Anda di halaman 1dari 5

PENGENALAN PERAN

 Moderator 1 : Lutfi
 Moderator 2 : Dellavina
 Sunan Kudus : Rifi
 Almaas : Novia
➢ Arfa (Sahabat Almaas yang lagi sakit) : M.Naufal Alief (Alip)
➢ Damira (Penduduk sinis) : Najla

PERLENGKAPAN DRAMA

• Teks Naskah Drama


• Dc : Gamis (Cowo Khusus pake Sorban)
• Boneka Domba
• Print Gambar Sunan Kudus
• Batu-Batuan (Buat yang ditanem Ripki)
• Tasbih
• Tali Rapia (Mengikat domba)
• Backsound

NASKAH DRAMA SUNAN


KUDUS
(LUTFI)

Sunan Kudus menjadi salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa, tepatnya di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Beliau lahir di Kudus pada tahun
1400 Masehi. Sunan Kudus hidup di era kerajaan Hindu-Jawa sedang runtuh dan agama Islam
baru mulai menyebar di daerah Jawa.
Sunan Kudus adalah anak dari Habib Utsman Haji atau yang lebih dikenal dengan nama
Sunan Ngudung. Ayahnya ini merupakan seorang menantu dari Sunan Ampel. Sedangkan
ibunya bernama Syarifah Ruhul atau Dewi Ruhil, yang merupakan adik dari Sunan Bonang.
Menurut silsilah dari keluarga Sunan Kudus, beliau merupakan keturunan ke-10 lewat
jalur Husein, yaitu putra dari pernikahan putri Nabi Muhammad, yakni Siti Fatimah, dengan
Sayyidina Ali Ra.

HARI KE 1

(DELLAVINA)

Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa Raden Ja’far Sodiq atau Sunan Kudus itu
gemar dengan pengembaraan dalam hal berdakwah baik ke tanah Hindustan maupun ke tanah
suci Mekah.

Suatu hari, dikisahkan Sunan Kudus mengembara hingga ke negeri Arab, kota Mekah. Di
sana kedatangan Sunan Kudus disambut dengan sinis oleh penguasa negeri dan
penduduknya.

(Rifii masuk sambil bawa domba, lalu penduduk mekah pun spontan melihat ke arah Rifii)

(Najla pun datang dengan ekspresi sinisnya melihat ke arah Sunan Kudus).

Damira (Najla) : “Tuan ini siapa ya?”

Arfa (Alip) : “Siapa sih dia? Dilihat dari penampilannya ko aneh”

(Alip menunjuk ke arah Sunan Kudus)

Almaas (Novia) : “Seperti asing wajahnya, saya sepertinya tidak pernah melihat tuan”

(Rifii batuk kecil dan mengibaskan sorbannya)

Sunan Kudus (Rifi) : “Saya hanyalah seorang pengembara biasa” (Rifii tersenyum)
Almaas (Novia) : “Apakah ada tujuan lain tuan datang kesini?”

Arfa (Alip) : “Untuk apasih kamu menanyakan hal seperti itu kepadanya”

Damira (Najla) : “Lagian tuan ini hanya orang asing. Mengapa harus kita

pedulikan” Sunan Kudus (Rifi) : “Baik kalau begitu, saya permisi dulu.

Wassalamualaikumwr.wb” Almaas, Arfa, Damira : “Waalaikumusalam”

Rifi pun pergi dengan melanjutkan perjalanan dakwahnya sambil mengembara.

HARI KE 2
(LUTFI)
KEESOKAN HARINYA......Tiba-tiba terjadilah wabah di Kota Mekkah yang membuat penduduk
kebingungan dan banyak penduduk yang terkena wabah tersebut.

Bahkan sahabat Almaas yaitu Arfa pun terserang penyakit itu.Penguasa negeri Arab yaitu amir
mengadakan sayembara bagi siapa saja yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akan
diberi hadiah harta benda yang cukup besar jumlahnya.

Sudah banyak yang mencoba namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Hingga pada suatu
hari, Sunan Kudus menghadap penguasa negeri itu.

(Rifii yang sedang melihat kondisi tersebut mengucapkan istighfar berulang kali)

Rifi yang sedang melihat situasi tersebut, tidak sengaja melihat dan bertemu dengan dua
penduduk wanita kemarin yang beliau temui.

Sunan Kudus (Rifi) : “Assalamualaikum..”

Almaas & Damira (Novia & Najla) : “Walaikumsalam tuan”

Sunan Kudus (Rifi) : “Saya lihat dari kejauhan .. penduduk sini terlihat kebingungan dan
kalian pun seperti membutuhkan pertolongan. Apakah ada yang bisa
saya bantu”

Damira (Najla) : “Tiba-tiba banyak penduduk yang terkena penyakit yang datang
secara tiba –tiba. Dan Sahabat kami termasuk juga tuan, dia sekarang
sedang terbaring dan sangat kesakitan tuan”

Sunan Kudus (Rifi) : “Bolehkah saya mencoba membantu untuk menyembuhkan


sahabat kalian dan beberapa penduduk disini yang terkena wabah?”

Almaas (Novia) : “Dengan apa tuan akan menyembuhkan wabah penyakit di

sini?” Sunan Kudus (Rifi) : “Hanya dengan doa”


Almaas (Novia) : “Kalau hanya dengan doa, kami sudah puluhan kali melakukannya.
Di tanah Arab ini banyak sekali para ulama dan Syekh ternama, tapi
mereka tak pernah berhasil mengusir wabah ini”

Damira (Najla) : “Benar tuh!”

Sunan Kudus (Rifi) : “Saya mengerti, memang tanah Arab ini gudangnya para ulama. Tapi
jangan lupa, ada saja kekurangannya sehingga doa mereka tidak
terkabulkan,”

Almaas (Novia) : “Sungguh berani tuan berkata demikian, apa kesalahan penduduk
disini sehingga mereka terkena penyakit seperti itu?”

Sunan Kudus (Rifi) : “Dari tingkah laku dan perbuatan yang sudah kamu lakukan
kepada mereka”

Almaas (Novia) : “Memangnya saya sudah melakukan perbuatan seperti apa,


sehingga seperti ini”

Sunan Kudus (Rifi) : “Saya dengar dan saya lihat langsung kamu telah menjanjikan hadiah

yang menggelapkan
lantaran mata
mereka berdoa hati mereka,
hanya sehingga doa
karena mengharap mereka tidak ikhlas
hadiah.”

(LUTFI)

Sang Almaas pun terbungkam seribu bahasa dengan jawaban yang diberikan oleh Sunan Kudus.

Damira (Najla) : “ah sudahlah tidak usah banyak basa basi, ayo silahkan coba kalau

anda bisa”

Akhirnya Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan

oleh Sunan Kudus. Kemudian, secara khusus Sunan Kudus berdoa dan membaca beberapa

amalan.
(rifii pun berdoa penghilang sakit)

Sunan Kudus (Rifi) : “ Laa Syifaa ilaa anta syifa an la yughodiruu saqomaa”

(DELLAVINA)

Dalam tempo singkat, wabah penyakit yang menyerang negeri Arab telah menghilang
secara tiba-tiba. Bahkan beberapa orang termasuk sahabat Almaas yaitu Arfa menderita
sakit keras secara mendadak langsung sembuh.

Damira (Najla) : “wah ternyata dia memang hebat!”


(Novia nyamperin Alip terus bawa Alip)

Berkat doa Sunan Kudus tersebut, sang Almaas merasa senang bukan main. Sang Almaas mulai
kagum dengan Sunan Kudus. Secara tidak langsung Sunan kudus juga menyembuhkan istrinya
yang sakit keras.

Arfa (Alip) : “Terimakasih telah menyembuhkan saya dan membebaskan


penduduk Kota Mekkah dari penyakit ini, tuan”

Damira (Najla) : “Maaf tuan, saya dan sahabat-sahabat saya serta penduduk di
negeri Arab, meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah
berburuk sangka kepada tuan”

Sunan Kudus (Rifi) : “Tidak apa-apa, dan sebaiknya kita sebagai makhluk sosial harus
saling menghargai sesama, satu diantara caranya tidak memandang
remeh dari penampilan dan berprasangka buruk, karena kita akan
selalu membutuhkan orang lain”

Arfa, Damira, Almaas : “Baik Tuan”

Almaas (Novia) : “Karena telah menyembuhkan sahabat saya dan penduduk disini,
saya akan memberikan hadiah untuk anda”

Hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Sunan Kudus, namun Sunan
Kudus menolaknya dengan halus sekali.

Sunan Kudus (Rifi) : “Aku tidak membutuhkan harta, aku hanya membutuhkan sebuah
batu yang berasal dari baitul maqdis”

(LUTFI)

Sang Almaas pun menjanjikan apa yang diinginkan oleh Sunan Kudus.
Singkat cerita, batu itu pun dibawa ke tanah Jawa dan dipasang di pengimaman Masjid Kudus
yang didirikannya sekembali dari tanah suci.

(rifii pura pura nanem batu di masjid)

Anda mungkin juga menyukai