Anda di halaman 1dari 8

HEJ (Home Economics Journal). Vol. 7, No. 1.

May 2023, 16-23


ISSN 2579-4272 (printed), ISSN 2579-4280 (online)

PERKEMBANGAN RIAS DAN BUSANA PENGANTIN GAYA


YOGYAKARTA PADA MASYARAKAT JOGJA TAHUN 2015-2021

Firi Oktavia Hariani1, Siti Hamidah2


1,2UniversitasNegeri Yogyakarta, Indonesia
E-mail: firioktavia.2021@student.uny.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perkembangan tata rias dan busana pengantin gaya
Yogyakarta pada masyarakat kota Yogyakarta tahun 2015 hingga 2021. Bagaimana tata rias dan busana pengantin
gaya Yogyakarta pada masyarakat Yogyakarta terlihat mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Objek pada
penelitian ini adalah perkembangan tata rias dan busana pengantin gaya Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah
pasangan pengantin masyarakat kota Yogyakarta, anggota HARPI Melati Yogyakarta, dan dokumen berupa foto
pasangan pengantin. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi studi pustaka, wawancara, dan studi
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, penyajian
data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perkembangan tata rias dan busana
pengantin gaya Yogyakarta pada masyarakat Jogja. Perkembangan pada tata rias disebabkan dengan adanya faktor
dari alat dan bahan kosmetik yang semakin beraneka ragam, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
selera dari perias maupun konsumen. Perkembangan pada busana disebabkan oleh faktor kepraktisan dan
penghematan waktu dalam pemakaian busana itu sendiri. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
perkembangan tersebut dikarenakan adanya faktor perubahan trend, selera, agama, dan kepraktisan dalam
penyelenggaraan pesta pernikahan.

Kata kunci: Gaya Yogyakarta, Pengantin Yogyakarta, Rias dan Busana

PENDAHULUAN daerah, serta memiliki makna filosofi tersendiri.


Dalam upacara pernikahan, tata rias pengantin
Pernikahan merupakan bagian dari memiliki peran penting [4]. Terdapat aturan-
tahap kehidupan manusia. Siklus kehidupan aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam
manusia dimulai dari dilahirkan, anak-anak, pelaksanaan tata rias pengantin. Hal tersebut
remaja, dewasa, dan akhirnya menikah untuk dikarenakan adanya norma maupun filosofi
melangsungkan kehidpan selanjutnya. tersendiri yang harus dipatuhi dan dijalankan
Pernikahan merupakan peristiwa yang sesuai dengan tradisi.
diidamkan mayoritas di mana seseorang bersatu Tata rias pengantin memiliki fungsi
dengan yang dicintainya [1]. Pernikahan yang sangat penting dalam acara pernikahan
merupakan suatu peristiwa yang mengandung yaitu untuk menyempurnakan pengantin wanita
nilai-nilai luhur dan telah dilaksanakan secara agar aura kecantikannya semakin terpancar dan
turun-temurun [2]. Masyarakat Jawa dikenal dapat memiliki daya pukau maksimal. Hal
dengan berbagai macam adat istiadatnya. Tidak tersebut tidak terlepas dari adanya aturan-aturan
lepas dari itu, pernikahan juga memiliki tradisi dan langkah penting dalam merias agar tujuan
masing-masing di tiap daerah. Tradisi dapat tercapai sesuai dengan harapan pengantin
merupakan hubungan dan bagian antara masa maupun perias [5]. Tata rias adalah suatu
terdahulu dengan saat ini [3]. Adanya tradisi tindakan menghias diri yang dilakukan oleh
yang dilakukan saat ini tidak lepas dari adanya seseorang agar dapat terlihat cantik dan percaya
tradisi masa lalu yang memang telah ada diri dalam pergaulan [6]. Tata rias pengantin
sebelumnya. Tata Rias dan Busana pengantin memiliki makna dan tujuan serta di dalamnya
memiliki bentuk dan corak berbeda di tiap berisi harapan-harapan. Riasan pengantin dapat
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 17

dikatakan berhasil apabila perias pengantin jaman, tata rias dan busana pengantin gaya
menguasai teknik pengaplikasian riasan dengan Yogyakarta juga mengalami perubahan-
baik dan tepat, sehingga dapat memilih dan perubahan. Masyarakat generasi muda banyak
memadukan warna yang serasi dan sesuai [7]. yang berminat dalam menggunakan tata rias
Selain tata rias, busana pengantin juga menjadi dan busana pengantin gaya Yogyakarta untuk
hal penting yang tidak dapat terpisahkan. pelaksanaan pernikahan mereka. Hal ini juga
Busana merupakan lambang dari status sosial merupakan upaya dari pelestarian budaya
dan dapat menunjukkan kepribadian dari Yogyakarta sehingga terjadi inovasi-inovasi
penggunanya. Sama halnya dengan tata rias, baru mengikuti perkembangan jaman. Fakta
busana pengantin dalam pernikahan juga tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
memiliki makna filosofi tersendiri. berbagai penelitian terdahulu. Paes Ageng tidak
Keraton merupakan sumber dari adat hanya sebuah riasan pengantin, namun dalam
istiadat pengantin Jawa yang saat ini dikenal tata rias pengantin, Paes Ageng juga memiliki
dalam masyarakat. Terciptanya tata rias dan makna simbolis yang terdapat pada tiap-tiap
busana pengantin yang beraneka ragam tidak unsur riasan [12]. Makna dalam keraton
lepas dari adanya adat istiadat perkawinan yang kemudian mengalami perubahan ketika Paes
memiliki nilai-nilai luhur [8]. Tata rias Ageng tersebut digunakan oleh masyarakat
pengantin gaya Yogyakarta memiliki lima diluar keraton. Perkembangan yang terjadi
corak dan terdapat ciri tersendiri di masing- dapat disebabkan karena perias cenderung lebih
masing coraknya. Hal tersebut tidak lepas dari menyukai hal yang bersifat praktis. Selain itu
tujuan, kegunaan, dan kepentingan tata rias permintaan konsumen juga menjadi faktor
serta busana itu sendiri, yaitu digunakan dalam penting bagi perias. Unsur-unsur rias dan
kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan busana pengantin corak Paes Ageng Kanigaran
kebutuhan dan tujuan. Kelima corak tersebut diusahakan agar dapat terus berpijak pada
dimulai dari yang umum dipergunakan dalam unsur-unsur asli, namun boleh juga secara
masyarakat, yaitu corak Paes Ageng, Paes bebas dikembangkan bentuk dan diperbolehkan
Ageng Jangan Menir, Paes Ageng Kanigaran, adanya perubahan baru yang bersifat kreatif
Puteri, Kesatriyan Ageng, dan Kesatriyan [9]. asalkan unsur-unsur pokoknya tetap
Pada jaman dahulu rias dan busana pengantin dipertahankan [13]. Pakem dari riasan wajah
Paes Ageng dikenakan oleh putra-putri raja Pengantin Yogya Paes Ageng tidak boleh
dalam melangsungkan upacara Perkawinan diganti dengan bentuk yang lain [14]. Hal
Agung di dalam Kraton Ngayogyakarta tersebut dikarenakan pakem yang ada
Hadiningrat, namun saat ini Paes Ageng telah merupakan ciri khas dari riasan pengantin
dapat digunakan oleh masyarakat luas dalam Yogya Paes Ageng. Perhiasan atau
pelaksanaan pernikahan. aksesorisnya juga merupakan ciri khas dari
Sejarah pemikiran dan kebudayaan pengantin paes Ageng Yogyakarta, sehingga
yang berdasarkan perkembangan modern telah tidak boleh diganti dengan bentuk yang lain
masuk ke berbagai bidang kehidupan [10]. Seni karena dapat menyalahi aturan yang ada.
modern hadir agar manusia dapat melihat dan Perkembangan desain busana pengantin saat ini
mengetahui adanya tradisi terdahulu yang memiliki konsep yang inovatif sehingga dapat
berkembang dan dapat menghantarkan manusia menumbuhkan industri-industri kreatif yang
kepada realitas baru. Tradisi dan ritual dapat mengembangkan busana menjadi lebih
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan modern mengikuti perkembangan jaman [15].
dalam kehidupan manusia. Hubungan kuat Dari tiga penelitian tersebut,
tersebut menjadikan keduanya saling menunjukkan bahwa terdapat perubahan atau
mempengaruhi dalam karakter dan kepribadian pergeseran makna dalam tata rias dan busana
seseorang [11]. Semakin berkembangnya pengantin. Berdasarkan penelitian terdahulu,
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 18

