Sunan Kudus Kel 1
Sunan Kudus Kel 1
Moderator 1 : Lutfi
Moderator 2 : Dellavina
Sunan Kudus : Rifi
Almaas : Novia
➢ Arfa (Sahabat Almaas yang lagi sakit) : M.Naufal Alief (Alip)
➢ Damira (Penduduk sinis) : Najla
PERLENGKAPAN DRAMA
Sunan Kudus menjadi salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa, tepatnya di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Beliau lahir di Kudus pada tahun
1400 Masehi. Sunan Kudus hidup di era kerajaan Hindu-Jawa sedang runtuh dan agama Islam
baru mulai menyebar di daerah Jawa.
Sunan Kudus adalah anak dari Habib Utsman Haji atau yang lebih dikenal dengan nama
Sunan Ngudung. Ayahnya ini merupakan seorang menantu dari Sunan Ampel. Sedangkan
ibunya bernama Syarifah Ruhul atau Dewi Ruhil, yang merupakan adik dari Sunan Bonang.
Menurut silsilah dari keluarga Sunan Kudus, beliau merupakan keturunan ke-10 lewat
jalur Husein, yaitu putra dari pernikahan putri Nabi Muhammad, yakni Siti Fatimah, dengan
Sayyidina Ali Ra.
HARI KE 1
(DELLAVINA)
Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa Raden Ja’far Sodiq atau Sunan Kudus itu
gemar dengan pengembaraan dalam hal berdakwah baik ke tanah Hindustan maupun ke tanah
suci Mekah.
Suatu hari, dikisahkan Sunan Kudus mengembara hingga ke negeri Arab, kota Mekah. Di
sana kedatangan Sunan Kudus disambut dengan sinis oleh penguasa negeri dan
penduduknya.
(Rifii masuk sambil bawa domba, lalu penduduk mekah pun spontan melihat ke arah Rifii)
(Najla pun datang dengan ekspresi sinisnya melihat ke arah Sunan Kudus).
Almaas (Novia) : “Seperti asing wajahnya, saya sepertinya tidak pernah melihat tuan”
Sunan Kudus (Rifi) : “Saya hanyalah seorang pengembara biasa” (Rifii tersenyum)
Almaas (Novia) : “Apakah ada tujuan lain tuan datang kesini?”
Arfa (Alip) : “Untuk apasih kamu menanyakan hal seperti itu kepadanya”
Damira (Najla) : “Lagian tuan ini hanya orang asing. Mengapa harus kita
pedulikan” Sunan Kudus (Rifi) : “Baik kalau begitu, saya permisi dulu.
HARI KE 2
(LUTFI)
KEESOKAN HARINYA......Tiba-tiba terjadilah wabah di Kota Mekkah yang membuat penduduk
kebingungan dan banyak penduduk yang terkena wabah tersebut.
Bahkan sahabat Almaas yaitu Arfa pun terserang penyakit itu.Penguasa negeri Arab yaitu amir
mengadakan sayembara bagi siapa saja yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akan
diberi hadiah harta benda yang cukup besar jumlahnya.
Sudah banyak yang mencoba namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Hingga pada suatu
hari, Sunan Kudus menghadap penguasa negeri itu.
(Rifii yang sedang melihat kondisi tersebut mengucapkan istighfar berulang kali)
Rifi yang sedang melihat situasi tersebut, tidak sengaja melihat dan bertemu dengan dua
penduduk wanita kemarin yang beliau temui.
Sunan Kudus (Rifi) : “Saya lihat dari kejauhan .. penduduk sini terlihat kebingungan dan
kalian pun seperti membutuhkan pertolongan. Apakah ada yang bisa
saya bantu”
Damira (Najla) : “Tiba-tiba banyak penduduk yang terkena penyakit yang datang
secara tiba –tiba. Dan Sahabat kami termasuk juga tuan, dia sekarang
sedang terbaring dan sangat kesakitan tuan”
Sunan Kudus (Rifi) : “Saya mengerti, memang tanah Arab ini gudangnya para ulama. Tapi
jangan lupa, ada saja kekurangannya sehingga doa mereka tidak
terkabulkan,”
Almaas (Novia) : “Sungguh berani tuan berkata demikian, apa kesalahan penduduk
disini sehingga mereka terkena penyakit seperti itu?”
Sunan Kudus (Rifi) : “Dari tingkah laku dan perbuatan yang sudah kamu lakukan
kepada mereka”
Sunan Kudus (Rifi) : “Saya dengar dan saya lihat langsung kamu telah menjanjikan hadiah
yang menggelapkan
lantaran mata
mereka berdoa hati mereka,
hanya sehingga doa
karena mengharap mereka tidak ikhlas
hadiah.”
(LUTFI)
Sang Almaas pun terbungkam seribu bahasa dengan jawaban yang diberikan oleh Sunan Kudus.
Damira (Najla) : “ah sudahlah tidak usah banyak basa basi, ayo silahkan coba kalau
anda bisa”
Akhirnya Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan
oleh Sunan Kudus. Kemudian, secara khusus Sunan Kudus berdoa dan membaca beberapa
amalan.
(rifii pun berdoa penghilang sakit)
Sunan Kudus (Rifi) : “ Laa Syifaa ilaa anta syifa an la yughodiruu saqomaa”
(DELLAVINA)
Dalam tempo singkat, wabah penyakit yang menyerang negeri Arab telah menghilang
secara tiba-tiba. Bahkan beberapa orang termasuk sahabat Almaas yaitu Arfa menderita
sakit keras secara mendadak langsung sembuh.
Berkat doa Sunan Kudus tersebut, sang Almaas merasa senang bukan main. Sang Almaas mulai
kagum dengan Sunan Kudus. Secara tidak langsung Sunan kudus juga menyembuhkan istrinya
yang sakit keras.
Damira (Najla) : “Maaf tuan, saya dan sahabat-sahabat saya serta penduduk di
negeri Arab, meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah
berburuk sangka kepada tuan”
Sunan Kudus (Rifi) : “Tidak apa-apa, dan sebaiknya kita sebagai makhluk sosial harus
saling menghargai sesama, satu diantara caranya tidak memandang
remeh dari penampilan dan berprasangka buruk, karena kita akan
selalu membutuhkan orang lain”
Almaas (Novia) : “Karena telah menyembuhkan sahabat saya dan penduduk disini,
saya akan memberikan hadiah untuk anda”
Hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Sunan Kudus, namun Sunan
Kudus menolaknya dengan halus sekali.
Sunan Kudus (Rifi) : “Aku tidak membutuhkan harta, aku hanya membutuhkan sebuah
batu yang berasal dari baitul maqdis”
(LUTFI)
Sang Almaas pun menjanjikan apa yang diinginkan oleh Sunan Kudus.
Singkat cerita, batu itu pun dibawa ke tanah Jawa dan dipasang di pengimaman Masjid Kudus
yang didirikannya sekembali dari tanah suci.