Anda di halaman 1dari 12

RESPONS INTERNASIONAL TERHADAP KEMERDEKAAN

INDONESIA YANG DIPROKLAMASIKAN PADA 17


AGUSTUS 1945

Oleh:
1. Nabila Maydiana Pratiwi (18)
2. Nabila Putri Arrum Zulianingrum (19)
3. Putranti Elok Widiyatmoko (22)
4. Ulfa Puspita Dewi (34)

SMA NEGERI 1 KARANGANYAR


Tahun Pelajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dwi Hastuti
S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah Peminatan yang telah membimbing
kami, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul "Respons Internasional terhadap
Kemerdekaan Indonesia yang Diproklamasikan pada 17 Agustus 1945".
Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik dari guru dan teman-teman demi terciptanya makalah
yang sempurna. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
untuk dapat mengetahui lebih dalam tentang respons internasional terhadap kemerdekaan
Indonesia.

Kebumen, 23 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1 Pentingnya Pengakuan Kedaulatan dari Negara lain...................................................3
2.2 Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Indonesia..............................................3
2.3 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh India...............................................................4
2.4 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Australia........................................................5
2.5 Respons PBB terhadap Kemerdekaan Indonesia........................................................6
2.6 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda..........................................................6
BAB III..................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencapaian kemerdekaan memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para
pahlawan yang ditandai dengan proklamasi. Proklamasi merupakan suatu simbol yang
sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dari situlah bangsa Indonesia baru akan
dapat menata diri untuk diakui keberadaannya oleh dunia internasional.
Akan tetapi, kemerdekaan yang diraih Indonesia pada tahun 1945 tidak serta
merta mendapatkan pengakuan dari negara- negara di seluruh dunia. Beberapa
ancaman yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia masih dirasakan oleh bangsa
Indonesia. Di berbagai daerah muncul perlawanan-perlawanan melawan penjajah
yang kembali lagi ke Indonesia setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada Perang
Dunia ke-2.
Kemenangan yang diraih dalam perjuangan bersenjata tidak akan ada artinya
apabila dunia Internasional tidak mendukung kemerdekaan Indonesia. Untuk
kepentingan tersebut, pemerintah Indonesia melakukan perjuangan secara diplomasi.
Sebagai negara merdeka, Indonesia juga membutuhkan pengakuan secara de
jure sehingga diperlukan upaya diplomasi yang lebih luas untuk menyuarakan
kemerdekaan Indonesia. Selama awal kemerdekaan, perjuangan bangsa Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan mendapat tantangan yang berat. Oleh karena
itu, para founding father Indonesia berupaya menemukan solusi strategis yang
kemudian mengarah pada dua aspek, di mana cara diplomasi sebagai syarat utamanya
yang ditopang dengan kekuatan perjuangan rakyat.
Persyaratan secara de jure kemerdekaan Indonesia tertolong dengan adanya
pengakuan dari negara-negara yang berempati terhadap perjuangan bangsa Indonesia
dalam meraih kemerdekaan sehingga negara Indonesia dapat menjadi berdaulat dan
mendapat pengakuan internasional.
Perjuangan untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain atas kedaulatan
Indonesia tidaklah mudah. Berbagai peristiwa terjadi, baik pertempuran ataupun
diplomasi. Hal ini disebabkan Sekutu dan NICA yang ingin menjajah kembali
Indonesia.
Untuk menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda tersebut, telah dise-
lenggarakan berbagai perundingan, seperti perundingan Linggajati, perjanjian
Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar. Namun, pihak
Belanda justru melancarkan Agresi Militernya sebanyak dua kali.
Akibat agresi militernya, Belanda dikecam dunia. Sebaliknya Indonesia
mendapat respons dari beberapa negara yang bersimpati terhadap Indonesia, seperti
dari Mesir. India, dan Australia. Mereka menggelar konferensi dan mengajukan
resolusi kepada Dewan Keamanan PBB. Akhirnya, dibentuklah UNCI untuk
menengahi konflik Indonesia-Belanda.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Mengapa pengakuan negara lain penting bagi Indonesia yang pada saat itu baru
saja merdeka?
2. Negara manakah yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Indonesia?
3. Bagaimana India mengakui Kemerdekaan Indonesia?
4. Bagaimana Australia mengakui Kemerdekaan Indonesia?
5. Bagaimana respons PBB mengenai Kemerdekaan Indonesia?
6. Bagaimana Indonesia memperoleh kedaulatan dari Belanda?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui pentingnya pengakuan kedaulatan dari negara lain bagi Indonesia
yang saat itu baru merdeka.
2. Untuk mengetahui negara-negara yang bersedia mengakui kedaulatan Indonesia.
3. Untuk mengetahui proses Beanda memerikan kedaulatan kepada Indonesia.
4. Untuk memaparkan secara mendalam peristiwa penyerahan kedaulatan Indonesia
pada masa perang kemerdekaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Pengakuan Kedaulatan dari Negara lain


Pasca proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945, upaya untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain dilakukan oleh bangsa
Indonesia. Salah satu caranya adalah mengirim misi diplomasi ke negara lain untuk
mendapatkan dukungan kemerdekaan. Indonesia membutuhkan pengakuan dari
negara lain dikarenakan Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan
berupaya menguasai kembali Indonesia.
Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh negara lain menjadi penting karena
merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara. Untuk menjadi negara dengan
tatanan kenegaraan yang dihormati negara lain di dunia, Indonesia harus memenuhi
dua unsur pembentuk negara. Dua unsur tersebut yaitu unsur konstitutif dan
deklaratif. Unsur konstitutif terdiri atas wilayah, rakyat, dan pemerintah yang
berdaulat. Sedangkan unsur deklaratif adalah pengakuan dari negara lain baik secara
de facto (nyata) maupun de jure (hukum).
Pengakuan secara de facto adalah bentuk pengakuan suatu negara terhadap
negara lain yang diberikan dengan penilaian bahwa sebuah negara baru secara faktual
telah memenuhi syarat-syarat terbentuknya negara, seperti wilayah, rakyat, dan
pemerintahan berdaulat. Pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto oleh
negara lain adalah modal awal bahwa negara lain telah mengakui kemerdekaan atau
lahirnya Indonesia.
Pengakuan de facto adalah pengakuan faktual, yang bisa diberikan meski
negara baru belum stabil. Oleh karena itu, selain pengakuan de facto, diperlukan juga
pengakuan secara de jure. Pengakuan de jure adalah bentuk pengakuan resmi dari
negara lain berdasarkan kaidah-kaidah yang diatur dalam hukum internasional terkait
keberadaan negara baru.
Adanya pengakuan de jure berarti suatu negara tidak lagi menyangsikan
kemampuan negara baru untuk memerintah sekaligus menerima eksistensinya sebagai
masyarakat internasional. Dengan kata lain, pengakuan de jure merupakan bentuk
pengakuan tertinggi, yang diberikan oleh negara setelah menerima sepenuhnya
kehadiran negara baru. Pengakuan de jure juga tidak dapat ditarik, kecuali syarat
berdirinya negara atau pemerintahan itu hilang dengan sendirinya. Meski pengakuan
dari negara lain tidak menentukan mengenai ada atau tidaknya negara Indonesia,
tetapi pengakuan tetap penting karena memungkinkan hubungan antara Indonesia
dengan negara lain. Misalnya hubungan diplomatik, hubungan perdagangan,
kebudayaan, dan lain-lain.

2.2 Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Indonesia


Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Mesir
mengakui secara de facto kemerdekaan Indonesia pada tanggal 22 Maret 1946.
Dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia ini dikarenakan persamaan agama,
senasib sepenanggungan dan juga banyak orang Indonesia yang belajar di Mesir.

3
Begitu informasi proklamasi kemerdekaan disebarkan ke seluruh dunia,
pemerintah Mesir mengirim langsung konsul jenderalnya di Bombay yang bernama
Mohammad Abdul Munim ke Yogyakarta yang saat itu merupakan ibu kota RI dengan
menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir
kepada Negara Republik Indonesia. Hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah,
perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada
negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Pengakuan dari Mesir
tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan
Indonesia-Mesir di Kairo.
Dengan adanya pengakuan Mesir, Indonesia secara de jure adalah negara
berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Hubungan Indonesia-
Mesir sampai sekarang didasarkan atas hubungan agama Islam yang sangat erat dan
latar belakang sejarah kolonialisme dan imperialisme yang dialami oleh kedua negara.

2.3 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh India


Bangsa India dan bangsa Indonesia sama-sama pernah dijajah oleh bangsa
asing. India dijajah oleh Inggris dan Indonesia dijajah oleh Belanda, Inggris, dan
Jepang. Sebagai bangsa yang sama-sama menentang penjajahan, terjalin perasaan
senasib dan sependeritaan. Oleh karena itu, ketika pemerintah dan rakyat India
mengalami bahaya kelaparan, pemerintah Indonesia menawarkan bantuan berupa padi
500.000 ton. Perjanjian bantuan Indonesia kepada India ditandatangani oleh Perdana
Menteri Sjahrir dan K.L. Punjabi, wakil pemerintah India (18 Mei 1946).
Kesepakatan ini sebenarnya ialah barter antara Indonesia dengan India. Hal ini
terbukti dari dikirimkannya obat-obatan ke Indonesia oleh India untuk membalas
bantuan Indonesia. Hal ini juga dimaksudkan untuk menembus blokade yang
dilakukan Belanda terhadap Indonesia.
Penyerahan padi ini dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1946 di Probolinggo
Jawa Timur yang kemudian diangkut ke India dengan kapal laut yang disediakan oleh
pemerintah India sendiri. Diplomasi beras ini sebenarnya ditentang oleh Belanda. Hal
itu karena gaung yang ditimbulkan menyebabkan Indonesia semakin mendapat
simpati dari negara lain.
Mohammad Hatta diperintahkan oleh Presiden Soekarno terbang secara diam-
diam ke New Delhi untuk mencari dukungan dari pemerintah India. Sesampainya di
India dan saat bertemu secara rahasta dengan Nehru, Mohammad Hatta langsung
meminta bantuan senjata, tetapi Nehru menolak dan menjawab bahwa senjata yang
dimiliki India berada di tangan Inggris. Meskipun bantuan senjata tak didapat
Indonesia, tetapi secara moril Nehru sangat mendukung perjuangan Indonesia.
Setelah kunjungan tersebut, India muncul memberikan dukungan diplomasi
kepada Republik Indonesia. Nehru atas saran Perdana Menteri U Nu dari Birma
(Myanmar) mengadakan Konferensi Asia untuk Indonesia (Asian Conference on
Indonesia) di New Delhi pada 20-25 Januari 1949. Konferensi itu dihadiri
Afghanistan. Australia, Myanmar, Sri Lanka. Mesir, Ethiopia. India, Iran, Irak,
Libanon, Indonesia, Pakistan. Filipina, Saudi Arabia. Suriah, dan Yaman, dengan
peninjau dari Cina. Nepal. Selandia Baru, dan Thailand.
Dalam pidato pembukanya Perdana Menteri Nehru menguraikan maksud dan
tujuan konferensi yang secara khusus diadakan untuk membicarakan persoalan

4
Indonesia dan untuk memberikan saran- saran kepada PBB supaya perang di
Indonesia dapat segera diakhiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di
Piagam PBB. Pada hari kedua, konferensi tersebut menghasilkan sebuah resolusi,
yaitu Resolusi New Delhi. Resolusi itu kemudian disampaikan Nehru kepada PBB
yang isinya meminta supaya Dewan Keamanan PBB segera bersidang membicarakan
agresi militer Belanda terhadap Republik Indonesia. Dalam kondisi ini. Belanda
bukan saja gagal melenyapkan Republik, tetapi sebaliknya Belanda justru
mendapatkan citra buruk atau kecaman di mata dunia. Semua tuntutan Konferensi
New Delhi itu akhirnya termuat dalam resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB pada
28 Januari 1949.
Dapat disimpulkan bahwa dukungan yang diberikan India terhadap
kemerdekaan Indonesia didasari oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah oleh
imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.
b. India dan Indonesia memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Indonesia
sejak abad ke-5 Masehi.
c. Keakraban pemimpin India dan Indonesia
d. Diplomasi Beras yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir pada tahun 1946.

2.4 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Australia


Sebagai negara yang berbatasan laut dengan Indonesia, Australia kerap
memberikan dukungan terhadap negara tetangganya tersebut, salah satunya adalah
memberi dukungan kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Bentuk dukungan
Australia terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia terlihat dalam peristiwa
Black Armada yang terjadi pada 24 September 1945.
Ketika itu, terjadi pemboikotan terhadap kapal-kapal milik Belanda di
Pelabuhan Brisbane, Sydney, Melbourne, dan Fremantle. Kapal-kapal tersebut sedang
membawa persenjataan milik Belanda menuju ke Indonesia. Pemerintah Belanda
sendiri menanggapi boikot tersebut dengan bersikeras bahwa setiap peralatan dan
personel militer di setiap kapal bertujuan untuk memerangi milisi pro-Jepang di
Indonesia.
Komandan Huibert Quispel dari Dinas Informasi Pemerintah Hindia Belanda
menyatakan bahwa isi dari kapal tersebut adalah makanan, pakaian, dan persediaan
obat-obatan untuk rakyat Indonesia. Namun, pada akhirnya terbongkar bahwa kapal
tersebut membawa persenjataan milik Belanda.
Setelah itu, sebanyak 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di
Australia tidak bisa melanjutkan perjalanannya ke Indonesia. Selain itu, para pekerja
di Pelabuhan Sydney juga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor diplomatik
Belanda. Mereka memasang spanduk bertuliskan hands off Indonesia.
Peran Australia terhadap kemerdekaan Indonesia ditunjukkan dalam hal-hal
berikut.
a. Memfasilitasi kembalinya 1400 tawanan perang Belanda asal Indonesia ke
tanah air.
b. Berkontribusi dalam Komite PBB untuk mendesak agar kemerdekaan
Indonesia segera diakui.

5
c. Menjadi wakil Indonesia dalam Komisi Tiga Negara sebagai mediator
terlaksananya Perjanjian Renville.
d. Partai Buruh Australia melakukan berbagai cara untuk mendukung
kemerdekaan Indonesia.
2.5 Respons PBB terhadap Kemerdekaan Indonesia
PBB mulai turut serta dalam konflik Indonesia Belanda adalah ketika terjadi
agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. PBB mendapatkan masukan dari
India dan Australia bahwa tindakan yang dilakukan oleh Belanda tidak sesuai dengan
nilai nilai perdamaian yang ada pada PBB.
Peranan PBB dalam perjuangan bangsa Indonesia yakni membentuk Komisi
Tiga Negara sebagai akibat dari Belanda yang mengingkari hasil dari Perundingan
Linggarjati dengan mengadakan Agresi Militer Belanda I. Komisi Tiga Negara (KTN)
kemudian diganti namanya menjadi UNCI (28 januari 1949) ketika Belanda
mengadakan Agresi Militer Belanda II. Peranan KTN dan UNCI sama yakni
membawa masalah Indonesia ke meja perundingan.
Pada tanggal 21 Januari 1949, PBB mengeluarkan resolusi yang isinya sebagai
berikut.
 Bebaskan presiden dan wakil presiden serta pemimpin Indonesia yang
ditangkap saat Belanda mengadakan Agresi Militer II.
 Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di
Indonesia.
PBB kemudian membawa masalah Indonesia-Belanda ke Konferensi Meja
Bundar (KMB). Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan
di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan
Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg).
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah sebagai berikut.
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember
1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS
6. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedangkan Tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa
paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

2.6 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda


Usai Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan pada akhir 1948, titik terang
perundingan Indonesia dan Belanda mulai terlihat. Hal ini dikarenakan Belanda
mendapat kecaman dan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk ultimatum dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

6
PBB meminta kepada Belanda dan Indonesia untuk segera menghentikan
konflik. Selain itu, PBB juga mendesak Belanda agar melepaskan para pemimpin atau
orang-orang Indonesia yang ditahan. Saat itu, Belanda masih enggan memenuhi
tuntutan tersebut sehingga pembicaraan panjang terus dilakukan.

Di tengah upaya tersebut, terjadilah Serangan Umum 1 Maret 1949 di


Yogyakarta yang dilakukan oleh angkatan perang Republik Indonesia. Serangan
massal selama 6 jam itu adalah bukti bahwa Indonesia masih eksis.
Serangan Umum 1 Maret 1949 sontak menjadi pembicaraan di forum
internasional dan memaksa Belanda agar bersedia duduk bersama dengan pihak
Indonesia. Hasil Perjanjian Roem-Roijen juga membuka jalan bagi Indonesia untuk
menyelesaikan perselisihan dengan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB)
yang akan dilaksanakan di Den Haag, Belanda.
Pada 1 November 1949 dihasilkan kesepakatan yang berisi 3 poin, yaitu:
1. Piagam penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia, Peraturan
dasar Uni Indonesia-Belanda, Lampiran status Uni Indonesia-Belanda Tanggal
21 Desember 1949.
2. Presiden Sukarno membentuk dua delegasi untuk menerima penyerahan
kedaulatan.
3. Satu delegasi menerima penggabungan RI ke Republik Indonesia Serikat
(RIS).
Mohammad Hatta ditunjuk sebagai delegasi untuk menerima penyerahan
kedaulatan di Belanda, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai delegasi menerima
penyerahan kedaulatan di Jakarta, dan Dr. Abu Hanifah sebagai delegasi menerima
penggabungan RI ke RIS. Akhirnya, kedaulatan Wicaksono Hlm. 16 – 33 30 Arif:
Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal Vol. 2, No. 1, 2022 Indonesia diakui oleh Belanda
pada 27 Desember 1949 di Istana, Dam, Amsterdam. Dalam penyerahan kedaulatan
ini dilakukan penandatangan 3 dokumen yang telah disepakati pada 1 November
1949. Dengan penandatanganan tersebut, secara resmi Indonesia telah diakui oleh
Belanda sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh serta menjadi bagian dari
tatanan dunia internasional.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah suatu negara memproklamasikan kemerdekaannya, tentu ada respon
internasional terhadap proklamasi kemerdekaan tersebut. Untuk menjadi negara yang
berdaulat, Indonesia tidak hanya sekadar memproklamasikan kemerdekaan, tetapi
perlu pengakuan kedaulatan dari negara lain.
Dari rangkaian peristiwa sejarah dalam upaya mempertahankan kedaulatan ini,
banyak nilai-nilai kejuangan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti patriotisme, nasionalisme, kekeluargaan. cinta persatuan dan kesatuan, serta
mencintai kemerdekaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia tidak dengan mudah
diperoleh. Hal tesebut membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari
para pejuang. Diharapkan kepada generasi muda Indonesia untuk lebih peduli
terhadap sejarah perjuangan di Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang belum kami
sadari. Maka dari iu, kami mohon saran dan kritik dari pembaca untuk terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Widya Lestari. 2022. “Apa Bentuk Dukungan Australia terhadap Kemerdekaan
Indonesia?”. https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/26/150000779/apa-bentuk-
dukungan-australia-terhadap-kemerdekaan-indonesia-. diakses pada 24 Agustus 2023.
Supriatna, Nana. 2018. Aktif dan Kreatif Belajar Sejarah. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai