Jurnal Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Mahasiswa
Jurnal Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Mahasiswa
ABSTRACT
Health is somethingthat everyone needs, but with a solid activity we sometimes forget to
maintain health, and more often ignore it. To maintain health we must do exercise, good
exercise will increase endorphin hormone, and decrease cortisol, which affects a person's
stress level, good exercise habits will decrease a person's stress level. The purpose of this
study is to determine the relationship of exercise habits to stress levels of the students
Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Sampling Method using purposive random sampling, and
the design study used is crossectional design. There were 100 students participated in tjis
study. The results of this study found that exercise habits of stress levels have a high
relationship, and significant influence where obtained p value <0.05. This shows that good
sports habits affect the level of stress in students Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
ABSTRAK
Kesehatan merupakan sesuatu yang dibutuhkan setiap orang, namun dengan aktivitas yang
padat terkadang kita lupa dalam menjaga kesehatan, dan lebih sering mengabaikannya.
Untuk menjaga kesehatan kita harus berolahraga, olahraga yang baik akan meningkatkan
hormone endorfin, dan menurunkan kortisol, dimana hal ini berdampak pada tingkat stress
seseorang, kebiasaan olahraga yang baik akan menurunkan tingkat stress seseorang. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga terhadap tingkat
stress pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Proses pengambilan sampel adalah
menggunakan purposive sampling, dan desain penelitian yang digunakan adalah
crossectional. 100 orang berpartisipasi pada penelitian ini. Hasil penelitian ini didapatkan
bahwa kebiasaan olahraga terhadap tingkat stress mempunyai hubungan yang tinggi, dan
pengaruh yang signifikan dimana didapatkan nilai p<0.05. hal ini menunjukkan bahwa
kebiasaan olahraga yang baik berrpengaruh terhadap tingkat stress pada mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
dan membutuhkan waktu sebentar setiap Olahraga yang baik yaitu kegiatan
harinya untuk dilakukan. Kita sebagai olahraga yang dilakukan dengan intensitas
manusia hanya perlu memperhatikan hal- secara teratur dan berkelanjutan.
hal kecil setiap harinya dan jika diperlukan Sedangkan submaksimal yang dimaksud
kita dapat merubahnya supaya lebih yaitu tidak ada forcing kemampuan
bermanfaat bagi kesehatan tubuh.Memiliki individu melebih batas kemampuannya
badan sehat tidak hanya tubuh saja, tetapi tersebut baik dalam beban maupun
jiwa. Sehat sebenarnya tidak harus selalu intensitasnya. Tidak hanya terpusat pada
mengeluarkan biaya yang besar. Namun kesehatan jasmani, olahraga untuk
faktanya, banyak orang rela mengeluarkan kesehatan ini juga baik manfaatnya bagi
biaya besar untuk menjaga penampilan dan kesehatan rohani serta kehidupan sosial
kesehatan tubuhnya. Olahraga salah individu tersebut karena selain aman,
satunya untuk menjaga kesehatan (Raiola mudah dan murah, olahraga ini dapat
G et al., 2014) dilakukan kapanpun dan dimanapun secara
massal (Kenari, M.A. 2014).
Olahraga telah lama sudah menjadi
kebutuhan bagi masyarakat secara luas. Berdasarkan data yang didapat dari
Terbukti dengan bertumbuhnya pusat (Riskesdas 2013) diketahui Proporsi
kesehatan dan olahraga serta dipenuhinya penduduk yang melakukan aktivitas fisik
ruang-ruang publik pada hari libur oleh “aktif” dan “kurang aktif”. Proporsi
masyarakat yang ingin berolahraga agar aktivitas fisik yang tergolong kurang aktif
jiwa dan raganya sehat. Hal ini secara umum adalah 26,1 persen dari total
menunjukkan bahwa olahraga bukan proporsi penduduk rata-rata di Indonesia.
hanya sekedar kebutuhan, tetapi telah Dari total keseluruhan provinsi terdapat
menjadi gaya hidup. Pada umumnya kurang lebih 22 provinsi dengan penduduk
masyarakat melakukan olahraga untuk aktivitas fisik tergolong kurang aktif
menjaga kebugaran tubuh serta menjaga berada diatas rata-rata Indonesia. Lima
kesehatan agar dapat menjalankan provinsi tertinggi diantaranya provinsi
aktivitas sehari-hari dengan fit, akan tetapi DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%),
tidak sedikit juga mereka yang Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara
melakukannya karena hobi atau mengejar dan Aceh (masing-masing 37,2%).
prestasi pada ajang atau event
Benefit saat olahraga yang dilakukan
kelohragaan.
cukup dan teratur telah sudah lama
tersebar luas dan diinformasikan
181 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018, hlm : 179- 191
III. Pengujian hipotesis dan analisis III pada tahun 2017 diketahui jumlah
dilakukan pada variabel independen yaitu populasi mahasiswa adalah kurang lebih
kebiasaan olahraga dan variabel dependen 1000 mahasiswa, dimana sampel yang
berupa tingkat stress. digunakan bersumber dari mahasiswa
Teknik sampling yang digunakan adalah jurusan fisioterapi berjumlah 233 orang.
Proporsional sampling dengan random Sampel dipilih dikarenakan jumlah
sampling adalah salah satu teknik populasi laki-laki lebih dominan sehingga
pengambilan sampel yang sering factor kebiasaan olahraga lebih tinggi.
digunakan dalam penelitian.
1. Deskripsi Responden
Dari hasil perhitungan maka sampel yang
Menurut Sugiyono (2010) gambaran
didapat adalah 100 subjek penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Poltekkes responden, merupakan deskripsi responden
Kemenkes Jakarta III di Arteri JORR yang akan diukur nilai yang akan diteliti.
Jatiwarna Bekasi pada bulan Mei- Deskripsi responden dibagi berdasarkan
November 2017. jenis kelamin, tingkat kebiasaan olahraga,
tingkat stress mahasiswa pada saat
HASIL DAN PEMBAHASAN menghadapi ujian, dan tidak sedang ujian.
Berdasarkan data statistik demografi yang
dimiliki oleh Poltekkes Kemenkes Jakarta
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui terlalu tinggi dikarenakan rentang usia
rerata usia responden adalah 20.48 dengan mahasiswa hanya terpaut selisih 5 tahun
nilai standart deviasi adalah 0.87 hal ini hal ini ditunjukkan dengan nilai minimum
menunjukkan keragaman responden tidak usia 18 tahun dan maksimum 22 tahun.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui yang jarang pada saat ujian berjumlah 11
responden yang tidak pernah berolahraga orang, sering 40 orang, dan sangat sering
pada saat ujian dan perkuliahan tidak ada 49 orang dengan rerata 22.87 dengan
sama sekali, kebiasaan olahraga yang standart deviasi 2.79 dimana hal ini
jarang pada saat ujian berjumlah 14 orang, menunjukkan adanya peningkatan jumlah
sering 41 orang, dan sangat sering 45 yang berolahraga, dikarenakan pada saat
orang dengan rerata 22.57 dengan standart ini mahasiswa tidak begitu disibukkan
deviasi 2.94 dimana hal ini menunjukkan dengan tugas dan ujian semester.
kebiasaan olahraga sering. Sedangkan
pada saat perkuliahan kebiasaan olahraga
perkuliahan, kecemasan sedang pada saat Kemenkes Jakarta III saat sedang
ujian berjumlah 11 orang, ringan 18 orang, perkuliahan, jika dibandingkan dengan
dan tidak ada kecemasan 71 orang dengan saat ujian rerata tingkat stress meningkat,
rerata 12.12 dengan standart deviasi 5.11 dikarenakan tekanan saat ujian dan tugas
dimana hal ini menunjukkan tidak adanya serta mahasiswa takut jika mendapat
kecemasan yang tinggi pada mahasiswa indeks prestasi yang rendah, sehingga
jurusan fisioterapi poltekkes Kemenkes mempengaruhi tingkat stress mahasiswa.
Jakarta III saat sedang ujian semester.
Setelah dilakukan analisis deskriptif pada
Sedangkan kecemasan sedang pada saat
masing-masing variable yang akan diteliti
perkuliahan berjumlah 3 orang, ringan 29
selanjutnya diuji terlebih dahulu
orang, dan tidak ada kecemasan 68 orang
normalitas dari variabel jenis Kelamin,
dengan rerata 11.75 dengan standart
Kebiasaan Olahraga, dan Tingkat Stress
deviasi 4.59 dimana hal ini menunjukkan
sebelum dilakukan analisis bivariat lebih
tidak adanya kecemasan yang tinggi pada
lanjut. Hasil uji normalitas tersaji pada
mahasiswa jurusan fisioterapi poltekkes
tabel 5.5 di bawah ini.
Tabel 5 Uji Normalitas Variabel Dependent dan Independent dengan Metode Shapiro-
wilk
ini menunjukkan terdapat perbedaan jenis kelamin dengan tingkat stress dengan
tingkat stress antara perempuan dengan p >0.05 yang bermakna bahwa tidak
laki-laki dan hubungan antara variable terdapat hubungan yang signifikan.
Tabel 7. Uji Hubungan Jenis KelaminDengan Tingkat Stress Saat Ujian Dan
Perkuliahan
Jenis Kelamin
Tingkat Stress Ujian Z = -0.50 p= 0.61**
Tingkat Stress Perkuliahan Z = -0.49 p = 0.62
** p>0.05 tidak terdapat hubungan yang signifikan
laki-laki, hal ini juga sejalan dengan
4. Pembahasan Hasil Penelitian
penelitian yang dilakukan oleh (Kinner VL
Stress sudah menjadi istilah dan seolah et al, 2014) bahwa perempuan lebih
menjadi bagian hidup sehari-hari. Dikejar banyak mengalami stress dibandingkan
batas waktu menyelesaikan pekerjaan atau laki-laki. Rerata usia responden yaitu
kegiatan rumah tangga atau tuntutan 20,48 tahun dengan usia terendah 18 tahun
prestasi dalam olah raga atau sekolah, dan tertinggi 22 tahun.
menyebabkan stress.Hasil penelitian
Rerata kebiasaan olahraga saat perkuliahan
menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga
sebesar 22,87 (SD = 2.79) sedangkan
dapat mempengaruhi tingkat stress, hal ini
rerata kebiasaan olahraga saat ujian
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
berjumlah 22,57 (SD = 2.94) , dimana hal
oleh (Wike H, 2015), yang berjudul
ini menunjukkan rerata kebiasaan olahraga
“Relationship Between Physical Activity,
saat perkuliahan lebih tinggi, dikarenakan
Psychological Well-Being, And Stress In
pada saat perkuliahan mahasiswa lebih
A College Population” menunjukkan
mempunyai banyak waktu dibandingkan
bahwa aktivitas fisik, serta olahraga yang
saat ujian. Rerata tingkat stress saat
cukup akan berdampak pada tingkat stress
perkuliahan berjumlah 11.75 (SD = 4.59)
mahasiswa.
dan rerata tingkat stress saat ujian
Pada Penelitian ini didapati jumlah berjumlah 12.12 (SD = 5.11), hal ini
responden laki-laki berjumlah 21 orang, menunjukkan bahwa mahasiswa saat
dan jumlah perempuan berjumlah 79 orang mereka ujian tingkat stress meningkat,
dari total 100 responden, dengan demikian disebabkan karena tugas, waktu belajar
perempuan lebih banyak dibandingkan
187 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018, hlm : 179- 191
yang meningkat, serta kekhawatiran akan p=0.02, dimana hal ini menunjukkan
kelulusan saat ujian. adanya perubahan bermakna, dan terdapat
hubungan yang searah, hal ini dipengaruhi
Dari hasil penelitian kebiasaan olahraga
oleh kebiasaan mahasiswa jurusan
dengan tingkat stress didapat nilai
fisioterapi dalam hal berolahraga,
kebiasaan olahraga saat ujian dengan
diketahui bahwa mahasiswa jurusan
tingkat stress saat ujian mempunyai
fisioterapi, sering melakukan kegiatan
korelasi sebesar r= 0,312, dan terdapat
olahraga seperti, footsal, basket, volley
hubungan yang signifikan p<0.05,
untuk laki-laki, sedangkan perempuan
sedangkan hubungan kebiasaan olahraga
cenderung mengikuti olahraga seperti
saat ujian dengan tingkat stress saat
berenang, lari pagi pada hari libur,
perkuliahan didapati korelasi sebesar
sehingga mempengaruhi tingkat stress
0.168, dengan p>0.05 tidak terdapat
mereka, pada saat sedang ujian tingkat
hubungan yang signifikan. Sementara jika
stress meningkat dikarenakan factor
dibandingkan dengan kebiasaan olahraga
ekstrenal dari lingkungan, seperti teman,
saat perkuliahan dengan tingkat stress saat
dosen, instruktur, mahasiswa mengalami
ujian terdapat hubungan yang signifikan
pressure stress dikarenakan mereka
p<0.05 dan terdapat korelasi positif
mendapat tugas, dan belajar pada saat
sebesar r= 0.241, yang mana terdapat
siang, dan malam agar hasil dari ujian
hubungan searah antara kebiasaan
akan membuat indeks prestasi mereka
olahraga dan tingkat stress, sedangkan
baik.
