Anda di halaman 1dari 9

BAHAYA POTENSIAL DILINGKUNGAN KERJA FASILITAS PELAYANAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT DIAN HARAPAN

Disusun Oleh:

Natasya Septi Anjelina

(2222614027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI HUSADA BENGKULU
Ta. 2023-2024
BAHAYA POTENSIAL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT DIAN HARAPAN

Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang paling kompleks diantara


jenis fasilitas kesehatan yang ada. Kompleksitas rumah sakit ini dapat ditinjau dari
jumlah dan karakteristik layanan yang tersedia, luasnya area yang diperlukan untuk
menjalankan layanan, jumlah dan ragam personal yang terlibat dalam layanan, serta
peralatan dan teknologi yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan Seperti
halnya fasilitas kesehatan lainnya, rumah sakit merupakan tempat kerja yang sangat
sarat dengan potensi bahaya kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Risiko terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan menjadi semakin besar pada pekerja disuatu
rumah sakit mengingat rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan paling kompleks
dan merupakan tempat yang padat tenaga kerja

Kebutuhan terhadap layanan kesehatan semakin meningkat sebanding dengan


pertumbuhan penduduk dan pertambahan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan. Peningkatan kebutuhan ini menyangkut pertambahan
jumlah dan besamya suatu fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit yang berdampak
pada peningkatan jumlah pekerja. Tentu saja pekerja tersebut berkemungkinan besar
terkena bahaya potensial kesehatan yang ada

Rumah sakit mempunyai perbedaan khas dengan tempat kerja yang lain terkait
dengan terbukanya akses bagi bukan pekerja dengan leluasa Berbeda dengan tempat
kerja lain, hanya pekerja saja yang dapat memasuki area pabrik misalnya Sebagai
konsekuensinya, pajanan bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit dapat
mengenai bukan hanya pekerja, tetapi juga komunitas bukan pekerja dalam hal ini
pengguna jasa rumah sakit, dan juga pengunjung lainnya. Perbedaan lain adalah
dengan berlangsungnya kegiatan yang terus menerus 24 jam dan 7 han seminggu
menjadikan risiko gangguan kesehatan menjadi lebih besar sebagai akibat lama
pajanan terhadap bahaya potensial menjadi lebih lama

Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi gangguan kesehatan yang terjadi


diantara pekerja/petugas fasilitas kesehatan cukup tinggi

Bahaya Potensial Kesehatan

Pajanan bahaya potensial kesehatan sangat tergantung dengan jenis pekerjaan


yang dilakukan oleh pekerja di rumah sakit tersebut. Dapat juga terjadi suatu bahaya
potensial kesehatan menyebabkan pajanan pada semua pekerja yang berada di tempat
tersebut, dan tidak hanya pekerjanya. Perlu dipahami pula disebut sebagai 'potensial'
karena terkait dengan prinsip hubungan dosis dan respon. Dengan demikian Leleu
dkk. Menggolongkan bahaya potensial kesehatan kerja kedalam kelompok yang
terdiri dari Bahaya-bahaya fisika, Bahaya kimiawi, Biologis/infeksi, dan Bahaya
sensitisasi alergi. Selain itu dipahami bahwa dapat juga ditemukan bahaya potensial
yang tergolong dalam Ergonomik dan Psikologis.

Bahaya Potensial Kesehatan Kelompok Fisika

Termasuk dalam bahaya potensial kesehatan kelompok fisika adalah tekanan


suhu ekstrim, getaran, dan juga radiasi elektromagnetik.

Tekanan panas merupakan bahaya potensial yang dapat dijumpai di dapur


rumah sakit. Risiko gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pajanan panas berasal
dari kegiatan dan peralatan dapur rumah sakit. Gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan oleh tekanan panas ini adalah meliputi ketidaknyamanan bekerja,
anoreksi, heat cramps, heat exhaustion, dan juga heat stroke. Dengan mengambil
analog dengan dapur suatu hotel, penelitian yang dilakukan oleh Soemarko pada
tahun 1997 di salah satu hotel di Jakarta dapat memberikan gambaran tentang faktor
risiko ini.

Getaran atau vibrasi merupakan bahaya potensial yang dapat dijumpai pada
pekerjaan dengan menggunakan alat yang bergetar. Pekerjaan tersebut antara lain
adalah penggunaan bur gigi oleh dokter gigi, alat bur kayu atau tembok oleh teknisi
pemeliharaan gedung atau pada kegiatan konstruksi. Gangguan kesehatan yang dapat
terjadi adalah sindroma getaran tangan dan lengan, dan apabila dikombinasi dengan
posisi janggal pada lengan saat bekerja dapat meningkatkan risiko terjadinya
sindroma terowongan karpal.

