Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No.

3 November 2018 ISSN 2337-7771 (Cetak)


ISSN 2337-7992 (Daring)

ANALISIS KOMODITAS HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN


DI KAWASAN HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LOMBOK
TENGAH
Non Timber Forest Producj (NTF’s) Analys In Community Forest Area Central
Lombok Regency

Aria Dirawan 1, Suranto 2, dan Sunarto 3


1.
Program Studi Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
2.
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
3.
Program Studi Ilmu Lingkungan, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRACT. Non-Timber Forest Products (NTFPs) have an economic and ecological values ​​ for the
communities around the forest area. The quality and quantity of NTFPs have decreased, so that it hasn’t
made a significant contributions to improve economic and social welfare. This study aims to identify the
superior NTFPs. Data research by questionnaires methods collected from farmers and community forest
management organizations. Data analysis done by non-parametric statistical method (Description Scooring).
The results is the Jackfruit commodity was classified as superior I with a total superior value of 86,222. The
Commodity category II consists of Bamboo commodities with superior value 73,940 and Durian commodities
with superior value of 63,610. Four other types of commodities was classified as superior III namely Kakau
with a total superior value of 46,778, Taro is 42,773, Cassava is 40,890 and Ginger is 45,555.

Keywords: Non Timber; Forest Product; Community Forest; Superior

ABSTRAK. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) memiliki peranan nilai ekonomi dan ekologi bagi masyarakat
sekitar kawasan hutan. HHBK mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sehingga belum memberikan
kontribusi yang siginifikan untuk meningkatkan perekokonomian dan kesejahteraan masyarakat.Penelitian
ini bertujuan untuk mengindentifikasi HHBK unggulan. Data penelitian diperoleh menggunakan metode
kuisioner (angket) yang dikumpulkan dari petani dan organisasi pengelola hutan kemasyarakatan. Analisis
data dilakukan dengan metode statistik non parametric (Description Scooring). Hasil penelitian menunjukkan
komoditas nangka tergolong dalam unggulan I dengan total nilai unggulan 86,222.Komoditas kategori
unggulan II terdiri dari komoditas bambu nilai unggulan 73,940 dan komoditas durian dengan total nilai
unggulan 63,610. Empat jenis komoditas lainnya tergolong komoditas unggulan III yaitu kakau dengan
total nilai unggulan 46,778 komoditas talas total nilai unggulan 42,773 komoditaubi kayu dengan total nilai
unggulan 40,890 dan komoditas jahe dengan total nilai unggulan 45,555.

Keywords: Bukan Kayu; Hasil Hutan; Hutan Kemasyarakatan; Unggulan

Penulis untuk korespondensi, surel: ariadirawan2@gmail.com

277
Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No. 3, Edisi November 2018

