Anda di halaman 1dari 6

JURNAL REFLEKSI KEPERAWATAN JIWA

Pembimbing : Ns. Stefanus Andang Ides, Skep, Mpd

Oleh : Anastasya Febiyani Bari (202116035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus

PROGRAM PROFESI NERS

JAKARTA
2022
Pertama- tama saya mengucapkan limpah terimaksih kepada Tuhan atas Rahmat dan
terang Roh Kudus yang membimbing saya selama mengikuti stase keperwatan jiwa. Terimaksih
kepada Pak Stefanus selaku dosen pembimbing selama stase keperawatan jiwa yang telah
membimbing, mengarahkan, dan selalu setia merespon ketika mengalami kesulitan serta
membutuhkan bantuan dan arahan.

Awal mendengar pengarahan, stage jiwa saya sendiri merasa cemas dan takut apalagi
prakteknya akan dilakukan di Panti bukan di RS, pemikiran saya sudah bermacam-macam,
apakah di Panti ini ODGJ nya bisa di atur? Bagaimana kalau nanti mereka kumat dan menyerang
saat melakukan pengkajian?, hal-hal ini muncul di pemikiran saya, di tambah lagi lokasi yang
jauh dari tempat tinggal, dan harus kost, ini menjadi hal yang berat buat saya, karena harus ijin
ke pimpinan akan tinggal di kost dalam waktu 3 minggu, namun saya menghibur diri saya sendiri
bahwa saya tidak berdians sendiri, masih ada 19 teman lain, dan tentunay para dosen
pembimbing alan setia mendampingi. Pada hari sabtu saya dan teman-teman melakukan survey
lapangan untuk mencari letak PSBL, dan seklaigus menacari tempat kost tedekat, setelah
mendapat kost dan sudah membayar ternyata pantinya bukan yang di depan jalan, tetapi di jalan
Budi Murni, dan letaknya dari Kost kami lumayan jauh sekitar 2-3km
Hari Senin, 13 Juni 2022, kegiatan Stage Jiwa di buka, oleh ketua panti dan oleh dosen,
perasaan campur aduk, saat berkenalan dengang ODGJ, hal yang menarik adalah mereka tidak di
sebut ODGJ, tetapi dengan sebutan Warga Bina Sosial (WBS), panggilan ini menurut saya
sangat menusiawi, mereka sunggih dimanusiakan. Setelah berkenalan saya merasa semua
pemikiran saya tentang ODGJ, di Panti berubah, ternyata mereka tidak seganas yang ada
dipemikiran saya, mereka orang-orang yang juga sebernarnya tidak mau berada di Panti ini.
Setelah beberapa hari saya praktek, saya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan,
karena perawatpun harus bisa beradaptasi di manapun ia ditugaskan. Juga dalam percakpan
dengan WBS saya berusaha untuk selalu menggunakan komunikasi teraupeutik, dengan
penggunaan komunikasi terauputik akan membantu perawat mudah untuk melakukan pengkajian
dan pasienpun akan lebih percaya pada perawat, seperti pada penelitian Hadi & Kartika 2020,
tentang Penggunaan Komunikasi Taraupeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien dengan Masalah
Waham, dalam Jurnal tersebut, dikatakan Pasien tidak hanya membutuhkan pengobatan secara
medis, tetapi juga melalui percakapan yang menyenangkan hati. Tidak hanya bagi pasien yang
mengalami sakit secara fisik, pasien dengan gangguan mental juga memerlukan
perawatan tidak hanya berupa pengobatan tetapi juga komunikasi yang baik antara
perawat dan juga pasien. Menurut Stuart dan Sundeen (2009). Teknik
komunikasi terapeutik sendiri mempunyai serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang
pertama ada teknik mendengarkan, menunjukan penerimaan, teknik bertanya, mengulang ucapan
pasien dengan kata-kata sendiri, klarifikasi, fokus, menyampaikan hasil observasi, menawarkan
informasi, diam, meringkas, memberikan penghargaan, menawarkan diri, memberikan
kesempatan klien untuk memulai pembicaraan, menganjurkan meneruskan pembicaraan,
menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan, menganjurkan klien untuk
menguraikan persepsi dan perenungan.
Selama melakukan praktek ini saya juga mencoba menerapkan sikap caring pada pasien
karena dengan sikap caring ini yang diungkapkan secara verbal bagaimana cara bertutur kata,
menyapa pasien. Menurut Taber’s (1993) dalam vance T,(2015) perilaku caring merupakan suatu
perilaku yang di buktikan oleh caring perawat yang meliputi, perhatian ketika mendengarkan,
nyaman, tulus iklas, sabar, tanggung jawab, memberi informasi kepada pasien, sehingga pasien
dapat membuat keputusan, sapaan, rasa hormat, dan memanggil pasien dengan nama. Dengan
menerapkan perilaku caring ini saya sendiri merasakan bahwa para WBS merasa senang dengan
keberadaan kami di PSBL.
Dalam proses pengkajian kasus individu dan resum saya mengalami juga beberap
kendala, tetapi saya berusaha untuk tidak menyerah dan melakukan pendekatan denga pasien
dengan sikap caring dan juga menggunakan komunikasi terauputik, dan puji Tuhan semua bisa
bejalan denga baik, pasien saya bisa bercerita. Kendala lain yaitu pad pasien resum kedua saya,
awalnya saya mengambil resum RPK, namun hampir 5 hari saya melakukan pendekatan namun,
pasien tidak kooperatif sehingga saya memutuskana untuk mengganti kasus. Dari kegagalan ini
saya belajar bahwa, pasien Jiwa itu tidak mudah didekati dalam beberapa hari, perlu proses yang
panjang untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Selama tiga minggu saya juga belajar bersyukur atas kehidupan, saya sehat, dan masih
punya keluarga yang memperhatikan saya, sedangkan Para WBS, tidak tau di mana keluarga
mereka bahkan kalaupun tau, keluarga dan lingkungan mereka tidak menerima keberadaan
mereka. Saya merasa selama 3 minggu ini, belajar banyak hal, juga dari para pembina di PSBL,
mereka sabar dan tekun dalam mendapingi WBS, pekerjaan yang mungkin tidak kelihatan oleh
banyak orang tetapi pekerjaan yang sangat mulia. Dari pengalaman 3 minggu saya belajar untuk
semakin mengasihi, saudara-saudari yang mengalami gangguan jiwa, mereka perlu diperhatikan,
bukan di jauhi maupun dikucilkan, karena mereka juga manusia diciptakan seturut gambar dan
citra Allah.
Semoga pengalaman selama 3 minggu ini menjadikan saya semakin mencintai profesi
saya sebagai seorang perawat, yang bukan saja merawat fisik, tetapi merawat secara holistik.
Jiwa yang sehat membantu saya untuk mampu membuat keputusan- keputusan kecil dan besar.
Terimakasih selama praktek stage jiwa banyak pengalaman untuk saya refleksi dan menjadi
pengalanamn berharga untuk mengolah jiwa sendiri yang akan membantu saya bisa memahami
ketika sesama sedang mengalami gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Y. S., Ertawati, & Laili, D. (2018). Jurnal Ners . Perilaku Caring Perawat Meningkatkan
Kepuasan Ibu Pasien.

Purwatiningsih, D. F. (2018). Jurnal Ilmiah Kesehatan. perilaku caring Perawat Pelaksana di Ruang
Rawat Inap .

Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart, Buku 1. Singapore:
Elsevier.

Abdillah et al. (2020). Jurnal Ners. Penggunaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat
Terhadap"X

Anda mungkin juga menyukai