sebaliknya kebiasaan olahraga saat
perkuliahan dengan saat perkuliahan Sedangkan hasil penelitian dari (Edman, J.
terdapat yang mana terdapat hubungan L etal, 2014) diketahui bahwa jenis
yang berlawanan dikarenakan bahwa jika kelamin dapat mempengaruhi tingkat
terdapat nilai rerata kebiasaan olahraga stress seseorang yaitu tingkat stres yang
meningkat hal ini akan menyebabkan lebih tinggi sering dijumpai pada
tingkat stress menurun dengan nilai perempuan.Penelitian lain menyebutkan
koefisien korelasi sebesar r = -0,23, hal ini bahwa untuk setiap kriteria jenis kelamin
menunjukkan terdapat tingkat hubungan dengan tingkat stres antara laki-laki dan
yang sedang dan hubungan antara variable perempuan sama. Hal ini berbeda pada
kebiasaan olahraga dengan tingkat stress perempuan dimana mereka lebih mudah
dengan p <0.05 yang bermakna bahwa merasakan cemas, perasaan bersalah,
terdapat hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur, serta gangguan makan.
Ricca A dan Abdurahman B, Kebiasaan Olah Raga Berpengaruh terhadap Tingkat 188
Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Hal ini sejalan dengan penelitian yang kerja keras yang dilakukannya. Sedangkan
dilakukan dimana sampel lebih dominan pria lebih banyak merasakan stres akibat
perempuan sebesar 79 % tetapi hal ini pekerjaan yang menumpuk sehingga
tidak memiliki kaitan signifikan dimana P membuat mereka tegang. (Kinner V.L et
> 0.05, sedangkan secara hubungan al, 2014).
didapatkan nilai Z = -0.50 saat ujian dan
Olahraga yang baik akan dapat
Z=-0.49 saat perkuliahan, dimana hal ini
mengurangi stress hal ini dikarenakan,
menandakan bahwa terdapat perbedaan
olahraga dapat merangsang feel good
antara perempuan dengan laki-laki
hormone yaitu endorphin, hormone ini
terhadap tingkat stress baik saat ujian
akan memberikan rasa tenang, melepaskan
maupun saat perkuliahan.
ketegangan, dan mengurangi rasa sakit.
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap Endorphin yang dihasilkan selama
2.700 orang laki-laki dan perempuan yang berolahraga akan menggantikan hormone
belum mengalami depresi. Selama kurun stress dan membuat emosi lebih stabil.
waktu 2008 sampai 2011. Setelah satu Dan sebaliknya jika sesorang jarang
tahun, ternyata para peserta ini mengalami melakukan kegiatan olahraga maka tingkat
tingkat depresi yang cukup tinggi. sressnya akan meningkat hal ini sejalan
Sebanyak 3,6 persen peserta mengalami dengan meningkatnya hormone stress
depresi karena pekerjaannya. Insiden yaitu kortisol (Stevens, R.E et al, 2013).
peningkatan depresi akibat pekerjaan ini
Melakukan aktivitas fisik dengan
ternyata lebih banyak dialami perempuan
berolahraga setiap hari merupakan bagian
sampai sekitar 4,5 persen, sedangkan laki-
dari hidup sehat. Berolahraga setiap hari
laki hanya 2,9 persen saja. Hal ini
memberikan manfaat besar bagi remaja
menunjukkan, lingkungan dan kondisi
seperti meningkatkan energi, dan
pekerjaan bisa mempengaruhi kesehatan
mencegah datangnya penyakit kronis.
mental seorang pekerja, baik laki-laki
Tidak hanya orang dewasa saja yang perlu
maupun perempuan, namun dengan cara
membiasakan diri untuk olahraga. Anak-
yang berbeda.
anak dan remaja juga perlu melakukan hal
Menurut penelitian ini, penyebab yang sama, apalagi ini akan membantu
perempuan mengalami stres biasanya mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
karena kurangnya penghargaan di tempat Olahraga juga dapat membantu
kerja, atau tidak dihargai atas upaya dan mempromosikan kesehatan mental yang
189 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018, hlm : 179- 191
baik pada anak-anak dan remaja(Gaetano Terlibat dalam olahraga telah terbukti
R et al, 2015). efektif dalam meningkatkan kesehatan
mental anak dan remaja. Berdasarkan
Kesehatan mental mencakup kemampuan
sejumlah penelitian, olahraga bisa
kita untuk berpikir, merasa, bertindak, dan
membantu melawan stres, kecemasan, dan
berinteraksi dalam cara-cara yang
depresi. Semakin rutin dilakukan, semakin
memungkinkan untuk mengatasi tantangan
kecil kemungkinan seseorang menderita
sambil menikmati hidup. Pada anak-anak
masalah kesehatan mental tersebut. Saat
dan remaja, kesehatan mental berkaitan
melakukan aktivitas fisik, tubuh
dengan perkembangan sosial dan
memproduksi hormon-hormon tertentu
emosional yang sehat di mana mereka
yang membuat suasana hati lebih baik dan
belajar untuk mengalami, mengatur, dan
tubuh menjadi lebih rileks. Kualitas tidur
mengekspresikan berbagai emosi.
juga akan semakin baik. Olahraga juga
Kesehatan mental yang positif pada anak-
membantu meningkatkan performa
anak dan remaja memungkinkan mereka
akademik.
untuk menjadi kreatif, lebih bisa
berinteraksi secara sosial, dan berani Penelitian yang diterbitkan dalam Journal
mencoba hal baru. of Abnormal Psychology melaporkan
bahwa partisipasi olahraga dan aktivitas
Banyak faktor yang bisa merusak
fisik dalam porsi yang lebih tinggi terkait
kesehatan mental seorang anak. Salah
dengan tingkat depresi yang lebih rendah,
satunya, masa peralihan seorang anak
serta persepsi diri yang lebih baik. Ini
menjadi remaja dihadapkan dengan
benar-benar bermanfaat bagi remaja
berbagai tantangan yang berkaitan dengan
perempuan. Remaja perempuan dianggap
pubertas, perubahan peran sosial dan
lebih rentan mengalami depresi daripada
lingkungan yang mengiringi proses
remaja laki-laki pada usia yang
pendewasan. Hal-hal tersebut bisa memicu
sama.(Nguyen-Michel et al, 2006).
masalah perilaku dan stres
berkepanjangan. Seiring perkembangan Studi lain dari Trimbos Institute semakin
zaman, pengaruh era digital membuat menambah manfaat olahraga untuk
banyak remaja lebih senang bermain game kesehatan mental. Tim peneliti telah
di gadget atau lebih aktif di jejaring sosial mengindentifikasi hubungan antara
ketimbang aktif bergerak. Ini juga olahraga dan kesehatan mental pada 7.000
membuat remaja mudah tertekan dan remaja yang berusia 11 hingga 16 tahun.
rentan stress (Segerstrom,S.C et al, 2004) Dalam akhir penelitian tersebut,
Ricca A dan Abdurahman B, Kebiasaan Olah Raga Berpengaruh terhadap Tingkat 190
Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Kinner V.L, Serkan Het and Oliver T. Riskesdas (2013), Laporan Nasional
Wolf. (2014), Emotion regulation: Badan Penelitian dan Pengembangan
exploring the impact of stress and Kesehatan Departemen Kesehatan,
sex. Frontiers in Behavioral Republik Indonesia Desember.
Neuroscience, Original Research
Article, November 2014 | Volume 8 | Salmon P. (2001). Effects of Physical
Article 397. Exercise on Anxiety , Depression
and Sensitivity to Stress - A
Knechtle, B. (2004), Influence of Physical Unifying Theory . ANXIETY ,
Activity on Mental Well-Being and DEPRESSION , AND
Psychiatric Disorders. Schweiz SENSITIVITY TO STRESS : A
Rundsch Med Prax, 93, 1403-1411. UNIFYING THEORY, 21, 33–61.