maka hal tersebut menjadi alasan untuk melihat HASIL DAN PEMBAHASAN
persoalan ini. Namun yang belum banyak
dibahas dalam penelitian sebelumnya adalah Pencarian dan pengumpulan data yang
pengaruh-pengaruh sosial dan budaya dalam dilakukan sebagai sumber literatur dalam
masyarakat yang dapat mempengaruhi artikel ini dilakukan sejak tanggal 26
timbulnya perubahan dalam tata rias dan busana September-18 November 2021. Setalah proses
pengantin Gaya Yogyakarta. Hal yang utama pencarian dan pengumpulan data, maka
dibahas dalam penelitian ini adalah faktor- ditemukan sebanyak 6 artikel. Artikel yang
faktor yang menjadikan tata rias dan busana telah dikumpulkan kemudian dilakukan tahap
pengantin Gaya Yogyakarta dalam seleksi dengan pengelompokan berdasarkan
perkembangan-perkembangan yang baru dan kata kunci, judul, dan keseluruhan isi dari
konteks masa kini. artikel. Setelah pengelompokan dilakukan,
maka ditemukan sebanyak 3 artikel tidak
METODE memenuhi kriteria dan sebanyak 3 artikel
dipilih untuk ditinjau.
Metode Penelitian yang digunakan Makna simbolis, asal-asul, dan bentuk
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. pada tata rias dan aksesoris pengantin Gaya
Penelitian ini menggunakan observasi studi Yogya Paes Ageng telah disebutkan [14]. Hasil
literatur, wawancara, dan studi dokumentasi penelitian menjelaskan bahwa dahulu kala
sebagai teknik pengumpulan data. Objek upacara adat perkawinan dan busana pengantin
penelitian ini adalah perkembangan rias dan Gaya Yogyakarta masih sangat sederhana,
busana pengantin gaya Yogyakarta. Subjek belum teratur, dan belum ada keseragaman.
penelitian ini adalah anggota HARPI Melati Pada jaman dulu, disaat Indonesia belum
Yogyakarta. merdeka, upacara adat hanya dilaksanakan di
Subjek penelitian ditentukan dengan dalam kraton. Seiring berjalannya waktu maka
teknik purposive, yaitu pemilihan subjek tradisi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
dengan sengaja berdasarkan kriteria atau seperti pernikahan, tarapan, tedak siten sudah
pertimbangan tertentu. Kriteria dan dapat dilakukan oleh masyarakat seperti saat ini
pertimbangan yang dimaksud yaitu pemilihan [14]. Makna simbolis yang terdapat pada rias
subjek yang mengetahui dengan baik pengantin Yogya Paes Ageng yang terdiri atas
perkembangan-perkembangan tata rias dan Penunggul, Pengapit, Penitis, Godheg, Jahitan
busana pengantin Gaya Yogyakarta pada Mata, Alis Menjangan Ranggah, Citak, Kertep,
masyarakat Yogyakarta tahun 2015 hingga Kinjengan [14]. Simbolisme aksesoris
tahun 2021. Teknik analisis data dilakukan pengantin Yogya Paes Ageng yang terdiri dari
dengan pengumpulan data, reduksi data, tujuh unsur yaitu, Sisir Gelungan, Cunduk
klasifikasi data, penyajian data, dan Mentul, Sumping, Gelang Kaa, Kalung
pengambilan kesimpulan. Penelitian ini Sungsun, Kelat Bahu, dan Roncengan Melati
dilakukan untuk menjawab pertanyaan [14]. Tata rias pada pengantin Yogya Paes
penelitian tentang bagaimana makna rias dan Ageng memiliki pakem yang memang sudah
busana pengantin Gaya Yogyakarta serta seperti itu dari jaman dulu, sehingga pakemnya
bagaimana perkembangan rias dan busana tidak boleh diganti dengan bentuk yang lain,
pengantin Gaya Yogyakarta yang ada pada karena pakem tersebut merupakan ciri khas dari
masyarakat Jogja? riasan pengantin Yogya Paes Ageng [14]. Hal
yang sama juga berlaku pada perhiasan atau
aksesoris pengantin gaya Paes Ageng
Yogyakarta merupakan suatu ciri khas,
sehingga tidak boleh diganti dengan bentuk
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 19

yang lain karena akan menyalahi aturan yang Cundduk Mentul, Kalung Susun (tanggalan),
ada. Sehingga adanya makna simbolis yang ada Gelang Kana, Kelat Bahu, dan Slepe (pending)
pada riasan wajah dan aksesoris merupakan [13]. Terdapat enam unsur dalam busana
harapan menuju kearah kebaikan dalam pengantin wanita yaitu: Kain Cinde, Kampuh
menempuh membentuk keluarga baru sampai atau dodot, Kebaya Panjang dari beludru
nanti maut memisahkan [14]. berwarna hitam, Udet Cinde, Buntal, dan Selop
Isi atau makna gaya Paes Ageng [13]. Selain itu, gaya selalu mengalami
Kanigaran terdapat unsur filosofi yang perkembangan karena mengandung nilai-nilai
digunakan dalam tata rias dan busana pengantin estetis sebagai unsur seni paes yang dapat
Paes Ageng Kanigaran, sedangkan bentuk membuat seseorang tampil cantik dan beda
luarnya merupakan keseluruhan. Rias wajah (manglingi) [13].
dan dahi terdiri dari unsur-unsur berikut, yaitu: Paes Ageng tidak hanya mengenai tata
Penunggul, Qanda Luruh, Pengapit, Penitis, rias pengantinnya saja, namun juga
Godheg, Prada dan ketep, Kinjengan, Cithak, mengandung makna simbolis di tiap-tiap unsur
Jahitan Mata, Menjangan Ranggah, dan tata riasnya [12]. Tata rias Paes Ageng yang
Sumping [13]. Perhiasan pengantin wanita yang dulunya hanya digunakan di dalam Keraton,
disebut dengan Raja Keputren dengan tujuh kemudian mengalami perubahan Ketika Paes
unsur yaitu: Subang Ronyok, Centhung, Ageng digunakan oleh masyarakat luas seperti
saat ini.

Tabel 1. Makna Tata Rias Pengantin Gaya Paes Ageng Yogyakarta


Artikel Unsur Riasan Makna Simbolis
Makna Simbolis yang Terdapat Penunggul Melambangkan Gunung yang sebagai kemakmuran.
Pada Riasan Wjah dan Aksesoris Pengapit Melambangkan pendamping kanan dan kiri yang
Pengantin Gaya Yogya Paes berperan sebagai penyeimbang.
Ageng [14] Penitis Lambang kearifan dalam tujuan hidup.
Godheg Sebagai lambang asal usul manusia.
Jahitan Mata Berfungsi memperjelas pengelihatan.
Alis Menjangan Ranggah Lambang menghindarkan dan mengatasi berbagai hal
buruk.
Citak Lambang pusat dari seluruh daya cipta manusia.
Kertep Lambang keindahan.
Kinjengan Lambang usaha yang terus maju.
Tinjauan Filsafat Seni Terhadap Penunggul Lambang agar kedua pengantin dapat menjadi
Tata Rias dan Busan Pengantin manusia yang unggul.
Paes Ageng Kanigaran Gaya Wanda Luruh Sebagai wanita diharapkan mempunyai sifat yang
Yogyakarta [13] lembut dan berbudi luhur.
Pengapit Sebagai pengingat agar tidak terpengaruh oleh hal
buruk.
Penitis Lambang harapan untuk pengantin mencapai tujuan
hidupnya.
Godheg Lambang manusia agar mengetahui asal usulnya.
Prada dan Ketep Memiliki makna keagungan.
Kinjengan Mengandung makna keuletan dalam hidup.
Cithak Sebagai penutup dari perbuatan jahat orang lain.
Jahitan Mata Sebagai lambang pembeda hal baik dan buruk.
Menjangan Ranggah Sebagai lambang pengantin wanita agar selalu
waspada dalam menghadapi permasalahan.
Sumping Lambang memperjelas pendengaran.
Arti Simbolis Paes Ageng Masa Penunggul Lambang kekuatan yang paling besar dan utama
Hamengkubuwono IX Tahun adalah kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Pengapit Simbol keseimbangan dunia.
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 20

1940-1988 (Rahayu dan Hasan Penitis Simbol dari pikiran yang cermat.
Pamungkas, 2014) Godheg Lambang manusia bahwa nantinya akan kembali
keasalnya.
Alis Menjangan Ranggah Lambang kewaspadaan untuk menghadapi hal buruk.
Jahitan Mata Simbol untuk memperjelas pengelihatan sebagai
penyaring agar dapat melihat dengan jelas.
Cithak Lambang agar manusia tidak dapat mudah percaya
dengan kekuatan jahat.
Prada dan Ketep Berfungsi sebagai keindahan.

Hasil wawancara dengan Ibu Kinting


Handoko yang merupakan anggota HARPI
Melati dan studi dokumentasi menunjukkan
bahwa dari tahun 2015 hingga 2021 Tata Rias
pengantin Gaya Yogyakarta telah mengalami
perubahan, hal ini dikarenakan adanya faktor
dari alat kosmetik yang semakin berkembang
serta permintaan gaya riasan dari konsumen.
Gambar 1 menunjukkan tata rias Jogja Paes
Ageng pada tahun 2015. Perkembangan yang
paling mencolok adalah perubahan warna
lipstick yang dulunya berwarna merah sirih,
sekarang memakai warna yang lebih natural
seperti warna cokelat muda atau merah muda
sesuai dengan selera pengantin Wanita yang
dapat ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar Gambar 2. Tata Rias dan Busana Jogja Puteri.
(Dokumentasi Ibu Kinting Handoko, anggota HARPI
3. Penggunaan berbagai macam alas bedak dan Melati)
kosmetik-kosmetik lainnya juga membawa
perubahan pada riasan, seperti penambahan Jaman dahulu boreh dibalurkan pada
glitter untuk eyeshadow ataupun tambahan tubuh pengantin wanita sebelum memakai
warna perona pipi yang semakin beragam busana. Boreh merupakan bedak berwarna
sehingga dapat disesuaikan dengan selera perias kuning kehijau-hijauan yang wangi. Saat ini
dan juga konsumen. Perubahan-perubahan masih banyak yang masih memakai boreh,
tersebut terjadi sepanjang perkembangan trend namun juga karena perkembangan kosmetik
setiap tahunnya, dimana konsumen mengikuti yang pesat maka bagian tubuh juga dapat
trend yang ada dalam masyarakat sehingga diberikan foundation untuk tubuh, serta
riasan wajah juga disesuaikan dengan kesukaan highlighter untuk membuat kulit lebih
dari konsumen. bercahaya. Penggunaan pengisi paes atau biasa
yang disebut dengan pidih juga mengalami
perubahan. Saat ini perkembangannya adalah
telah terciptanya pidih yang tidak mudah
menempel apabila bersentuhan dengan benda
maupun kulit. Hal ini dikarenakan agar lebih
efisiensi dalam pemakaian, sehingga apabila
saat berlangsungnya sungkeman maupun
Gambar 1. Tata Rias dan Busana Jogja Paes Ageng prosesi pernikahan lainnya tidak merusak
Tahun 2015.
(Dokumentasi Fio Beauty Studio)
bentuk paes. Selain itu, setelah prosesi
pernikahan selesai, menghapus paes merupakan
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 21

hal yang membutuhkan waktu, namun saat ini tersebut dapat ditemui mulai dari warna, model,
karena adanya pidih yang bisa di kelupas, maka jenis bahan, hingga alas kaki yang digunakan
dapat mempersingkat waktu dalam menghapus sudah mengalami banyak perubahan. Busana
riasan paes. Modifikasi dalam merias wajah pengantin gaya Yogyakarta saat ini telah
gaya Yogyakarta diperbolehkan, asalkan tidak mengalami banyak perubahan, hal tersebut
merubah lebih dari 25% pakem, hal ini dikarenakan keinginan pengantin untuk tampil
dikarenakan agar tidak mengurangi dan tidak praktis yaitu dengan menggunakan kebaya
merusak nilai-nilai budaya yang agung. untuk melangsungkan akad nikah maupun
Busana pengantin Gaya Paes Ageng pemberkatan. Penggunaan kebaya beralasan
Yogyakarta menggunakan kampuhan atau untuk memudahkan pemakaian dan
dodotan. Cara pemakaiannya langsung diatas mempersingkat waktu. Masyarakat Jogja yang
badan dengan bantuan peniti dan memerlukan beragama islam dan ingin memakai busana
waktu yang cukup lama dalam pemasangan pengantin Gaya Yogyakarta juga dapat
busana. Perkembangan busana pengantin yang menggunakannya dengan tambahan pemakaian
ada adalah pemakaian dodot sudah tidak jilbab yang menutupi bagian rambut serta leher
membutuhkan waktu yang lama karena sudah pengantin Wanita seperti yang terlihat pada
tersedia dodot instan yang memudahkan dalam Gambar 4 dan Gambar 5. Perubahan tersebut
pemakaian sehingga lebih efisien dan membuat terciptanya perubahan yang biasa
menghemat waktu pemakaian. disebut perias dengan Gaya Jogja Berkerudung.

Gambar 4. Tata Rias dan Busana Jogja Puteri


Berkerudung.
(Dokumentasi Ibu Kinting Handoko, anggota HARPI
Melati)
Gambar 3. Tata Rias dan Busana Paes Ageng Gaya
Yogyakarta.
(Dokumentasi Ibu Kinting Handoko, anggota HARPI
Melati)

Hasil dari wawancara Bersama anggota


HARPI Melati menunjukkan bahwa
perkembangan busana pengantin Gaya
Yogyakarta dipengaruhi oleh permintaan dari
konsumen, trend, dan agama. Perubahan
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 22

pukau maksimal. Selain tata rias, busana


pengantin juga merupakan aspek yang tidak
kalah pentingnya, sehingga tidak dapat
dipisahkan. Tata rias dan busana pengantin
memiliki makna dan tujuan serta di dalamnya
berisi harapan-harapan baik untuk pasangan
pengantin dalam hidup berumahtangga. Tata
rias pengantin gaya Yogyakarta terdiri dari lima
corak yaitu corak Paes Ageng, Paes Ageng
Jangan Menir, Paes Ageng Kanigaran, Puteri,
Kesatriyan Ageng, dan Kesatriyan. Hasil
wawancara dengan anggota HARPI Melati dan
studi dokumentasi menunjukkan bahwa dari
tahun 2015 hingga 2021 Tata Rias pengantin
Gaya Yogyakarta telah mengalami perubahan,
hal ini dikarenakan adanya faktor dari alat
Gambar 5. Tata Rias dan Busana Paes Ageng Jangan kosmetik yang semakin berkembang serta
Menir Berkerudung. permintaan gaya riasan dari konsumen.
(Dokumentasi Ibu Kinting Handoko, anggota HARPI Perkembangan rias dan busana pengantin Gaya
Melati)
Yogyakarta banyak dipengaruhi oleh faktor
penduduk Indonesia, khususnya Yogyakarta
Berdasarkan kajian literatur yang telah yang mayoritas adalah muslim, sehingga
dilakukan, perkembangan rias dan busana terbentuk modifikasi yaitu dengan
pengantin banyak dipengaruhi oleh faktor menggunakan kerudung (namun dengan catatan
penduduk Indonesia, khususnya Yogyakarta tidak merubah bentuk pakem lebih dari 25%).
yang mayoritas adalah muslim, sehingga Perkembangan tata rias dan busana pengantin
terbentuk modifikasi yaitu dengan Gaya Yogyakarta diperbolehkan mengikuti
menggunakan kerudung (namun dengan catatan perkembangan jaman, namun dengan catatan
tidak merubah bentuk pakem lebih dari 25%). perubahan yang dilakukan tidak mengubah
Selain itu Busana Jogja Paes Ageng saat ini juga makna filosofi yang terkandung di dalamnya.
mengalami perubahan yaitu dengan
menggunakan kebaya modern, hal ini DAFTAR PUSTAKA
dikarenakan permintaan mempelai agar lebih
simple saat menjalankan akad nikah maupun [1] A. Nurviana and W. Hendriani, “Makna
pemberkatan. Riasan wajah dan tubuh yang Pernikahan pada Generasi Milenial
dulunya menggunakan kosmetik sederhana dan yang Menunda Pernikahan dan
boreh, sekarang berkembang menggunakan Memutuskan untuk Tidak Menikah,”
berbagai macam jenis makeup sesuai dengan 2021, [Online]. Available: http://e-
kebutuhan dan selera dari perias dan konsumen. journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM
[2] A. Masduki, “Upacara Perkawinan
Adat Sunda di Kecamatan Cicalengka
KESIMPULAN Kabupaten Bandung,” 2010.
[3] J. Sulistriani and D. Dahlan, “Mantra
Tata rias pengantin memiliki peranan Pada Tradisi Minuman Pengasih Dalam
yang sangat penting dalam acara pernikahan Pernikahan Suku Dayak Belusu: Kajian
yaitu untuk menyempurnakan penampilan Folklor,” vol. 5, pp. 185–200, Jan.
pengantin wanita agar aura kecantikannya 2021.
[4] S. Herman, Rahmiati, and M. Yanita,
semakin terpancar dan dapat memiliki daya
“Modifikasi Tata Rias Pengantin Dalam
Hariani, Hamidah, Rias dan Busana Pengantin Yogyakarta………… 23

Upacara Pernikahan Adat di Kecamatan Pengantin Paes Ageng Kanigaran Gaya


Kumun Debai Kabupaten Kerinci,” Yogyakarta,” 2011, doi:
Mar. 2016. https://doi.org/10.22146/jf.3109.
[5] F. Nasikha, F. Fakultas, S. Rupa, D. [14] H. Yuwati, “Makna Simbolis yang
Desain, and N. W. Fakultas, “Makna Terdapat Pada Riasan Wajah dan
Filosofi dan Fungsi Tata Rias Aksesoris Pada Pengantin Gaya Yogya
Pernikahan Jawa di Daerah Surakarta,” Paes Ageng,” Jurnal Socia Akademika,
2019. vol. 4, 2018.
[6] C. I. S. P. Dewi, “Perkembangan Tata [15] P. Wulansari, “Perkembangan Tata
Rias Pengantin Bali Madya Gaya Busana Tari Klasik Gaya Yogyakarta
Badung,” Jurnal BOSAPARIS: 2011-2015,” imaji, vol. 16, 2018.
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga,
vol. 11, no. 3, p. 118, Feb. 2021, doi:
10.23887/jppkk.v11i3.32289.
[7] V. Efrianova, L. Rosalina, and M.
Astuti, “Pengembangan Usaha Jasa
Pelaminan dan Rias Pengantin Dalam
Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya
Saing di Kelurahan Tanjung Pauh
Kecamatan Payakumbuh Barat Kota
Payakumbuh,” Jurnal Tata Rias dan
Kecantikan, vol. 1, Dec. 2019.
[8] A. Damayanti, P. Studi, T. Busana, A.
Kesejahteraan, S. Ibu, and K.
Semarang, “Studi Perkembangan
Busana Pengantin Gaya Keraton
Surakarta di Kota Semarang,” HEJ
(Home Economics Journal), vol. 2, no.
1, pp. 5–8, 2018.
[9] R. S. Supadmi Murtiadji and R.
Suwardanidjaja, Tata Rias Pengantin
dan Adat Pernikahan Gaya Yogyakarta
Klasik Corak Paes Ageng. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012.
[10] R. Posu, Purwanto, and E. A. A Suwu,
“Proses Pergeseran Adat Perkawinan
Masyarakat Sangowo di Kecamatan
Morotai Timur Kabupaten Pulau
Morotai,” HOLISTIK, vol. 12, no. 2,
2019.
[11] Ambarwati, A. P. Anindika, and I. L.
Mustika, “Pernikahan Adat Jawa
Sebagai Salah Satu Kekuatan Budaya
Indonesia,” pp. 17–22, 2018, [Online].
Available: http://research-
report.umm.ac.id/index.php/
[12] S. Rahayu and Y. Hasan Pamungkas,
“Arti Simbolis Paes Ageng Masa
Hamengkubuwono IX Tahun 1940-
1988,” Journal Pendidikan Sejarah,
vol. 2, no. 3, 2014, [Online]. Available:
http://kbbi.web.id/simbol
[13] S. Widayanti, “Tinjauan Filsafat Seni
Terhadap Tata Rias dan Busana

Anda mungkin juga menyukai