Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/366201040

Upaya Percepatan Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Perkotaan Yang


Terkoneksi di Kota Palembang

Conference Paper · August 2020

CITATIONS READS

0 39

3 authors, including:

Monica Amanda
Politeknik Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan Palembang
8 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Monica Amanda on 12 December 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020

Upaya Percepatan Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Perkotaan yang


Terkoneksi di Kota Palembang

Monica Amanda
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
monicamanda18@gmail.com

Imam Muthohar
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA

Nur Yuwono
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA

INTISARI

Sungai Musi merupakan sarana transportasi yang diperlukan menjangkau daerah-daerah terisolasi melalui program percepatan
(quick wins) untuk meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana serta kualitas sumber daya manusia pada Pelabuhan Sungai
Kawasan 16 Ilir sebagai titik simpul integrasi aktivitas masyarakat didukung integrasi antar moda maka perlu merumuskan acuan
dalam meningkatkan pelayanan baik dari sisi demand yaitu kepuasan pengguna jasa melalui service quality dan dikuadrankan
dengan importance performance analysis untuk mendapatkan faktor prioritas serta upaya perbaikan dengan quality function
deployment, sedangkan dari sisi supply melalui in-depth interview para ahli / stakeholder terhadap aspek teknis serta evaluasi
kinerja konektivitas integrasi moda dalam hal waktu tunggu dan jarak berjalan menggunakan standar direktorat jenderal
perhubungan darat dan world bank. Hasil penelitian menunjukkan dari sisi demand nilai servqual rata-rata sebesar -1,09, nilai
minus menyatakan pelayanan “Buruk” dengan perbaikan pada 13 atribut dan dari sisi teknis didapatkan nilai customer
satisfaction index sebesar 66% dengan kategori “Buruk” sedangkan evaluasi kinerja konektivitas integrasi moda memenuhi
standar, namun perlu penambahan akses khusus pejalan kaki sehingga manfaatnya akan dirasakan pengguna jasa.
Kata Kunci: Servqual, IPA, QFD, In-depth Interview, Konektivitas Integrasi Moda

1. PENDAHULUAN tersebut, Kementerian Perhubungan khususnya


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melalui Balai
Transportasi merupakan sektor kegiatan yang sangat Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah VII
penting karena berkaitan dengan kebutuhan setiap Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung yang
orang untuk melakukan pergerakan. Perkembangan juga mendapat dukungan Pemerintah Kota Palembang
Kota Palembang dari dulu sampai sekarang tidak dapat melakukan modernisasi peningkatan fasilitas angkutan
dilepaskan dari Sungai Musi yang merupakan salah sungai melalui pembangunan dermaga sungai beserta
satu sarana transportasi angkutan yang sangat fasilitasnya sebagai pilot project angkutan sungai di
diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah terisolasi. tingkat nasional. Oleh karena itu perlu adanya
Pelaksanaan program percepatan (quick wins) penelitian lebih lanjut dalam merumuskan acuan yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan sarana dan lebih sesuai sebagai indikator penilaian kinerja
prasarana sungai serta kualitas sumber daya manusia pelayanan dan konektivitas angkutan sungai baik dari
berdasar Keputusan Menteri Nomor KP.1428 Tahun sisi demand yaitu kepuasan pengguna jasa dan dari sisi
2018 yang kemudian ditindak lanjuti oleh keputusan supply terhadap aspek teknis sarana dan prasarana
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor KP. operasional kapal speedboat berdasar pendapat para
1781/AP.005/DRJD/2019 tentang Pilot Project ahli / stakeholder serta upaya peningkatan kinerja dari
Program Percepatan Peningkatan Pelayanan Prasarana, respon teknik pihak terkait untuk mendukung
Sarana dan Sumber Daya Manusia di Sungai Musi Kota percepatan peningkatan pelayanan angkutan sungai
Palembang Provinsi sumatera Selatan. Alasan lainnya perkotaan yang terkoneksi di Kota Palembang.
karena lokasi tersebut merupakan titik simpul integrasi
aktivitas masyarakat yang didukung dengan integrasi 2. LANDASAN TEORI
antar moda seperti LRT Sumsel, BRT Trans Musi,
angkutan sungai, pasar dan wisata air. Sehubungan hal Kotler (2005) mejelaskan pelayanan merupakan setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu

1
Yogyakarta, 15 April 2020 Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020

pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud (kehandalan), responsiveness (cepat tanggap),
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. insurance (jaminan), empathy (empati) dan tangible
Menurut Sastika (2017) Pengukuran kualitas pelayanan (kasat mata) dan melakukan in-depth interview dengan
perahu ketek di perairan Sungai Musi dari sisi instansi terkait aspek teknis speedboat dalam hal ini
pengguna/wisatawan (demand) menggunakan 5 (lima) BPTD Wilayah VII, Dinas Perhubungan Provinsi
dimensi servqual menjadi indikator penilaian kinerja Sumatera Selatan dan Dinas Perhubungan Kota
dan dari sisi teknis (supply) melalui in-depth interview Palembang. Pengumpulan data sekunder meliputi data
para pakar sebagai indikator aspek teknis perahu ketek arus kapal dan penumpang selama 2 (dua) tahun (2018-
serta merumuskan faktor prioritas dari 4 (empat) 2019), luasan Pelabuhan, alur pelayaran Sungai Musi,
kuadran IPA untuk perbaikan layanan. Service quality spesifikasi kapal speedboat, dan layanan pemaduan
ini merupakan skala multi item yang dapat moda yang di dapat dari instansi terkait. Populasi
digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas dalam penelitian ini adalah para pengguna kapal
kualitas yang meliputi lima dimensi (Zeithami dkk, speedboat di Pelabuhan Kawasan 16 Ilir Kota
1990) sementara Quality Function Deployment (QFD) Palembang pada Dermaga Ampera. Metode
merupakan metode perencanaan dan pengembangan pengambilan sampel dengan purposive sampling
produk yang terstruktur sehingga memungkinkan tim terhadap penumpang speedboat yang telah atau sedang
pengembangan menentukan keinginan dan kebutuhan melakukan perjalanan dan bersedia menjadi
pelanggan dengan jelas, serta mengevaluasi produk responden dengan penentuan jumlah sampel
atau melayani dengan kemampuan yang secara menggunakan metode Slovin diambil sebanyak 100
sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan orang responden dan penelitian ini juga akan
tersebut (Cohen, 1999). melibatkan para ahli / stakeholder yang memiliki
kompetensi di bidang angkutan sungai melalui metode
Revitalisasi peran angkutan sungai yang dilaksanakan in-depth interview. Pengukuran servqual menjadi
untuk menemukan model revitalisasi yang akan model servqual yang didasarkan pada asumsi bahwa
menjadi acuan dalam pengembangan transportasi konsumen membandingkan kinerja jasa. Atribut yang
sungai sebagai transportasi perkotaan alternative yang digunakan untuk memperoleh persepsi dan harapan
terintegrasi dengan angkutan darat perkotaan yang ada atas layanan yang diperoleh dari angkutan sungai
(Abidin, 2016). Kriteria keterpaduan transportasi meliputi aspek keselamatan, keamanan, kemudahaan /
antarmoda yaitu pada aspek jaringan prasarana, keterjangkauan, kenyamanan, kesetaraan dan integrasi
jaringan pelayanan, dan layanan (Dwitasari, 2014). dirumuskan dalam 5 (lima) dimensi berikut.
Dalam Transport for London (2001) minimal ada 3
a. Reliability (Kehandalan) meliputi kemudahaan
(tiga) faktor pendukung yang merupakan bagian
menjangkau dermaga (K1), ketersediaan informasi
utama dari pelayanan transportasi antarmoda dan
pelayanan (K2), waktu tempuh moda menuju
keberadaannya sangat terkait satu sama lain. Faktor-
destinasi (K3), kemudahan memperoleh informasi
faktor tersebut adalah prasarana, system informasi dan
(K4) dan kemudahaan menjangkau moda lanjutan
kerjasama moda. Berdasarkan pedoman teknis
(K5).
pemaduan pelayanan transportasi perkotaan di
b. Responsiveness (Cepat Tanggap) meliputi
Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
ketersediaan informasi tentang destinasi (C6),
Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan pada
waktu tunggu angkutan sungai (C7), waktu tunggu
tahun 2005, indikator kinerja pemaduan transportasi di
angkutan lanjutan (C8), kejelasan tarif yang
perkotaan yaitu waktu, biaya, keselamatan, kemanan,
ditawarkan (C9) ketersediaan layanan komunikasi
kenyamanan dan ketersediaan informasi. Malkhamah
pelanggan (C10).
dan Wiarco (2005) mengukur kinerja proses perubahan
c. Assurance (Jaminan) meliputi kepercayaan
mode dalam hal waktu tunggu dan jarak berjalan
pengguna terhadap petugas (J11), keramahan dan
berdasarkan pengukuran di lokasi dan pada apa yang
kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan
dirasakan penumpang untuk memodelkan hubungan
(J12), kemampuan petugas dalam melaksanakan
antara kinerja yang diharapkan dan apa yang dirasakan
pekerjaannya (J13), keamanan dan kenyamanan
oleh penumpang dan mengevaluasi kinerja
saat berada di dermaga (tempat duduk berteduh)
menggunakan standar yang ditetapkan oleh Direktorat
(J14), ketersediaan asuransi dan atau jaminan
Jenderal Perhubungan Darat dan World Bank (1986).
keselamatan (J15).
d. Emphaty (Empati) meliputi kemampuan petugas
3. METODE PENELITIAN memberikan informasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti (E16), ketersediaan karyawan untuk
Pengumpulan data primer dilakukan survei dengan menghargai dan melayani serta mengutamakan
cara pengisian kuesioner meliputi aspek reliability

