Sejarah Kedua
Sejarah Kedua
Oleh:
1. Nabila Maydiana Pratiwi (18)
2. Nabila Putri Arrum Zulianingrum (19)
3. Putranti Elok Widiyatmoko (22)
4. Ulfa Puspita Dewi (34)
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dwi Hastuti
S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah Peminatan yang telah membimbing
kami, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul "Respons Internasional terhadap
Kemerdekaan Indonesia yang Diproklamasikan pada 17 Agustus 1945".
Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik dari guru dan teman-teman demi terciptanya makalah
yang sempurna. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
untuk dapat mengetahui lebih dalam tentang respons internasional terhadap kemerdekaan
Indonesia.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1 Pentingnya Pengakuan Kedaulatan dari Negara lain...................................................3
2.2 Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Indonesia..............................................3
2.3 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh India...............................................................4
2.4 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Australia........................................................5
2.5 Respons PBB terhadap Kemerdekaan Indonesia........................................................6
2.6 Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda..........................................................6
BAB III..................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Mengapa pengakuan negara lain penting bagi Indonesia yang pada saat itu baru
saja merdeka?
2. Negara manakah yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Indonesia?
3. Bagaimana India mengakui Kemerdekaan Indonesia?
4. Bagaimana Australia mengakui Kemerdekaan Indonesia?
5. Bagaimana respons PBB mengenai Kemerdekaan Indonesia?
6. Bagaimana Indonesia memperoleh kedaulatan dari Belanda?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui pentingnya pengakuan kedaulatan dari negara lain bagi Indonesia
yang saat itu baru merdeka.
2. Untuk mengetahui negara-negara yang bersedia mengakui kedaulatan Indonesia.
3. Untuk mengetahui proses Beanda memerikan kedaulatan kepada Indonesia.
4. Untuk memaparkan secara mendalam peristiwa penyerahan kedaulatan Indonesia
pada masa perang kemerdekaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Begitu informasi proklamasi kemerdekaan disebarkan ke seluruh dunia,
pemerintah Mesir mengirim langsung konsul jenderalnya di Bombay yang bernama
Mohammad Abdul Munim ke Yogyakarta yang saat itu merupakan ibu kota RI dengan
menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir
kepada Negara Republik Indonesia. Hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah,
perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada
negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Pengakuan dari Mesir
tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan
Indonesia-Mesir di Kairo.
Dengan adanya pengakuan Mesir, Indonesia secara de jure adalah negara
berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Hubungan Indonesia-
Mesir sampai sekarang didasarkan atas hubungan agama Islam yang sangat erat dan
latar belakang sejarah kolonialisme dan imperialisme yang dialami oleh kedua negara.
4
Indonesia dan untuk memberikan saran- saran kepada PBB supaya perang di
Indonesia dapat segera diakhiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di
Piagam PBB. Pada hari kedua, konferensi tersebut menghasilkan sebuah resolusi,
yaitu Resolusi New Delhi. Resolusi itu kemudian disampaikan Nehru kepada PBB
yang isinya meminta supaya Dewan Keamanan PBB segera bersidang membicarakan
agresi militer Belanda terhadap Republik Indonesia. Dalam kondisi ini. Belanda
bukan saja gagal melenyapkan Republik, tetapi sebaliknya Belanda justru
mendapatkan citra buruk atau kecaman di mata dunia. Semua tuntutan Konferensi
New Delhi itu akhirnya termuat dalam resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB pada
28 Januari 1949.
Dapat disimpulkan bahwa dukungan yang diberikan India terhadap
kemerdekaan Indonesia didasari oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah oleh
imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.
b. India dan Indonesia memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Indonesia
sejak abad ke-5 Masehi.
c. Keakraban pemimpin India dan Indonesia
d. Diplomasi Beras yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir pada tahun 1946.
5
c. Menjadi wakil Indonesia dalam Komisi Tiga Negara sebagai mediator
terlaksananya Perjanjian Renville.
d. Partai Buruh Australia melakukan berbagai cara untuk mendukung
kemerdekaan Indonesia.
2.5 Respons PBB terhadap Kemerdekaan Indonesia
PBB mulai turut serta dalam konflik Indonesia Belanda adalah ketika terjadi
agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. PBB mendapatkan masukan dari
India dan Australia bahwa tindakan yang dilakukan oleh Belanda tidak sesuai dengan
nilai nilai perdamaian yang ada pada PBB.
Peranan PBB dalam perjuangan bangsa Indonesia yakni membentuk Komisi
Tiga Negara sebagai akibat dari Belanda yang mengingkari hasil dari Perundingan
Linggarjati dengan mengadakan Agresi Militer Belanda I. Komisi Tiga Negara (KTN)
kemudian diganti namanya menjadi UNCI (28 januari 1949) ketika Belanda
mengadakan Agresi Militer Belanda II. Peranan KTN dan UNCI sama yakni
membawa masalah Indonesia ke meja perundingan.
Pada tanggal 21 Januari 1949, PBB mengeluarkan resolusi yang isinya sebagai
berikut.
Bebaskan presiden dan wakil presiden serta pemimpin Indonesia yang
ditangkap saat Belanda mengadakan Agresi Militer II.
Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di
Indonesia.
PBB kemudian membawa masalah Indonesia-Belanda ke Konferensi Meja
Bundar (KMB). Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan
di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan
Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg).
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah sebagai berikut.
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember
1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS
6. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedangkan Tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa
paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
6
PBB meminta kepada Belanda dan Indonesia untuk segera menghentikan
konflik. Selain itu, PBB juga mendesak Belanda agar melepaskan para pemimpin atau
orang-orang Indonesia yang ditahan. Saat itu, Belanda masih enggan memenuhi
tuntutan tersebut sehingga pembicaraan panjang terus dilakukan.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah suatu negara memproklamasikan kemerdekaannya, tentu ada respon
internasional terhadap proklamasi kemerdekaan tersebut. Untuk menjadi negara yang
berdaulat, Indonesia tidak hanya sekadar memproklamasikan kemerdekaan, tetapi
perlu pengakuan kedaulatan dari negara lain.
Dari rangkaian peristiwa sejarah dalam upaya mempertahankan kedaulatan ini,
banyak nilai-nilai kejuangan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti patriotisme, nasionalisme, kekeluargaan. cinta persatuan dan kesatuan, serta
mencintai kemerdekaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia tidak dengan mudah
diperoleh. Hal tesebut membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari
para pejuang. Diharapkan kepada generasi muda Indonesia untuk lebih peduli
terhadap sejarah perjuangan di Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang belum kami
sadari. Maka dari iu, kami mohon saran dan kritik dari pembaca untuk terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Widya Lestari. 2022. “Apa Bentuk Dukungan Australia terhadap Kemerdekaan
Indonesia?”. https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/26/150000779/apa-bentuk-
dukungan-australia-terhadap-kemerdekaan-indonesia-. diakses pada 24 Agustus 2023.
Supriatna, Nana. 2018. Aktif dan Kreatif Belajar Sejarah. Bandung: Grafindo Media Pratama.