PENDAHULUAN hutan kemasyarakatan (HKm) berupa tanaman


multiguna yaitu selain dimanfaatkan buahnya, kayu
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
dan daunnya juga berguna. Prosentase tanaman
hamparan lahan berisisumber daya alam hayati
yang hidup dikawasan HKm 15,29% merupakan
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
tanaman kayu dan 84,71% merupakan tanaman
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
non kayu yang berpotensi menghasilkan sumber
dapat dipisahkan (Permenhut no. 21, 2009). Sumber
daya alam hasil hutan bukan kayu (Drestha,
daya alam hasil hutan bukan kayu merupakan
2011). Prosentase komoditas tanaman non kayu
seluruh produk biologi yang dapat diperoleh dan
sudah lama dimanfaatkan untuk diambil hasilnya
dipanen dari kawasan hutan yang mencakup
sebagai kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar
seluruh produk biologi dari hutan meliputi produk
hutan. Terdapat 24 jenis komoditas yang dikelola
dari berbagai tumbuhan (nabati/flora), baik yang
oleh masyarakat dan 12 diantaranya merupakan
berupa tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan
tanaman basis yang terdiri dari kelompok buah-
tingkat rendah, dan berbagai jenis hewan (hewani/
buahan, sayuran, pati dan kelompok empon-empon.
fauna), baik hewan yang bertipe prokariota maupun
Sumber daya hasil hutan sebagai tanaman di
hewan yang bersel sempurna jenis eukariota
kawasan HKm Lombok Tengah merupakan tanaman
(Wahyudi, 2013).
multi-guna seperti yang banyak terdapat di kawasan
Sumber daya alam hasil hutan non kayu
hutan masyarakat di Indonesia. Hasil penelitian
memiliki peranan yang sangat penting terhadap
Mulyana et all (2017) bahwa masyarakat sekitar
kebutuhan manusia. Ketergantungan masyarakat
hutan lindung pengelolaan dengan agroforestry
terhadap sumber daya alam hasil hutan untuk
diperbolehkan mengelola lahan dengan menanam
berbagai kebutuhan seperti kebutuhan obat, buah-
jenis tanaman serba guna atau yang sering disebut
buhan, dan sayuran memiliki implikasi yang tinggi
Multi Purpose Trees Species (MPTS). Masyarakat
bagi pengelolaan hutan jangka panjang sehingga
memperbanyak menanam tanaman musiman, dan
pengelolaan hasil hutan yang berkelanjutan
tanaman lainnya agar hasilnya dapat diambil setiap
dianggap sebagai strategi yang tepat untuk
saat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
konservasi hutan didaerah-daerah yang memiliki
Hasil hutan bukan kayu yang diperoleh
keanekaragaman hayati yang tinggi (Saha &
dari HKm memberikan manfaat yang langsung
Sundriyal, 2012). Keberadaan beberapa produksi
dirasakan oleh masyarakat sekiar hutan dalam
jenis komoditas hasil hutan memiliki peranan yang
meningkatkan kesejahteraan. Manfaat ekonomi dan
sangat penting bagi masyarakat yang berada
manfaat ekologi seperti ketersediaan sumber daya
disekitar kawasan hutan yang meliputi 4 desa di
genetik tanaman hutan, serta konservasi lahan
kawasan HKm Lombok Tengah. Peranan yang
dan air. Hutan sebagai kekayaan negara yang
paling mendasar ialah untuk mencukupi kebutuhan
multiguna yaitu disamping memberikan manfaat
hidup mereka seperti kebutuhan untuk keperluan
hasil kayu juga memiliki manfaat non kayu. Hasil
pendidikan, kebutuhan sehari-hari, keperluan untuk
penelitian dari departemen kehutanan tahun 2009
akses kesehatan dan bahkan sebagai satu-satunya
menunjukkan bahwa hasil hutan dari ekosistem
sumber mata pencaharian masyarakat sekitar
hutan menyumbangkan hanya 10% saja, sedangkan
hutan.
sisanya 90% hasil lain dari ekosistem hutan berupa
Hasil hutan bukan kayu di kawasan kabupaten
hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Lombok Tengahdikelola berasal dari hutan lindung
Kajian sebelumnya yang dilakukan Wahyudi
seluas 1.805,5 Ha dengan pengelolaan hutan
(2014) yang berjudul “Pengembangan Komoditas
berbasis masyarakat (PHBM) hutan kemasyarakatan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berbasis Kearifan
(Tohir, 2012). Sejak tahun 2002 masyarakat
Lokal di Tanah Papua”menunjukkan beberapa
melakukan penanaman komoditas hasil hutan dari

278
Aria Dirawan, et al.: Analisis Komoditas Hasil …..(6): 277-286

komoditas HHBK dominan di tanah Papua dalam emponn-empon dan zat pati lainnya. tumbuhan
pemanfaatannya sebagai hasil hutan bukan kayu. atau pepohonan. Perbandingan dengan penelitian
Berdasarkan sifatnya, komoditas hasil hutan bukan yang dilakukan oleh Prasetyo & Kusumandari
kayu di tanah Papua dikelompokkam ke dalam dua (2014) hanya pada kajian hasil hutan berupa air
kelompok besar, yaitu komoditas hasil hutan bukan sebagai bagian non hidup (Abiotik) kebutuhan dasar
kayu yang dapat ditentukan nilainya (Tangible manusia. Sementara kajian pada penelitian ini untuk
products), seperti sagu (Metroxylon sago), buah mengidentifikasi komoditas hasil hutan bukan kayu
merah (Pandanus spp), dan komoditas hasil hutan unggulan di kawasan HKm Lombok Tengah sebagai
bukan kayu yang tidak dapat ditentukan nilainya bagian sumber daya alam untuk pemenuhan
(Intangible product) atau kelompok jasa (forest kebutuhan masyarakat sekitar kawasan hutan
services). Pengelolaan dengan praktek-praktek berupa komponen hidup (Biotik).
kearifan lokal (307 suku dengan 300 bahasa yang Produksi hasil hutan terjadi penurunan diseluruh
ada di Papua) dan dipadukan dengan keunikan kawasan hutan di provinsi Nusa Tenggara Barat
biogeografi setempat adalah potensi kelompok jasa termasuk di kawasan hutan kemasyarakatan (HKm)
(Potensi ekotourisme) yang sangat menjanjikan kabupaten Lombok Tengah baik dari segi kualitas dan
untuk dikembangkan. Sementara itu penelitian lain kuantitas terutama dari produksi. Terdapat beberapa
tentang potensi HHBK telah dilakukan oleh Prasetyo hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan dan
dan Kusumandari (2014) yang berjudul “Potensi pengembangan HHBK yaitu pengelolaan masih
Hasil Hutan Bukan Kayu (air) pada kawasan konvensional, pemanfaatan hanya diprioritaskan
taman nasional gunung rinjani” menunjukkan pada hasil hutan tertentu saja, terdapat beragam jenis
bahwa Hasil Hutan Bukan Kayu(air) bersumber komoditas yang dikelola sehingga belum terdapat
dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani komoditas prioritas unggulan, dan pengelolaan
(TNGR) sangat banyak, di wilayah Kabupaten belum menggunakan pendekatan teknologi
Lombok Timur ditemukan sedikitnya 37 sumber secara maksimal baik teknologi pembudidayaan
mata air yang telah dimanfaatkan masyarakat baik maupun teknologi pengolahan hasil panen dan
untuk keperluan irigasi, air minum, perkebunan rendahnya kapasitas petani. HHBK sebagai bagian
dan wisata. Pemenuhan kebutuhan air bersih mendasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
bagi masyarakat tepi kawasan TNGR dipenuhi di sekitar kawasan hutan. Upaya identifikasi dan
dari dalam kawasan karena untuk pembuatan pengembangan perlu dilakukan mengingat jenis
sumur gali diperlukan penggalian yang cukup komoditas yang dikelola sangat beragam sehingga
dalam mengingat lokasinya mempunyai elevasi komoditas HHBK tersebut memberikan kontribusi
cukup tinggi. Pemanfaatan air bersih dilakukan yang nyata, lebih terarah, berkelanjutan dan dapat
dengan cara memasang pipa dari sumber air dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
ditampung dalam broncaptering(penampungan bagi masyarakat yang mendiami sekitar kawasan
primer) yang terletak di luar kawasan lalu dibagi- hutan kemasyarakatan (HKm) di kabupaten
bagi ke penampungan-penampungan sekunder, Lombok Tengah. Hipotesis dalam penelitian ini
kemudian dari bak sekunder ini langsung dialirkan terdapat beberapa komoditas unggulan HHBK di
ke rumah-rumah penduduk dengan menggunakan kawasan HKm Lombok tengah yang dapat dikelola
pipa. Mengacu dari hasil penelitian terdahulu secara maksimal dengan skala prioritas komoditas
yang telah dilakukan oleh Wahyudi (2014) bahwa unggulan.
posisi penelitian ini menguraikan tentang analisis
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
komoditas hasil hutan bukan kayu yang dapat
informasi mengenai komoditas hasil hutan bukan
dihitung nilainya (Tangible Produck)yang bersumber
kayu unggulan di kawasan hutan kemasyarakatan
dari tumbuhan berupa sayur-sayuran, buah-buahan,
(HKm) Kabupaten Lombok Tengah.

