat untuk mencapai tujuan (efek) tertentu terhadap
penikmatnya. Kritik jenis ini cenderung menilai karya sastra berdasarkan seberapa baik karya
tersebut mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya. Oleh karena itu, karya sastra dianalisis dan
dievaluasi dampaknya terhadap masyarakat dan masyarakat.
Kritik objektif adalah kritik yang ditujukan atau menarik perhatian pada karya sastra itu sendiri.
Kritik ini memandang karya sastra sebagai objek yang berdiri sendiri atau dunia yang mandiri.
Karena dalam kritik jenis ini karya sastra dipandang sebagai dunia yang terpisah (otonom),
maka ketika mengkritik karya sastra, kritikus bersandar pada karya sastra itu sendiri, tanpa
menghubungkannya dengan kenyataan, pembaca atau pengarangnya.

PENGUKURAN KRITIK SASTRA


Hal ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada yang sepakat bahwa dalam pelaksanaan
kritik sastra ada langkah-langkah agar kritikus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan
penuh tanggung jawab, ada pula yang menolaknya. Mereka yang menolaknya percaya bahwa
seni modern paling baik dipahami jika dinilai tanpa ukuran dan tanpa prinsip tertentu. Norma
dan standar kritik sastra justru dapat membuat kritikus lengah ketika melakukan analisis.
Ketika kita memahami bahwa sastra bukanlah kesenangan semata, namun dalam melakukan
kritik diperlukan prinsip-prinsip yang dapat menjadi pedoman. Namun prinsip dinamis dan
fleksibel tidak selalu berlaku, karena sistem nilai sering berubah tergantung waktu dan tempat:
Nilai seni terus berubah.
Artinya, tidak ada ukuran mutlak dalam pelaksanaan kritik sastra secara nyata. Terdapat
kecenderungan umum untuk mengombinasikan berbagai tindakan, apakah tindakan tersebut
bersifat mimesis, ekspresif, pragmatis, atau diterapkan secara objektif.

METODE KRITIK SASTRA


Metode berasal dari kata latin methodos, dari kata meta dan hodos. Kata meta berarti “ke,
melalui, mengikuti, setelah” dan kata hodos berarti “jalan, jalan, arah”. Oleh karena itu, metode
kritik sastra merupakan suatu metode sistematis untuk memahami karya sastra. Metode
mencakup kemungkinan apakah penelitian dapat dilakukan dari segi sumber daya, waktu dan
penerapan selanjutnya. Metode sosiologi sastra berbeda nyata dengan psikologi sastra,
perbedaan ungkapannya dengan pragmatik melalui cara pandang peneliti, hambatan dalam
proses penelitian dan kemungkinan agar hasil penelitian dapat diterima publik. . Metode kritik
sastra yang sering digunakan oleh para kritikus sastra:
yaitu metode struktural, metode komparatif, metode sosiologi sastra dan metode estetika resepsi.

1. Metode struktural
Asas struktural berasumsi bahwa sebuah karya sastra merupakan suatu struktur yang terdiri dari
unsur-unsur yang terjalin erat. Unsur-unsur tersebut tidak mempunyai fungsi atau makna
tersendiri yang terpisah satu sama lain, tetapi ditentukan oleh hubungan antar unsur-unsur
tersebut secara keseluruhan.
2. Metode komparatif
Sastra bandingan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempunyai metode yang mencakup
berbagai aspek, yaitu. Tema, jenis/bentuk, hubungan sastra dengan seni dan media lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian sastra komparatif memerlukan pendekatan yang
mengkaji suatu karya sastra dibandingkan dengan karya sastra lainnya. Dengan membandingkan
karya sastra menggunakan pendekatan ini, Anda akan mendapatkan gambaran lebih jelas
mengenai persamaan dan perbedaannya.
3. Metode sosiologis
kepada karya sastra yang didasarkan pada gagasan bahwa sastra merupakan cerminan kehidupan
bermasyarakat. Karya sastra dipengaruhi oleh masyarakat dan berdampak pada masyarakat.
4. Metode penerimaan estetis
mengemukakan bahwa resepsi mengacu pada penerimaan atau penikmatan karya sastra oleh
pembaca. Resepsi adalah genre yang mengkaji teks sastra dengan premis bahwa pembaca
memberikan tanggapan atau tanggapan terhadap teks tersebut. Dalam sebuah karya sastra, tidak
hanya mempunyai satu makna, tetapi juga mempunyai makna-makna lain yang memperkaya
karya sastra tersebut.

Anda mungkin juga menyukai