Anda di halaman 1dari 8

MATERI TENTANG HSE

Pengertian HSE
HSE adalah singkatan dari health, safety, and environment yang merupakan serangkaian proses
dan prosedur yang mengidentifikasi potensi bahaya pada lingkungan kerja tertentu.
Pengembangan praktik HSE dilakukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan bahaya serta
melatih karyawan untuk pencegahan kecelakaan atau respons terhadap sesuatu yang mengancam.

Sistem manajemen HSE berpatokan pada kesehatan, keselamatan, dan lingkungan di tempat
kerja. Industri manufaktur merupakan salah satu contoh tempat kerja di mana HSE amat
diperlukan agar karyawan terlindungi dari kecelakaan yang disebabkan oleh mesin dan peralatan
yang mereka gunakan.

Di Indonesia, HSE dikenal juga dengan K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam
perkembangannya, HSE menjadi bagian atau divisi khusus yang ada dalam struktur internal
suatu perusahaan untuk memastikan pengelolaan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja
secara umum. HSE umumnya ditempatkan di bawah departemen sumber daya manusia (SDM)
karena erat hubungannya dengan keselamatan karyawan di tempat kerja.

Setiap pengusaha atau pemberi kerja diharapkan dapat melindungi pada pekerjanya dari hal-hal
yang tidak berbahaya saat melakukan pekerjaan. Pemilik usaha memerlukan pengelolaan HSE
untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan di tempat kerja
dan tindakan apa yang dapat diambil untuk memastikan kesehatan dan keselamatan para
karyawannya. Aktivitas operasional perusahaan dapat terhambat oleh hal-hal semacam yang
tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja.
Adapun beberapa syarat umum adanya HSE di suatu perusahaan menurut UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan kejadian
berbahaya
 Memberi pertolongan pada kecelakaan
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya kotoran, asap, gas, dan aspek gangguan kesehatan lain
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat pekerjaan fisik dan hubungannya
dengan senyawa kimia berbahaya atau biohazard
 Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
Umumnya divisi atau bagian HSE memiliki tugas pokok untuk memastikan bahwa hal-hal
tersebut di atas berjalan dengan baik. HSE memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola dan
menjalankan proses K3 dengan standar operasional tertentu yang digunakan oleh perusahaan.
Bagian HSE biasanya dipimpin oleh kepala bagian atau manajer mandiri yang juga
mengintegrasikan tugasnya dengan bagian SDM untuk membangun dan melakukan pelatihan
tanggap darurat secara berkala.

Berikut ini adalah beberapa fungsi HSE bagi perusahaan,

1. Mencegah kecelakaan yang menyebabkan cedera fisik

Dalam sebuah industri manufaktur atau perusahaan yang berada di perkantoran luas, HSE
berfungsi untuk menjadi patokan keselamatan kerja. Melalui pengelolaan K3 yang dilakukan
oleh bagian HSE ini diharapkan seluruh karyawan mendapatkan pengetahuan tentang tata cara
atau standar operasional tertentu terkait keamanan kerja. Sebabnya, kecelakaan dan cedera fisik
merupakan hal yang umum terjadi di tempat kerja.
Pencegahan dan penanganan terhadap kecelakaan dapat membantu lancarnya operasional
perusahaan secara umum. Dengan adanya HSE yang menerapkan pelatihan serta pengelolaan K3
yang baik, sebuah perusahaan atau industri dapat terhindar dari risiko atau memperkecil risiko
terjadinya kecelakaan atau cedera fisik saat operasional kerja dilakukan.

2. Mencegah penurunan atau hilangnya pendapatan

Pengelolaan dan penerapan standar operasional yang baik dari bagian HSE dapat menekan
terjadinya penurunan income atau bahkan hilangnya pendapatan bagi suatu perusahaan. Pemilik
usaha yang memperhatikan HSE secara khusus akan mendapat kelebihan untuk meminimalisasi
terjadinya pengurangan pendapatan akibat kerusakan alat, terhambatnya operasional, hingga
biaya perawatan pekerja yang terlibat kecelakaan di tempat kerja.
Pencegahan terhadap kejadian-kejadian merugikan di tempat kerja merupakan hal utama yang
dituju dengan adanya HSE di suatu perusahaan atau industri. Waktu, alat, dan pekerja merupakan
motor penggerak operasional dari suatu usaha. Jika salah satu atau bahkan ketiga hal ini
mengalami hambatan maka berkurang pula potensi keuntungan yang ada dalam suatu periode
operasional perusahaan.

3. Mengurangi risiko tuntutan hukum


Kecelakaan di tempat kerja merupakan ranah yang dapat diperkarakan oleh karyawan yang
terdampak jika haknya tidak dipenuhi oleh perusahaan. Sebagaimana kewajiban para pemilik
usaha terhadap K3 yang diatur dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, begitu
pula seharusnya sebuah perusahaan memiliki manajemen yang khusus mengelola perihal K3.
Sebuah perusahaan atau seorang pemilik usaha dapat dituntut jika tidak memenuhi kewajibannya
untuk melindungi karyawannya. Begitu pula hal ini dijelaskan pada pasal 12 UU Keselamatan
Kerja yang meliputi beberapa hal di antaranya adalah memenuhi dan menaati semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan dapat terhindar dari tuntutan hukum dari serikat
pekerja atau pekerja perorangan jika telah memenuhi kewajibannya dalam pelatihan,
pencegahan, dan penanganan terhadap kecelakaan yang dialami oleh para pekerjanya.

4. Tuntutan kompensasi
Beberapa hak dari karyawan dalam suatu perusahaan umumnya terkait dengan asuransi
kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini dapat tercantum pada surat kontrak hingga aturan
umum perusahaan yang menjamin keselamatan para pekerjanya. HSE menjadi bagian yang
membuat segala kewajiban perusahaan terhadap keselamatan para pekerja dapat terpenuhi
dengan baik.
Jika sebuah perusahaan lalai dalam mengelola K3 dan terdapat pekerja yang cedera atau cacat
akibat bekerja maka para pekerja umumnya memiliki hak untuk menuntut kompensasi kepada
perusahaan. Hal ini terkait dengan hak kesejahteraan di tempat kerja dan juga kompensasi atas
cedera yang dialami pekerja. Dengan adanya HSE dan berbagai standar operasional yang
ditetapkan oleh HSE, diharapkan tuntutan kompensasi semacam ini tidak terjadi.
5. Meningkatkan kepercayaan karyawan
Adanya HSE dengan pengelolaan K3 yang baik di suatu perusahaan akan meningkatkan rasa
percaya para pekerja terhadap perusahaan itu sendiri. Pekerja yang merasa terlindungi dengan
baik akan dapat meningkatkan kinerjanya tanpa rasa takut akan kecelakaan dan cedera fisik.
Pengelolaan K3 yang diterapkan bagian HSE diharapkan juga dapat menunjang operasional
perusahaan secara umum. Sebabnya, para pekerja yang telah dibekali dengan pelatihan
atau workshop K3 oleh bagian HSE akan dapat menyelesaikan masalah teknis atau beberapa hal
menyangkut keselamatan kerja secara mandiri. Hal ini akan mempercepat proses operasional dan
menghindarkan pekerja dari hambatan saat melakukan pekerjaannya.

Baca juga: Pentingnya kesejahteraan karyawan bagi kualitas pekerja


Peran HRD untuk menyiapkan HSE terbaik

HRD berperan penting dalam menyiapkan anggota HSE dan menyiapkan anggaran untuk itu (Sumber: Pexels)
Seperti telah disinggung sebelumnya, bagian HSE berada di bawah
departemen SDM dalam suatu perusahaan. Untuk itu, HSE disiapkan dengan
beberapa pertimbangan dan seleksi tertentu oleh manajer human resources and
development (HRD). Beberapa peran HRD dalam penyiapan anggota HSE adalah
sebagai berikut:

 Melakukan rekrutmen dan evaluasi terhadap kandidat dengan latar belakang


relevan (kesehatan dan penanganan tanggap darurat)
 Mengalokasikan anggaran untuk fasilitas kesehatan atau layanan kesehatan
internal bagi karyawan
 Menyiapkan pelatihan K3 untuk para karyawan
 Mengelola informasi antar bagian atau departemen di perusahaan terkait
tanggap darurat
 Menentukan anggaran untuk penanganan K3 dan operasional HSE secara
efisien
Melalui peran HRD dalam HSE ini, diharapkan suatu perusahaan dapat
meminimalisir terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja hingga kondisi
darurat yang berbahaya seperti kebakaran dan lain sebagainya. Peran
departemen SDM dalam hal ini amat penting dikarenakan perusahaan amat
memerlukan manusia dalam operasionalnya, dan untuk itu keselamatan
terhadap para manusia tersebut amat diprioritaskan secara khusus.

Dalam Pasal 35 ayat (3) UU No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja disebutkan bahwa pemberi
kerja wajib memberikan perlindungan terhadap para tenaga kerjanya yang meliputi
kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan, baik mental maupun fisik. Selain itu, pada Pasal 86
UU Tenaga Kerja juga disebut bahwa para tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Aturan-aturan dalam UU Tenaga Kerja tersebut dapat diimplementasikan oleh pemilik usaha
atau perusahaan dengan menerapkan K3 secara terstruktur melalui bagian HSE di lingkungan
kerja. Adapun beberapa cara yang dapat diacu untuk pengelolaan HSE di lingkungan kerja ini
antara lain adalah sebagai berikut,
 Memberi pelatihan K3 dasar kepada seluruh karyawan secara berkala
 Menyediakan fasilitas kesehatan dan tanggap darurat di perusahaan
 Membuat arahan atau manajemen keselamatan diri di kantor (lewat poster, tanda jalan, dll)
 Menyediakan alat-alat keselamatan seperti pemadam api dalam ruangan (fire sprinkle, hydrant,
APAR) dan penjelasan cara kerjanya
 Membuat dan mensosialisasikan proses evakuasi darurat kepada seluruh karyawan
 Memberikan penanganan kesehatan darurat terhadap kecelakaan secara tanggap
Tugas dan tanggung jawab HSE Officer

Seorang HSE officer diharapkan mampu memberikan penjelasan dan menangani kedaruratan
dan kecelakaan di tempat kerja (Sumber: Pexels)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, setiap orang dalam bagian HSE di suatu perusahaan
bertanggung jawab atas tugas pokoknya masing-masing terkait keselamatan kerja seluruh
karyawan. Setiap anggota HSE diharapkan mampu mengelola tugasnya secara cepat dan lugas
untuk memastikan bahwa kecelakaan atau kondisi darurat dapat diatasi tanpa menimbulkan
kerugian fisik atau bahkan nyawa.
Adapun peran dan tanggung jawab dari petugas HSE adalah sebagai berikut,
 Memberi panduan bagi karyawan lain tentang tata cara penanganan kondisi darurat dasar
 Memberi penyuluhan terkait kondisi tanggap darurat (kebakaran, persoalan kelistrikan, dan
sebagainya)
 Menyiapkan diri dalam kondisi darurat apapun dengan cepat dan tanggap
 Melaksanakan tugasnya dengan komitmen kemanusiaan tinggi

Anda mungkin juga menyukai