2
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020

kebutuhan pengguna jasa (E17), kejujuran dan Lanjutan Tabel 1


kesabaran karyawan/petugas dalam memberikan Papan informasi
pelayanan (E18), kemampuan memberikan Wajib Tidak ada
di dermaga
pelayanan (membantu naik turun dll) (E19). Hotline darurat Wajib Tidak ada
e. Tangible (Bukti Fisik) meliputi ketersediaan alat Ada (BRT dan LRT)
Transportasi
keselamatan (B20), kebersihan dalam moda (B21), Halte integrasi tidak terkoneksi
Darat
kenyamanan tempat duduk di kapal (B22), tampilan dengan baik
visual moda (B23), penampilan kru kapal (B24), (Sumber: Sastika,2017 dan BPTD Wil VII,2020)
kemudahan naik turun moda (B25), kebersihan
Uji validitas menggunakan korelasi pearson product
Toilet (B26), ketersediaan tempat ibadah (B27),
moment dan reliabilitas didasarkan pada nilai Alpha
ketersediaan kantin (B28), ketersediaan CCTV
Cronbach (α), jika nilai α lebih besar dari 0,60 maka
(kamera pemantau) (B29), ketersediaan parkir roda
data penelitian dianggap cukup baik dan reliable.
2 dan roda 4 (B30), ketersediaan moda lanjutan
(B31) ketersediaan koridor penghubung menuju Analisa metode Importance Performance Analysis
(IPA) digambar pada diagram kartesius untuk
moda lanjutan (B32).
menentukan tingkat kepentingan dan kepuasan dari
Atribut aspek teknis sarana dan prasarana operasional suatu kriteria untuk mencari faktor prioritas.
kapal speedboat pada Tabel 1. Rancangan upaya peningkatan pelayanan yang
diusulkan setelah melakukan analisis dengan Quality
Tabel 1. Atribut aspek teknis speedboat Function Deployment (QFD) melalui House of Quality
Atribut Data Umum Eksisting (HoQ). Hasil in-depth interview diolah dengan
Ukuran speedboat 12 meter 6-12 meter Customer Satisfaction Index (CSI) untuk atribut aspek
Kapasitas teknis sarana dan prasarana pendukung operasional
12 Orang 10-15 orang kapal speedboat. Pengukuran kinerja konektivitas
penumpang
Tidak memiliki integrasi moda dalam hal waktu tunggu dan jarak
Pelampung Wajib
pelampung berjalan menggunakan standar yang ditetapkan oleh
Angkutan Melayani rute antar Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2012 Direktorat
Fungsi speedboat
penumpang kota (relatif jauh) Jenderal Perhubungan Darat dan World Bank 1986.
Standar
Tampilan kapal angkutan Tradisional
penumpang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lebar kapal 2 meter 1,5-4 meter
Maksimal 1,5 Hasil dan pembahasan pada penelitian ini terdiri dari
Tinggi kapal 1 meter
meter kualitas tingkat pelayanan dan aspek teknis serta
Maksimal 7 konektivitas angkutan sungai sebagai berikut.
Tonasae kapal 1-5 GT
GT
Besi, Baja dan 4.1 Analisis Service Quality
Material Kayu
Fibre
Asuransi Wajib Jasa Raharja Pengukuran servqual untuk penyusunan model Service
Ponton kedatangan Quality didasarkan pada asumsi bahwa konsumen
N= (1,1 x L) 6x30 meter dan membandingkan kinerja jasa pada 5 dimensi
Ukuran dermaga dan Lebar 1,5 ponton sebagaimana disajikan hasilnya pada Gambar 1.
meter keberangkatan 6x40
meter -1,09 RATA-RATA

Ponton dan pelat -1,03 BUKTI FISIK


Ponton dan
Desain Dermaga baja dilengkapi -1,18 EMPATI
lantai kayu
trestle plat baja -1,05 JAMINAN
Tempat duduk Ruang Tunggu, -1,08 CEPAT TANGGAP
Kelengkapan
dan tempat Kantin, Musholah -1,13 KEHANDALAN
dermaga
berteduh dan Toilet
Disesuaikan -1,2 -1,15 -1,1 -1,05 -1 -0,95
Keamanan alur dengan Aman (KSOP Kelas Gambar 1 Diagram service quality
pelayaran kondisi sungai II Palembang)
dan danau Gambar 1 merupakan hasil service quality yang
Pos Keamanan Wajib Pos 26 Ilir meliputi 5 dimensi dengan total 32 atribut pertanyaan.
Rambu pelayaran Wajib Ada Perhitungan perbedaan dari variabel ekspektasi
Sistim navigasi Wajib Tidak ada (harapan) dan persepsi (kenyataan) adalah mempunyai

3
Yogyakarta, 15 April 2020 Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020

nilai rata-rata -1,09 dimana minus berarti tingkat (C8), ketersediaan asuransi dan atau jaminan
kepuasan pengguna jasa secara keseluruhan adalah keselamatan (J15), keamanan dan kenyamanan saat
buruk. Dengan demikian, hasil tersebut apabila berada di dermaga (tempat duduk berteduh) (J14),
dikaitkan dengan hipotesis penelitian ini adalah H - P waktu tempuh moda menuju destinasi (K3), dan
> 0 maka H > P; pengguna jasa kurang puas atas kenyamanan tempat duduk (B22). Pada kuadran D
pelayanan yang diterima. Konsekuensi hasil skor kinerja sudah sangat memuaskan terdapat 8 atribut.
servqual tersebut adalah jika P - H ≠ 0; maka tolak H0
dan terima H1. Oleh karena itu jawaban atas pertanyaan 4.3 Analisis Quality Function Deployment (QFD)
penelitian ini adalah terdapat kesenjangan antara Setelah melakukan analisis gap menggunakan servqual
harapan pengguna jasa dengan pelayanan yang dan analisis IPA, maka langkah selanjutnya adalah
diterima oleh pengguna jasa maka perlu perbaikan melakukan analisis QFD. Salah satu hal penting dalam
kualitas berdasarkan atribut dimensi servqual yang QFD adalah House of Quality (HOQ). Tahap-tahap
telah dilakukan melalui angket kepada responden. penyusunan HOQ adalah sebagai berikut.
Pengukuran level kualitas layanan dengan model a. Penyusunan Customers Needs (WHATs)
servqual didasarkan pada input data yang mempunyai berdasarkan analisis IPA terdapat 13 atribut yang
tingkat validitas dan reliabilitas yang baik. Hal ini digunakan sebagai customers needs pada house of
menguatkan keyakinan bahwa perolehan hasil skor quality, yaitu atribut kualitas pelayanan yang berada
servqual dapat dipercaya dan menjadi acuan pada kuadran A (prioritas utama) dan C (prioritas
dilakukannya sebuah perbaikan. rendah) meliputi kemampuan petugas memberikan
informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti
4.2 Important Performance Analysis (IPA) (K1), kejujuran dan kesabaran karyawan/petugas
Analisa tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan pada dalam memberikan pelayanan (K2), ketersediaan
32 atribut pelayanan perlu dilakukan analisa terkait alat keselamatan (K3), kemudahaan menjangkau
atribut apa saja yang perlu ditingkatkan, pertahankan, dermaga (K4), kepercayaan pengguna terhadap
cukup maupun berlebihan dengan melakukan petugas (K5), kemudahaan menjangkau moda
penggambaran diagram kartesius pada Gambar 2. lanjutan (K6), ketersediaan informasi tentang
destinasi (K7), ketersediaan layanan komunikasi
Kuadran B pelanggan (K8), waktu tunggu angkutan lanjutan
Kuadran A (K9), ketersediaan asuransi dan atau jaminan
keselamatan (K10), keamanan dan kenyamanan
saat berada di dermaga (tempat duduk berteduh)
(K11), waktu tempuh moda menuju destinasi (K12),
dan kenyamanan tempat duduk (K13).
b. Penetapan Technical Requirement (HOWs)
Kuadran D Berdasarkan customers needs yang telah
Kuadran C ditentukan, maka dapat ditetapkan beberapa respon
teknik yaitu himbauan dan pelatihan kepada petugas
dalam pemberian informasi dengan bahasa yang
Gambar 2. Diagram kartesius lebih mudah dipahami (T1), menerapkan budaya 4S
(senyum, salam, sapa dan sopan) (T2), peningkatan
Pada kuadran A yang menjadi prioritas utama karena fasilitas alat keselamatan di kapal (T3),
keberadaan atribut ini dinilai sangat penting terdapat 3 penambahan trestle untuk menuju dermaga (T4),
atribut yaitu kemampuan petugas memberikan memberikan reward kepada petugas (T5),
informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti penambahan sarana pendukung berupa akses
(E16), kejujuran dan kesabaran karyawan/petugas khusus menuju moda lanjutan (sky bridge dan
dalam memberikan pelayanan (E18) dan kemudahaan fasilitas pejalan kaki) (T6), peningkatan informasi
menjangkau moda lanjutan (E5). Pada kuadran B tentang destinasi (T7), memaksimalkan teknologi
menunjukkan atribut yang harus di pertahankan sistem informasi untuk layanan komunikasi
kinerjanya ada 11 atribut. Pada kuadran C pelanggan (T8), peningkatan waktu tunggu
menunjukkan prioritas rendah terdapat 10 atribut yaitu angkutan lanjutan (T9), peningkatan penyesuaian
ketersediaan alat keselamatan (B20), kemudahaan pemberian asuransi dan atau jaminan keselamatan
menjangkau dermaga (K1), kepercayaan pengguna (T10), penambahan fasilitas tempat duduk di ruang
terhadap petugas (J11), ketersediaan informasi tentang tunggu dan pos pengamanan didermaga (T11),
destinasi (C6), ketersediaan layanan komunikasi peningkatan waktu tempuh moda (T12), dan
pelanggan (C10), waktu tunggu angkutan lanjutan

4
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020 Yogyakarta, 15 April 2020

