Resume K3 Bahaya Potensial Dirumah Sakit Dian Harapan
Resume K3 Bahaya Potensial Dirumah Sakit Dian Harapan
Disusun Oleh:
(2222614027)
Rumah sakit mempunyai perbedaan khas dengan tempat kerja yang lain terkait
dengan terbukanya akses bagi bukan pekerja dengan leluasa Berbeda dengan tempat
kerja lain, hanya pekerja saja yang dapat memasuki area pabrik misalnya Sebagai
konsekuensinya, pajanan bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit dapat
mengenai bukan hanya pekerja, tetapi juga komunitas bukan pekerja dalam hal ini
pengguna jasa rumah sakit, dan juga pengunjung lainnya. Perbedaan lain adalah
dengan berlangsungnya kegiatan yang terus menerus 24 jam dan 7 han seminggu
menjadikan risiko gangguan kesehatan menjadi lebih besar sebagai akibat lama
pajanan terhadap bahaya potensial menjadi lebih lama
Getaran atau vibrasi merupakan bahaya potensial yang dapat dijumpai pada
pekerjaan dengan menggunakan alat yang bergetar. Pekerjaan tersebut antara lain
adalah penggunaan bur gigi oleh dokter gigi, alat bur kayu atau tembok oleh teknisi
pemeliharaan gedung atau pada kegiatan konstruksi. Gangguan kesehatan yang dapat
terjadi adalah sindroma getaran tangan dan lengan, dan apabila dikombinasi dengan
posisi janggal pada lengan saat bekerja dapat meningkatkan risiko terjadinya
sindroma terowongan karpal.
Faktor risiko lain yang banyak dijumpai di rumah sakit adalah radiasi
elektromagnetik. Pajanan radiasi elektromagnetik dapat dikelompokkan menjadi
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Termasuk pada radiasi pengion adalah
sinar x dari penggunaan pesawat rontgen, dan partikel berenergi tinggi yang
dihasilkan oleh penggunaan radioterapi. Disamping unit radiology, urologi, kamar
operasi, unit tindakan kateterisasi kardiologi merupakan tempat kerja dengan ekposur
radiasi yang tinggi. Faktor yang berpengaruh pada intensitas radiasi meliputi
konfigurasi alat radiologi, jumlah kasus yang ditangani, dan periode waktu
pelaksanaan prosedur.
Radiasi pengion ini telah dikenal sebagai karsinogenik, mutagenik, dan juga
teratogenik.
Penggunaan alat alat diagnostik, dan terapi, dan juga penggunaan video
display terminal (VDT) berkontribusi meningkatkan pajanan radiasi elektromagnetik
bukan pengion. Radiasi elektromagnetik bukan pengion meliputi medan magnet
seperti pada MRI dan office apliances, dan juga penggunaan peralatan listrik lainnya.
Jenis radiasi bukan pengion lain yaitu sinar infra merah dan ultraviolet dapat terjadi
pada penggunaan alat fisioterapi dalam rehabilitasi medik, dan sterilisator. Gangguan
kesehatan yang dapat terjadi meliputi gangguan reproduksi, sistem jantung dan
pembuluh darah, sistem hematologik, katarak, luka bakar, dan lain lain. Gangguan
kesehatan ini sangat tergantung dengan intensitas pajanan dan juga frekuensinya.
Salah satu indikator kualitas udara ruangan adalah iklim kerja, tetapi faktor ini
dibahas dalam bahaya potensial faktor fisika. Dalam paragraf ini yang dimasukkan
adalah merupakan bahaya kimia penyebab polusi udara ruangan. Termasuk dalam hal
ini adalah senyawa organik, partikulat, dan serat (fibers). Potensi bahaya faktor ini
meningkat terkait dengan terbatasnya sirkulasi udara segar akibat ventilasi yang
kurang adekuat.
Senyawa organik
Fenol atau dikenal juga dengan sebutan karbol (carbolic acid) merupakan
senyawa yang sering digunakan sebagai desinfektan. Kontak dengan bahan ini dapat
menyebabkan iritasi kulit dan luka bakar, dan inhalasi dengan konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan iritasi saluran napas ringan, sampai dengan gangguan kesadaran.
Partikulat
Partikulat bahan farmasi dikenal sebagai penyebab alergi yang sering terjadi
pada pekerja apotik dan laboratorium. Efek toksik yang paling sering dari bahan ini
adalah dermatitis kontak iritan, walaupun manifestasi alergi juga ditemukan. Insidensi
dermatitis iritan pada tangan paling sering ditemukan pada pekerja kebersihan. Hal ini
ditunjang oleh penelitian Ginting tahun 2004 di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Prevalensi dermatitis kontak iritan kumulatif tangan yang diteliti pada 107 responden
pekerja kebersihan rumah sakit tersebut mencapai 65,4%4
Reaksi alergi yang terjadi pada pekerja di fasilitas kesehatan dapat terjadi
akibat pajanan protein dengan berat molekul rendah seperti bahan obat-obatan, dan
protein dengan berat molekul tinggi seperti berasal dari tumbuhan dan hewan.
Gas anestesi halothane dan nitrogen oksida merupakan senyawa yang sering
dihubungkan dengan potensi toksiknya terhadap sistem reproduksi dan susunan syaraf
pusat. Sementara itu untuk senyawa flurane, belum jelas adanya pengaruh toksik.
Serat (fibers).
Untuk kelompok serat ini, yang perlu menjadi perhatian adalah serat asbes,
terlepas dari perdebatan mengenai sifat potensi fibrogenik dan karsinogenik dari jenis
chrysotile, yang umum digunakan. Asbes mempunyai sifat yang stabil, dan hanya
akan menjadi serat yang terdispersi di udara, pada saat pembongkaran, misalnya.
Termasuk dalam kelompok biologis ini adalah virus, bakterei, jamur, dan
parasit lainnya.
Bioaerosol
Salah satu jalan masuk bahaya potensial kesehatan kelompok biologi ini
adalah melalui inhalasi bioaerosol.
Istilah bioaerosol adalah dispersi jasad renik atau bahan lain dari bagian jasad
renik di udara. Sumber bioaerosol adalah kapang, jamur, protozoa, dan virus. Sumber
tersebut menimbulkan bahan bahan alergen, patogen, dan toksin di lingkungan.
Bagian tubuh dan kotoran tungau debu rumah (Dermatophagoides spp.) adalah
alergen kuat pada sebagian orang.
Virus
Pada kelompok ini, Leleu dkk. menyebutkan beberapa jenis virus yaitu
measles, mump, rubella, varicella, tularemia dan HIV. juga merupakan bahaya
potensial infeksius bagi tenaga kesehatan, dan mereka yang bekerja di fasilitas
kesehatan.
Virus hepatitis B merupakan salah satu faktor risiko gangguan kesehatan yang
menular melalui kontak cairan tubuh.
Virus hepatitis C merupakan jenis pathogen yang tinggi risiko penularannya
pada kelompok pekerja rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Risiko penularan
hepatitis C ini tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah, dan tertusuk
jarum.
Kegiatan yang berhubungan dengan faktor risiko ergonomi bukanlah hal yang
langka di fasilitas kesehatan. Pekerjaan perawat dan pekerja kesehatan lainnya yang
memindahkan, mengangkat, memandikan, membersihkan pasien, dan mendorong
kereta pasien adalah contoh nyata.
Demikian juga kegiatan yang terkait dengan pemeriksaan dan tindakan medis
seperti pada pekerjaan dokter gigi dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang
terkait dengan ergonomi. Faktor yang dapat menimbulkan risiko dari bahaya potensial
kesehatan kelompok ergonomi ini adalah posisi tubuh yang tidak fisiologis. Cedera
pada sistem muskuloskeletal dan saraf perifer dapat terjadi jika posisi itu
dipertahankan untuk jangka waktu lama dan berulang.
Disamping itu faktor lain yang berpengaruh adalah temperatur ruang kerja,
gerakan kerja yang berulang, dan pencahayaan.
Intervensi pekerjaan dengan pencahayaan yang adekuat dan eye break pada
pekerja komputer di suatu rumah sakit memberikan penurunan yang signifikan
terjadinya kelelahan mata.
Bahaya potensial kesehatan kelompok psikologis
Menurut catatan WHO tahun 2003, di seluruh dunia terdapat rata-rata pekerja
kesehatan yang tertusuk jarum adalah antara 0,64 kali per orang per tahun (di negara -
negara Eropa) sampai dengan 4,68 kali per orang per tahun (Mesir, Pakistan).
Ditambahkan pula bahwa pekerja kesehatan tertusuk jarum yang terkontaminasi
hepatitis C, hepatitis B, dan HIV secara berturut-turut tidak kurang dari 926.000
kasus, 2.100.000 kasus, dan 327.000 kasus.
Belum ada data mengenai insidensi tertusuk jarum pada pekerja kesehatan di
Indonesia. Terlepas dari hal ini terlihat bahwa kecelakaan kerja berupa tetusuk jarum
merupakan kasus penting yang harus dcegah, terutama berhubungan dengan
kemungkinan sekuensi tertular virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
PENUTUP
Dari uraian singkat mengenai bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit
menunjukkan bahwa tempat kerja ini bukanlah area bebas dari risiko gangguan
kesehatan dan kecelakaan.
Pengenalan bahaya potensial yang ada merupakan hal yang penting untuk
selanjutnya harus dibuat langkah menghindarinya. Gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja yang diakibatkan haruslah dicegah sedini mungkin untuk
menghindari kerugian lebih lanjut.