279
Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No. 3, Edisi November 2018

METODE PENELITIAN dengan sengaja memilih ketua atau pengurus


hutan kemasyarakatan dilingkungan koperasi
Penelitian ini dilakukan pada bulan November
maupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan
sampai Desember tahun 2017 yang berlokasi di
petani HKm serta unsur pemerintah yang memiliki
kawasan hutan kemasyarakatan (HKm) kabupaten
kontribusi dan kepentingan terhadap keberadaan
Lombok Tengah. Lokasi tersebut merupakan
sumber daya alam HHBK yang dibudidayakan oleh
kawasan hutan dengan pengelolaan berbasis
masyarakat sekitar kawasan hutan.
masyarakat (PHBM) dan satu-satunya kawasan
hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai penghasil Pengambilan data primer dilakukan melalui

sumber daya hasil hutan non kayu di wilayah pengisain angket (kuisioner). Kuisioner digunakan

kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara sebagai teknik untuk pengumpulan data dengan

Barat. memberikan pernyataan untuk dipilih oleh


responden (checklist) yang meliputi 4 (empat)
Populasi dalam penelitian ini seluruh komponen
kriteria, yaitu kriteria ekonomi dengan bobot 35%,
dari pihak pengelola HKm di kabupaen Lombok
kriteria bidofisik dan lingkungan dengan bobot
tengah, meliputi ketua, sekretaris, anggota gabungan
15%, kriteria kelembagaan dengan bobot 20%, dan
kelompok tani (Gapoktan-HKm), petani HKm,
kriteria social bobot 15%.
dan komponen lainnya. Tiga lembaga pengelola
Hutan Kemasyarakatan (HKm) sebagai sampel Data yang dikumpulkan dari perhitungan

yaitu Koperasi Mele Maju desa Lantan,Gapoktan- kuisioner merupakan data primer yang dijadikan

HKm Rimba Lestari desa Aik Berik, dan Gapoktan- acuan untuk menentukan kategori keunggulan

HKm Wana Lestari desa karang Sidemen serta masing-masing komoditas HHBK yang dikelola

petani HKm dijadikan sebagai sampel. Purposive oleh masyarakat sekitar hutan. Variabel kategori

Samplingdigunakan sebagai teknik penentuan sampel unggulan komoditas HHBK tertentu ditentukan

dengan pertimbangan tertentu didasarkan atas ciri- beradasarkan hasil perhitungan total nilai unggulan

ciri tertentu yang dipandang mepunyai hubungan (TNU) yaitu kisaran nilai TNU 78-100 sebagai HHBK

yang erat berdasarkan tujuan dan permasalahan unggulan I, kisaran TNU 45-77 merupakan HHBK

penelitian. Sumber data pada penelitian ini terdiri dari unggulan II dam kisaran nilai TNU 45-77 adalah

