FIX Draff SKRIPSI Ummu Khairunnisa Azzahra
FIX Draff SKRIPSI Ummu Khairunnisa Azzahra
SKRIPSI
Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
1
JUDUL PENELITIAN : Studi Literatur Evaluasi Polifarmasi pada
Pasien Geriatri Diabetes Mellitus
PENGUJI AGAMA :
2
ABSTRAK
3
ABSTRACT
4
BAB I
PENDAHULUAN
69,30%. Sedangkan pada perempuan yaitu 73,19%. Kemudian pada tahun 2019
terjadi peningkatan yaitu pada laki-laki mencapai 69,44% dan pada perempuan
mencapai 73,33%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka 7,0% (BKKBN,
2019).
Jumlah lansia di Indonesia mencapai angka 27,5 juta atau 10,3% dan
diproyeksikan pada tahun 2045 mengalami peningkatan menjadi 57 juta jiwa atau
17,9% (BPS, Bappenas, UNFPA, 2018). Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
kesehatan ini terjadi karena adanya proses menua yang menyebabkan banyak
perubahan pada tubuh lansia seperti perubahan psikologis, sosial dan penurunan
Hal ini dapat dipahami dari perjalanan hidup manusia mulai bayi yang
berkembang menuju puncak kedewasaan dengan kekuatan fisik yang prima, lalu
Terjemahnya :
5
“54. Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian
dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Kementerian Agama RI. 2014).
Penurunan kapasitas fungsional pada lansia umumnya tidak berespons
terhadap berbagai rangsangan seefektif yang dapat dilakukan pada orang yang
sulit untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi tubuh atau
penyakit. Salah satu homeostasis yang terganggu yaitu sistem pengaturan kadar
peningkatan glukosa darah lebih dari normal. Glukosa darah meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Seiring dengan proses penuaan semakin banyak lansia
lemak, dan protein dan dapat menyebabkan komplikasi kronis termasuk gangguan
makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
akan menerima banyak obat (polifarmasi) (Lavan AH, 2016). Polifarmasi juga
berkontribusi terhadap akumulasi obat pada orang tua, yang mengakibatkan efek
6
Polifarmasi sering didefinisikan sebagai penggunaan rutin dari lima obat
atau lebih. Ini termasuk obat bebas, resep dan / atau obat tradisional dan
komplementer yang digunakan oleh pasien (WHO, 2019). Polifarmasi pada lansia
telah dikaitkan dengan banyak hasil kesehatan yang merugikan dan dapat memicu
gejala seperti mual, sakit perut, gangguan pencernaan, sakit kepala, pusing, alergi,
batuk, berkeringat, hipotensi atau hipertensi, serta perubahan irama jantung dan
bagaimana kita beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga memberikan pedoman
makanan yang halal, baik yang halal bahannya dan cara perolehannya. Juga
kelak. Tujuan pokok agama Islam adalah untuk menjaga/ memelihara beberapa
hal seperti agama, akal, jiwa, kehormatan dan juga kesehatan. Terkait dengan
kesehatan, Allah swt memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga diri dengan
berusaha dari hal yang bisa menganiaya diri sendiri. Karena kehidupan yang
sehat secara jasmani merupakan modal tiap umat untuk melakukan peribadatan
kepada Allah SWT. Oleh karena itu Allah SWT berfirman dalam surah QS. Al-
7
Terjemahnya :
“219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”
(Kementerian Agama RI. 2014).
Berdasarkan ayat di atas, khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan,
dengan kadar normal oleh seorang normal, maka minuman itu adalah khamar,
sehingga haram hukum meminumnya, baik diminum banyak maupun sedikit serta
baik ketika ia diminum memabukkan secara faktual atau tidak. Jika demikian,
keharaman minuman keras bukan karena adanya bahan alkohol pada minuman itu,
tetapi karena adanya potensi memabukkan. Sama halnya apabila seorang mukmin
kemudaratan itu harus dihilangkan jika ada. Kaidah ini sering diungkapkan dalam
َﺿ َﺮﺍ
ِ َﺿ َﺮ َﺭ َﻭﻻ
َ َﻻ
Terjemahnya :
“Tidak boleh memudaratkan dan tidak boleh dimudaratkan”. (HR. Hakim dan
lainnya dari Abu Sa’id al Khudri, HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).
8
yang membawa manfaat. Semua yang diperintahkan Allah kepada manusia, pada
dasarnya untuk kebaiikan dunia dan akhirat mereeeka. Sedanggkan semua yang
dunia dan akhirat mereka. Oleh karena itu bagi seorang Apoteker yang
antara manusia telah dianugerahi ilmu oleh Allah sementara kebutuhan umat
itulah dia akan bisa mendatangkan banyak kebaikan bagi umat manusia (Al-
Apa saja alat/ instrumen untuk mengevaluasi polifarmasi pada pasien geriatri
nyata, pengetahuan serta gambaran kepada penulis, masyarakat dan pihak yang
9
10
BAB II
METODE
studi literatur yang dilakukan dengan memulai pencarian secara online yang
dilakukan untuk menyusun skripsi ini. Penelitian studi literatur bertujuan untuk
literature dan sumber yang didapat, seperti buku-buku, dokumen, jurnal, data hasil
penelitian dan lain-lain. Dengan demikian, dalam penyusunan skripsi ini penulis
menentukan topik yang akan dibahas dan dilanjutkan dengan mencari data-data
baik dan relevan dengan topik yang akan dibahas. Setelah mendapatkan literatur
sumber data untuk memperoleh fakta tentang kajian yang akan dibahas. Setelah
terkumpul maka data disusun secara sistematis dan terstruktur untuk mencari
1. Framework
yang diperoleh dari berbagai macam situs pencarian. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang merupakan data yang didapatkan dari publikasi yang ditulis
Population adalah karakteristik terpenting dari subjek. Dalam penelitian ini yang
merupakan perlakuan utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
11
Intervention adalah metode yang digunakan. Comparison yaitu pembanding, dan
di penelitian ini yang menjadi pembanding tidak ada. Dan Outcome adalah hasil
yang didapatkan terhadap perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
2. Kata Kunci
meliputi Google scholar, Research gate, NCBI dan BioMed Central. Jurnal-jurnal
yang didapatkan merupakan jurnal yang relevan dengan judul penelitian dengan
menggunaan basis data yang terpublikasi 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016 -
2020.
Kata kunci yang digunakan untuk mendapatkan jurnal yang relevan sesuai
Patients”.
3. Database
scholar, Research gate, NCBI dan BioMed Central yang terpublikasi 5 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2016 – 2020 dengan menggunakan kata kunci “Evaluasi
12
2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
b. Tema jurnal yaitu polifarmasi, geriatri, dan diabetes melitus tipe 2 dengan
komorbiditas
2. Kriteria Eksklusi
diabetes melitus
13
3.1 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
yang dilakukan, didapatkan jurnal yang relevan untuk diidentifikasi lebih rinci
dan memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil pencarian didapatkan jurnal telah
14
2. Tabel Hasil Pencarian Studi
Nama
No. Penuis dan Judul Artikel Volume Halaman
Tahun Terbit Jurnal
“Potentially
inappropriate
medications and Journal of Clinical 20 1-9
1. (Zhuo Ma, 2020) potentially prescribing Pharmacy and
omissions in Chinese Therapeutics
older patients:
Comparison of two
versions of
STOPP/START”
“Prevalence of
potentially inappropriate
medications use among
2. (Alhawassi et al, older adults and risk 19 154
2019) factors using the 2015 BMC Geriatric
American Geriatrics
Society Beers criteria”
“Assessment of
potentially inappropriate
(Natacha et. al, medications using the International
3. 2019) Journal of 41 903-912
EU (7)-PIM list and the Clinical
Swedish quality Pharmacy
indicators”
”Assessment Of
Potentially
4. (Sakr, S. 2018) Inappropriate
Archives of 78 132–138.
Medications In Elderly
Gerontology
According to Beers 2015 and Geriatrics
and STOOP CRITERIA
and Their Association
With Treatment
Satisfaction”
“The associations of
geriatric syndromes and European
(Muhlack, 2018) Journal of 12 65-73
other patient Clinical
5. characteristics with the Pharmacology
current and future use of
potentially inappropriate
medications in a large
cohort study”
“Potentially
inappropriate
15
medications in elderly 2 209–214
6. Japanese patients: Journal of
(T. Kimura et al., effects of pharmacists’ Basic and
2016) Clinical
assessment and
Pharmacy
intervention based on
Screening Tool of Older
Persons’ Potentially
Inappropriate
Prescriptions criteria
ver.2”
16
BAB III
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
B. Analisis
17
untuk umum terdeteksi
perbandingan dengan versi 1
antar-
STOPP adalah
kelompok
dari variabel benzodiazepin
kategori. (11,6%), diikuti
Variabel dengan resep
kontinu yang kelas obat
berdistribusi duplikat (7,6%)
normal dan dan aspirin
tidak
terdistribusi dengan dosis>
normal 150 mg / hari
dianalisis (6,0%)
menggunaka
n uji t dan uji
Mann-
Whitney.
Kesesuaian
antara kedua
versi dihitung
menggunaka
n tes kappa
(nilai kappa>
0,75
menunjukkan
kesepakatan
yang baik-
hingga-
sangat baik;
nilai antara
0,40 dan 0,75
menunjukkan
kesepakatan
sedang; nilai
<0,40
menunjukkan
kesepakatan
yang buruk).
Faktor risiko
yang
mungkin
mempengaru
hi PIM / PPO
pada pasien
usia lanjut
dianalisis
dengan
regresi
logistik di
mana strategi
metode
masuk
digunakan
dan multi-
18
collinearity
variabel
dinilai
sebelum
dimasukkan
ke dalam
regresi
logistik. Nilai
P <.05
dianggap
signifikan
secara
statistik.
Analisis
statistik
dilakukan
dengan
menggunaka
n software
SPSS versi
23.0.
19
SD) untuk
variabel
kontinu dan
frekuensi
serta
persentase
untuk
variabel
kategori.
Analisis
bivariat
menggunaka
n uji-t
Student, uji
chi-kuadrat
Pearson
digunakan
untuk menilai
perbedaan
demografi
dan
karakteristik
penyakit
antara pasien
dengan dan
tanpa PIM.
Nilai
probabilitas
dua sisi
<0,05
dianggap
signifikan
secara
statistik
untuk semua
analisis.
Regresi
logistik
digunakan
untuk
memeriksa
hubungan
antara
penggunaan
PIM dan usia
pasien, jenis
kelamin,
polifarmasi,
dan kondisi
kronis yang
berbeda.
Semua uji
statistik
dilakukan
pada tingkat
20
signifikansi α
= 0,05 dan
selang
kepercayaan
95% (CI).
Pasien geriatri European list Dari 93 pasien, Studi (Natacha et. al,
(usia ≥ 65 of PIMs (7) 18,3% memiliki cross- 2019)“Assessme
tahun) dan The satu PIM menurut sectional nt of potentially
Swedish indikator kualitas Data inappropriate
quality Swedia. Kelas PIM dikumpulk medications
indicators yang paling umum an pada using the EU
adalah obat anti bulan (7)-PIM list and
inflamasi September the Swedish
Analisis nonsteroid dan – quality
regresi diklofenak adalah November indicators”
logistik salah satu PIM 2015 dan
sederhana yang paling sering Februari –
dilakukan diresepkan. April 2016
untuk
menyelidiki Menurut daftar EU
hubungan (7) -PIM, 45,2%
antara pasien populasi penelitian
dengan PIM diresepkan satu
dan beberapa atau lebih PIM.
faktor. Kelas PIM yang
Faktor-faktor paling umum
ini termasuk adalah obat
faktor hipnotik dan obat
kontinu; usia penenang, dan PIM
dan jumlah yang paling sering
pengobatan diresepkan adalah
saat masuk, apixaban.
dan faktor
kategori; Tidak ada
jenis kelamin hubungan yang
dan diagnosa signifikan antara
tertentu PIM dan faktor
(aritmia, berbeda yang
kanker, ditemukan dengan
penyakit menggunakan alat
pernafasan identifikasi.
kronis,
diabetes
mellitus,
hipertensi,
gagal
jantung,
stroke / TIA).
Hasil
disajikan
sebagai rasio
ganjil (OR)
dengan
interval
kepercayaan
21
95% (CI).
Semua
perhitungan
statistik
dilakukan
dengan
menggunaka
n SPSS versi
25, dan nilai
p <0,05
dianggap
signifikan
secara
statistik.
Pasien berusia Beers 2015 6,2% dan 20,4% Studi (Sakr, S. 2018)
65 tahun ke atas and STOOP obat tidak sesuai cross- ”Assessment Of
Criteria menurut daftar sectional Potentially
STOPP dan Beers; yang Inappropriate
103 (29,4%) dan dilakukan Medications In
Data 210 (60%) pasien antara Elderly
kuesioner memiliki Agustus According to
dikumpulkan setidaknya satu 2016 dan Beers 2015 and
dan diproses PIM menurut April STOOP
oleh Paket kriteria STOPP dan 2017. CRITERIA and
Statistik Beers masing- Their Association
untuk Ilmu masing. Penyebab With Treatment
Sosial SPSS, PIM yang paling Satisfaction”
Versi 23. umum adalah
Variabel penggunaan proton
kategori pomp inhibitor
disajikan dosis penuh
dalam selama> 8 minggu
frekuensi dan (STOPP) dan
persentase, penggunaan obat
dan variabel yang memperburuk
kontinu / menyebabkan
sebagai sindrom sekresi
sarana hormon
dengan antidiuretik yang
standar tidak tepat (Beers).
deviasi. Jumlah obat yang
Analisis diminum peserta,
statistik usia lanjut, jenis
dilakukan kelamin
dengan perempuan, resep
menggunaka obat untuk
n uji-t kecemasan /
Student depresi, maag /
untuk menilai gastroesophageal
korelasi reflux, rheumatoid
antara jumlah arthritis dan
obat yang epilepsi secara
berpotensi signifikan
tidak sesuai meningkatkan
menurut jumlah PIM.
22
kriteria
STOPP atau Saat menggunakan
Beers, dan kriteria STOPP,
skor semua skor
Kuesioner subskala TSQM
Kepuasan secara signifikan
Pengobatan lebih rendah di
untuk antara pasien
Pengobatan dengan
(TSQM). penggunaan PIM
Jumlah total dibandingkan
pengobatan dengan mereka
di rumah yang tidak
dihitung menggunakan PIM.
dengan Tren yang sama
menjumlahka diamati untuk
n jumlah obat kriteria Beers,
yang dengan perbedaan
dilaporkan yang signifikan
oleh setiap dicapai hanya
peserta, dan untuk subskala efek
proporsi PIM samping dan
ditentukan kenyamanan.
dengan
membagi
jumlah total
PIM dengan
total yang
dihitung.
Prevalensi
PIM dihitung
pada tingkat
pasien, di
mana jumlah
pasien
dengan
setidaknya
satu PIM
dianggap
sebagai
pembilang
dan jumlah
total pasien
sebagai
penyebut.
Variabel
numerik
dinilai untuk
distribusi
normal
dengan
memeriksa
histogram,
plot kotak,
plot Q-Q,
23
serta
membanding
kan rata-rata
dengan
median.
Terakhir,
dilakukan
dua regresi
linier dengan
mengambil
jumlah PIM
sesuai
dengan
kriteria
STOPP dan
kriteria Beers
sebagai
variabel
dependen
masing-
masing, dan
mengambil
semua
variabel yang
memiliki
nilai p <0,2
sebagai
variabel
independen.
Pasien usia Beers criteria Prevalensi untuk Studi (Muhlack,
antara 50 2015, the Beers, EU (7), dan kohort 2018)“The
sampai 75 tahun EU(7)-PIM, PRISCUS PIM associations of
and the adalah 26,4, 37,4, geriatric
PRISCUS list dan 13,7% pada syndromes and
awal dan menurun other patient
masing-masing characteristics
Prevalensi menjadi 23,1, 36,5, with the current
PIMuse dan 12,3%, 6 tahun and future use of
(penggunaan kemudian. potentially
saat ini Prevalensi yang inappropriate
setidaknya tidak disesuaikan medications in a
satu PIM) pada peserta large cohort
dihitung, dengan sindrom study”
menerapkan geriatrik
kriteria (kelemahan,
Beers, EU komorbiditas,
(7), dan fungsional, atau
PRISCUS gangguan kognitif)
pada kira-kira dua kali
baseline, lebih tinggi dari
FUP 1, dan pada orang dewasa
FUP 2, dan yang lebih tua yang
dikelompokk kuat. Dalam
an analisis
berdasarkan multivariabel,
24
usia, jenis gangguan kognitif
kelamin, secara statistik
kelemahan, secara signifikan
multimorbidi terkait dengan
tas, cacat penggunaan PIM
fungsional, dari ketiga kriteria
dan dalam perkiraan
gangguan titik cross-sectional
kognitif. (rasio odds (OR)
Tingkat 1,90-2,21) tetapi
konsistensi tidak dalam model
daftar dalam longitudinal.
mengidentifi Sebaliknya,
kasi kelemahan,
pengguna komorbiditas, dan
PIM gangguan
ditentukan fungsional secara
dengan statistik terkait
Kappa secara signifikan
Cohen. dengan
Selain itu, penggunaan PIM
frekuensi dari setidaknya satu
relatif dari dari tiga kriteria di
kelas obat kedua model.
farmakologis Namun, asosiasi
dihitung bervariasi untuk
untuk setiap kriteria PIM, dan
daftar PIM. dalam analisis
longitudinal,
asosiasi hanya
signifikan secara
statistik untuk
Beers PIM (ORs
[interval
kepercayaan 95%]:
kelemahan (2,23
[1,15, 4,31]),
komorbiditas oleh
lima total co -
morbiditas poin
skor (1,21 [1,05,
1,38]), dan
gangguan
fungsional (1,51
[1,00, 2,27]).
Penentu signifikan
lainnya secara
statistik dari
kejadian PIM
(definisi apa pun)
adalah jenis
kelamin
perempuan, usia,
penyakit jantung
koroner, gagal
25
jantung , biomarker
sindrom metabolik,
dan riwayat ulkus,
episode depresi,
patah tulang
pinggul, atau
kanker apa pun.
Pasien baru STOPP Secara total, 822 Studi (T. Kimura et al.,
rawat inap criteria ver.2 pasien baru rawat observasio 2016)
berusia ≥65 inap berusia ≥65 nal “Potentially
tahun Signifikansi tahun yang prospektif inappropriate
statistik dari diresepkan ≥1 obat April 2015 medications in
perbedaan harian disertakan. hingga elderly Japanese
nilai rata-rata Usia median Maret patients: effects
antara kedua (rentang 2016. of pharmacists’
kelompok interkuartil) assessment and
dianalisis mereka adalah 75,0 intervention
dengan uji-t (71,0–80,0) tahun, based on
Student jika dan 54,9% adalah Screening Tool of
varians dari laki-laki. Menurut Older Persons’
kedua kriteria, 346 pasien Potentially
kelompok (42,1%) diresepkan Inappropriate
serupa. Jika ≥1 PIM. Pasien Prescriptions
tidak, Mann- yang diresepkan criteria ver.2”
Whitney U- PIM mengambil
test obat secara
digunakan signifikan lebih
untuk banyak daripada
analisis. Uji yang lain: 10 0
chi-square (7,0–13,0) vs 6,0
digunakan (4,0–9,0), P
untuk <0,001. Jumlah
perbandingan total PIM adalah
proporsi 651%, 47,6% di
variabel antaranya (n = 310)
kategori direkomendasikan
antara oleh dokter untuk
kelompok. diubah, dan 292
Nilai P <0,05 dari 651 PIM
dianggap (44,9%) akhirnya
menunjukkan dihentikan / diubah
signifikansi setelah penilaian
statistik. dan intervensi
Semua apoteker. PIM yang
analisis terkait dengan
statistik benzodiazepin,
dilakukan termasuk obat Z,
dengan paling sering
GraphPad terjadi, dengan
Prism 6 (La klasifikasi
Jolla, CA, terperinci sebagai
USA). berikut (berubah /
total): (i)
benzodiazepin
selama 4 minggu
26
atau lebih (75/205),
(ii) obat yang dapat
diprediksi
meningkatkan
risiko dari jatuh
pada orang tua
(benzodiazepin)
(30/67) dan (iii)
obat-obatan yang
dapat diprediksi
meningkatkan
risiko jatuh pada
orang tua (obat-Z
hipnotik) (15/31)
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien geriatri dengan diabetes berisiko lebih tinggi mengalami jatuh yang
diabetes. Selain itu, faktor risiko tertentu, seperti penggunaan insulin, riwayat
jatuh, skor keseimbangan berdiri yang buruk, dan A1c ≥ 8% dapat menyebabkan
Saat ini, populasi dunia dengan cepat menua dan mengonsumsi banyak
diabetes untuk masalah yang terkait dengan interaksi obat; kejadian obat yang
sebagai penggunaan lima obat, atau lebih ≥5 muncul pada banyak pasien dengan
penderita diabetes yang lebih tua mungkin lebih rumit lagi dengan, komorbiditas;
usia lanjut; dan komplikasi diabetes pembuluh darah mikro atau pembuluh darah
Resep yang tidak tepat termasuk obat yang berpotensi tidak tepat (PIM)
dan potensi kelalaian resep. PIM mencakup resep yang melibatkan dosis,
frekuensi dan modalitas pemberian yang salah, atau durasi pengobatan; cenderung
atau tidak memiliki indikasi klinis berbasis bukti yang jelas. Kelalaian peresepan
28
penyakit dan obat-obat.2 Resep dan polifarmasi yang tidak tepat pada lansia telah
menjadi masalah global karena terkait dengan peningkatan reaksi obat yang
obat dan golongan obat yang harus dihindari pada orang dewasa yang lebih tua
daripada manfaat bagi pengguna dan alternatif yang lebih aman tersedia. Ada dua
Metode implisit didasarkan pada penilaian seorang praktisi atau pakar dan secara
khusus diindikasikan untuk satu orang. Oleh karena itu, menerapkannya bisa
pengukuran eksplisit berdasarkan kriteria, yang berarti bahwa obat tertentu telah
didefinisikan sebagai obat yang berpotensi tidak sesuai. Penerapan kriteria PIM
eksplisit memerlukan sedikit usaha dari dokter dan dapat direproduksi. Menurut
tinjauan sistematis, ada 28 alat penilaian eksplisit untuk PIM yang dipublikasikan
pada 2013, dan berbagai tinjauan sistematis menunjukkan bahwa daftar PIM agak
berbeda. Hal ini menimbulkan pertanyaan daftar PIM mana yang harus diterapkan
dokter dan bagaimana pertimbangan mereka terkait dengan efek obat yang
usia rata-rata 73,3 ± 5,5 tahun menggunakan lebih dari lima obat farmasi. Situasi
yang mengkhawatirkan ini mencerminkan apa yang ada di Brasil, di mana 20%
penderita diabetes meliputi: penyakit penyerta ganda dan usia lanjut. Karena, di
29
Brasil, tidak ada pemantauan tingkat resep dokter yang meresepkan terlalu banyak
atau kurang dari resep; ada hambatan yang terkait dengan polifarmasi. Peresepan
yang tepat merupakan tantangan bagi penyedia layanan kesehatan yang merawat
orang yang lebih tua, karena polifarmasi terkait dengan: kejadian obat yang
mana efek sampingnya dapat disalahartikan sebagai kondisi medis baru, yang
arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan stroke), sindrom geriatrik yang
jumlah obat di antara orang dewasa yang lebih tua dengan diabetes. Langkah-
tindakan obyektif tetapi juga berkontribusi pada penambahan obat yang tidak
perlu ke dalam rejimen obat. Misalnya, mematuhi pedoman praktik klinis yang
tidak spesifik untuk usia tertentu untuk tujuan A1c dapat mengakibatkan
glikemik yang lebih ketat dan peningkatan risiko hipoglikemia dan efek samping
Society dan American Diabetes Association, faktor usia dan pasien khusus harus
al.2016).
30
Terlepas dari meningkatnya prevalensi polifarmasi, istilah ini tetap tidak
memiliki definisi universal yang jelas. Tinjauan sistematis terbaru tentang definisi
situasi di mana pasien menggunakan lima atau lebih obat, dan definisi numerik ini
digunakan oleh 46,4% dari studi yang dievaluasi. Selain itu, ada
obat yang diminum pasien, termasuk semua OTC, dan obat-obatan tradisional dan
setidaknya satu obat dari kelompok ini), kelompok saluran pencernaan dan
parasetamol adalah dua obat yang paling sering digunakan, diikuti oleh aspirin,
2019).
Sebanyak 3626 resep dianalisis. PIM terdeteksi pada 35,4% dan 47,9%
pasien menurut STOPP v1 dan AGS BC 2012. Persentase ini naik menjadi 54%
saat AGS BC 2015 digunakan dan mencapai 66,8% dengan STOPP v2. Namun,
(indikasi), prevalensi turun menjadi 51,7%. Memang, 565 (45%) dari 1.258 PIM
yang terdeteksi terkait dengan tiga item implisit ini (obat apa pun yang diresepkan
31
tanpa indikasi klinis berbasis bukti, diresepkan di luar durasi yang disarankan, di
mana durasi pengobatan ditentukan dengan baik, dan resep kelas obat di duplikat)
(Blanco-Reina, 2019).
terdeteksi menggunakan STOPP v2. PIM ini diikuti dengan penggunaan opioid
resep tidak dibuat berdasarkan indikasi klinis berdasarkan bukti, 284 melebihi
durasi yang disarankan, dan 33 duplikasi kelas obat. Beberapa obat yang
diresepkan tanpa indikasi klinis yang jelas adalah Ginkgo biloba, Serenoa repens,
Saat AGS BC 2015 diterapkan, 580 PIM terdeteksi dan sebagian besar
tidak tergantung pada diagnosis. Secara total, 50,7% dari PIM terkait dengan
Dalam bagian pengobatan yang akan digunakan dengan hati-hati, peringatan yang
serotonin selektif. Mengenai daftar baru interaksi obat yang harus dihindari pada
orang dewasa yang lebih tua, kami menemukan 60 potensi interaksi penting
diidentifikasi yang harus dihindari atau dosis mana yang harus disesuaikan pada
32
Empat puluh enam dari 80 item STOPP v2 dan 26 dari 48 kriteria dalam
AGS BC 2015 yang diperbarui lebih dari setengahnya berguna untuk mendeteksi
semua PIM. Namun, beberapa kriteria tidak ada dalam perawatan yang dievaluasi.
(Blanco-Reina, 2019).
Menurut STOPP v2, kemungkinan PIM lebih besar karena jumlah obat
yang diminum dan dengan diagnosis gangguan tulang dan sendi, gangguan
psikologis, dan insomnia. Menurut model regresi logistik untuk AGS BC 2015,
lebih tua di Cina adalah 44,0% menurut kriteria STOPP v2. Namun, prevalensi
PPO belum dievaluasi oleh START v2 di Cina. Selain itu, tidak ada penelitian
yang membandingkan versi yang diperbarui dengan versi asli untuk mendeteksi
menggunakan versi terbaru dari kriteria STOPP / START versus versi asli di
antara pasien lansia di China, untuk menentukan perbedaan antara kedua kriteria
ini. Kehadiran PIM / PPO sering terjadi pada populasi pasien ini - 47,7% dan
64,2%, masing-masing dengan kriteria STOPP / START v2, yang ternyata lebih
tinggi dari kriteria sebelumnya. Benzodiazepin diganti dengan obat apa pun yang
diresepkan tanpa indikasi klinis berbasis bukti karena PIM yang paling sering dan
polifarmasi dan polifarmasi ekstrim adalah faktor risiko umum untuk PIM dan
PPO dalam hal model regresi logistik multivariat (Zhuo Ma, 2020).
33
Kami menemukan peningkatan tingkat prevalensi kejadian peresepan yang
tidak sesuai dengan kriteria yang diperbarui, yang konsisten dengan penelitian
sebelumnya. Persentase pasien dengan PIM / PPO dalam analisis kami mendekati
penelitian yang dilakukan di Italia pada pasien geriatri ≥65 tahun yang dirawat di
unit penyakit dalam, lebih tinggi daripada yang dilakukan di Spanyol pada
penduduk yang tinggal di komunitas ≥65 tahun, 5 dan lebih rendah dari penelitian
yang dilakukan pada pasien ≥75 tahun yang dirawat di non-geriatri (Zhuo Ma,
2020).
tidak sesuai dengan kriteria yang diperbarui, yang konsisten dengan penelitian
sebelumnya. Persentase pasien dengan PIM / PPO dalam analisis kami mendekati
studi yang dilakukan di Italia pada pasien geriatri ≥65 tahun yang dirawat di unit
penyakit dalam, lebih tinggi daripada yang dilakukan di Spanyol pada penduduk
yang tinggal di komunitas ≥65 tahun, dan lebih rendah dari penelitian yang
dilakukan pada pasien ≥75 tahun yang dirawat di unit non-geriatri di Belgia.
Frekuensi PIM yang dilaporkan dalam populasi kami lebih rendah daripada
populasi pasien dan kebiasaan resep dapat berkontribusi pada variasi prevalensi
layanan apotek klinis baru dimulai pada tahun 2005 setelah Departemen
34
klinis. Selama beberapa tahun terakhir, apoteker secara aktif terlibat dalam
perawatan farmasi. Prevalensi PIM / PPO yang relatif tinggi menunjukkan bahwa
apoteker harus lebih memperhatikan dan menangani penggunaan obat yang tidak
Ma, 2020).
dewasa yang lebih tua yang didefinisikan sebagai mereka yang berusia 65 atau
lebih akan hampir dua kali lipat di Arab Saudi dari 3% pada tahun 2000 menjadi
6% atau lebih pada tahun 2025. Seiring dengan pertumbuhan populasi orang
dewasa yang lebih tua, prevalensi penyakit penyerta kronis kondisi kesehatan
sekunder akibat penuaan yang tak terelakkan diperkirakan akan meningkat. Oleh
karena itu, hal ini berpotensi terkait dengan peningkatan penggunaan berbagai
obat (polifarmasi) untuk mengelola komorbiditas ini dengan baik atau untuk
mencegah komplikasi terkait. Polifarmasi di antara orang dewasa yang lebih tua
adalah umum dan akibatnya pasien yang lebih tua berada pada risiko yang lebih
tinggi untuk penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat (PIM). PIM
melebihi manfaatnya dan bila ada alternatif yang sama atau lebih efektif tetapi
tersedia alternatif risiko yang lebih rendah”. PIM dianggap sebagai salah satu
35
Penggunaan PIM umumnya dievaluasi dengan menggunakan skala dan kriteria
yang berbeda seperti kriteria Beers, yang merupakan sekumpulan kriteria eksplisit
untuk mengidentifikasi PIM. Ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1991 dan
al. 2019).
Perkiraan prevalensi PIM di antara pasien yang lebih tua adalah tinggi dan
lebih dari sepertiga populasi yang lebih tua ditemukan diresepkan setidaknya satu
PIM atau telah terpapar ke PIM. Di Timur Tengah, prevalensi PIM sangat tinggi
di mana dua penelitian yang dilakukan di Qatar dan Lebanon menemukan bahwa
38,3 dan 45,2% pasien lansia masing-masing diberi resep PIM. Di Arab Saudi,
prevalensi penggunaan PIM di antara orang dewasa yang lebih tua dinilai oleh dua
penelitian. Studi pertama telah mengidentifikasi PIM yang harus dihindari pada
pasien yang lebih tua dengan menggunakan kriteria Beers 2003. Penelitian ini
melaporkan bahwa 43% orang dewasa yang lebih tua menggunakan setidaknya
satu PIM, 18% telah menggunakan dua PIM dan 38,4% telah menggunakan tiga
atau lebih PIM. Studi kedua dilakukan di antara pasien yang lebih tua yang
perawatan kesehatan di rumah . Studi ini menemukan bahwa lebih dari separuh
kohort penelitian menggunakan satu atau lebih PIM dan sebagian besar obat yang
orang dewasa yang lebih tua dengan menggunakan kriteria Beers secara global,
masih sedikit penelitian yang telah meneliti faktor-faktor yang terkait dengan
penggunaan PIM di antara orang dewasa yang lebih tua di Arab Saudi
2019).
36
Dalam penelitian ini, 4073 orang dewasa yang lebih tua (usia ≥ 65 tahun)
yang mengunjungi klinik rawat jalan di rumah sakit tersier selama periode 1 tahun
diidentifikasi dan dimasukkan. Usia rata-rata adalah (72,6 ± 6,2) tahun dan
memiliki dua atau lebih kondisi kronis (77,9%) dan 80,5% menggunakan
Prevalensi PIM yang harus dihindari di antara orang dewasa yang lebih tua
adalah (57,6%). PIM yang paling sering diresepkan untuk dihindari untuk orang
dewasa yang lebih tua adalah agen gastrointestinal dan endokrin. Prevalensi PIM
yang digunakan dengan hati-hati adalah 37,5%. PIM yang paling sering
di antara pasien yang lebih tua dengan menggunakan kriteria Beers terbaru "the
menggunakan dua kategori kriteria Beers 2015; Prevalensi PIM yang harus
dihindari untuk orang dewasa yang lebih tua adalah 57,6%, dan prevalensi PIM
yang harus digunakan dengan hati-hati adalah 37,5%. Prevalensi PIM relatif
tinggi; Namun, angka ini berada dalam kisaran yang sebanding dengan hasil
desain studi, atau versi kriteria Beers yang berbeda. Misalnya, sebuah penelitian
versi kriteria bir 2003 dan 2012 pada populasi yang sama (masing-masing 48%
37
Faktor yang paling mungkin terkait dengan penggunaan PIM dalam
penelitian ini adalah polifarmasi. Kami menemukan bahwa 80% dari populasi
penelitian ini menggunakan lebih dari lima obat. Tingkat penggunaan polifarmasi
yang lebih tinggi dalam populasi penelitian kami dapat dikaitkan dengan tingkat
yang lebih tinggi dari beberapa kondisi kronis (yaitu, dua atau lebih kondisi
kronis), di mana mereka mungkin perlu minum banyak obat untuk mengontrol
kondisi kronis mereka atau untuk mencegah komplikasi terkait. dengan kondisi
dua kali lebih tinggi di antara pasien yang lebih tua dengan polifarmasi, sementara
penelitian lain melaporkan bahwa penggunaan PIM tiga kali lebih mungkin
Dalam studi ini, adanya kondisi kronis tertentu pada pasien yang lebih tua
penyakit kronis (Vieira de Lima TJ, 2013). Hubungan antara penggunaan PIM
dan prediktor yang berbeda seperti adanya kondisi kronis tertentu dan penggunaan
polifarmasi, meskipun ini bukan temuan baru, namun, ini bisa menjadi indikator
manajemen pengobatan yang tidak tepat untuk kondisi ini pada populasi yang
rentan (Hamano J, 2014; Wawruch M, et al. 2008). Temuan ini juga dapat
kesehatan yang diberikan kepada populasi yang lebih tua dan kebutuhan yang
38
cepat untuk layanan di masa depan yang ditujukan untuk pasien yang lebih tua.
pencegahan yang diperlukan saat menangani kondisi pasien yang lebih tua untuk
menghindari resep obat yang tidak tepat, efek samping, dan kesalahan langkah
lain yang terkait dengan pasien yang lebih tua. Selain itu, apoteker dapat
klinis dari alat untuk menilai PIM seperti kriteria Beers, atau alat lain untuk
mengidentifikasi pasien yang lebih tua dengan risiko yang tidak perlu.
Indikator kualitas Swedia untuk evaluasi terapi obat pasien yang lebih tua
berisi sembilan indikator khusus obat yang berbeda, salah satunya adalah obat
yang harus dihindari kecuali ada alasan khusus untuk menggunakannya, dan
lainnya adalah obat yang indikasi yang benar dan terkini. sangat penting.
Indikator spesifik obat lainnya misalnya polifarmasi, dan obat-obatan serta gagal
ginjal. Dalam studi khusus ini, obat indikator yang harus dihindari kecuali ada
obatan dengan efek antikolinergik yang signifikan, dan zat berikut: tramadol,
diklasifikasikan sebagai obat yang indikasi yang benar dan terkini sangat penting
menurut indikator kualitas Swedia. Karena risiko reaksi obat yang merugikan di
antara pasien yang lebih tua, obat-obatan ini juga dimasukkan dalam penelitian
khusus ini, dan diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti yang lain, yaitu
obat-obatan ini harus dihindari kecuali jika ada alasan khusus untuk
39
menggunakannya. Secara total, 68 zat dimasukkan dalam analisis (Natacha et. al,
2019).
Daftar lengkap EU (7) -PIM terdiri dari 282 zat obat yang diklasifikasikan
sebagai PIM [19]. Pengobatan yang didefinisikan sebagai PIM yang bergantung
menurut daftar yang sama (insulin, sliding scale) dikeluarkan karena kurangnya
informasi dalam rekam medis. Obat-obatan yang tidak disetujui untuk pasar
Swedia juga tidak termasuk. Dalam studi ini, total 137 zat dipilih untuk dianalisis
penelitian memiliki satu PIM. Tidak ada pasien yang mendapat lebih dari satu
PIM yang diresepkan secara bersamaan. Kelas PIM yang paling sering diwakili di
antara resep yang diidentifikasi menurut indikator kualitas Swedia (n = 17) adalah
NSAID. PIM yang paling sering terlibat adalah diklofenak dan tramadol (Natacha
Menurut daftar EU (7) -PIM, 42 (45,2%) pasien memiliki satu atau lebih
PIM, di antaranya 25 (26,9%) memiliki satu PIM, 13 (14,0%) memiliki dua PIM,
3 (3,2%) memiliki tiga PIM. PIM, dan 1 (1,1%) memiliki empat PIM. Tiga kelas
PIM yang paling sering diwakili di antara resep yang diidentifikasi adalah
hipnotik dan sedatif, agen antitrombotik, dan terapi jantung. PIM yang paling
sering terlibat adalah apixaban dan zopiclone (Natacha et. al, 2019).
indikator kualitas Swedia dan penyakit, jenis kelamin, usia, atau jumlah
pengobatan yang ditemukan dalam analisis regresi. Tidak ada hubungan yang
40
signifikan antara usia, jenis kelamin, penyakit, jumlah obat saat masuk, dan
memiliki PIM menurut daftar EU (7) -PIM yang ditemukan (Natacha et. al, 2019).
Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa 18% dari populasi
penelitian memakai satu PIM menurut indikator kualitas Swedia, dan 45%
memakai satu atau lebih menurut daftar EU (7) -PIM. Lebih lanjut, menurut
indikator kualitas Swedia, PIM yang paling umum adalah diklofenak dan
tramadol, sedangkan menurut daftar EU (7) -PIM PIM yang paling umum adalah
dengan studi register sebelumnya di Swedia (19%) di mana alat yang sama
kualitas Swedia, PIM yang paling sering terjadi dalam penelitian ini adalah obat
lebih tua meningkatkan risiko mual, kelelahan, pusing, dan kebingungan dan oleh
karena itu harus diresepkan dengan hati-hati untuk kelompok pasien ini. Lebih
gagal ginjal akut, dan gangguan gagal jantung. Obat antikolinergik seperti
dan obat antikolinergik menurun antara 2007 dan 2013, mungkin setidaknya
Prevalensi PIM di antara pasien yang lebih tua menurut daftar EU (7) -PIM juga
sama, prevalensi antara 41% dan 67% telah dilaporkan. Menurut daftar EU (7) -
PIM, apixaban adalah PIM yang paling sering diresepkan dalam penelitian ini.
41
apixaban direkomendasikan sebagai salah satu pilihan pengobatan lini pertama
lebih sedikit stroke hemoragik, lebih sedikit perdarahan parah, dan mortalitas
pengalaman terbatas mengenai penggunaan apixaban pada pasien yang lebih tua,
karena itu penting untuk terus mengevaluasi penggunaan obat dan menyesuaikan
dosis jika perlu [29]. Lebih lanjut, zopiclone dengan dosis> 3,75 mg adalah PIM
kedua yang paling umum menurut daftar EU (7) -PIM. Di Swedia, zopiclone
adalah rekomendasi obat penenang lini pertama untuk pasien yang lebih tua di
Swedia, dengan dosis harian maksimum 7,5 mg di antara populasi ini (meskipun 5
mg sering dianggap cukup). Namun, jatuh dan gangguan fungsi kognitif adalah
kemungkinan reaksi obat yang merugikan terhadap zopiclone, oleh karena itu
Daftar EU (7) -PIM dianggap sebagai alat yang sensitif, yang mungkin
diklasifikasikan seperti itu menurut daftar EU (7) -PIM. Lebih lanjut, daftar EU
(7) -PIM merekomendasikan dosis maksimum yang lebih rendah dalam beberapa
kasus dibandingkan dengan pedoman Swedia saat ini. Sampai batas tertentu,
prevalensi PIM yang lebih tinggi saat menggunakan daftar EU (7) -PIM
disebabkan oleh fakta bahwa beberapa obat dalam daftar tersebut, seperti
menurut pedoman Swedia sebagai dibahas di atas. Jika apixaban dan zopiclone
dikeluarkan, prevalensi PIM akan menurun dari 45 menjadi 25% menurut daftar
42
EU (7) -PIM. Sesuai dengan hasil penelitian ini, dua penelitian sebelumnya yang
prevalensi PIM menurut EU (7) -PIM lebih tinggi daripada menurut daftar
obat di antara pasien lama, tetapi tentu saja, pada beberapa pasien, resep obat ini
mungkin memiliki motivasi yang baik dan valid secara medis. Dalam praktiknya,
Tidak ada hubungan yang signifikan dalam analisis sederhana antara jenis
kelamin, usia, jumlah pengobatan yang lebih tinggi, atau penyakit yang berbeda
dan memiliki PIM menurut indikator kualitas Swedia. Hal ini berbeda dengan
dari indikator kualitas Swedia, di mana hubungan yang signifikan antara wanita,
usia, dan jumlah obat yang lebih tinggi dan memiliki PIM ditemukan. Lebih
lanjut, tidak ada hubungan signifikan dengan faktor-faktor yang disebutkan di atas
dan PIM dalam analisis sederhana yang ditemukan menurut daftar EU (7) -PIM.
diamati bervariasi dari satu studi ke studi lain, dan ini mungkin hasil dari lokasi
studi dan sampel studi yang berbeda meskipun alat identifikasi yang sama
ini mungkin karena sampel penelitian yang kecil (Natacha et. al, 2019).
digunakan adalah sumber yang dapat diandalkan, dan sejauh yang kami ketahui
43
PIM menggunakan daftar EU (7) -PIM dan daftar PIM. Indikator kualitas Swedia
dibandingkan dengan daftar EU (7) - PIM. Tidak ada faktor terkait yang
signifikan secara statistik dengan PIM yang ditemukan dengan salah satu daftar,
mungkin karena sampel penelitian yang kecil. Meskipun alat evaluasi yang
berbeda mungkin memberikan hasil yang tidak meyakinkan, masih penting untuk
terus mengevaluasi penggunaan dan kebutuhan PIM pada pasien yang lebih tua
untuk mengurangi risiko kejadian obat yang merugikan (Natacha et. al, 2019).
dalam penelitian ini. Usia rata-rata adalah 72,85 ± 7,65 tahun; 60,9% adalah
dasar. Selain itu, 85,3% dari peserta ini minum obat tanpa bantuan, dan 18,7%
persentase rinci dari setiap penyakit penyerta dirangkum dalam Tabel 2. Jumlah
rata-rata obat / peserta adalah 4.83 ± 2.77. Di antara 1893 obat yang dianalisis,
117 (6,2% dari semua obat) PIM terdeteksi menurut kriteria STOPP dan 387
(20,4%) menurut kriteria Beers. Selain itu, 103 pasien (29,4%) memiliki
setidaknya satu PIM menurut kriteria STOPP, sedangkan 210 pasien (60,0%)
yang tidak tepat di antara orang dewasa yang lebih tua, menurut daftar Beers dan
memeriksa hubungan antara PIM menurut daftar dan kepuasan pengobatan (Sakr,
S. 2018).
44
Temuan ini menunjukkan bahwa wanita lebih banyak PIM daripada pria
menurut Beers tetapi tidak dengan kriteria STOP START, yang konsisten dengan
penelitian lain (Johnell, 2017). Jumlah obat yang lebih tinggi per peserta dikaitkan
dengan jumlah PIM yang lebih tinggi menurut kedua daftar dalam penelitian
dengan PIM (Baldoni Ade et al., 2014; Lao et al., 2013; Oliveira, Amorim, de
Jesus, Rodrigues, & Passos, 2012). Hasilnya juga menunjukkan persentase PIM
yang terdeteksi menurut Beers lebih tinggi daripada kriteria STOPP (20,4% PIM
menurut Beers vs. 6,2% menurut STOPP). Sebuah penelitian di Italia (Di Giorgio,
Provenzani, & Polidori, 2016) menunjukkan hasil yang serupa dengan 49% PIM
menurut Beers vs 27% menurut STOPP. Mendeteksi lebih banyak PIM dengan
daftar Beers dapat dijelaskan dengan fakta bahwa daftar Beers kurang spesifik
Dimassi, 2017). Hal ini dapat menyebabkan perkiraan jumlah PIM yang
berlebihan saat menggunakan daftar Beers atau perkiraan yang terlalu rendah saat
peresepan yang tidak tepat dan mengurangi hasil kesehatan negatif di kalangan
lansia Lebanon: saling melengkapi dari kedua alat tersebut jelas dan dapat
45
resep dan pendidikan pasien mengenai risiko yang terkait dengan Penggunaan
pedoman terapi nasional dan pasar farmasi bervariasi, banyak negara telah
PRISCUS, dan pada 2015, daftar EU (7) -PIM dikembangkan untuk digunakan di
penggunaan PIM menurut tiga daftar PIM yang berbeda dalam kohort populasi
umum Jerman yang lebih tua pada tiga titik waktu yang berbeda antara 2008 dan
2016 dan (ii) untuk mengidentifikasi faktor risiko dan perlindungan. parameter
penggunaan PIM dalam desain studi crosssectional dan longitudinal dengan fokus
Untuk mendeteksi PIM, kriteria Beers 2015, daftar EU (7) -PIM, dan
daftar PRISCUS digunaka. Daftar PRISCUS berisi 83 obat yang harus dihindari
pada orang dewasa yang lebih tua dan daftar EU (7) -PIM mendefinisikan 282
obat dan kelas obat sebagai PIM. Kriteria Beers 2015 terdiri dari enam tabel yang
mencantumkan obat dan interaksi obat yang umumnya harus dihindari pada orang
dewasa yang lebih tua atau yang harus dihindari dengan adanya penyakit tertentu,
serta obat yang harus digunakan dengan hati-hati. Kami mengecualikan yang
terakhir dari definisi PIM karena Buse dengan hati-hati tidak menyiratkan
46
Prevalensi menerima setidaknya satu PIM bervariasi di antara tiga kriteria
PIM. Misalnya, prevalensi dasar adalah 37,4% untuk daftar EU (7) -PIM, 26,4%
untuk kriteria Beers, dan 13,7% untuk daftar PRISCUS (Muhlack, 2018).
Prevalensi penggunaan PIM juga lebih tinggi pada peserta dengan sindrom
geriatri, terlepas dari daftar PIM yang diterapkan. Prevalensi Beers PIM berkisar
antara 36,8 sampai 50,0% pada pasien dengan sindrom geriatri dibandingkan
dengan 22,0% pada peserta yang bebas dari salah satu dari empat sindrom geriatri.
Untuk EU (7) PIM, prevalensinya bervariasi antara 51,4 dan 64,5% dibandingkan
dengan 32,3% pada peserta sehat. Terakhir, untuk PRISCUS PIM, prevalensinya
berkisar antara 20,1 hingga 33,9% pada pasien dengan sindrom geriatri
dibandingkan dengan 10,8% pada peserta yang bebas gangguan geriatri. Secara
Prevalensi dari tiga daftar PIM bervariasi karena kriterianya berisi kelas
obat yang berbeda dan / atau menentukan kondisi yang berbeda di mana obat
dianggap sebagai PIM (misalnya, gangguan ginjal, dosis atau interaksi dengan
kelas obat lain). Frekuensi relatif penggunaan kelas obat farmakologis yang
disebutkan dalam kriteria Beers 2015, daftar EU (7) - PIM, dan daftar PRISCUS.
benzodiazepin termasuk di antara kelas obat yang paling sering digunakan untuk
sejauh ini memiliki frekuensi relatif tertinggi di antara kelas obat dalam kriteria
Beers, NSAID hanya menempati peringkat kelima dalam daftar PRISCUS. Selain
itu, beberapa golongan obat teratas dari daftar Beers dan EU (7) -PIM tidak
47
muncul sama sekali dalam daftar PRISCUS, yaitu hormon seks dan obat penurun
diabetes mellitus, dan dislipidemia, yang sering terjadi pada orang dewasa yang
lebih tua. Biomarker yang berperan dalam penilaian sindroma metabolik antara
lain IMT/ lingkar pinggang, tekanan darah sistolik, HbA1c, lipoprotein, dan
yang signifikan secara statistik untuk semua kriteria PIM dalam analisis cross-
dikaitkan dengan penggunaan semua kriteria PIM saat ini. Sementara variabel
di masa mendatang. Kolesterol total biomarker lipid dan trigliserida juga tetap
dalam model longitudinal sebagai penentu yang signifikan secara statistik untuk
penggunaan PIM di masa depan yang ditentukan oleh EU (7) dan daftar
PRISCUS. Diabetes sangat terkait dengan penggunaan EU (7) PIM dalam model
disebutkan, berkisar antara 13,7 hingga 37,4% pada awal. Namun demikian, ada
penurunan prevalensi PIM secara keseluruhan dari waktu ke waktu, terlepas dari
48
kriteria. Penggunaan PIM lebih umum pada orang dengan sindrom geriatrik,
2018).
hampir identik dengan temuan penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam
sampel yang mewakili populasi Jerman berusia 65-79 tahun (13,0%). Prevalensi
penggunaan Beers PIM lebih tinggi dalam penelitian kami (26,4%) dibandingkan
antara 17 dan 22% . Namun, studi ini menggunakan versi kriteria Beers yang
lebih lama, dan setidaknya satu dari studi tersebut mengecualikan kriteria
tergantung pada kondisi atau dosis medis yang mendasari. Sebuah studi
menggunakan kriteria Beers 2015 lengkap untuk mendeteksi PIM pada penerima
29%, yang lebih cocok dengan prevalensi dalam penelitian kami. Sejauh
penggunaan PIM yang didefinisikan oleh daftar EU (7) -PIM di Jerman sejauh ini.
(Muhlack, 2018).
EU (7) -PIM dan daftar PRISCUS, sebagian besar berbeda dalam penelitian kami.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa daftar tersebut mencakup berbagai obat dan
kelas obat dan mencakup berbagai kondisi di mana obat tersebut dianggap
berpotensi tidak sesuai. Misalnya, jika daftar EU (7) -PIM terdiri dari total 282
obat, daftar PRISCUS hanya berisi 83 obat. Kriteria Beers 2015 juga menentukan
sejumlah besar PIM, tetapi alat penilaian sering kali menentukan kondisi
(7) -PIM mendeteksi PIM paling banyak, daftar PRISCUS paling sedikit. Namun,
49
alat yang mendeteksi sejumlah besar PIM di antara pengobatan pasien tidak
diinginkan, karena setiap penggantian obat memerlukan upaya dari dokter dan
dapat menyebabkan efek penarikan pada pasien. Dalam kasus optimal, kriteria
PIM mendefinisikan obat sesedikit mungkin sebagai PIM tanpa kehilangan nilai
prediksi untuk kejadian obat yang merugikan. Novaes dkk. baru-baru ini
membandingkan empat alat penilaian PIM eksplisit, termasuk kriteria Beers 2015
dan daftar EU (7) -PIM, dalam kohort lansia yang tinggal di komunitas Brasil
dalam hal spesifisitas dan sensitivitas untuk kehadiran jatuh, rawat inap, dan
gangguan kognitif [ 31]. Mereka menemukan bahwa daftar EU (7) -PIM memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi (75,3 hingga 60,0%) tetapi spesifisitas yang lebih
rendah (41,1 hingga 46,9%) untuk semua hasil dibandingkan dengan kriteria
Beers 2015 (53,0 hingga 56,9% dan 51,6 hingga 53,8%) ). Untuk daftar
dalam sampel pasien rawat inap patah tulang pinggul Swedia berusia ≥ 65 tahun
[33]. Oleh karena itu, pilihan kriteria PIM bergantung pada tujuan dokter. Jika dia
ingin mendeteksi semua obat yang berpotensi tidak sesuai di antara pengobatan
pasien dan menerima bahwa banyak dari PIM yang diidentifikasi sebenarnya tidak
akan menyebabkan bahaya, dia harus memilih alat penilaian dengan sensitivitas
tinggi tetapi spesifisitas rendah, seperti UE. (7) Daftar -PIM. Namun, jika dokter
lebih memilih untuk mendeteksi PIM sesedikit mungkin, yang kemungkinan besar
berbahaya, dan menerima bahwa beberapa obat yang tidak tepat mungkin diawasi,
seperti daftar PRISCUS . Kriteria Beers dapat dianggap sebagai kompromi antara
dua pendekatan ini dengan sensitivitas dan spesifisitas yang serupa (Muhlack,
2018).
50
Penemuan kami tentang penurunan prevalensi PIM selama 6 tahun waktu
FUP konsisten dengan kebanyakan studi longitudinal lainnya [11, 34-37] tetapi
tidak semua. Penjelasan yang mungkin untuk penurunan tersebut adalah bahwa
Argumen yang mendukung hipotesis ini adalah bahwa daftar PIM eksplisit
kesadaran dokter untuk PIM di tahun-tahun berikutnya. Penjelasan lain bisa jadi
tingkat putus sekolah pengguna PIM yang lebih tinggi selama FUP karena putus
sekolah dan penggunaan PIM keduanya terkait dengan status kesehatan peserta
saat ini atau di masa mendatang dari setidaknya satu daftar PIM, meskipun
asosiasi lebih lemah dalam analisis longitudinal. Ini tidak mengherankan karena
obat antihipertensi tertentu dan obat penurun glukosa merupakan bagian dari
Dalam penelitian ini, prevalensi PIM yang tidak disesuaikan sekitar dua
kali lebih tinggi pada pasien dengan setidaknya satu sindrom geriatri
sindrom geriatri dan penggunaan PIM juga dikonfirmasi dalam analisis cross-
itu. Entah gejala geriatri mengarah ke resep PIM atau sebaliknya, gejala geriatri
adalah akibat mengonsumsi PIM. Oleh karena itu, penting untuk menjawab
51
kognitif juga secara longitudinal terkait dengan penggunaan Beers PIM.
Hubungan dengan definisi PIM lainnya tidak signifikan. Ini adalah argumen untuk
terhadap resep Beers PIM di masa mendatang. Diperlukan penelitian lain untuk
gejala geriatri merupakan akibat penggunaan PIM. Berikut ini, kami membahas
saat ini, dan OR sama tinggi untuk semua kriteria. Ini sejalan dengan tinjauan
sistematis baru-baru ini, yang melaporkan prevalensi penggunaan PIM yang lebih
tinggi secara keseluruhan pada pasien rawat inap dengan gangguan kognitif
besar PIM harus dihindari karena dapat mempengaruhi kinerja kognitif pada
orang dewasa yang lebih tua, misalnya, benzodiazepin atau obat antikolinergik,
prospektif, Koyama et al. meneliti apakah penggunaan awal dari 2003 Beers PIM
untuk dihindari pada pasien dengan gangguan kognitif memiliki pengaruh pada
penurunan kognitif pada wanita yang lebih tua. Penulis melaporkan perbedaan
yang signifikan antara pengguna PIM dan bukan pengguna dalam berbagai tes
kognitif. Secara konsisten, penulis studi kohort retrospektif dari data klaim
menemukan hubungan yang signifikan antara resep Beers PIM 2003 baru dan
gangguan kognitif setelah 30 hari. Singkatnya, ada bukti dari studi observasional
penelitian kami. Selain itu, analisis longitudinal kami menunjukkan bahwa orang
52
dengan gangguan kognitif dan belum menerima PIM tidak berisiko tinggi untuk
Frailty dan pre-frailty secara kuat dan secara statistik terkait secara
signifikan dengan penggunaan EU (7) dan PRISCUS PIM saat ini, serta
penggunaan Beers PIM di masa mendatang. Namun, asosiasi dengan definisi PIM
sebagai berikut: Ketiga daftar PIM dapat mempengaruhi komponen fenotipe yang
lemah seperti kelemahan, kecepatan berjalan lambat, atau aktivitas fisik yang
rendah karena obat penenang dan / atau relaksasi otot (misalnya, benzodiazepin,
zat Z, relaksan otot). Namun, bobot relatif dari golongan obat ini dalam definisi
PIM secara keseluruhan adalah yang tertinggi dalam daftar PRISCUS dan
terendah dalam kriteria Beers. Karena respons biologis terhadap obat penenang
dan relaksasi otot segera terjadi, asosiasi cross-sectional yang lebih kuat dari
kelemahan oleh kelas obat ini. Namun, sejauh pengetahuan kami, belum ada
dikaitkan dengan risiko penggunaan PIM saat ini dan di masa mendatang, karena
kemungkinan PIM meningkat dengan jumlah obat yang diresepkan, yang pada
gilirannya meningkat seiring dengan jumlah penyakit. Namun, jika model juga
disesuaikan untuk beberapa penyakit dengan indikasi PIM (seperti yang dilakukan
dalam penelitian kami dengan depresi, hipertensi, diabetes, PJK, gagal jantung,
dll.) Atau jumlah obat. Akhirnya, gangguan fungsional juga dikaitkan dengan
53
penggunaan PIM jika hanya signifikan secara statistik dengan EU (7) PIM pada
lain sejalan dengan temuan ini. Sebuah studi cross-sectional di antara orang tua
dengan demensia melaporkan bahwa ketergantungan yang lebih tinggi pada ADL
dikaitkan dengan resep dari dua atau lebih EU (7) PIM. Tiga studi prospektif
mengamati hubungan yang kuat antara Beers PIM dan penurunan fungsional
(Muhlack, 2018).
berbeda. Namun, terlepas dari kriteria PIM, prevalensinya sedikit menurun selama
waktu FUP 6 tahun. Meskipun tidak signifikan secara statistik untuk semua
kriteria PIM, gambaran umum muncul bahwa peserta dengan sindrom geriatri
ketika meresepkan obat untuk pasien dengan sindrom geriatri karena orang yang
rentan ini mungkin lebih mungkin mengalami efek samping dari PIM. Perhatian
juga diperlukan saat meresepkan obat baru untuk pasien dengan kondisi klinis
mendatang, yaitu depresi, gagal jantung, PJK, sindrom metabolik, dan riwayat
menghindari Beers, EU (7), dan PRISCUS PIM mengarah pada hasil kesehatan
yang lebih baik daripada perawatan reguler pada kelompok risiko yang
Penduduk Jepang menua dengan cepat. Mirip dengan negara lain, resep
yang tidak tepat merupakan perhatian nasional yang penting di Jepang. Sebuah
54
studi cross-sectional menyelidiki prevalensi PIM berdasarkan kriteria STOPP
ver.1 pada pasien lanjut usia yang menerima kunjungan rumah dari perawat atau
prevalensi PIM berdasarkan Kriteria Beers 2003 Jepang.19 Namun, belum ada
penelitian tentang prevalensi resep yang tidak sesuai berdasarkan kriteria STOPP /
START ver.2, dan metodologi untuk mengoreksi resep yang tidak tepat belum
diterapkan dengan baik di Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi prevalensi resep yang tidak tepat, terutama PIM, serta efektivitas
penilaian dan intervensi apoteker rumah sakit berdasarkan kriteria STOPP ver.2 di
Secara total, 822 pasien baru rawat inap berusia ≥65 tahun yang
adalah 75,0 (71,0–80,0) tahun, dan 54,9% adalah laki-laki. Menurut kriteria, 346
pasien (42,1%) diresepkan ≥1 PIM. Pasien yang diresepkan PIM mengambil obat
secara signifikan lebih banyak daripada yang lain. Jumlah total PIM adalah 651%,
47,6% di antaranya direkomendasikan oleh dokter untuk diubah, dan 292 dari 651
apoteker. PIM yang terkait dengan benzodiazepin, termasuk obat Z, paling sering
benzodiazepin selama 4 minggu atau lebih, (ii) obat yang dapat diprediksi
meningkatkan risiko dari jatuh pada orang tua (benzodiazepin) dan (iii) obat-
obatan yang dapat diprediksi meningkatkan risiko jatuh pada orang tua (obat-Z
609 (PIM yang memenuhi kriteria 'Setiap resep kelas obat duplikat' dalam kriteria
STOPP ver.2 dikeluarkan). PIM yang paling sering adalah item yang terkait
55
dengan benzodiazepin, termasuk obat Z (502%), diikuti oleh obat antiinflamasi
( 1,1%), warfarin (1,0%), obat vitamin B kompleks dan obat multivitamin (0,7%),
antihistamin generasi pertama (0,7%) dan lain-lain (5,6%) (T. Kimura et al.,
2016).
ver.2, adalah 651. Dari 651 PIM, 310 (47 6%) direkomendasikan dokter untuk
mengganti resep dan 292 (44 9%) dihentikan / berubah setelah penilaian dan
PIM yang terkait dengan benzodiazepin paling sering, dengan klasifikasi rinci
pada orang tua; benzodiazepin dan' obat yang diduga meningkatkan risiko jatuh
pada orang tua; hipnotik Z-obat. PIM yang terkait dengan NSAID adalah yang
kedua paling sering, dengan klasifikasi terperinci sebagai berikut: NSAID dengan
hipertensi/ gagal jantung yang sudah pasti, NSAID jika perkiraan laju filtrasi
'Setiap obat yang diresepkan tanpa indikasi klinis berbasis bukti' termasuk obat
STOPP ver.2 pada pasien lansia di Jepang. Secara total, 42,1% pasien penelitian
56
diberi resep ≥1 PIM, dan persentase pasien yang diresepkan PIM adalah> 30% di
kriteria STOPP ver.2 dari 63,0%, 15 lebih tinggi dari hasil kami. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa faktor yang terkait dengan PIM adalah jumlah
obat yang diminum pasien, usia dan jenis kelamin pasien, dan pengaturan dan
kardiologi dan penyakit dalam, serta aspirin dan antagonis aldosteron sering
perbedaan antara hasil kami dan penelitian Albania (T. Kimura et al., 2016).
signifikan daripada yang tidak diresepkan PIM, dan> 60% pasien yang
menggunakan ≥10 obat diberi resep ≥1 PIM dalam penelitian kami. Studi
sebelumnya melaporkan bahwa polifarmasi adalah prediktor PIM; oleh karena itu,
rekonsiliasi pengobatan harus dilakukan dengan hati-hati untuk pasien lanjut usia
Dalam penelitian ini, PIM yang paling sering adalah yang berhubungan
selama> 4 minggu atau diresepkan untuk pasien yang berisiko tinggi jatuh
57
melaporkan tingginya konsumsi benzodiazepin sedatif-hipnotik di Jepang.23
gangguan kognitif pada orang tua.24,25 Hasil penelitian ini dan penelitian
benzodiazepin sebagai PIM ; Oleh karena itu, kriteria ini dianggap berguna di
Jepang, di mana konsumsi benzodiazepin tinggi. PIM lain yang sering dideteksi
dengan kriteria STOPP ver.2 adalah NSAID, sulfonilurea, inhibitor pompa proton,
menemukan bahwa PIM yang sering berdasarkan kriteria STOPP ver.2 adalah
obat ini untuk waktu yang lama pada orang tua (T. Kimura et al., 2016).
Temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa 44,9% PIM dihentikan /
ver.2. Penilaian apoteker dilakukan dalam rata-rata 6,2 menit. Meskipun waktu ini
Oleh karena itu, rasio penerimaan rekomendasi apoteker lebih dari 90% dalam
penelitian ini. Berbeda dengan subjek penelitian sebelumnya subjek penelitian ini
memiliki berbagai kondisi medis, dan apoteker dapat memiliki peran penting
58
dalam melakukan intervensi di berbagai penyakit penyerta. Namun, proporsi PIM
yang dihentikan / diubah lebih rendah dibandingkan dengan uji coba terkontrol
secara acak sebelumnya. Ini mungkin karena apoteker kami menganggap bahwa
PIM. Penelitian kami dilakukan di rumah sakit universitas, di mana> 75% subjek
didiagnosis dan dirawat di bagian bedah. Sebagian besar obat untuk pasien ini
telah diresepkan di rumah sakit komunitas. Jika pasien ini memakai obat yang
benzodiazepin atau sulfonilurea, akan sulit untuk mengganti obat ini selama masa
rawat inap yang singkat. Dalam kasus seperti itu, kolaborasi sistem perawatan
diresepkan untuk pasien lansia di rumah sakit Jepang dan menyarankan kegunaan
penilaian apoteker terhadap PIM dan intervensi oleh apoteker untuk menghentikan
penting, karena mereka menangani pasien dengan berbagai kondisi medis yang
tua, jumlah konsultasi yang tinggi dan IMT ≥ 25 kg / m2. Tingkat kejadian PP
dalam penelitian ini adalah 6,7%, jauh lebih rendah dari sekitar 50% yang
yang lebih muda (47,0 ± 8,1 tahun) dan adanya komorbiditas yang lebih sedikit
karena pengecualian pasien dengan riwayat resep obat hipoglikemik. Ada atau
59
bertambahnya usia. Selanjutnya, kami menyelidiki faktor yang terkait dengan
terendah pada kohort dengan 4-5 obat internal dan OR dengan obat ≥6 hanya
obat yang tinggi18 dan komplikasi memiliki hubungan positif dengan kepatuhan.
Laporan ini sebagian dapat menjelaskan mengapa peserta dengan 4-5 obat dalam
penelitian ini memiliki penghalang yang lebih rendah untuk pengobatan. Di sisi
obat internal dan penggunaan menjadi lebih rumit; oleh karena itu, kami percaya
bahwa OR untuk kepatuhan pengobatan yang baik dapat dicapai dengan ≥6 obat,
yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 4–5 obat (Horii, 2019).
hipoglikemia yang parah pada pasien diabetes melitus, duplikasi terapi, interaksi
inap dan biaya perawatan kesehatan yang tinggi (Alwhaibi, 2019). Semakin tinggi
jumlah obat, semakin kecil kemungkinan pasien tetap patuh dengan rejimen
Miskomunikasi tentang pengobatan antara pasien dan dokter terjadi lebih sering
dengan regimen pengobatan yang rumit, polifarmasi dan pada pasien dengan
kelebihan berat badan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, dan obesitas
60
penurunan kualitas hidup. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi
positif antara: jumlah obat yang diresepkan; usia; penyakit penyerta; dan skor
CPI. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan pasien
Menghargai hubungan antara realisasi tingkat pendidikan yang lebih rendah dan
Selain itu, meskipun ada kesenjangan besar dalam basis bukti tentang cara
terbaik untuk merawat lansia dengan diabetes, 4 langkah berdasarkan bukti dapat
Keputusan yang berpusat pada pasien dimulai dengan kemitraan yang kuat antara
dokter dan pasien. Langkah pertama dan kedua termasuk penilaian potensi
manfaat dan bahaya kontrol glikemik intensif. Estimasi harapan hidup dapat
berguna untuk menentukan apakah manfaat jangka panjang dari kontrol glikemik
intensif dimungkinkan. Kebutuhan insulin (atau jenis terapi lain), durasi diabetes,
yang terkait dengan pengobatan. Pada langkah ketiga, preferensi pasien harus
dengan mudah dicapai, cara yang paling tepat mungkin adalah memodifikasi
yang tidak perlu ke rejimen obat. Misalnya, mematuhi pedoman praktik klinis
61
khusus non-usia untuk tujuan A1c dapat mengakibatkan penambahan agen
antidiabetik yang tidak aman, sehingga mengarah ke kontrol glikemik yang lebih
ketat dan peningkatan risiko hipoglikemia dan efek samping obat lainnya.
dipertimbangkan untuk menilai kualitas dan kinerja secara akurat (Peron et al,
2016).
juga dikaitkan dengan jatuh. Di sisi lain, hiperglikemia yang tidak diobati atau
tidak diobati juga dapat menyebabkan jatuh. Agen antihipertensi, yang umum
digunakan pada pasien diabetes, juga dikaitkan dengan jatuh, namun bagian ini
terbukti meningkatkan risiko jatuh pada orang dewasa yang lebih tua. Insulin
rendah dengan analog insulin. Misalnya, insulin glargine (Lantus) dan insulin
daripada NPH (Humulin N; Novolin N). Analog insulin kerja cepat, seperti lispro
Selain itu, faktor risiko tertentu sepeti penggunaan insuin, riwayat jatuh,
sor keseimbangan berdiri yang buruk, dan A1c > 8% dapat menebabkan jatuh
62
yang membutuhkan rawat inap. Strategi yang dapat membantu pasien diabetes
Lakukan tinjauan pengobatan pada semua resep dan obat bebas untuk
Beri konseling kepada pasien dan perawat tentang tanda dan gejala
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil dari analisis beberapa jurnal, maka dapat disimpulkan bahwa
geriatri diabetes melitus yaiu STOPP / START kriteria v1 dan v2, Beers criteria
2015, European list of PIMs (7), The Swedish quality indicators, dan the
PRISCUS list. Keterlibatan apoteker juga penting untuk menangani resep yang
tidak sesuai dengan kondisi medis pasien geriatri dan mencegah timbulnya efek
yang merugikan.
64
KEPUSTAKAAN
Al-Quranul Kariim
Al-Bugha, Musthafa Dieb. Menyelami Makna 40 Hadits Rasululah SAW: Syarah
Kitab Arba’in An-Nawawiyah/ Musthafa Dieb Al-Bugha, Muhyiddin
Miitsu: Penerjemah, Muhil Dhofir. Jakarta Timur: Al-I’tishom. 2003.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Metode Pengobatan Nabi Edisi 7 (Abu Umar Basyier
Al-Maidani, Penerjemah). Griya Ilmu: Jakarta. 2006.
AL-Musawe L, Torre C, Guerreiro JP, et al. Polypharmacy, potentially serious
clinically relevant drug-drug interactions, and inappropriate medicines in
elderly people with type 2 diabetes and their impact on quality of life.
Pharmacol Res Perspect. 2020;e00621. https://doi.org/10.1002/prp2.621
Alwhaibi et al.Polypharmacy among patients with diabetes: a cross-sectional
retrospective study in a tertiary hospital in Saudi Arabia. BMJ Open
2018;8:e020852. doi:10.1136/bmjopen-2017-020852
American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus. Diabetes Care. 2020
Bappenas, BPS, UNFPA. Proyeksi Penduduk Indonesia 2019-2045. Jakarta:
Badan Pusat Statistik. 2018
Bauer, S. & Nauck, M. A. Polypharmacy in people with Type 1 and Type 2
diabetes is justified by current guidelines–a comprehensive assessment of
drug prescriptions in patients needing inpatient treatment for. diabetes-
associated problems. Diabet. Med.2014.
BKKBN. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.2019
BPS. Statistik Indonesia 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2019
Burt J, Elmore N, Campbell SM, Rodgers S, Avery AJ, Payne RA. Developing a
measure of polypharmacy appropriateness in primary care: systematic
review and expert consensus study. BMC Med. 2018;16(1):91.
Cadogan CA, Ryan C, Hughes CM. Appropriate Polypharmacy and Medicine
Safety: When Many is not Too Many. Drug Saf. 2016;39:109–16.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. Pharmacotherapy
Handbook, Tenth Edition., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.2016
De Araújo NC, Silveira EA, Mota BG, Neves Mota JP, de Camargo Silva AEB,
Alves Guimarães R, et al. (2020) Potentially inappropriate medications for
the elderly: Incidence and impact on mortality in a cohort ten-year follow-
up. PLoS ONE 15(10): e0240104.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0240104
65
Dobrica et al. Polypharmacy in Type 2 Diabetes Mellitus: Insights from an
Internal Medicine Department. Medicina 2019, 55, 436;
doi:10.3390/medicina55080436
Filkova M, Carvalho J, Norton S, Scott DL, Mant T, Cope AP, et al.
Polypharmacy is a predictor of hospitalisation in patients with rheumatoid
arthritis. American College of Rheumatology and Association of
Rheumatology Health Professionals Annual Scientific Meeting; San
Francisco, CA 2015.
Foong et al. Awareness of Beers Criteria and knowledge of potentially
inappropriate medications among community pharmacists in the Klang
Valley, Malaysia. School of Pharmacy, Faculty of Health and Medical
Sciences, Taylor's University, Subang Jaya, Malaysia.2019
Haltbakk, J.; Graue, M.; Harris, J.; Kirkevold, M.; Dunning, T.; Sigurdardottir,
A.K. Integrative review: Patient safety among older people with diabetes
in home care services. J. Adv. Nurs. 2019.
Horii Takeshi, Makiko Iwasawa, Yusuke Kabeya, Koichiro Atuda,.Polypharmacy
and oral antidiabetic treatment for type 2 diabetes characterised by drug
class and patient characteristics: A Japanese database analysis. Scientific
Reports. 2019 9:12992 | https://doi.org/10.1038/s41598-019-49424-2
Iglay, K. et al. Meta-analysis of studies examining medication adherence,
persistence, and discontinuation of oral antihyperglycemic agents in type 2
diabetes. Curr. Med. Res. Opin.2015.
Kojima, T. et al. Screening tool for older persons’ appropriate prescriptions for
Japanese: Report of the Japan Geriatrics Society Working Group on
“Guidelines for medical treatment and its safety in the elderly”. Geriatr.
Gerontol. Int. 16, 983–1001 (2016).
Li J, Chattopadhyay K, Xu M, Chen Y, Hu F, Wang X, et al. Prevalence and
predictors of polypharmacy prescription among type 2 diabetes patients
at a tertiary care department in Ningbo, China: A retrospective database
study. PLoS ONE 14 (7) : e0220047. 2019
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0220047
Mair A, Fernandez-Limos F, Alonso A, Harrison C, Hurding S, Kempen T et al.
Polypharmacy management by 2030: a patient safety challenge, 2nd
edition. Coimbra: SIMPATHY Consortium 2017.
Masnoon N, Shakib S, Kalisch-Ellett L, Caughey GE. What is polypharmacy? A
systematic review of definitions. BMC Geriatrics. 2017;17:230.
Noale, M., Veronese, N., Cavallo Perin, P., Pilotto, A., Tiengo, A., Crepaldi, G.,
& Maggi, S. (2015). Polypharmacy in elderly patients with type 2 diabetes
receiving oral antidiabetic treatment. Acta Diabetologica, 53(2), 323–330.
doi:10.1007/s00592-015-0790-4
66
Patel, P. J., Hayward, K. L., Rudra, R., Horsfall, L. U., Hossain, F., Williams, S.,
… Powell, E. E. (2017). Multimorbidity and polypharmacy in diabetic
patients with NAFLD. Medicine, 96(26), e6761.
doi:10.1097/md.0000000000006761
Patton D, Hughes C, Cadogan CA, Francis J, Gormley GJ, Kerse N, et al. Using
the theoretical domains framework (TDF) to explore barriers and
facilitators to adherence to prescribed medicines in community-based
older adults. Int J Pharm Pract. 2015;23:11–2.
Peres HA, Freitas MCF, Leonardo RLP, et al. (2017) New Insights for the
Polypharmacy Use in Elderly with Diabetes-An Update about Effect of
Education Level. J Endocrinol Diab. 4(5): 1-6. DOI: 10.15226/2374-
6890/4/5/00188
Reswan dkk. Gambaran Glukosa Darah pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang. 2017.
Rumero MM, Vaidean G. Development of a risk assessment tool for falls
prevention in hospital in patients based on the Medication
Appropriateness Index (MAI) and modified beer’s criteria. Innovations in
Pharmacy Article: Practice-Based Research. 2012; 3 (1): 1-2.
Scottish Government Model of Care Polypharmacy Working Group.
Polypharmacy Guidance, 2nd edition. Edinburgh: Scottish Government;
2015
Siswanto., Susila, dan Suyanto. Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu. 2014. h. 11,28,30,57
Viswam K. Subeesh et al. A Prospective Observational Study on Polypharmacy in
Geriatrics at A Private Corporate Hospital.Journal of Applied
Pharmaceutical Science Vol. 7 (10), pp. 162-167, October, 2017.
Yeon-Jung Lim et al. Potentially Inappropriate Medications by Beers Criteria in
Older Outpatients: Prevalence and Risk Factors. Department of Family
Medicine, Research Institute of Medical Science, Konkuk University
Medical Center, Konkuk University School of Medicine, Seoul, Korea.
https://doi.org/10.4082/kjfm.2016.37.6.329 Korean J Fam Med
2016;37:329-333
67