La Galaxy New
La Galaxy New
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, penulis membuat laporan
aktualisasi ini dengan judul “Pemanfaatan Facebook sebagai Media Informasi
dan Helpdesk E-court pada Pengadilan Negeri Ternate”.
1.2 Tujuan
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, tujuan dari adanya kegiatan
aktualisasi ini adalah
1. Terdapatnya media informasi dan helpdesk ecourt melalui media social pada
Pengadilan Negeri Ternate;
2. Meningkatnya pemahaman ecourt oleh masyarakat;
3. Meningkatnya penggunaan ecourt oleh masyarakat dan advokat.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan Laporan Aktualisasi/Habituasi adalah
- Bagi individu, peserta diklat dapat menambah wawasan dan kemampuan
berpikir terkait permasalahan ecourt dan solusinya pada Pengadilan Negeri
Ternate; Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yang terdiri dari
akuntabilitas¸ nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi
dalam tugas pokok dan fungsi pekerjaan.
- Bagi organisasi, sebagai bahan masukan dan saran dalam pelaksanaan ecourt
Pengadilan Negeri Ternate, serta mengedukasi ecourt kepada masyarakat luas
di wilayah hukum Pengadilan Negeri Ternate.
- Bagi masyarakat, terdapatnya media layanan informasi dan helpdesk terkait
ecourt yang lebih terjangkau, murah, dan mudah.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI, NILAI-NILAI DASAR PNS,
PERAN DAN KEDUDUKAN ASN
3
2.1.3 Tujuan dan Sasaran Strategis
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, Pengadilan Negeri Ternate
memiliki tujuan yang telah ditetapkan, yakni:
1. Terciptanya azas Peradilan yang murah, mudah dan cepat.
2. Terciptanya pelayanan prima bagi masyarakat pencari keadilan dan
jasa pelayanan hukum bagi masyarakat yang membutuhkan.
3. Terciptanya pemenuhan, perlindungan dan penegakan hukum yang
tegas dengan skala prioritas penyalahgunaan psikotropika maupun
kejahatan yang merusak masyarakat.
4. Terciptanya budaya hukum dan profesionalisme dikalangan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan, pelayanan, penghormatan,
pemenuhan dan perlindungan hukum.
5. Tersedianya/terpenuhinya infrastruktur dan suprastruktur guna
penunjang pelaksanaan penegakan hukum yang berpihak kepada
rakyat.
Kemudian sasaran yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Ternate
antara lain :
1. Terwujudnya kemampuan pelayanan Pengadilan agar lebih baik.
2. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi dalam Pengadilan.
3. Terwujudnya kualitas dan pelayanan SDM Pengadilan kepada para
pencari keadilan.
4. Terwujudnya penanganan perkara yang cepat, murah, adil dan
transparan.
4
2.1.4 Struktur Organisasi dan Tupoksi Jabatan
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PN Ternate
5
i. Menyusun laporan bulanan dan tahunan sub bagian kepegawaian dan
organisasi tata laksana
j. Membuat urutan kepangkatan dan besetting
6
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, akuntabilitas memiliki tingkatan hierarkis. Tingkatan
akuntabilitas terdiri dari 5 (lima) tingkatan sebagai berikut:
a. Akuntabilitas personal
b. Akuntabilitas individu
c. Akuntabilitas kelompok
d. Akuntabilitas organisasi
e. Akuntabilitas stakeholder
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak disengaja tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
b. Jujur: sikap untuk menyatakan sesuai sesuai dengan yang terjadi
c. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
d. Netral: Tidak memihak pada salah satu pihak serta tercipta
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas.
e. Mendahulukan kepentingan publik atas kepentingan pribadi atau
kelompok
f. Adil: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
g. Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
h. Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
i. Partisipatif: semua aspek yang mendukung terlibat tanpa adanya
monopoli oleh sebagian orang
7
j. Legal: adanya bukti secara formal atas segala tindakan untuk dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan hal mendasar yang harus menjiwai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada
kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia,
diharapkan seluruh pegawai ASN mampu mengamalkan nilai-nilai
Pancasila pada setiap kebijakan yang diambil serta dijiwai semangat
Bhineka Tunggal Ika sebagai ruhnya.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN
adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat
dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik sehingga dalam
menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat pelaksana
yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk
pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk
aparat yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk barang dan
8
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sebagai pelayan publik seorang ASN
dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki
integritas tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etik
perilaku yang telah diatur dalam Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam
kode etik tersebut harus diarahkan pada pilihan-pilihan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas dengan dijiwai oleh nilai-
nilai yang terkandung dalam pengamalan Pancasila.
C. Etika Publik
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di
dalam institusi yang adil. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik
atau buruk, benar atau salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan
pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-
dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
9
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
D. Komitmen Mutu
LAN RI menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama dalam
menjamin mutu yang baik yaitu efektivitas, efesien dan inovasi. Dasar
yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun
mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI menyatakan bahwa
proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa
juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah
satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Sebagaimana terkait dengan karakteriktik utama tersebut, setidaknya
empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
10
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber
daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme
yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan
publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
4. Berorientasi pada Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya,
bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah
satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
telah dijanjikan;
11
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa
mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui
harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi,
dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa
melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech
memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk,
proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut
memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu
dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini
masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan.
E. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
(Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
12
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut
untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi
diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran
tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu
sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani
tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan
kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan
yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak
tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
13
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan
tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau
memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam
gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta
tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun
semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan
tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal
yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
14
2.3 Peran dan Kedudukan ASN
A. Whole Of Goverment
WoG (Whole of Government) didefinisikan sebagai “Suatu model
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk
mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena
berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas
sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku.
Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-
Government. E-government adalah tata kelola pemerintahan (governance)
yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi
IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan
masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan
responsif. Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-government antara
lain adalah:
a. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), efisien dan efektif;
b. Hemat anggaran dan tepat waktu;
c. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan
korupsi akan banyak berkurang;
d. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan
tingkat kesalahan berkurang;
e. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga
kepuasan publik juga meningkat.
B. Pelayanan Publik
Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service” A.S. Moenir
mendefinisikan “pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat
pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau
dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan pengguna.” Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam
masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan
15
saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi pelayanan.
Selanjutnya A.S. Moenir (2002: 16) menyatakan bahwa proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang
dinamakan pelayanan. Jadi dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan
yang bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang
diperlukan orang lain.
Dari definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah
aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan
pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau
lembaga perusahaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia (1990), pelayanan
publik dirumuskan sebagai berikut :
a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
b. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual
beli barang dan jasa.
c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu
gangguan kesehatan tertentu.
d. Publik berarti orang banyak (umum)
Pengertian publik menurut Inu Kencana Syafi’ie, adalah “Sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka
miliki”. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, diatur bahwa Pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggaraan
pelayanan publik berasaskan kepentingan umum; kepastian hukum;
kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan;
partisipatif; persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan;
akuntabilitas; fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompokrentan;
ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Adapun
tujuan dari pelayanan public adalah sebagai berikut:
16
a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan public sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
C. Manajemen ASN
Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah, sedangkan yang dimaksud Manajemen Pegawai Negeri Sipil
adalah pengelolaan pegawai negeri sipil untuk menghasilkan pegawai
negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam Konsep Manajemen ASN ini dikenal apa yang disebut dengan
sistem merit. Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan.
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan. Manajemen PNS meliputi: penyusunan
dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan Jabatan;
pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian;
jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.
17
BAB III
CAPAIAN AKTUALISASI
18
1.1 Scan absensi manual
19
1.1 Scan rekapitulasi absensi fingerprint
20
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
21
1.3 Mengikuti apel 1.3 Foto dan scan
pagi daftar hadir apel
22
1.3 Scan daftar hadir apel
23
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
24
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
1.5 Mendengar
arahan dari 1.5 Foto dan scan
Pimpinan serta surat pernyataan
pernyataan dukungan latsar dari
dukungan terhadap pimpinan
rancangan
aktualisasi
Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Saya mendengar arahan yang disampaikan oleh pimpinan dengan penuh perhatian, agar
kegiatan berjalan efektif dan efisien (komitmen mutu) serta penyelarasan ide atau
gagasan bersama pimpinan yang dilakukan dengan penuh rasa hormat dan sopan, sebagai
wujud dari nilai WoG, akuntabilitas, etika public. Kemudian meminta dukungan kepada
Pimpinan terkait kegiatan aktualisasi sebagai wujud koordinasi (WoG) yang dilakukan
agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien (komitmen mutu).
25
1.5 Scan Surat Pernyataan Dukungan Latsar dari Pimpinan
26
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
1.6 Berpamitan
dengan Ketua 1.6 Foto
Pengadilan
Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Berpamitan dengan pimpinan dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun (etika
public), serta berjabat tangan dengan pimpinan sebagai wujud dimulainya kerjasama
(nasionalisme) dalam pelaksanaan rancangan aktualisasi yang dilakukan dengan penuh
tanggung jawab dan disiplin (akuntabilitas, anti korupsi)
ANALISIS DAMPAK
27
Datang tepat waktu dikantor bila tidak dilandasi dengan nilai komitmen mutu (efektif
dan efisien) dan antikorupsi (disiplin), maka rancangan aktualisasi serta pekerjaan
kantor tidak dapat diselesaikan secara efektif dan efisien karena tidak ada kedisiplinan
diri.
Dalam mengisi daftar hadir kehadiran dan daftar hadir apel apabila tidak ditunjang
dengan nilai antikorupsi (kejujuran) dan akuntabilitas (tanggung jawab), maka tidak
sesuai dengan kode etik PNS yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dan tanggung
jawab.