30 orang yang diambil dari masing-masing organisasi HHBK unggulan III.

pengelola HKm setiap desa yang mewakili petani Pengolahan data dibutuhkan teknik untuk
HKm, ketua lembaga pengurus gabungan kelompok menganalisis data. Teknik analisis yang digunakan
tani HKm dan unsur pemerintah. dalam penelitian ini menggunakan Analisis

Metode pengumpulan data menggunakan Desscription Scooring. Data yang diperoleh dari

teknik pengisian angket (kuisioner). Total pernyataan sumber data kemudian dan dianalasis dengan teknik

yang diberikan kepada responden dalam kuisioner deskription scooring. Analisis deskription scooring

sebanyak 22 item yang memiliki bobot nilai paling digunakan untuk mengetahui kategori hasil hutan

besar 3, nilai sedang 2 dan nilai paling rendah 1. bukan kayu unggulan yang terdapat di kawasan

kuisioner diberikan terhadap 30 orang responden hutan kemasyarakatan di kabupaten Lombok

sampel masing-masing lembaga pengelola HKm Tengah. Kategori penentuan hasil hutan unggulan

yang memiliki kontribusi dan kepentingan terhadap meliputi 5 (lima) kriteria yaitu kriteria aspek ekonomi

HKm dan HHBK di masing-masing kawasan. dengan besar bobot, kriteria aspek biofisik dan

Sumber data tersebut meliputi ketua, sekretaris, linglingkungan, kriteria kelembagaan, kriteria sosial

anggota, petani HKm dan unsur pemerintah. dan kriteria teknologi. Persamaan rumus deskription
scooring sebagai berikut (Permenhut, 2009):
Metode yang digunakan dalam penentuan
respondendengan teknik purposivesampling yaitu

280
Aria Dirawan, et al.: Analisis Komoditas Hasil …..(6): 277-286

masyarakat sekitar hutan, maka pengembangan


dan pengelolaan beberapa jenis komoditas perlu
dilakukan kajian komoditas HHBK unggulan.
Keterangan: Pengembangan komoditas hasil hutan bukan
NI :Nilai indikator masing-masing kriteria kayu menurut Zhu et all., (2017) bahwa kegiatan
K : Kriteria penentuanunggulan (1..5) pengumpulan dan pemanfaatan HHBK merupakan
N :Jumlah indikator masing-masing kriteria usaha utama oleh masyarakat yang terdapat
Ni :Nilai indikator masing-masing kriteria diwilayah hutan. Hal tersebut dikarenakan
Bk :Besar nilai bobot dari kriteria ke k pengelolaan yang relatif mudah dan petani
Nimax :Nialai Indikator terbesar (3) mendapatkan hasil yang maksimal dan sedikit
JIk : Jumlah indikator kriteria k resiko.
Tabel. 1 merupakan hasil analisis perhitungan
Perhitungan diatas untuk mengetahui nilai untuk mengetahui komoditas unggulan yang
masing-masing kriteria yang digunakan untuk terdapat di kawasan hutan kemasyarakatan
menentukan nilai unggulan. Total nilai unggulan kabupaten Lombok Tengah. Komoditas tersebut
komoditas HHBK diperoleh dari penjumlahan nilai telah lama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
indikator masing-masing krieria. Mengacu dari dasar masyarakat sekitar hutan bahkan mampu
rumus perhitungan description scooring tersebut, meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan
maka rumus persamaannya sebagai berikut: sosial masyarakat. Aspek sosial dan aspek ekonomi
mempengaruhi standar pengelolaan hasil hutan.
Keterangan: Komoditas hasil hutan sebagai hasil sumber daya
NITe : Nilai indikator tertimbang aspek ekonomi alam yang dapat diperbaharui dan berpotensi untuk
NITb : Nilai indikator tertimbang aspek biofisik dikembangkan dalam jangka panjang, sehingga
dan lingkungan akan memberikan kesejahteraan terutama terhadap
NITk :
Nilai indikator tertimbang aspek masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kategori nilai
kelembagaan unggulan (NU) komoditas HHBK di HKm Batukliang
NITs : Nilai indikator tertimbang aspek sosial Utara Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari
NITt : Nilai indikator tertimbang aspek teknologi unggulan I, unggulan II, dan unggulan III. Sajian
nilai unggulan komoditas HHBK tersebut diperoleh
Kategori unggulan komoditas sumber daya dari data hasil perhitungan kuisioner untuk masing-
hasil hutan terdiri dari 3 jenis kategori. Niliai masing komodias berdasakan 5 kriteria 22 indikator
Unggulan (NU) I (satu) jika total nilai unggulan dan standar tertinggi dengan nilai 3, standar sedang
berkisar antara 78-100. Nilai Unggulan II (dua) jika dengan nilai 2, dan standar rendah dengan nilai
memiliki total nilai unggulan berkisar antara 45-77. 1.Perhitungan masing-masing kriteria tersebut
Dan Nilai unggulan (NU) III (Tiga) jika kisaran total kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan total
nilai unggulan berkisar antara 30-55. nilai unggulan seperti yang disajikan pada tabel 1
berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komoditas hasil hutan bukan kayu


unggulan
Sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan
perekonomian dan variasi mata pencaharian

281
Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No. 3, Edisi November 2018

Tabel 1.Komoditas unggulan dan non total nilai unggulan masing-masing 74,94 dan
unggul di kawasan HKm Kabupaten 63,61. Komoditas bambu merupakan jenis HHBK
Lombok Tengah. yang melimpah sebagai salah satu komoditas yang
dibudidayakan oleh petani HKm. Secara kuantitas
Jenis komoditas Total Nilai Status
NO Hasil hutan bukan Unggulan Nilai Unggulan ketersediaan bambu sangat banyak namun
kayu (TNU) (NU) secara kualitas masih mengalami keterbatasan.
1 Kakau 46,778 Unggulan III
Pengolahan hasil panen bambu telah memberikan
2 Nangka 86,222 Unggulan I
3 Durian 63,610 Unggulan II manfaat ekonomi dan ekologi teerhadap masyarakat
4 Pisang 28,77 Tidak Unggul sekitar. Manfaat ekonomi merupakan manfaat yang
5 Bambu 73,940 Unggulan II
6 Sirih 29,01 Tidak Unggul
langsung di nikmati berupa olahan kerajinan tangan.
7 Talas 42,773 Unggulan III Olahan kerajinan tangan dari bambu memberikan
8 Pinang 28,5 Tidak Unggul peningkatan harga terhadap harga bambu.
9 Ubi Kayu 40,890 Unggulan III
10 Ubi jalar 29,5 Tidak Unggul
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian
11 Jahe 45,556 Unggulan III harga bambu dijual seharga Rp. 5,000 sampai
12 Cabe 29,06 Tidak Unggul Rp. 10,000 per bijinya sedangkan hasil olahan
Sumber : Hasil analisis penelitian dengan rumus bambu berpa kerajinan tangan untuk hiasan lampu
Description Scooring
dapat dijual sehrga Rp. 50,000 sapai Rp. 120,000.
Komoditas hasil hutan nangka merupakan Dengan demikian HHBK unggulan dari kawasan
komoditas unggulan I (pertama) dengan total nilai HKm Lombok Tengah perlu dilakukan pengolahan
unggulan 86,222. Komoditas unggulan nangka menjadi barang jadi sehingga terdapat peningkatan
yang terdapat di kawasan HKm Batukliang Utara harga sehingga memberikan keuntungan yang lebih
kabupaten Lombok Tengah memiliki hasil panen terhadap masyarakat petani HKm.
165917 biji/buah setiap tahunnya. Nilai unggulan
Selanjutnya hasil hutan bukan kayu unggulan
tersebut dipengaruhi oleh pendekatan dari aspek
kategori III terdiri dari empat jenis komoditas yaitu
ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan,
kakau dengan nilai unggulan 46,778, komoditas
sosial dan teknologi. Secara ekonomi nangka
talas dengan nilai unggulan 42,773, komoditas Ubi
sudah memberikan kontribusi yang baik terhadap
Kayu dengan nilai unggulan 40,89, dan komoditas
perekonomian petani HKm. Manfaat ekonomis
jahe dengan nilai unggulan 45,556. Beberapa
yang dirasakan masyarakat petani HKm melalui
jenis HHBK unggulan III tersebut beleum secara
penjualan hasil panen nangka maupun pengolahan
keseluruhan diolah secara maksimal. Manfaat
menjadi jajanan sebelum dijual kepasar. Pengolahan
ekonomi dan biofisik lingkungan telah dapat
komoditas nangka telah memakai alat-alat teknologi
dinikmati oleh masyarakat petani HKm, namun
seperti alat pengeringan, alat pengepackan, alat
pemanfaatannya masih menggunakan pengolahan
penggiling dan balai produksi pengolahan serta
tradisional seperti pengoalahan menjadi kripik Ubi
merek dagang. Komoditas nangka sudah dilakukan
Kayu, kripik talas dan lain sebagainya. Penjulan
pengelolaan dengan pendekatan alat teknologi
hasil hutan unggulan kategori III secara normal
dalam pengolahan produk. Hasil olahan komoditas
harga jual mencapai Rp. 4,000 sampai Rp. 5,500
nangka dapat dipasarkan di pasar semi modern
/Kg. jika dibandingkan dengan pengoalahn secara
dan mini market, sementara hasil panen sebelelum
maksimal maka harga jual /Kg hasil hutan tersbut
diolah berupa buah mentah hanya dapat dipsarkan
mencapai Rp. 20,000.
di pasar tradisional.
Nilai ekonomi hasil pertanian HHBK beberaapa
Komoditas unggulan HHBK kategori ke II
komoditas di HKm memberikan peranan yang baik
(dua) yaitu komoditas bambu dan durian. Hasil
untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
perhitungan kedua komoditas tersebut memiliki
Nilai ekonomi dari hasil panen sebelum diolah