peningkatan penyesuaian luasan tempat duduk di bahasa yang mudah dimengerti dan selanjutnya
kapal (T13). sesuai dengan final rank pada Gambar 3.
c. Penyusunan Corelation roof matrix, penentuan arah
Pengembangan hubungan matriks whats dan hows
adalah Matriks whats merupakan pertanyaan yang
didasarkan pada konsumen dan matriks hows
merupakan jawaban dari pihak teknis dengan skala
hubungan □ nilai 9 = kuat, O nilai 3 = sedang dan ∆
nilai 1 = lemah dengan penentuan arah perbaikan
dan target arah perbaikan Direction of Improvement
(DOI) tiap respon teknik menggunakan simbol tiga
arah perbaikan diantaranya adalah.
1. ↑ , Meningkatkan;
2. ↓ , Menurunkan; dan
3. O, Diberikan pada respon teknik yang Gambar 3. Matriks House of Quality (HoQ)
meningkatkan kepuasan pelanggan apabila
terdapat target (jangkauan nilai) tertentu 4.4 Analisis In-depth Interview
Pengembangan Customer Reqruitment
Prioritas. Masing-masing informan diberikan pertanyaan secara
Nilai kepentingan diperoleh dari nilai gap dengan tertulis untuk memberikan penilaian skala likert (1-5)
minimal nilai gap -4 (penting perbaikan) dan pada 21 atribut pertanyaan Tabel 1 diinterpretasikan
maksimal nilai gap 4 (tidak perbaikan) menjadi hasil perhitungan CSI nilai weighted total 3,29
tingkat kepentingan dengan skala 1 sampai 5 dibandingkan skala likert tertinggi, maka nilai CSI
dikonversikan menggunakan interpolasi berikut. sebesar 0,66 atau 66% berada pada kisaran 64% - 71%
𝑔𝑎𝑝−4
dalam kategori “Buruk”. Atribut yang nilainya cukup
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 1 + (−4)−4)
𝑥(5 − 1) (1) besar dalam kategori “Baik” ada 5 atribut yaitu ukuran
Target value merupakan tingkat perbaikan yang dermaga, tambatan kapal, fungsi speedboat, keamanan
hendak dilakukan oleh pihak manajemen alur pelayaran dan desain dermaga. Sedangkan
kategori “Buruk” 6 atribut yaitu pelampung, hotline
berdasarkan kemampuan dan keinginan konsumen
darurat, sistim navigasi, papan informasi di dermaga,
Scale up factor atau Improvement Ratio (IR)
merupakan perbandingan antara target value material dan tinggi kapal. Selanjutnya kategori
“Cukup” terdapat 10 atribut yaitu lebar kapal, tampilan
dengan customer statisfaction (tingkat kepuasan
kapal, ukuran speedboat, asuransi, kapasitas
pelanggan). Atribut jasa yang akan ditingkatkan dan
penumpang, rambu pelayaran, halte integrasi, tonase
dikembangkan perlu ditentukan bobot prioritas
atributnya. Bobot atribut dihitung dengan rumus kapal, pos keamanan, dan kelengkapan dermaga.
sales point adalah nilai 1 tanpa titik persaingan, nilai
4.5 Analisis Kinerja Konektivitas Integrasi Moda
1,2 titik persaingan menengah dan nilai 1,5 titik
persaingan ketat dengan persamaan. Hasil kuesioner 100% responden setuju adanya
Bobot = Sales point x Tingkat kepentingan x Rasio (2)
integrasi moda di Dermaga Ampera maka perlu
evaluasi kinerja konektivitas integrasi moda dalam hal
Nilai absolute weight adalah perhitungan normalitas waktu tunggu dan jarak berjalan untuk moda Bus Rapid
bobot setiap atribut keinginan pelanggan Transit (BRT) Trans Musi dan Light Rail Transit
memudahkan dalam menentukan prioritas (LRT) Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 2,
pengembangan. Tabel 3 dan Tabel 4 telah memenuhi standar waktu
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = 𝑥 100 (3) tunggu dan jarak berjalan, namun berdasar persepsi
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 jarak berjalan dirasa jauh hal ini dikarenakan tidak
d. Matrik HoQ (House of Quality) adalah process adanya akses khusus pejalan kaki.
requirements to quality procedures dibuat
berdasarkan penggabungan pengolahan data dari Tabel 2. Waktu tunggu dan jarak berjalan terukur
penentuan bobot sampai dengan penentuan prioritas Terukur
pengembangan prosedur kualitas bahwa prioritas Jenis Moda
Jarak Berjalan Waktu Tunggu
utama perbaikan yaitu himbauan dan pelatihan BRT Trans Musi 370 m 5-10 menit
kepada petugas dalam pemberian informasi dengan LRT Sumsel 350 m 18 menit

