Anda di halaman 1dari 9

Kenampakan suatu negara dapat dilihat dari unsur pembentuknya berupa rakyat, wilayah,

dan pemerintah Rakyat sebagai salah satu unsur konstitutif negara memiliki hubungan erat
dengan negaranya. Hubungan itu lazim disebut sebagai kewarganegaraan. Kedudukan
sebagai warga negara mampu menciptakan hubungan berupa status (identitas), partisipasi,
nilai bersama, serta mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik. Hubungan
timbal balik antara hak dan kewajiban telah tercermin pada apersepsi. Setiap warga negara
yang telah melaksanakan kewajiban membayar pajak akan mendapat hak atas
kesejahteraan hidup. Simaklah penjelasan berikut untuk mengetahui hak dan kewajiban
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara selalu mengedepankan keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Pancasila menjamin keberadaan hak dan kewajiban melalui nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai dasar Pancasila
dijabarkan lebih lanjut dalam UUD NRI Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.

Dalam konteks negara hukum, UUD NRI Tahun 1945 merupakan suatu bentuk kodifikasi
dari kesepakatan tertinggi antarmanusia. UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya menjadi
pedoman dalam sistem penyelenggaraan negara, tetapi juga memberi perlindungan hak
warga negara serta mengatur kewajiban warga negara. Ketentuan UUD NRI Tahun 1945
yang mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara sebagai berikut.

1. Hak Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima dan melakukan sesuatu. Salah satu hak warga negara
adalah memperoleh status kewarganegaraan. Keberadaan hak tidak boleh dirampas oleh
orang lain, baik secara paksa atau tidak. Apabila status kewarganegaraan telah hilang
akibat suatu hal, negara telah memberi jaminan untuk memperoleh kembali
kewarganegaraannya itu melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana diatur dalam
pasal 9 sampai pasal 18 dan pasal 22 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setelah memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia, setiap warga negara akan mendapatkan hak warga negara sebagaimana diatur
dan dijamin dalam pasal 27 sampai pasal 34 UUD NRI Tahun 1945. Beberapa hak warga
negara dapat dijabarkan sebagai berikut.

Hak Mendapat Kesamaan Kedudukan di Hadapan Hukum dan Pemerintahan Indonesia


adalah negara hukum. Sebagai negara hukum hukum, Indonesia memberi jaminan
a. Hak mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum secara adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum.
Jaminan tersebut termaktub dalam pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya". Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa warga negara berhak
mendapatkan pelayanan yang baik pada saat berhadapan dengan hukum di pengadilan.
Warga negara juga berhak mencalonkan diri sebagai calon kandidat dalam pemilihan umum
apabila memenuhi persyaratan. Setiap warga negara akan mendapat perlakuan dan
kesempatan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, maupun agama.
Namun demikian, warga negara memiliki kewajiban menaati hukum atau peraturan
perundang-undangan serta menjalankan tugas dan kewenangan sebagai pejabat negara
secara bertanggung jawab.

B. Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak


Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 27 ayat (2)
menunjukkan adanya asas keadilan dan kerakyatan. Artinya, hak mendapatkan pekerjaan
yang layak bagi masyarakat harus dilaksanakan secara adil. Dalam hal ini pemerintah
mengemban kewajiban menciptakan lapangan pekerjaan dan memberi kebebasan kepada
warga negara untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan dan bakat tanpa
diskriminasi. Selain pemerintah,pemenuhan hak mendapatkan pekerjaan juga dapat
dilakukan oleh warga negara dengan cara menjadi seorang wirausaha. Lapangan pekerjaan
yang sudah disediakan oleh pemerintah maupun warga negara dapat mengurangi tingkat
pengangguran di Indonesia. Menurunnya tingkat pengangguran menjadi salah satu indikator
terwujudnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

C. Hak Membela Negara


Pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara". Pasal tersebut menegaskan bahwa
bela negara merupakan hak sekaligus kewajiban warga negara. Keikutsertaan warga
negara dalam upaya bela negara merupakan bentuk pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara sebagaimana termaktub dalam pasal 30 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945. Bela negara harus dilakukan secara harmonis antara warga negara
dan aparat bersenjata, baik TNI maupun Polri. Keharmonisan dalam upaya bela negara
diperlukan demi mempertahankan kelangsungan hidup dan keutuhan NKRI.

D. Hak Berpendapat
Pasal 28 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang". Kemerdekaan mengeluarkan pendapat bukan berarti memberi
kebebasan kepada setiap warga negara tanpa adanya sikap tanggung jawab. Hak
mengeluarkan pendapat harus disertai dengan kewajiban menaati peraturan
perundang-undangan yang mengatur tata cara berserikat dan berkumpul. Keseimbangan
hak dan kewajiban dalam berpendapat merupakan salah satu kunci terwujudnya negara
demokratis.

e. Hak Beribadah
Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Pasal 29 ayat (2) menegaskan
bahwa Indonesia bukan negara agama, tetapi negara yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Kepercayaan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya pengakuan dan
perlindungan kepada semua umat beragama. Adanya pengakuan dan perlindungan tersebut
harus diimbangi dengan kewajiban untuk saling menghargai dan menghormati antarpemeluk
agama.

F. Hak Mendapat Pendidikan


Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan". Jaminan hak mendapat pendidikan merupakan bentuk upaya
pemerintah mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam alinea
keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
tersebut tidak akan terwujud apabila hak atas pendidikan tidak didukung oleh pemerintah.
Oleh karena itu, pemerintah selaku penyelenggara negara memiliki kewajiban membiayai
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana termaktub dalam pasal 31 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945 yang menegaskan bahwa "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya".

g. Hak Mengembangkan Kebudayaan Nasional Indonesia

Pasal 32 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya". Artinya, setiap
warga negara berhak melestarikan keberagaman budaya dari tiap-tiap daerah di Indonesia.
Keberagaman budaya daerah Indonesia telah diakui pemerintah sebagai kebudayaan
nasional sebagaimana termaktub dalam pasal 32 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

h. Hak atas Kesejahteraan Sosial

Dalam rangka mensejahterakan warga negaranya, pemerintah memberikan hak atas


kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak serta mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Hak tersebut ditegaskan dalam pasal
33 ayat (1-5) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kehidupan
yang makmur atau atas dasar pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki negara Indonesia.
Warga negara berhak mendapatkan bagian dari kekayaan bumi Indonesia, baik secara
langsung maupun tidak langsung Selain itu, warga negara memiliki kewajiban untuk
memanfaatkan kekayaan alam secara balk dan menjaga kekayaan alam tersebut agar tidak
cepat habis. Hak atas kesejahteraan sosial juga termaksud dalam pasal 34 ayat (1-4) UUD
NRI Tahun 1945 yang memuat aturan sebagai berikut.
1. Fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan
3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas
4. pelayanan umum yang layak.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang

Bunyi pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
jaminan
sosial dan fasilitas pelayanan yang layak. Persamaan dalam mendapatkan jaminan yang
layak bagi kemanusiaan dapat mencegah terjadinya kesenjangan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak atas
kesejahteraan sosial. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain memberikan rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Hak warga negara
telah dijamin dalam pasal 27-pasal 34 UUD NRI Tahun 1945. Setelah amendemen kedua
pada 18 Agustus 2000, negara secara khusus membuat ketentuan yang menjamin hak
asasi manusia, yaitu Bab XA pasal 28A-pasal 28) UUD NRI Tahun 1945. Hak asasi manusia
adalah hak dasar yang melekat pada manusia sebagai anugerah dari Tuhan, sedangkan
hak dan kewajiban warga negara adalah pemberian dari negara. Kedua konsep tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya memiliki hubungan erat.

2.Kewajiban Warga Negara

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan demi mendapat hak. Kewajiban warga
negara Indonesia secara garis besar diatur dalam UUD NRI Tahun 1945. Kewajiban warga
negara sebagai berikut.

a.Taat Kepada Hukum dan Pemerintahan


Perhatikan kedua gambar berikut!

Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 telah menjamin hak warga negara dalam hukum
dan pemerintahan. Pelaksanaan hak tersebut tampak pada dua gambar di atas. Mematuhi
rambu lalu lintas seperti tampak pada gambar 1.3 merupakan bentuk pelaksanaan
kewajiban warga negara mematuhi hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap hukum yang
berlaku akan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Adapun menggunakan hak pilih seperti tampak pada gambar 1.4 merupakan
bentuk pelaksanaan kewajiban dalam pemerintahan. Memberikan hak pilih saat pemilihan
umum dapat mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

b.Mengikuti Pendidikan Dasar


Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan tanpa ada pembatasan. Pasal 31 ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar. Kewajiban mengikuti pendidikan dasar bertujuan mendidik warga negara menjadi
individu yang cerdas, terampil, kompeten, serta mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Lahirnya kaum terpelajar dan terdidik merupakan investasi bagi suatu negara.
Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi salah satu kunci kemajuan NKRI. Oleh
karena itu, negara harus memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945.

c. Melakukan Usaha Pertahanan dan Keamanan serta Bela Negara

Menjaga pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi kewajiban aparat
keamanan, tetapi menjadi kewajiban seluruh warga negara tanpa terkecuali. Kewajiban
tersebut tercantum dalam pasal 30 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Pertahanan dan
keamanan negara dapat diselenggarakan melalui upaya bela negara.Bela negara adalah
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kewajiban ikut serta dalam upaya bela negara termaktub dalam pasal
27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama
dalam masalah pembelaan negara. Seorang warga negara bisa melaksanakan pembelaan
negara secara fisik maupun nonfisik. Pembelaan negara secara fisik dilakukan dengan cara
perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing yang mengancam
kedaulatan negara. Adapun pembelaan negara secara nonfisik bisa dilakukan melalui
proses peningkatan nasionalisme. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus
kekuatan bangsa dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan, serta kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia.

D. Menghormati HAM Orang Lain


Pasal 28) ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa "Setiap orang wajib
menghormati hak asasi orang lain". Hak asasi manusia berbeda dengan hak warga negara.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia. Tanpa hak-hak
tersebut manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia bersifat
universal dan tidak dibatasi kewarganegaraan. Adapun hak warga negara sifatnya dibatasi
status kewarganegaraan. Jadi,dapat diketahui bahwa semua yang menjadi hak asasi
manusia merupakan bagian dari hak warga negara. Akan tetapi, tidak semua hak warga
negara merupakan bagian hak asasi manusia. Pengaturan hak dan kewajiban warga negara
dalam UUD NRI Tahun 1945 hanya bersifat pokok pokok saja. Oleh karena itu, hak dan
kewajiban warga negara memerlukan penjabaran lebih lanjut, baik melalui ketetapan MPR
maupun peraturan perundang-undangan sebagai produk bersama presiden dan DPR.
Peraturan perundang-undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945 akan memerinci hak dan
kewajiban warga negara secara spesifik sesuai bidang-bidang tertentu. Sebagai contoh, hak
atas kesejahteraan sosial.

B. Kasus-Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, tetapi sering terjadi
pertentangan karena adanya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Sebagai
contoh, setiap warga negara memilik hak dan kewajiban mendapatkan penghidupan yang
layak. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan hak dan kewajiban tidak
terwujud, kesenjangan sosial akan terjadi.

1. Faktor Penyebab Pelanggaran Hak dan Pengingkaran .


Kewajiban Terjadinya pelanggaran hak warga negara disebabkan oleh tindakan
pengingkaran terhadap kewajiban. Pengingkaran terhadap kewajiban bisa saja dilakukan
oleh pemerintah atau warga negara Agar pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
tidak terjadi, pemerintah dan warga negara harus memahami konsep hak dan kewajiban.
Selain itu, pemerintah dan warga negara harus memperhatikan faktor penyebab
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban seperti adanya sikap egois, rendahnya
kesadaran terhadap peraturan, serta faktor-faktor lain. Pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban tidak akan terjadi apabila faktor-faktor penyebab dapat dihindari. Faktor penyebab
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban dapat berasal dari dalam diri maupun
lingkungan sekitar. Faktor-faktor tersebut tidak akan menyebabkan pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban apabila setiap orang mampu menghormati hak dan melaksanakan
kewajiban dengan baik

2. Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara

Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang, Pelanggaran hak
warga negara merupaka akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran terhadap
kewajiban, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh warga negara sendiri. Contoh
kasus-kasus pelanggaran hak warga negara sebagai berikut.

a. Proses Penegakan Hukum Belum Optimal

Pernahkah Anda mendengar istilah bahwa hukum bagaikan pisau yang tajam ke bawah.
tetapi tumpul ke atas? Sebagai negara hukum, Indonesia sudah seharusnya mampu
membangun sistem penegakan hukum yang adil, bersih, dan berwibawa. Artinya, setiap
pelaku pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara akan mendapatkan
sanksi sama untuk kasus yang sama dan sanksi berbeda untuk kasus yang berbeda. Pasal
27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 telah menyatakan bahwa semua orang berkedudukan
sama di depan hukum. Pemberian sanksi berbeda untuk kasus yang sama mencerminkan
proses pelaksanaan hukum belum optimal.

b. Tingginya Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin pada Maret
2020

sebesar 9,78%, meningkat 0,56% terhadap persentase pada September 2019 dan
meningkat 0,37% terhadap persentase pada Maret 2019. Kenaikan persentase kemiskinan
menjadi indikator bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum optimal. Ada beberapa
faktor penyebab kenaikan angka kemiskinan di Indonesia, seperti ketidakmerataan
pembagian kerja maupun tingginya angka pengangguran.

Pemerintah bersama instansi swasta maupun masyarakat harus bersinergi menekan laju
pertumbuhan kemiskinan di Indonesia dengan cara membuka lapangan pekerjaan atau
melakukan pelatihan bagi warga negara. Hal tersebut sesuai dengan pasal 27 ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan demikian, apabila
tingkat pengangguran mampu diminimalisasi, angka kemiskinan tidak akan meningkat
sehingga kesejahteraan rakyat tercapai.

c. Pendidikan Tidak Merata

Pendidikan merupakan sarana pembentukan generasi penerus bangsa. Kemajuan kualitas


pendidikan menjadi indikator majunya suatu negara. Akan tetapi, ketidakmerataan
pendidikan juga mengakibatkan kualitas masyarakat menjadi tertinggal dibandingkan negara
lain. Beberapa faktor penyebab kualitas pendidikan yang semakin memprihatinkan sehingga
terjadi ketidakmerataan pendidikan antara lain rendahnya sarana, rendahnya kualitas dan
kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, kurangnya pemerataan pendidikan di seluruh
pelosok desa, serta mahainya biaya pendidikan.

d. Pelanggaran Hak Cipta


Pernahkah Anda melihat istilah copyright pada sebuah karya? Apakah Anda mengetahui arti
istilah tersebut? Copyright atau hak cipta adalah hak eksklusif pencipta untuk mengatur,
mengumumkan, atau memperbanyak hasil ciptaan atau informasi tertentu. Perlindungan hak
cipta berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tahun setelah
pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Dalam pasal
9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah dijelaskan bahwa
setiap orang tanpa izin pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan secara
komersial. Oleh karena itu, apa pun bentuk pelanggaran hak cipta merupakan bentuk
tindakan melanggar hak seseorang untuk berkarya.
3. Kasus-Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Setiap warga negara akan memperoleh hak setelah melaksanakan kewajiban dengan baik.
Akan tetapi, tidak jarang warga negara hanya mengetahui dan menuntut hak tanpa
melaksanakan kewajiban sehingga memicu terjadinya pertikaian, konflik, permusuhan, dan
kekerasan. Tindakan tidak melaksanakan kewajiban disebut sebagai pengingkaran
kewajiban. Kasus-kasus pengingkaran kewajiban warga negara sebagai berikut.

a. Melanggar Hukum
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Konsekuensi dari
sebuah negara hukum adalah semua warga negara yang berada di wilayah tersebut akan
terikat pada aturan hukum yang berlaku. Keterikatan tersebut dikarenakan hukum memiliki
sifat mengatur, memaksa, dan melindungi. Oleh karena itu, setiap warga negara harus
menaati hukum agar hak hak orang lain terlindungi. Sebagai contoh, tindakan parkir di
trotoar merupakan pengingkaran kewajiban warga negara yang mengakibatkan hilangnya
hak bagi pejalan kaki.

b. Merusak Fasilitas Umum


Pernahkah Anda melihat aksi unjuk rasa secara langsung atau melalui televisi? Unjuk rasa
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan penyampaian pendapat secara langsung. Unjuk
rasa seharusnya dilaksanakan secara bertanggung jawab, yaitu dengan tetap menjaga
keamanan dan ketertiban lingkungan. Akan tetapi, terkadang ada oknum yang
memanfaatkan momentum unjuk rasa sebagai bagian dari pelampiasan rasa kekecewaan.
Akibatnya, unjuk rasa berujung anarkis dan terjadi perusakan fasilitas umum sehingga
pemenuhan hak orang lain terhambat

c. Tidak Ikut Serta dalam Pembelaan Negara


Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 Tahun 1945 menyatakan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara". Artinya, tiap-tiap
warga negara wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara sesuai perannya
masing-masing. Sebagai contoh pengingkaran kewajiban terhadap pembelaan negara
adalah seorang pelajar yang tidak rajin dalam menuntut ilmu. Pelanggaran hak warga
negara bisa disebabkan oleh tindak pengingkaran terhadap kewajiban,baik oleh pemerintah
maupun warga negara sendiri. Oleh karena itu, setiap warga negara harus mampu bersikap
saling menghormati dan menghargai hak orang lain serta bertanggung jawab dalam
melaksanakan kewajiban sehingga kasus pelanggaran hak maupun pengingkaran
kewajiban tidak akan terjadi.

2. Upaya Penanganan terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran

Kewajiban Selain melakukan upaya pencegahan, pemerintah menangani beberapa kasus


pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban yang sudah terjadi. Tindakan penanganan dilakukan oleh
lembaga-lembaga negara yang mempunyai fungsi utama untuk menegakkan hukum serta
masyarakat yang memiliki fungsi kontrol. Penegakan terjadinya pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penegakan hukum
melalui beberapa aparat penegak hukum berikut.

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Kepolisian berwenang melakukan


penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap hak warga
negara untuk mendapatkan rasa aman, seperti penangkapan pelaku tindak pidana umum
dan tindak pidana terorisme. Selain itu, kepolisian juga menangani kasus-kasus yang
berkaitan dengan pelanggaran peraturan lalu lintas. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 30
ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa "Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga ketertiban masyarakat bertugas melindungi
mengayomi, melayani, serta menegakkan hukum".

b. Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Pasal 30 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa "Tentara Nasional Indonesia
terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara".
TNI berwenang melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar, maupun ancaman lain yang
membahayakan kedaulatan dan keutuhan NKRI.

c. Komisi Pemberantasan Korupsi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas


Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif,
dan berkesinambungan Keberhasilan KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia dapat
mendorong keterpenuhan liak warga negara sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai.
Sebagai contoh, keberhasilan KPK dalam menangani kasus korupsi anggaran
pembangunan dapat mendukung hak warga negari atas penghidupan yang layak.

d. Lembaga Peradilan

Lembaga peradilan merupakan sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan
perlakuan yang semestinya di depan hukum. Lembaga peradilan akan melakukan perannya
untuk menjatuhkan vonis berlandaskan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara. Keadilan, kepastian hukum, ketertiban, dan kedamaian tidak akan terwujud
apabila suatu negara tidak mementingkan keberadaan lembaga peradilan.

Anda mungkin juga menyukai