282
Aria Dirawan, et al.: Analisis Komoditas Hasil …..(6): 277-286

memperlihatkan harga yang sangat minim sehingga harga rata-rata komoditas HHBK di kawasan HKm
dibutuhkan pengolahan lanjutan untuk komoditas kabupaten Lombok Tengah.
unggulan. Tabel 2 berikut menyajikan besarnya

Tabel 2. Harga rata-rata komoditas hasil hutan bukan kayu dari HKm Lombok Tengah

No Komoditas Volume Jumlah Harga Rata-Rata Total (Rp)


1 Pisang Volume (sisir) 5014100 800 4.011.280.000
2 Nangka Volume (Buah) 165917 5.000 829.585.000
3 sirih Volume (keranjang) 770 45.000 34.650.000
4 Durian Volume (Buah) 184086 11.000 2.024.946.000
5 jahe Volume (Karung) 621 50.000 31.050.000
6 Kakao volume (Kg) 67717 17.000 1.151.189.000
7 Bambu Volume (Buluh/Pohon) 102360 10.000 1.023.600.000
8 Talas Volume (Karung) 2953 56.000 165.368.000
9 Ubi Kayu Volume (Karung) 1920 55.000 105.600.000
10 Ubi Jalar Volume (Karung) 2059 60.000 123.540.000
11 cabai Volume (Kg) 8142 30.000 244.260.000
12 Pinang Volume (Kg) 4669 2.500 11.672.500

Komoditas unggulan dari produksi HKm berupa Perbedaan nilai unggulan (NU) dari HHBK di
HHBK tersebut merupakan sumber daya alam yang kawasan HKm Kabupaten Lombok Tengah tersebut
dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat petani dipengaruhi oleh faktor kriteria dan indikator masing-
HKm Kabupaten Lombok Tengah. Penentuan jenis masing komoditas. Komoditas unggulan I dan II
komoditas unggulan merupakan langkah pertama kriteria ekonomi sudah terpenuhi, kriteria biofisik
yang dilakukan dalam pengelolaan hutan dan hasil dan lingkungan bisa terpenuhi, pembudidayaan
hutan. Komoditas unggulan tersebut sudah sesuai melibatkan masyarakat sekitar dan dinaungi oleh
dengan syarat tanam dan lokasi penanaman. lembaga organsisasi koperasi dan gapoktan-
Komoditas HHBk unggulan tersebut selain HKm dan komoditas tersebut sudah berkontribusi
bermanfaat secara ekonomis juga bermanfaat terhadap kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan.
secara ekologis. Hasil penelitian ini selaras dengan Semantara itu, komoditas unggulan III belum
penelitian yang telah dilakukan oleh Setiawan sepenuhnya menggunakan pengolahan teknologi
dan Krisnawati (2016) yang dilakukan di hutan dan nilai perdagangan masih bersifat lokal.
KPHL Lombok Tengah bahwa jenis HHBK yang di Komoditas unggulan III jika dilakukan pengolahan
budidayakan berpotensi sebagai upaya rehabilitasi dengan maksimal dan semua aspek terpenuhi serta
ekologi dan potensi sistem perakarannya dalam penggunaan teknologi, maka komoditas-komoditas
mencegah longsor dan erosi. hasil yang diperoleh tersebut menjadi diversifikasi mata pencaharian
jenis HHBK yang potensial dikembangkan dalam masyarakat. Pengelolaan komoditas HHBK tertentu
kerangka rehabilitasi hutan di KPHL Lombok Tengah perlu dilakakukan secara terarah dan berkelanjutan.
adalah jenis HHBK penghasil buah seperti durian, Hasil temuan Muthmainnah (2017) bahwa teknik
mangga, nangka, sukun, alpukat, sawo, pinang, dan pebudidayaan HHBK berupa bambu dilakukan
kemiri. Sementara itu hasil penelitian dari Njurmana dengan teknik budidaya meliputi persiapan tanam,
at all., (2008) bahwa propektif pengembangan penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan,
HHBK sangat tinggi yaitu denga adanya produktifitas pengendalian hama dan penyakit, dan penebangan.
komoditas tertentu seperti madu, kemiri, asam dan Dengan demikian komoditas HHBK unggulan
sirih, dan kakau. Tingginya hasil produktifitas HHBK kedepannya harus dikelola dengan baik, sehingga
tersebut berpotensi untuk meningkakan diversifikasi memberikan peningkatan kesejahteraan terutaa
mata pencaharian masyarakat HKm dan diperlulan untuk masyarakat yang berada disekitar kawasan
model pengelolaan yang tepat. hutan.

283
Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No. 3, Edisi November 2018

Hasil hutan sebagai sumber pendapatan dan budidaya masih bersifat tradisional. Hal tersebut
masyarakat sekitar hutan terjadi karena dipengaruhi latar belakang pendidikan

Ketergantungan masyarakat yang mendiami masyarakat petani HKm yang rendah yaitu hanya

sekitar kawasan hutan kemasyarakatan (HKm) sampai tamat sekolah dasar (SD), dan usia sudah

di kabupaten Lombok Tengah sangat tinggi. Hasil tidak produktif sebagian besar petan HKm berkisar

observasi menunjukkan 31-50% masyarakat yang antara 50-59 tahun.

berada di kawasan HKm berprofesi sebagai petani Potensi hasil hutan bukan kayu dapat
lahan kering di HKm. Semua responden di masing- dikembangkan dengan maksimal mengingat
masing kawasan lokasi penelitian berprofesi banyak jenis komoditas yang telah dibudidayakan
sebagai petani HKm. Empat desa yang terdapat terdapat 23 jenis komoditas hasil hutan bukan kayu.
dikawasan HKm Lombok Tengah terdiri dari Penanaman, perawatan dan pemanenan komoditas
8.165 kepala keluarga dan 2.720 kepala keluarga hasil hutan bukan kayu tergolong mudah, sehingga
merupakan penduduk yang mengandalkan saat musim panen komoditas hasil hutan tertentu
hasil hutan sebagai mata pencaharian untuk sangat melimpah. Selain teknik budidaya yang
memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendidikan mudah komoditas tersebut juga memiliki potensi
terhadap anggota keluarga lainnya. Hal tersebut yang sangat penting sebagai pengganti kebutuhan
dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengetahuan pangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
untuk menjadi profesi lain sehingga petani HKm Wiratno (2014) bahwa produk HHBK menjadi
merupakan profesi yang paling tepat untuk digeluti. sumber pendapatan langsung untuk pemenuhan
Petani HKm sebagai profesi yang mendominasi kebutuhan masyarakat di seluruh dunia, beberapa
masyarakat yang terdapat di 4 kawasan sekitar negara dari total nilai ekonomi bersumber dari hasil
hutan Lombok tengah juga dipengaruhi karena hutan bukan kayu mampu memberikan pemasukan
pemberian izin usaha dalam HKm (IUPH-HKm) oleh negara yang sama besar bahkan mungkin lebih dari
pemerintah secara gratis. IUPH-HKm pada Hutan yang diperoleh dari hasil hutan berupa kayu. Guna
Lindung meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan, mendukung potensi hasil hutan untuk menunjang
pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat maka
hasil hutan bukan kayu. Hasil penelitian lain yang Hardati et all (2014) menyatakan perlu diterapkan
telah dilakukan oleh Neil dan Hamzari, (2016) pola pengelolaan hutan agar dapatterus memberikan
masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, sumber daya dan menjamin kelangsungan suatu
hidupnya tergantung di sekitar hutan dan diperoleh lingkungan yang sehat, maka hutan beserta SDA
dari dalam wujud makanan, pendapatan rumah harus dipelihara dengan baik, dikelola secara adil
tangga dan pemanfaatan kebudayaan, yaitu aspek- dan digunakan secara bijaksana.
aspek ekonomi, sosial dan budaya yang diperoleh
mencapai 84,4% dari kebutuhan lainnya. SIMPULAN DAN SARAN
komoditas sumber daya alam hasil hutan
merupakan jenis tanaman yang tumbuh dan Simpulan
dibudidayakan di kawasan hutan kemasyarakatan Informasi komoditas HHBK unggulan
yang sengaja dikelola oleh masyarakat sekitar. dikawasan HKm Kabupaten Lombok Tengah
Manfaat hasil hutan bukan kayu sudah dirasakan merupakan data basis yang perlu di ketahui
oleh masyarakat sekitar sebagai salah satu sumber sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak
pendapatan. Walaupun memiliki kontribusi yang terkait untuk pengembangan sumber daya alam
tinggiterhadap pendapatan masyarakat, namun HHBK. Basis data komoditas unggulan terdapat
belum didukung dengan pendekatan teknologi yang 1 jenis komoditas unggulan kategori I (satu) yaitu
memadai yang dikuasai sehingga pola pengelolaan komoditas nanga, terdapat 2 jenis komoditas

284
Aria Dirawan, et al.: Analisis Komoditas Hasil …..(6): 277-286

kategori unggulan II (dua) yaitu bamboo dan durian, Mulyana, A. 2017. Performapengelolaan Agroforestri
serta terdapat 4 jenis komiditas HHBK unggulan Di Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
kategori III (tiga) yaitu komoditas kakau, talas, ubi Lindung Rajabasa. Jurnal Hutan Tropis, 5
kayu, dan jahe dan 5 jenis komoditas non unggulan. (2): 127-133
komoditas unggulan sebagai komponen dasar untuk Mutmainnah. 2017. Upaya Peningkatan Pendapatan
memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi, pangan) Masyarakat Melalui Teknologi Budidaya Dan
terutama untuk masyarakat yang berada di sekitar Pemanfaatan Bambu Olahan di Kecamatan
kawasan hutan. Kedepannya dari hasil penelitian ini Tanralili Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan Selatan, Jurnal Hutan Tropis, 5 (1): 8-13
oleh pemerintah, LSM, dan pengelola HKm sebagai Neil, A. 2016. Hutan Bukan Kayu Pada Taman
dasar untuk pengambilan keputusan dalam rangka Nasional Lore Lindu ( Studi Kasus Desa
pengelolaan hutan dan hasil hutan. Sidondo I Kecamatan Biromaru dan Desa
Pakuli Kecamatan Gumbasa ). e-Jurnal
Saran Mitra Sains, 4 (1) : 29-39.
Keterlibatan dan konstribusi kalangan akademisi Njurumana. 2008. Prosfektif Pengembangan Hasil
perlu ditingkatkan sehingga masyarakat sekitar Hutan Bukan Kayu Berbasis Agroforestry
kawasan HKm dapat melakukan pengelolaan hasil untuk Peningkatan dan Diversifikasi
hutan bukan kayu secara berkelanjutan dan dapat Pendapatan Masyarakat di Timur Barat. Info
memberikan peningkatan kesejahteraan secara Hutan. 5 (1) : 53-62.
maksimal. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
nomor P. 21 tahun 2009 Tentang Kriteria
UCAPAN TERIMA KASIH dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan
Bukan Kayu Unggulan
Rasa syukur dan terimakasi kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah terlibat dan aktif Prasetyo dan Kusumandari. 2014. Potensi Hasil
Hutan Bukan Kayu (air) pada Kawasan
membantu kegiatan penelitian ini sejak awal sampai
Taman Nasional Gunung Rinjani. Hlm. 173-
selesai terutama kepa bapak Nahruddin, S.IP
180. dalam Ganis L, Rini P, Ragil W, Widyanto
selaku ketua koperasi Mele Maju desa Lantan,
Dwi N, Denny I. Tomy, L (Eds.). Peranan Dan
bapak Marwi selaku ketua Gapoktan-HKm Rimba
Strategi Kebijakan Pemanfaatan Hasil Hutan
Lestari desa Aik Berik, bapak Salehudin slakuk
Bukan Kayu (HHBK) Dalam Meningkatkan
ketua Gapoktan-HKm Wana Lestari desa Karang Daya Guna Kawasan (Hutan). (173-181).
sidemen dan bapak/ibu petani HKm di kawasan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
HKm Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Mada. Yogyakarta.
Lombok Tengah yang telah bersedia meluangkan
Saha, D. 2012. Forest Policy and Economics
waktunya untuk membantu pengisian.
Utilization of Non-Timber Forest Products
in Humid Tropics: Implications for
DAFTAR PUSTAKA Management and Livelihood. Forest Policy
Drestha, Manu. 2011. Nilai ekonomi Hasil Hutan and Economics, 2(14): 28–40.
Bukan Kayu dari HKm di Batukliang Utara. Setiawan, O. 2016. Pemilihan Jenis Hasil Hutan
Bali: Ford Foundation Bukan Kayu Potensial dalam Rangka
Hardati, P., Setyowati, D.L.N., Wilonoyudho, S., Rehabilitasi Hutan Lindung (Studi Kasus
Martuti, N.K.T., dan Utomo, P.Y. 2015. Kawasan Hutan Lindung KPHL Rinjani
Pendidikan Konservasi, Semarang: Barat, Nusa Tenggara Barat). Jurnal Ilmu
Magnum Pustaka Utama Kehutanan, 8(2): 89–99.

285
Jurnal Hutan Tropis Volume 6 No. 3, Edisi November 2018

Tohir, FT. 2013. Pengembangan Hutan


Kemasyarakatan di Kabupaten Lombok
Tengah Potret dan Arah Kebijakan
Kedepan. Makalah disajikan dalam
Rapat Pengembangan HKm. Pemerintah
Kabupaten Lombok Tengah, Mataram, 4
Juni.

Wahyudi. 2013. Buku Pegangan Hasil Hutan Bukan


kayu. Yogyakarta: Pohon Cahaya

Wahyudi. 2014. Pengembangan Komoditas Hasil


Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berbasis
Kearifan Lokal di Tanah Papua, hal 114-128.
Ganis Lukmandaru, Rini P, Ragil W, Widyanto
D. N, Denny I, Tomy, L (Eds.). Peranan dan
Strategi Kebijakan Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) dalam Meningkatkan
Daya Guna Kawasan (hutan). (114-118)
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Wiratno. 2014. Hutan Untuk Rakyat Jalan Terjal


Reforma Agraria di Sektor Kehutanan.
Yogyakarta: LKIS

Zhu. 2017. Forest Policy and Economics


Determinants of Engagement in Non-
Timber Forest Products (NTFPs) Business
Activities: A Study on Worker Households
in the Forest Areas of Daxinganling and
Xiaoxinganling Mountains, Northeastern
China. Forest Policy and Economics, 5 (80):
125–32.

286

Anda mungkin juga menyukai