5
Yogyakarta, 15 April 2020 Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2020

Tabel 3. Persepsi waktu tunggu dan jarak berjalan dipahami sedangkan dari sisi supply (para ahli /
Persepsi Persepsi stakeholder) aspek teknis sarana dan prasarana
Responden pendukung didapat nilai CSI sebesar 66% kategori
Jenis Moda Jarak Waktu “Buruk” pada prioritas utama perbaikan atribut
Jarak
Berjalan Tunggu
Berjalan pelampung sebagai alat keselamatan wajib tersedia di
BRT Trans Musi <300 m <10 menit Jauh atas kapal serta integrasi moda yang akan digunakan
LRT Sumsel <300 m <10 menit Jauh oleh responden adalah BRT Trans Musi dengan hasil
pengukuran kinerja konektivitas telah memenuhi
Tabel 4. Standar waktu tunggu dan jarak berjalan standar namun jarak berjalan berdasar persepsi
Aspek Parameter Standar* prngguna jasa masih dirasa jauh. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi usulan kepada pemerintah
Waktu tunggu Rata-rata 5-10
sebagai acuan indikator kinerja standar pelayanan
(menit) Maksimum 10-20
Jarak berjalan Daerah perkotaan 300-500 minimal angkutan sungai dan perbaikan pelayanan dan
(meter) maksimal 500-1000 aspek teknis serta penambahan akses khusus pejalan
Daerah pinggiran kota kaki yang singkat, teduh dan aman guna menunjang
maksimal konektivitas integrasi moda sehingga manfaatnya akan
*Direktorat Jenderal, 2012 dan World Bank, 1986 dirasakan oleh pengguna jasa.

Hasil pemilihan transportasi lanjutan yang akan REFERENSI


digunakan tertinggi adalah BRT Trans Musi sebesar
36%. Perhitungan crosstab dengan uji chi-square Abidin, Zainal. 2016, “Revitalisasi Angkutan Sungai
faktor yang dianalisis karakteristik responden yang Sebagai Moda Transportasi Perkotaan di Kota
meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendapatan Banjarmasin”. Agregat Vol 1, No.1, November 2019.
dengan faktor yang terpengaruh adalah persepsi Surabaya : Universitas Muhammadiyah Surabaya.
responden pemilihan transportasi lanjutan dengan
probabilitas jika > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah VII
hubungan) atau jika < 0,05 maka H0 ditolak (ada Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. 2018,
hubungan). Dari hasil Asymp.sig < 0,05 keputusan “Penyusunan Basic Desain Pelabuhan Sungai 16 Ilir
hasil crosstab adalah H0 ditolak artinya terdapat Kota Palembang”. Palembang: Dinamika Konsulindo.
hubungan antara karakteristik responden dengan
Cohen, L. 1999. How to Make QFD Work For You.
pemilihan transportasi lanjutan yang akan digunakan
yaitu BRT Trans Musi, dapat dilihat pada Tabel 5. USA: Addison Wesley.

Dwitasari, Reslyana. 2014, ”Penentuan Kriteria


Tabel 5. Hasil perhitungan crosstab dengan uji chi-
Keterpaduan Transportasi Antarmoda di Bandar
square Udara”. Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume
Karakteristik Person Chi Square 16, Nomor 3, September 2014, 107-118.
Responden Value Df Asymp.sig
Jenis kelamin 9,496 4 0,050 Kotler, P. 2005, “Manajemen Pemasaran”, 1st ed.
Pendidikan terakhir 40,302 20 0,005 Klaten: PT. Intan Sejati.
Pekerjaan 34,558 20 0,023
Malkhamah, Siti., Wiarco, Yuwono. 2005, “Evaluasi
Usia 27,758 8 0,001
terhadap Waktu Tunggu dan Jarak Berjalan
Pendapatan 21,695 8 0.006
Penumpang pada Perpindahan Moda di Stasiun
Lempuyangan Yogyakarta”. Forum Teknik Vol.29
5 KESIMPULAN No.1.

Direkomendasikan kinerja pelayanan speedboat dari Sastika, Anta. 2017, ”Analisis Tingkat Pelayanan
sisi demand pengguna jasa nilai rata-rata servqual -1,09 Perahu Ketek sebagai Angkutan Wisata di Sungai Musi
menyatakan “Buruk” perlu perbaikan pada 13 atribut Kota Palembang”. Palembang: Universitas Lampung.
kuadran IPA dengan prioritas utama dari matrik HoQ
Transport for London. 2001, “Intermodal Transport
yaitu kemampuan petugas memberikan informasi
Interchange for London”, Best Practice Guidelines
dengan bahasa yang mudah di mengerti melalui
matriks rumah kualitas prioritas perbaikan utama yaitu Zeithami, A., V., Parasuraman, A., and Berry, L., L.
himbauan dan pelatihan kepada petugas dalam 1990, “Delivering Quality Service Balancing Customer
pemberian informasi dengan bahasa yang lebih mudah Perception and Expectation”. The Press New York.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai