Modul Praktikum Dasar Elektronika (Simulasi)
Modul Praktikum Dasar Elektronika (Simulasi)
KARAKTERISTIK RESISTOR
1.1. Tujuan :
Mahasiswa dapat memahami cara membaca kode warna pada Resistor
Mahasiswa dapat menghitung nilai resistansi resistor pada rangkaian seri, paralel,
dan campuran
Mahasiswa dapat memahami karakteristik dari variabel resistor
Mahasiswa dapat menggunakan variabel resistor
1
kecilnya kemampuan daya resistor tergantung dari bahan pembuat Resistor itu sendiri.
Resistor yang berdaya kecil ( kurang dari 2 Watt ) terbuat dari bahan karbon, sedangkan
Resistor yang bekerja pada daya besar ( 2 Watt – 50 Watt ) terbuat dari bahan semen
maupun kawat nirkelin. Bentuk fisik resistor tetap berdasarkan warna dapat dilihat pada
gambar 1.1.
Cincin 1 Cincin 4
Cincin 2 Cincin 3
2
Tabel I-1. Kode Warna Resistor :
3
jenis resistor variabel yang digunakan adalah potensiometer seperti diperlihatkan pada
gambar 1.3.
Knob
1
1
2
3
3
Ω
2
2
3 3
(a) (b)
Gambar 1.4. Pengukuran resistansi potensiometer
Selain berfungsi sebagai penghambat arus resistor variabel juga dapat berfungsi
sebagai komponen pembagi tegangan. Tegangan masukan (Vin) yang besar dapat diubah
menjadi dua tegangan keluaran (Vo1 dan Vo2) yang lebih kecil. Susunan pengukuran
tegangan keluaran potensiometer diperlihatkan pada gambar 1.5.
4
1
Vin
Vo1
2
Vo2
2
R1
+
R2
Vo
5
1.3.3. Susunan Rangkaian Resistansi
a. Susunan Seri
Adalah sebuah rangkaian yang menggabungkan dua atau lebih Resistor yang
dideret sedemikian rupa, sehingga nilai Hambatan totalnya menjadi lebih besar.
Hal ini dikarenakan nilai Hambatan total merupakan hasil penjumlahan dari
semua resistor pembentuknya.
A B
R1 R2 R3 Rn
A B
Rtotal
b. Susunan Paralel :
Adalah sebuah rangkaian yang menggabungkan dua atau lebih Resistor yang
dijajar sedemikian rupa, sehingga nilai Hambatan totalnya menjadi lebih kecil
dari nilai Resistor terkecil yang membentuknya. Persamaan untuk mencari Rtotal
pada rangkaian parallel adalah :
A A
R1 R2 R3 Rtotal
Rn
B B
6
Jika dua buah resistor R1 dan R2 dihubungkan secara paralel maka nilai
resistansi total dapat dihitung dengan persamaan, yaitu :
𝑅1 .𝑅2
Rtotal =
𝑅1+𝑅2
1.4. Percobaan Resistor:
1.4.1. Percobaan Resistor Tetap
A. Prosedur Percobaan
1. Perhatikan gambar resistor dibawah
2. Lakukan perhitungan nilai resistansi dan toleransi pada gambar dibawah sesuai
dengan kode warna resistor. Catat hasilnya pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Nilai perhitungan resistansi dan toleransi pada tiap – tiap resistor
R1
R2
R3
R4
R5
7
Gambar Rangkaian Seri Gambar Rangkaian Paralel
3. Buatlah rangkaian simulasi pada software proteus menjadi rangkaian seri dan
paralel kemudian tentukan nilai resistansi totalnya. Catat hasilnya pada Tabel 1.3.
Nilai Resistansi
Rangkaian Seri Rangkaian Paralel
Resistor Hasil Hasil
Hasil Hasil
Pengukuran Pengukuran
Perhitungan Perhitungan
simulasi simulasi
R1 dan R2
R2 , R3 dan R4
R1 , R2 , R3 , R4 dan
R5
8
Gambar Percobaan Potensiometer
10
PERCOBAAN II
KARAKTERISTIK DIODA
2.1.Tujuan :
2.3.Teori Dasar :
Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan
sebagai penyearah dalam rangkaian elektronika. Gambar 3.1 memperlihatkan bentuk fisik
dioda yang dijual di pasaran. Berdasarkan bahan pembuatnya dioda terbagi dua dioda
silikon dan dioda germanium. Dioda silikon lebih banyak digunakan untuk tegangan dan
daya bessar, sedangkan dioda silikon untuk tagangan dan daya kecil. Dioda memiliki
kemampuan arus bervariasi mulai dari lebih kecil dari 1 A hingga di atas 7 A.
11
Anoda (A) Katoda(K)
Katoda(K)
Anoda (A)
Dioda pada umumnya mempunyai 2 elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda
(-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor
yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi
tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.Simbol elektronika dioda diperelihatkan
pada gambar 3.2.
Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah
arus AC ke arus DC.
Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil
tegangan.
Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
Dioda memiliki tegangan offset ( knee voltage ) yang merupakan tegangan pada
saat arus mulai naik secara cepat pada rangkaian forward biased . Tegangan offset atau
tegangan lutut juga dapat disebut dengan tegangan konduksi, yaitu batas minimal tegangan
yang diberikan pada komponen dioda supaya dioda dapat mengalirkan arus. Nilai tegangan
offset ini adalah 0,3V pada dioda germanium dan 0,7V pada dioda silikon.
12
0,3 0,7
Dioda dibias maju berarti elektroda anoda (A) dioda mendapatkan sumber tegangan
positif sedangkan elektroda katoda (K) dihubungkan dengan beban rangkaian.
A K
I
Vin D R
Tegangan pada bias maju tidak membutuhkan tegangan Vin yang cukup besar untuk
menembus daerah persambungan karena hanya membutuhkan tegangan sedikit di atas
tegangan breakdown ( Ge = 0,3V dan Si = 0,7V ).
13
Dioda dibias mundur berarti elektroda katoda dioda mendapatkan arus positif
sedangkan elektroda anoda dihubungkan dengan beban rangkaian.
A K
Vin D R
2.3.3.Dioda Zener
Dioda zener merupakan salah satu komponen elektronika yang terbuat dari
semikonduktor dan merupakan jenis dioda yang dirancang khusus untuk beroperasi pada
rangkaian bias balik dan akan berfungsi seperti dioda biasa bila dipasang pada rangkaian
bias maju. Dioda zener berbeda dengan dioda pada umum karena dioda zener dapat bekerja
dengan paling baik di daerah dadalnya. Dioda zener akan menyalurkan arus listrik yang
mengalir ke arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas
“breakdown voltage” atau tegangan tembus dioda zener. Karakteristik ini berbeda dengan
dioda biasa yang hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah. Tegangan tembus ini di
sebut Tegangan Zener.
Rs Iz 5,6
V
Vin Dz
+ -
Vz = 5,6V
Gambar 2.7. Dioda Zener dan Simbolnya Gambar 2.8. Penstabil Tegangan Dioda Zener
14
Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse
Bias), Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener . Nilai
tegangan pada rangkaian akan tetap stabil sesuai dengan nilai tegangan pada dioda zener.
Apabila tegangan sumber Vs lebih besar dibandingkan tegangan dioda zener Vz, maka dioda
zener akan aktif dan tegangan Vz yang akan digunakan pada rangkaian tersebut. Misal pada
rangkaian tersebut, tegangan Input (masuk) yang diberikan adalah 12V, dioda memiliki
spesifikasi tegangan 5,6V, maka voltmeter akan menunjukan tegangan yang melewati Dioda
Zener adalah 5,6V. Tegangan ini akan tetap 5,6V walaupun tegangan input berubah,
sepanjang perubahan tegangan input tidak lebih rendah dari tegangan zener.
Tahanan seri Rs digunakan untuk membatasi arus zener agar tidak melebihi batas
kemampuan arusnya.
Besar arus yang mengalir pada dioda zener adalah :
𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑧
Iz =
𝑅𝑠
Misalnya dioda zener memiliki tegangan dadal (Vz) sebesar 12V dan diberikan Vin
awal sebesar 20 V dan bila digambarkan garis beban untuk Vin = 20V dan Rs = 1 kΩ maka
akan didapatkan garis beban Q1 . Kemudian Vin dinaikkan menjadi 30 V dan akan didapat
garis beban Q2 . Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penambahan arus yang
mengalir melalui dioda zener tetapi tegangan keluarnya hampir sama.
15
2.4.Prosedur Percobaan :
A K
K
100 A
D 100
D
Vin LED Vin LED
Gambar 2.11(a) Rangkaian arus forward bias Gambar 2.11(b) Rangkaian arus reverse bias
1. Perhatikan gambar rangkaian diatas.
2. Buat rangkaian resistor 100 Ω, dioda silikon , dan power supply menjadi rangkaian
gambar 2.10(a) di Software proteus.
3. Pasang multimeter (Amperemeter) pada rangkaian untuk mengukur arus dioda.
4. Atur tegangan power supply mulai dari 0V sampai 2V.
5. Ukur nilai arus dioda. Catat hasilnya pada tabel 2.1
16
6. Ganti jenis dioda germanium dengan dioda silikon pada rangkaian tersebut.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 5. Catat hasilnya pada tabel 2.1
8. Lanjutkan percobaan dengan membuat gambar 2.11(b).
9. Ulangi langkah 2 sampai langkah 5. Catat hasilnya pada tabel 2.2
10. Ganti jenis dioda pada rangkaian tersebut. Ulangi langkah 3 sampai langkah 5. Catat
hasilnya pada tabel II-2.
17
2.4.3.Percobaan Dioda Zener
18
Tabel 2.3 Tegangan dan arus zener
Nilai Tegangan Dioda Zener A Dioda Zener B Dioda Zener C
Input ( V ) Vout Iz Vout Iz Vout Iz
1
4
7
10
13
15
19
PERCOBAAN III
KARAKTERISTIK TRANSISTOR
3.1. Tujuan :
Mahasiswa dapat memahami karakteristik dari transistor
Mahasiswa dapat memahami fungsi dan prinsip kerja transistor pada rangkaian
penguat
Mahasiswa dapat menghitung arus basis dan arus kolektor.
3.2. Peralatan yang digunakan
Software Simulasi Proteus
Multimeter
Aplikasi Simulasi (Proteus)
Transistor tipe 2N1711
Resistor
Switch
Transistor adalah salah satu komponen yang selalu ada di setiap rangkaian elektronika,
seperti radio, televisi, handphone, lampu flip-flop dll. Fungsi dari komponen ini sangatlah
penting. Kebanyakan, transistor digunakan untuk kebutuhan penyambungan dan pemutusan
(switching), seperti halnya saklar. Yaitu untuk memutus atau menyambungkan arus listrik.
Selain itu transistor juga berfungsi sebagai penguat (amplifier), stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal, dan banyak lagi.
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda yaitu basis, kolektor, dan emiter. Terdapat dua
jenis transistor yaitu transistor P-N-P dan N-P-N.
Transistor NPN adalah transistor positif dimana transistor ini dapat bekerja mengalirkan
arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif. Sedangkan transistor PNP adalah
transistor negatif yang dapat bekerja mengalirkan arus apabila basis dialiri tegangan negatif.
Transistor PNP merupakan pengimbang ( complement ) dari transistor NPN. Semua rumus
yang diturunkan untuk rangkaian NPN berlaku untuk rangkaian PNP.
20
Gambar 3.1. Berbagai jenis bentuk fisik transistor
Bipolar junction transistor (BJT) adalah jenis transistor yang memiliki tiga kaki,
yaitu (Basis, Kolektor, dan Emitor) dan di pisah menjadi dua arah aliran, positif dan negatif.
Aliran positif dan negatif diantara Basis dan Emitor terdapat tegangan dari 0v sampai 6v
tergantung pada besar tegangan sumber yang dipakai. Dan besar tegangan tersebut
merupakan parameter utama transistor tipe BJT. Tidak seperti Field Effect transistor (FET),
arus yang dialirkan hanya terdapat pada satu jenis pembawaan (Elektron atau Holes). Di
BJT, arus dialirkan dari dua tipe pembawaan (Elektron dan Holes), hal tersebut yang
dinamakan dengan Bipolar
Ada dua jenis tipe transistor BJT, yaitu tipe PNP dan NPN. Dimana NPN, terdapat
dua daerah negatif yang dipisah dengan satu daerah positif. Dan PNP, terdapat dua daerah
positif yang dipisah dengan daerah negatif. Gambar 4.2 memperlihatkan simbol transistor
bipolar.
Gambar 3.2(a). Transistor simbol NPN Gambar 3.2(b). Transistor simbol PNP
Pada transistor jenis NPN terdapat arah arus aliran yang berbeda dengan transistor
jenis PNP, dimana NPN mengalir arus dari kolektor ke emitor. Dan pada NPN, untuk
21
mengalirkan arus tersebut dibutuhkan sambungan ke sumber positif (+) pada kaki basis.
Cara kerja NPN adalah ketika tegangan yang mengenai kaki basis, hingga dititik saturasi,
maka akan menginduksi arus dari kaki kolektor ke emitor. Dan transistor akan berlogika 1
(aktif). Dan apabila arus yang melalui basis berkurang, maka arus yang mengalir pada
kolektor ke emitor akan berkurang, hingga titik cutoff. Penurunan ini sangatlah cepat karena
perbandingan penguatan yang terjadi antara basis dan kolektor melebihi 200 kali.
Contoh gambar rangkaian penggunaan transistor NPN diperlihatkan oada gambar 4.3(a)
Gambar 3.3(a) pemasangan transistor NPN Gambar 3.3(b) pemasangan transistor PNP
Pada transistor PNP, terjadi hal sebaliknya ketika arus mengalir pada kaki basis,
maka transistor berlogika 0 (off). Arus akan mengalir apabila kaki basis diberi sambungan
ke ground (-) hal ini akan menginduksi arus pada kaki emitor ke kolektor, hal yang berbeda
dengan NPN, yaitu arus mengalir pada kolektor ke emitor. Penggunaan transistor jenis ini
mulai jarang digunakan. Dibanding dengan NPN, transistor jenis PNP mulai sulit ditemukan
dipasaran
Contoh gambar rangkaian penggunaan transistor PNP diperlihatkan oada gambar 3.3(b):
3.3.2. Karaktersitik Dan Daerah Kerja
Transistor BJT digunakan untuk 3 penggunaan berbeda: mode cut off, mode linear
amplifier, dan mode saturasi. Penggunaan fungsi transistor bisa menggunakan karakteristik
dari masing-masing daerah kerja ini. Selain untuk membuat fungsi daripada transistor,
karakteristik transistor juga dapat digunakan untuk menganalisa arus dan tegangan transistor.
Gambar 4.4 perlihatkan rangkaian transistor NPN yang digunakan untuk melihat hubungan
antara arus basis(IB) dengan arus kolektor(IC). VB merupakan tegangan sumber pada basis,
22
VCC tegangan power suply pada kolektor, VCE tegangan antara kaki kolektor dan Emitor dan
VBE tegangan antara basis dan emitor, nilai VBE berikisar antara 0,6V – 0,7V.
Untuk mengetahui daerah kerja suatu rangkaian transistor dapat jelaskan dengan
konsep garis beban DC.
RC IC
IB C
B VCC
VCE
RB
E
VBE
VB
IE
Gambar 3.4. Rangkaian untuk mengukur arus basis dan arus kolektor
Garis beban dapat digambarkan pada kurva kolektor untuk memberi gambaran
bagaimana transistor bekerja dan daerah mana dia beroperasi. Dari gambar 3.4. terlihat
tegangan VCC membias balik dioda kolektor melalui tahanan RC. Karena itu arus kolektor
yang melaluinya :
VCC - VCE
IC =
RC
Rumus ini merupakan persamaan umum garis beban DC transistor. Suatu alternatif
untuk mendapatkan garis beban adalah dengan membayangkan bahwa terminal kolektor-
emiter terhubung singkat atau VCE = 0, akan didapat arus kolektor IC = VCC/RC, kemudian
dengan membayangkan terminal terbuka atau I C = 0, maka akan didapat tegangan kolektor-
emiter VCE = VCC.
Arus basis dapat dihitung dengan persamaan:
𝑉𝐵 −𝑉𝐵𝐸
𝐼𝐵 =
𝑅𝐵
Pada transistor terdapat hubungan antara arus kolektor dan arus basis untuk mendefinisikan
beta dc dari sebuah transistor sebagai :
𝐼𝑐
𝛽𝑑𝑐 =
𝐼𝑏
23
• Daerah Potong (cutoff):
Daerah Mati Transistor/Daerah cut off merupakan daerah kerja transistor dimana keadaan
transistor menyumbat pada hubungan kolektor – emitor. Daerah cut off sering dinamakan
sebagai daerah mati karena pada daerah kerja ini transistor tidak dapat mengalirkan arus dari
kolektor ke emitor. Pada daerah cut off transistor dapat di analogikan sebagai saklar terbuka
pada hubungan kolektor – emitor.
Arus yang dihasilkan pada persamaan diatas adalah arus kolektor saturasi/masksimum
(IC(sat)), arus ini menyebabkan kaki kolektor dan emitor transistor terhubung singkat secdara
sempurna. Untuk mendapatkan arus kolektor saturasi dengan cara memberikan arus basis
saturasi (IB(sat)) pada kaki basis transistor. Perkalian (I B(sat)) dengan dc menghasilkan IC(sat).
• Daerah Aktif
Pada daerah kerja ini transistor biasanya digunakan sebagai penguat sinyal. Transistor
dikatakan bekerja pada daerah aktif karena transistor selelu mengalirkan arus dari kolektor
ke emitor walaupun tidak dalam proses penguatan sinyal, hal ini ditujukan untuk
menghasilkan sinyal keluaran yang tidak cacat. Daerah aktif terletak antara daerah jenuh
(saturasi) dan daerah mati (Cut off).
Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah daerah aktif dari transistor.
Dalam daerah aktif, dioda emiter dibias forward dan dioda kolektor dibias reverse.
Perpotongan dari arus basis dan garis beban adalah titik stationer (quiescent) Q seperti dalam
gambar. daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC
konstan terhadap berapapun nilai Vce. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding dengan
arus basis berdasarkan persamaan. Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi
pada daerah aktif. Pada daerah aktif arus kolektor tergantung dari arus basis, dengan kata
lain besar kecilnya arus kolektor dikendalikan oleh baesar kecilnya arus basis.
Nilai beta dc pada persamaan dipereoleh dari data sheet transistor yang memungkinkan
transistor untuk menghasilkan nilai arus yang lebih besar pada bagian kolektor dengan
memberi input arus yang kecil. Misalnya pengukuran pada bagian basis rangkaian.
menghasilkan IB sebesar 10µA maka dengan beta dc sebesar 100 akan diperoleh Ic sebesar
1 mA. Dengan menambahkan/menaikkan nilai Ib yang berbeda-beda dapat menghasilkan
nilai Ic yang berbeda-beda dan jika dibuat dalam grafik yang sama maka akan menghasilkan
seperti gambar 3.7.
25
Gambar 3.7. Kurva transistor dengan βdc sebesar 100
PROSEDUR PERCOBAAN :
(µA) (V)
A2 VCE A2 VCE A2 VCE
10
20
30
27
PERCOBAAN IV
RANGKAIAN PENYEARAH
I. TUJUAN
28
III. PROSEDUR PERCOBAAN
29
9. Kemudian tutup saklar S17. Amati bentuk gelombang pada tampilan layar
oscilloscope channel C.
10. Amati dan catat nilai tegangan yang terukur pada titik 39 (........)
11. Gambarlah bentuk gelombang yang tampil pada layar oscilloscope tersebut pada
kertas millimeter blok.
2. Hubungkan probe channel A oscilloscope pada titik 43. Pastikan saklar ditutup.
3. Amati dan catat nilai tegangan yang terukur pada titik ini 43(.........)
4. Gambarlah bentuk gelombang yang tampil pada layar oscilloscope tersebut pada
kertas millimeter blok.
30
IV. ANALISIS DAN EVALUASI
2. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan yang saudara peroleh untuk ketiga
jenis rangkaian penyearah.
31