Faktor risiko lain yang banyak dijumpai di rumah sakit adalah radiasi
elektromagnetik. Pajanan radiasi elektromagnetik dapat dikelompokkan menjadi
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Termasuk pada radiasi pengion adalah
sinar x dari penggunaan pesawat rontgen, dan partikel berenergi tinggi yang
dihasilkan oleh penggunaan radioterapi. Disamping unit radiology, urologi, kamar
operasi, unit tindakan kateterisasi kardiologi merupakan tempat kerja dengan ekposur
radiasi yang tinggi. Faktor yang berpengaruh pada intensitas radiasi meliputi
konfigurasi alat radiologi, jumlah kasus yang ditangani, dan periode waktu
pelaksanaan prosedur.

Radiasi pengion ini telah dikenal sebagai karsinogenik, mutagenik, dan juga
teratogenik.

Penggunaan alat alat diagnostik, dan terapi, dan juga penggunaan video
display terminal (VDT) berkontribusi meningkatkan pajanan radiasi elektromagnetik
bukan pengion. Radiasi elektromagnetik bukan pengion meliputi medan magnet
seperti pada MRI dan office apliances, dan juga penggunaan peralatan listrik lainnya.
Jenis radiasi bukan pengion lain yaitu sinar infra merah dan ultraviolet dapat terjadi
pada penggunaan alat fisioterapi dalam rehabilitasi medik, dan sterilisator. Gangguan
kesehatan yang dapat terjadi meliputi gangguan reproduksi, sistem jantung dan
pembuluh darah, sistem hematologik, katarak, luka bakar, dan lain lain. Gangguan
kesehatan ini sangat tergantung dengan intensitas pajanan dan juga frekuensinya.

Bahaya Potensial Kesehatan Kelompok Kimia

Bahaya potensial kesehatan kelompok kimia dapat dijumpai terutama di


laboratorium klinik, ruang tindakan dan kamar operasi, ruang jenazah, dan ruang
farmasi. Tetapi tidak berarti ruangan lain termasuk ruang administrasi terbebas dari
bahaya kimia.

Difahami bahwa sebagian besar kegiatan di fasilitas kesehatan dilaksanakan di


dalam gedung/ ruangan. Dengan demikian kualitas udara ruangan (Indoor Air
Quality) merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian agar tidak terjadi
keadaan yang dapat mengganggu kenyamanan dalam bekerja dan terlebih lagi sampai
mengganggu kesehatan pekerja.

Salah satu indikator kualitas udara ruangan adalah iklim kerja, tetapi faktor ini
dibahas dalam bahaya potensial faktor fisika. Dalam paragraf ini yang dimasukkan
adalah merupakan bahaya kimia penyebab polusi udara ruangan. Termasuk dalam hal
ini adalah senyawa organik, partikulat, dan serat (fibers). Potensi bahaya faktor ini
meningkat terkait dengan terbatasnya sirkulasi udara segar akibat ventilasi yang
kurang adekuat.

Senyawa organik

Uap senyawa organik, merupakan polutan yang potensial dijumpai di ruangan


rumah sakit. Senyawa ini dapat berasal dari penggunaan bahan pembersih,
desinfektan, pestisida, penggunaan bahan cat, dan bahan perekat. Termasuk juga
dalam hal ini adalah polusi kendaraan bermotor, mengingat kebanyakan rumah sakit
berlokasi di pinggir jalan ramai. Penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia, belum
keseluruhannya bebas timbal organik sehingga potensial sebagai pencemar udara
sampai di dalam ruangan rumah sakit. Penggunaan senyawa pencuci hama seperti
alkohol, senyawa aldehid (glutaraldehid, formaldehid), dan etilenoksida. Pencemar
lain adalah senyawa aromatik, glikol, dan haloaromatik.

Fenol atau dikenal juga dengan sebutan karbol (carbolic acid) merupakan
senyawa yang sering digunakan sebagai desinfektan. Kontak dengan bahan ini dapat
menyebabkan iritasi kulit dan luka bakar, dan inhalasi dengan konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan iritasi saluran napas ringan, sampai dengan gangguan kesadaran.
Partikulat

Partikulat respirabel yang paling dominan sebagai pengganggu kualitas udara


ruangan adalah asap rokok. Kandunganya merupakan gabungan senyawa
karsinogenik, mutagenik, toksik dan iritatif. Partikulat lain adalah debu yang berasal
dari luar ruangan, seperti dari jalan raya, ataupun debu kegiatan konstruksi. Debu
ruangan juga merupakan partikel yang dapat membawa jenis tungau, serpihan kulit,
aeroallergen dan juga deposit pestisida. Senyawa yang sering ditemukan terkait
dengan kualitas udara ruangan adalah ozon, NOX, SOX, dan CO.

Partikulat bahan farmasi dikenal sebagai penyebab alergi yang sering terjadi
pada pekerja apotik dan laboratorium. Efek toksik yang paling sering dari bahan ini
adalah dermatitis kontak iritan, walaupun manifestasi alergi juga ditemukan. Insidensi
dermatitis iritan pada tangan paling sering ditemukan pada pekerja kebersihan. Hal ini
ditunjang oleh penelitian Ginting tahun 2004 di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Prevalensi dermatitis kontak iritan kumulatif tangan yang diteliti pada 107 responden
pekerja kebersihan rumah sakit tersebut mencapai 65,4%4

Reaksi alergi yang terjadi pada pekerja di fasilitas kesehatan dapat terjadi
akibat pajanan protein dengan berat molekul rendah seperti bahan obat-obatan, dan
protein dengan berat molekul tinggi seperti berasal dari tumbuhan dan hewan.

Gangguan pernapasan pada pekerja di rumah sakit, banyak dihubungkan


dengan pajanan senyawa klorin. Senyawa klorin menjadi lebih berbahaya, bila
tercampur dengan larutan amonia dan bereaksi membentuk gas kloramin yang bersifat
asfiksian.

Merkuri dapat mengkontaminasi lingkungan kerja akibat kebocoran atau


tumpahan dari pekerjaan penambalan gigi atau alat yang menggunakan bahan ini
seperti tensimeter dan termometer. Ceceran metil merkuri di tempat kerja yang
divakum menyebabkan penyebaran bahan ini di udara.

Metil metakrilat merupakan senyawa pencemar yang banyak digunakan di


bidang ortopedi, dan protesa. Bahan ini menyebabkan gangguan kesehatan seperti
dermatitis kontak alergi, dan melalui inhalasi dapat menyebabkan spasme bronkus
dan asma.

Gas anestesi halothane dan nitrogen oksida merupakan senyawa yang sering
dihubungkan dengan potensi toksiknya terhadap sistem reproduksi dan susunan syaraf
pusat. Sementara itu untuk senyawa flurane, belum jelas adanya pengaruh toksik.
Serat (fibers).

Untuk kelompok serat ini, yang perlu menjadi perhatian adalah serat asbes,
terlepas dari perdebatan mengenai sifat potensi fibrogenik dan karsinogenik dari jenis
chrysotile, yang umum digunakan. Asbes mempunyai sifat yang stabil, dan hanya
akan menjadi serat yang terdispersi di udara, pada saat pembongkaran, misalnya.

Fiberglas merupakan bahan lain yang banyak digunakan pada konstruksi


termasuk bangunan fasilitas kesehatan. Demikian juga bahan tekstil digunakan secara
luas di dalam ruangan - ruangan rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya. Aerosol
bahan ini bersifat iritan saluran napas.

Bahaya Potensial Kesehatan Kelompok Biologi

Termasuk dalam kelompok biologis ini adalah virus, bakterei, jamur, dan
parasit lainnya.

Bioaerosol

Salah satu jalan masuk bahaya potensial kesehatan kelompok biologi ini
adalah melalui inhalasi bioaerosol.

Istilah bioaerosol adalah dispersi jasad renik atau bahan lain dari bagian jasad
renik di udara. Sumber bioaerosol adalah kapang, jamur, protozoa, dan virus. Sumber
tersebut menimbulkan bahan bahan alergen, patogen, dan toksin di lingkungan.
Bagian tubuh dan kotoran tungau debu rumah (Dermatophagoides spp.) adalah
alergen kuat pada sebagian orang.

Bakteri dan patogen lainnya

Petugas kesehatan, dan pekerja lain di fasilitas kesehatan mempunyai risiko


terinfeksi beberapa jenis bakteri dan patogen lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah
Mycobacterium tuberculosis.

Virus

Pada kelompok ini, Leleu dkk. menyebutkan beberapa jenis virus yaitu
measles, mump, rubella, varicella, tularemia dan HIV. juga merupakan bahaya
potensial infeksius bagi tenaga kesehatan, dan mereka yang bekerja di fasilitas
kesehatan.

Virus hepatitis B merupakan salah satu faktor risiko gangguan kesehatan yang
menular melalui kontak cairan tubuh.
Virus hepatitis C merupakan jenis pathogen yang tinggi risiko penularannya
pada kelompok pekerja rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Risiko penularan
hepatitis C ini tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah, dan tertusuk
jarum.

Bahaya potensial kesehatan kelompok ergonomi

Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada tahun 1999 menyajikan data


bahwa gangguan muskuloskeletal menempati posisi terbanyak mengeluarkan biaya
untuk penyakit akibat kerja dan kecelekaan kerja. Gangguan muskuloskeletal ini
sangat erat hubungannya dengan faktor ergonomi, yang merupakan masalah terbesar
sebagai penyebab penyakit akibat kerja.

Kegiatan yang berhubungan dengan faktor risiko ergonomi bukanlah hal yang
langka di fasilitas kesehatan. Pekerjaan perawat dan pekerja kesehatan lainnya yang
memindahkan, mengangkat, memandikan, membersihkan pasien, dan mendorong
kereta pasien adalah contoh nyata.

Demikian juga kegiatan yang terkait dengan pemeriksaan dan tindakan medis
seperti pada pekerjaan dokter gigi dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang
terkait dengan ergonomi. Faktor yang dapat menimbulkan risiko dari bahaya potensial
kesehatan kelompok ergonomi ini adalah posisi tubuh yang tidak fisiologis. Cedera
pada sistem muskuloskeletal dan saraf perifer dapat terjadi jika posisi itu
dipertahankan untuk jangka waktu lama dan berulang.

Posisi yang potensial menyebabkan gangguan pada punggung antara lain


membungkuk, miring ke satu sisi tubuh, dan memutar tubuh. Sedangkan posisi siku
tangan lebih tinggi dari bahu dapat menyebabkan gangguan pada leher dan bahu.
Secara umum, pekerja sebaiknya tidak melakukan pekerjaannya dengan posisi tangan
di bawah lutut, atau lengan di atas bahu untuk waktu yang lama. Alat-alat yang
digunakan juga dianjurkan untuk dapat disesuaikan dengan postur tubuh.

Disamping itu faktor lain yang berpengaruh adalah temperatur ruang kerja,
gerakan kerja yang berulang, dan pencahayaan.

Intervensi pekerjaan dengan pencahayaan yang adekuat dan eye break pada
pekerja komputer di suatu rumah sakit memberikan penurunan yang signifikan
terjadinya kelelahan mata.
Bahaya potensial kesehatan kelompok psikologis

Bahaya potensial kelompok psikologis pada pekerja di fasilitas kesehatan


terkait dengan pekerjaan yang berhadapan dengan manusia sebagai mahluk hidup,
yang sering berpacu dengan waktu. Faktor lain yang berhubungan adalah bekerja shift
/ bergilir, dan juga beban kerja yang berlebihan secara kuantitatif.

Bahaya potensial kecelakaan kerja

Tidak berbeda dengan bidan pekerjaan lainnya, pekerja di fasilitas kesehatan


juga mempunyai risiko untk mendapatkan kecelakaan kerja.

Penggunaan alat kedokteran yang menggunakan listrik, memberikan andil


risiko terkena sengatan listrik. Kecelakaan kerja umum lainnya juga perlu dicegah
yang terkait dengan terpeleset, terjatuh, atau tertimpa. Disamping itu banyaknya
penggunaan benda tajam dapat meningkatkan risiko kecelakaan seperti tertusuk dan
tersayat.

Risiko tertusuk jarum suntik merupakan risiko kecelakaan yang sekaligus


dapat merupakan kesehatan terinfeksi, terutama HIV dan hepatitis B, dan juga C.

Seperti telah disinggung diatas menyangkut infeksi HIV dan hepatitis,


menunjukkan pekerjaan yang banyak menggunakan jarm suntik seperti perawat dan
pekerja laboratorium mempunyai risiko yang jauh lebih tinggi terkena infeksi.

Menurut catatan WHO tahun 2003, di seluruh dunia terdapat rata-rata pekerja
kesehatan yang tertusuk jarum adalah antara 0,64 kali per orang per tahun (di negara -
negara Eropa) sampai dengan 4,68 kali per orang per tahun (Mesir, Pakistan).
Ditambahkan pula bahwa pekerja kesehatan tertusuk jarum yang terkontaminasi
hepatitis C, hepatitis B, dan HIV secara berturut-turut tidak kurang dari 926.000
kasus, 2.100.000 kasus, dan 327.000 kasus.

Belum ada data mengenai insidensi tertusuk jarum pada pekerja kesehatan di
Indonesia. Terlepas dari hal ini terlihat bahwa kecelakaan kerja berupa tetusuk jarum
merupakan kasus penting yang harus dcegah, terutama berhubungan dengan
kemungkinan sekuensi tertular virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
PENUTUP

Dari uraian singkat mengenai bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit
menunjukkan bahwa tempat kerja ini bukanlah area bebas dari risiko gangguan
kesehatan dan kecelakaan.

Bahaya potensial kesehatan di fasilitas kesehatan meliputi kelompok kimia,


fisik, biologi, ergonomi, psikologi, dan juga kecelakaan kerja.

Pengenalan bahaya potensial yang ada merupakan hal yang penting untuk
selanjutnya harus dibuat langkah menghindarinya. Gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja yang diakibatkan haruslah dicegah sedini mungkin untuk
menghindari kerugian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai