PPKN
PPKN
dan pemerintah Rakyat sebagai salah satu unsur konstitutif negara memiliki hubungan erat
dengan negaranya. Hubungan itu lazim disebut sebagai kewarganegaraan. Kedudukan
sebagai warga negara mampu menciptakan hubungan berupa status (identitas), partisipasi,
nilai bersama, serta mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik. Hubungan
timbal balik antara hak dan kewajiban telah tercermin pada apersepsi. Setiap warga negara
yang telah melaksanakan kewajiban membayar pajak akan mendapat hak atas
kesejahteraan hidup. Simaklah penjelasan berikut untuk mengetahui hak dan kewajiban
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara selalu mengedepankan keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Pancasila menjamin keberadaan hak dan kewajiban melalui nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai dasar Pancasila
dijabarkan lebih lanjut dalam UUD NRI Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.
Dalam konteks negara hukum, UUD NRI Tahun 1945 merupakan suatu bentuk kodifikasi
dari kesepakatan tertinggi antarmanusia. UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya menjadi
pedoman dalam sistem penyelenggaraan negara, tetapi juga memberi perlindungan hak
warga negara serta mengatur kewajiban warga negara. Ketentuan UUD NRI Tahun 1945
yang mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara sebagai berikut.
Hak adalah kuasa untuk menerima dan melakukan sesuatu. Salah satu hak warga negara
adalah memperoleh status kewarganegaraan. Keberadaan hak tidak boleh dirampas oleh
orang lain, baik secara paksa atau tidak. Apabila status kewarganegaraan telah hilang
akibat suatu hal, negara telah memberi jaminan untuk memperoleh kembali
kewarganegaraannya itu melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana diatur dalam
pasal 9 sampai pasal 18 dan pasal 22 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setelah memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia, setiap warga negara akan mendapatkan hak warga negara sebagaimana diatur
dan dijamin dalam pasal 27 sampai pasal 34 UUD NRI Tahun 1945. Beberapa hak warga
negara dapat dijabarkan sebagai berikut.
D. Hak Berpendapat
Pasal 28 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang". Kemerdekaan mengeluarkan pendapat bukan berarti memberi
kebebasan kepada setiap warga negara tanpa adanya sikap tanggung jawab. Hak
mengeluarkan pendapat harus disertai dengan kewajiban menaati peraturan
perundang-undangan yang mengatur tata cara berserikat dan berkumpul. Keseimbangan
hak dan kewajiban dalam berpendapat merupakan salah satu kunci terwujudnya negara
demokratis.
e. Hak Beribadah
Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Pasal 29 ayat (2) menegaskan
bahwa Indonesia bukan negara agama, tetapi negara yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Kepercayaan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya pengakuan dan
perlindungan kepada semua umat beragama. Adanya pengakuan dan perlindungan tersebut
harus diimbangi dengan kewajiban untuk saling menghargai dan menghormati antarpemeluk
agama.
Pasal 32 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya". Artinya, setiap
warga negara berhak melestarikan keberagaman budaya dari tiap-tiap daerah di Indonesia.
Keberagaman budaya daerah Indonesia telah diakui pemerintah sebagai kebudayaan
nasional sebagaimana termaktub dalam pasal 32 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.
Bunyi pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
jaminan
sosial dan fasilitas pelayanan yang layak. Persamaan dalam mendapatkan jaminan yang
layak bagi kemanusiaan dapat mencegah terjadinya kesenjangan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak atas
kesejahteraan sosial. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain memberikan rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Hak warga negara
telah dijamin dalam pasal 27-pasal 34 UUD NRI Tahun 1945. Setelah amendemen kedua
pada 18 Agustus 2000, negara secara khusus membuat ketentuan yang menjamin hak
asasi manusia, yaitu Bab XA pasal 28A-pasal 28) UUD NRI Tahun 1945. Hak asasi manusia
adalah hak dasar yang melekat pada manusia sebagai anugerah dari Tuhan, sedangkan
hak dan kewajiban warga negara adalah pemberian dari negara. Kedua konsep tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya memiliki hubungan erat.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan demi mendapat hak. Kewajiban warga
negara Indonesia secara garis besar diatur dalam UUD NRI Tahun 1945. Kewajiban warga
negara sebagai berikut.
Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 telah menjamin hak warga negara dalam hukum
dan pemerintahan. Pelaksanaan hak tersebut tampak pada dua gambar di atas. Mematuhi
rambu lalu lintas seperti tampak pada gambar 1.3 merupakan bentuk pelaksanaan
kewajiban warga negara mematuhi hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap hukum yang
berlaku akan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Adapun menggunakan hak pilih seperti tampak pada gambar 1.4 merupakan
bentuk pelaksanaan kewajiban dalam pemerintahan. Memberikan hak pilih saat pemilihan
umum dapat mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Menjaga pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi kewajiban aparat
keamanan, tetapi menjadi kewajiban seluruh warga negara tanpa terkecuali. Kewajiban
tersebut tercantum dalam pasal 30 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Pertahanan dan
keamanan negara dapat diselenggarakan melalui upaya bela negara.Bela negara adalah
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kewajiban ikut serta dalam upaya bela negara termaktub dalam pasal
27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama
dalam masalah pembelaan negara. Seorang warga negara bisa melaksanakan pembelaan
negara secara fisik maupun nonfisik. Pembelaan negara secara fisik dilakukan dengan cara
perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing yang mengancam
kedaulatan negara. Adapun pembelaan negara secara nonfisik bisa dilakukan melalui
proses peningkatan nasionalisme. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus
kekuatan bangsa dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan, serta kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, tetapi sering terjadi
pertentangan karena adanya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Sebagai
contoh, setiap warga negara memilik hak dan kewajiban mendapatkan penghidupan yang
layak. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan hak dan kewajiban tidak
terwujud, kesenjangan sosial akan terjadi.
Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang, Pelanggaran hak
warga negara merupaka akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran terhadap
kewajiban, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh warga negara sendiri. Contoh
kasus-kasus pelanggaran hak warga negara sebagai berikut.
Pernahkah Anda mendengar istilah bahwa hukum bagaikan pisau yang tajam ke bawah.
tetapi tumpul ke atas? Sebagai negara hukum, Indonesia sudah seharusnya mampu
membangun sistem penegakan hukum yang adil, bersih, dan berwibawa. Artinya, setiap
pelaku pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara akan mendapatkan
sanksi sama untuk kasus yang sama dan sanksi berbeda untuk kasus yang berbeda. Pasal
27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 telah menyatakan bahwa semua orang berkedudukan
sama di depan hukum. Pemberian sanksi berbeda untuk kasus yang sama mencerminkan
proses pelaksanaan hukum belum optimal.
sebesar 9,78%, meningkat 0,56% terhadap persentase pada September 2019 dan
meningkat 0,37% terhadap persentase pada Maret 2019. Kenaikan persentase kemiskinan
menjadi indikator bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum optimal. Ada beberapa
faktor penyebab kenaikan angka kemiskinan di Indonesia, seperti ketidakmerataan
pembagian kerja maupun tingginya angka pengangguran.
Pemerintah bersama instansi swasta maupun masyarakat harus bersinergi menekan laju
pertumbuhan kemiskinan di Indonesia dengan cara membuka lapangan pekerjaan atau
melakukan pelatihan bagi warga negara. Hal tersebut sesuai dengan pasal 27 ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan demikian, apabila
tingkat pengangguran mampu diminimalisasi, angka kemiskinan tidak akan meningkat
sehingga kesejahteraan rakyat tercapai.
Setiap warga negara akan memperoleh hak setelah melaksanakan kewajiban dengan baik.
Akan tetapi, tidak jarang warga negara hanya mengetahui dan menuntut hak tanpa
melaksanakan kewajiban sehingga memicu terjadinya pertikaian, konflik, permusuhan, dan
kekerasan. Tindakan tidak melaksanakan kewajiban disebut sebagai pengingkaran
kewajiban. Kasus-kasus pengingkaran kewajiban warga negara sebagai berikut.
a. Melanggar Hukum
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Konsekuensi dari
sebuah negara hukum adalah semua warga negara yang berada di wilayah tersebut akan
terikat pada aturan hukum yang berlaku. Keterikatan tersebut dikarenakan hukum memiliki
sifat mengatur, memaksa, dan melindungi. Oleh karena itu, setiap warga negara harus
menaati hukum agar hak hak orang lain terlindungi. Sebagai contoh, tindakan parkir di
trotoar merupakan pengingkaran kewajiban warga negara yang mengakibatkan hilangnya
hak bagi pejalan kaki.
Pasal 30 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa "Tentara Nasional Indonesia
terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara".
TNI berwenang melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar, maupun ancaman lain yang
membahayakan kedaulatan dan keutuhan NKRI.
d. Lembaga Peradilan
Lembaga peradilan merupakan sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan
perlakuan yang semestinya di depan hukum. Lembaga peradilan akan melakukan perannya
untuk menjatuhkan vonis berlandaskan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara. Keadilan, kepastian hukum, ketertiban, dan kedamaian tidak akan terwujud
apabila suatu negara tidak mementingkan keberadaan lembaga peradilan.