Melapor, konsultasi, mendengar arahan dan berpamitan dengan Ketua Pengadilan
apabila tidak dilandasi dengan nilai-nilai etika public (sopan santun), akuntabilitas
(tanggung jawab), komitmen mutu (efektif) maka pelaksanaan rancangan aktualisasi di
Kantor Pengadilan tidak dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya komunikasi,
koordinasi dan kerjasama serta dukungan formil dan moril dari Ketua Pengadilan.
28
3.2 Melakukan Konsultasi dengan Panitera terkait Rancangan Aktualisasi
Melakukan Konsultasi
2.1 Melapor dan
2. dengan Panitera terkait konsultasi kepada 2.1 Foto
Rancangan Aktualisasi Panitera
29
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
30
2.2 Scan Surat Pernyataan Dukungan Latsar dari Panitera
31
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
ANALISIS DAMPAK
Melapor, konsultasi, mendengar arahan dan berpamitan dengan Panitera apabila tidak
dilandasi dengan nilai-nilai etika public (sopan santun), akuntabilitas (tanggung
jawab), komitmen mutu (efektif dan efisien) dan antikorupsi (disiplin) maka
pelaksanaan rancangan aktualisasi di Kantor Pengadilan pada umumnya dan bagian
kepaniteraan pada khususnya tidak dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya
komunikasi, koordinasi dan kerjasama serta dukungan formil dan moril dari Panitera
Pengadilan.
32
3.3 Melakukan Rapat Penunjukan Admin Facebook
Melakukan Rapat
3.1 Mengetik dan
3. Penunjukan Admin 3.1 Foto dan scan undangan
mencetak undangan rapat
rapat
Facebook penunjukan admin
33
3.1 Scan undangan rapat penunjukan admin
34
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
35
3.2 Scan daftar hadir rapat
36
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
37
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
38
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
39
3.5 Scan Surat Keputusan (SK)
40
41
42
ANALISIS DAMPAK
Dalam mengetik dan mencetak undangan, daftar hadir, notulensi rapat serta pembuatan
Surat Keputusan (SK) Penunjukan Admin bila tidak dilandasi dengan nilai antikorupsi
(disiplin waktu) akan berdampak pada menambahnya beban pekerjaan yang harus
diselesaikan. Kemudian apabila tidak dilandasi dengan nilai komitmen mutu (cermat
dan teliti) dalam mencetak dokumen undangan rapat, daftar hadir, notulensi rapat dan
Surat Keputusan (SK) akan berdampak inefisiensi dalam penggunaan kertas.
Dalam menyiapakan ruangan dan sarana prasarana yang digunakan rapat bila tidak
dilandasi dengan nilai akuntabilitas (tanggung jawab), antikorupsi (disiplin waktu),
komitmen mutu (efektif dan efisien) akan berdampak pada kelancaran kegiatan yang
sudah direncanakan, tertundanya kegiatan serta menambah beban pekerjaan.
43
3.4 Merancang Editorial dan Media Penyampaian Informasi e-Court
44
4.1 Printscreen laman pendaftaran facebook
45
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
4.2 Mengumpulkan
bahan, membuat dan
4.2 Foto dan printscreen
merancang informasi
terkait e-court
46
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
4.3 Mempublikasikan
informasi yang telah 4.3 Printscreen
dibuat ke facebook
Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Melakukan publikasi layanan informasi ecourt secara konsisten dan disiplin
(akuntabilitas, anti korupsi), dengan gaya bahasa yang baik dan sopan (etika public).
Informasi ecourt yang dipublikasikan dapat dipercaya (nasionalisme) dan selalu
meningkatkan mutu layanan (komitmen mutu).
47
ANALISIS DAMPAK
Dalam membuat facebook Pengadilan Negeri Ternate bila tidak dilandasi dengan nilai
akuntabilitas, antikorupsi dan komitmen mutu (tanggung jawab, disiplin waktu,
inovatif, efektif dan efisien) akan mengakibatkan tertundanya pembuatan facebook
serta tidak adanya inovasi dalam memberikan akses informasi yang cepat dan
transparan kepada masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat di wilayah hukum
Pengadilan Negeri Ternate pada khususnya.
Mengumpulkan bahan, membuat dan merancang informasi terkait ecourt bila tidak
dilandasi dengan nilai antikorupsi, akuntabilitas, dan komitmen mutu (disiplin waktu,
tanggung jawab dan kualitas informasi), tidak akan mendapatkan data dan informasi
yang actual, menarik dan berkualitas.
Melakukan publikasi informasi ecourt bila tidak dilandasi dengan nilai akuntabilitas
dan antikorupsi (konsisten dan disiplin), berdampak pada minimnya informasi oleh
masyarakat mengenai ecourt. Kemudian dalam melakukan publikasi bila tidak
dilandasi dengan nilai etika public dan komitmen mutu (bahasa yang sopan dan
kualitas informasi), akan menyebabkan ketidakpercayaan dari masyarakat mengenai
informasi yang telah di posting ke facebook Pengadilan Negeri Ternate.
48
3.5 Melakukan Monitoring Layanan Informasi dan Helpdesk e-Court
49