Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

UPT PUSKESMAS BESTARI


MEDAN

Disusun oleh:

Bella Shafira, S.Farm


NIM 212133057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


PUSKESMAS
di
UPT PUSKESMAS BESTARI
MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia

Disusun oleh:

Bella Shafira, S. Farm


NIM 212133057

Pembimbing,

apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si. apt. Yunita Katarina Simanjuntak, S.Farm.
NIDN 0112078104 NIP 19830602 201403 2 001
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Penanggung Jawab
Universitas Sari Mutiara Indonesia UPT Puskesmas Bestari
Medan Medan

Medan, 6 April 2022 Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Universitas Sari Mutiara Indonesia
Dekan Ketua

Taruli Rohana Sinaga, SP., M.KM. apt. Dra. Modesta Tarigan, M. Si


NIDN 0116107103 NIDN 0119036801

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Pendidikan

Profesi Apoteker (PKPPA) di UPT Puskesmas Bestari Medan yang beralamat di

Jalan Rotan No. 1, Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan.

Praktik Kerja Profesi ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti

Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) di Fakultas Farmasi

Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan untuk mencapai gelar Apoteker.

Selama melaksanakan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) ini

penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa arahan,

bimbingan dan masukan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Sari
Mutiara Indonesia Medan.
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga, SP., M.KM., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ibu apt. Dra. Modesta Harmoni Tarigan, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si., sebagai pembimbing yang telah
berkenan memberikan arahan, bimbingan dan berbagi pengalamannya kepada
Penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker
hingga selesainya penulisan laporan ini.

iii
6. Ibu apt. Yunita Katarina Simanjuntak, S.Farm., selaku Apoteker
Penanggung Jawab di UPT Puskesmas Bestari Medan yang telah berbagi
ilmu dan memberikan bantuan dalam penyelesaian laporan ini.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara yang telah
memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada Penulis.
8. Seluruh pegawai di UPT Puskesmas Bestari Medan atas kerja sama dan
bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktik Kerja
Pendidikan Profesi Apoteker di Balai Besar POM Medan.
9. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tiada
terhingga kepada orang tua penulis yang telah memberikan cinta dan kasih
sayang, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus
yang tidak pernah berhenti.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk

itu, diharapkan kritik dan saran guna mendapat perbaikan positif yang membangun

demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat

memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, 6 April 2023


Penulis

Bella Shafira, S. Farm


NIM 212133057

iv
RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

(PKPPA) Puskesmas di UPT Puskesmas Bestari Medan. PKPPA ini bertujuan

agar memahami peran apoteker di Puskesmas dalam menunjang pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. PKPPA dilaksanakan pada tanggal 27 Februari

2023–8 April 2023. Kegiatan PKPPA di Puskesmas meliputi memahami fungsi

dan tugas Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat I, memahami peran

apoteker dalam menunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas, mengetahui peran

apoteker dalam mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai (BMHP), melihat dan mempelajari sistem penyusunan obat di

Puskesmas, penyiapan resep, pencatatan stok obat yang habis pada buku defekta,

kegiatan Pos Binaan Terpadu (Posbindu), dan kegiatan promosi kesehatan, serta

mempelajari pencatatan administrasi faktur pesanan. Selain itu, juga belajar untuk

memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien serta pelayanan obat

dalam bentuk resep.

v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
RINGKASAN.................................................................................................. vi
DAFTAR IS..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Tujuan PKPA di Puskesmas................................................. 3
1.3 Manfaat PKPA di Puskesmas............................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM.................................................................... 5
2.1 Pengertian Puskesmas.......................................................... 5
2.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas.................................... 6
2.3 Tugas Puskesmas.................................................................. 7
2.4 Fungsi Puskesmas................................................................. 7
2.5 Wewenang Puskesmas......................................................... 8
2.6 Organisasi Puskesmas.......................................................... 10
2.7 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.................... 10
2.8 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai................ 11
2.9 Pelayanan Farmasi Klinik.................................................... 18
2.10 Sumber Daya Manusia......................................................... 23
2.11 Sarana dan Prasarana............................................................ 24
BAB III TINJAUAN KHUSUS UPT PUSKESMAS BESTARI............ 27
3.1 Sejarah UPT Puskesmas Bestari........................................... 27
3.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Bestari................................. 28
3.3 Upaya Kesehatan.................................................................. 29
3.4 Sarana Kesehatan................................................................. 30
3.5 Tenaga Kesehatan................................................................. 30
3.6 Data 10 Penyakit Terbesar................................................... 31

vi
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 32
4.1 Pelayanan Kefarmasian........................................................ 32
4.2 Pelayanan KIE...................................................................... 34
4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP............................ 36
4.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO).......................................... 43
BAB V PENUTUP..................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 62
5.2 Saran..................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Geografis Puskesmas Bestari Tahun 2021.......................... 27


Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Bestari Tahun 2021................................................... 28
Tabel 3.3. Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Bestari................................... 30
Tabel 3.4. Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Bestari................................ 30
Tabel 3.5. Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Bestari Tahun 2021 31
Tabel 4.4. Form PIO...................................................................................43
Tabel 4.5. Form Kuesioner Kepuasan........................................................44
Tabel 4.6. Lembar Checklist PIO................................................................. 44
Tabel 4.7. Form Catatan Pengobatan Pasien..............................................45
Tabel 4.8. Tabel Pemeriksaan Akhir..........................................................47
Tabel 4.9. Form PIO .................................................................................... 48
Tabel 4.10. Form Kuesioner Kepuasan........................................................49
Tabel 4.11. Lembar Checklist PIO ................................................................ 49
Tabel 4.12. Form Catatan Pengobatan Pasien..............................................50
Tabel 4.13. Tabel Pemeriksaan Akhir..........................................................51

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Etiket Putih Pemberian Obat Molexflu......................................... 45


Gambar 4.2 Etiket Putih Pemberian Obat Guaifenesin.................................... 46
Gambar 4.3 Etiket Putih Pemberian Amoxicillin............................................. 46
Gambar 4.4 Etiket Putih Pemberian Vitamin C................................................ 46
Gambar 4.5 Etiket Putih Pemberian Antasida.................................................. 50
Gambar 4.6 Etiket Putih Pemberian Beneuron................................................. 51

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. UPT Puskesmas Bestari............................................................................. 65


2. Kartu Persediaan Obat............................................................................... 66
3. Alur Pelayanan Resep UPT Puskesmas Bestari........................................ 67
4. Penyampaian Informasi Obat.................................................................... 68
5. Dokumentasi Resep UPT Puskesmas Bestari............................................ 69
6. Etiket ..................................................................................................... 70
7. Dokumentasi Meja Kerja dan Peracikan Apotek....................................... 71
8. Dokumentasi Rak Obat Apotek................................................................. 72
9. Dokumentasi Lemari High Alert, Narkotika dan Psikotropika................. 73
10. Dokumentasi Gudang Obat Apotek.......................................................... 74
11. Dokumentasi Konseling Obat................................................................... 75
12. Dokumen Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). . 76
13. Promosi Kesehatan tentang Influenza....................................................... 77

x
BAB I

PENDAHULUAN

5.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Suatu usaha melalui pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk mendapatkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang Kesehatan

Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan pelayanan

kesehatan yang merata dan terjangkau melalui perencanaan pengaturan dan

pengawasan atas penyelenggaraan upaya dan pelayanan kesehatan di masyarakat.

Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan kesehatan

masyarakat yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas (UU

No 36, 2009).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes, 2019).

Instalasi kesehatan yang didirikan oleh pemerintah guna membantu

masyarakat kurang mampu seperti Puskesmas sangatlah membantu menjaga

kesehatan masyarakat, tetapi sejalan dengan perubahan puskesmas harus mampu

1
mengelola alat kesehatan, dan obat-obatan dengan baik. Puskesmas memberikan

pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

derajat kesehatan penduduk serta mendukung tercapainya pembangunan

kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup

sehat. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan

kefarmasian yang bermutu.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu

sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat

pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan dan pelayanan

kesehatan masyarakat (Permenkes RI, 2016)

Penyelengaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang

2
berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaran Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang

farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai penanggung jawab.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana

prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan

pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,

informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,

dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui perannya pada lingkup pusat

pelayanan kesehatan masyarakat di pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk

melaksanakan tugas profesinya kelak. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman

kerja, pengetahuan, gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang

peran apoteker di lingkup pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,

mahasiswa calon apoteker melakukan PKPA di UPT Puskesmas Bestari yang

berlangsung dari tanggal 27 Februari 2023-8 April 2023 untuk memberikan

wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di pusat pelayanan kesehatan.

5.2 Tujuan PKPA di Puskesmas

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan

tanggung jawab apoteker di Puskesmas.

3
2. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang pelayanan kefarmasian di

Puskesmas.

3. Mampu melakukan promosi kesehatan masyarakat.

5.3 Manfaat PKPA di Puskesmas

Adapun manfaat PKPA di Puskesmas adalah:

1. Mengetahui, memahami dan mampu mengerjakan tanggung jawab apoteker

dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

2. Memperoleh pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas.

3. Mampu melakukan promosi kesehatan masyarakat di Puskesmas.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM

5.4 Pengertian Puskesmas

Menurut Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016, Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat yang mencakup empat indikator yaitu lingkungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat

kesehatan penduduk (Depkes RI, 2006).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat (Depkes RI, 2006).

Dalam menyelenggarakan Puskesmas agar dapat mencapai visi tersebut

perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu dan

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan serta upaya kesehatan

masyarakat.

a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita

akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. (Menkes RI, 2019)

b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

5
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,

kelompok dan masyarakat (Menkes RI, 2019).

Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Puskesmas, menyebutkan

bahwa standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.

b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.

c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

5.5 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas adalah:

a. Paradigma Sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban Wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

6
d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi Tepat Guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan Kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan

UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem

rujukan yang di dukung dengan manajemen puskesmas.

5.6 Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Menkes RI, 2019).

5.7 Fungsi Puskesmas

Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Puskesmas memiliki

dua fungsi yaitu sebagai penyelenggara UKM dan UKP tingkat pertama di

wilayah kerjanya selain itu juga puskesmas memiliki fungsi sebagai wahana

pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau sebagai jejaring

rumah sakit pendidikan (Menkes RI, 2019).

7
5.8 Wewenang Puskesmas

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat

dibidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan perencanaa kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber

daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,

psikologis, social, budaya dan spiritual.

i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan

j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penaggulangan

penyakit.

8
k. Melaksankan kegiatan pendekatan keluarga

l. Melakukan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

dan rumah sakit di wilayah kerjanya.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

komprehensif, berkesinambungan bermutu dan holistic yang

mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, social, dan budaya dengan

membina hubungan dokter-pasien yang erat dan setara.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan

preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kesehatan,

keamanan, keselamatan pasien dan petugas, pengunjung dan lingkungan

kerja.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif, dan

kerja sama inter dan antar profesi

f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis

g. Melaksankan pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan (Menkes RI, 2019).

9
5.9 Organisasi Puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 43 Tahun

2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling

sedikit harus memiliki:

a. Kepala Puskesmas.

b. Kepala tata usaha; dan

c. Penanggungjawab.

5.10 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma lama yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Depkes RI, 2006).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaitu kegiatan

yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut

harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Depkes RI,

2006).

10
5.11 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin

kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP) yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi

manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Menkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, kegiatan pengelolaan obat dan

Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis

habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang

mendekati kebutuhan.

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di

Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di Puskesmas. Proses

seleksi obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dilakukan dengan

11
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data

mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis

habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan

Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan

yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta

pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan (Menkes RI, 2016).

Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per tahun dilakukan secara

berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat

dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi Puskesmas di wilayah

kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan

waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. (Menkes

RI, 2016).

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. (Menkes RI, 2016).

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk

perencanaan kebutuhan obat per bulan. Permintaan diajukan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat (Menkes RI, 2016).

12
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan

dalam menerima obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya

adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan

yang diajukan oleh Puskesmas dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan

mutu (Menkes RI, 2016).

Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan

farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang diserahkan, mencakup

jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi

sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh tenaga kefarmasian, dan

diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga

kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari

sediaan farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di

Puskesmas ditambah satu bulan. (Menkes RI, 2016).

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan

suatu kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang),

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang

tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan (Menkes RI, 2016)

13
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat sesuai

dengan Peraturan Badan POM Nomor 4 Tahun 2018, tentang Pengawasan

Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian meliputi:

a. Dalam wadah asli dari produsen.

b. Kecuali diperlukan pemindahan dari wadah aslinya untuk pelayanan

resep, obat dapat disimpan dalam wadah baru yang dapat menjamin

keamanan, mutu dan ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan

identitas obat meliputi nama obat dan zat aktifnya, bentuk dan kekuatan

sediaan, nama produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal kadaluwarsa.

c. Disimpan pada suhu yang sesuai sebagaimana tertera pada kemasan

dan/atau label sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

d. Tidak bersinggungan langsung antara kemasan dan lantai.

e. Dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat

serta disusun secara alfabetis.

f. Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat Look Alike

Sound Alike (LASA) dengan tidak ditempatkan berdekatan dan harus

diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan

pengambilan obat.

g. Memperhatikan sistem First Expired First Out (FEFO) dan/atau system

First In First Out (FIFO).

h. Untuk Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product) harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

14
a) Tempat penyimpanan minimal chiller untuk produk dengan

persyaratan penyimpanan suhu 2 s/d 8ºC dan freezer untuk produk

dengan persyaratan penyimpanan suhu -25 s/d -15ºC

b) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring

suhu yang terkalibrasi.

c) Penyimpanan tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara dapat

dijaga, jarak antara produk sekitar 1-2 cm.

i. Penyimpanan obat dan bahan obat harus dilengkapi dengan kartu stok,

dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Kartu stok harus

memuat informasi nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah

persediaan, tanggal dan nomor dokumen, sumber penerimaan, jumlah

yang diterima, jumlah yang diserahkan/digunakan, nomor bets dan

kadaluwarsa obat, paraf petugas yang ditunjuk.

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan

pengeluaran dan penyerahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) secara

merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas

dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,

jumlah dan waktu yang tepat (Menkes RI, 2016). Sub-sub unit di Puskesmas dan

jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan

Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

15
c. Posyandu

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)

dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock),

pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,

sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara

penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Menkes RI, 2016).

6. Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP) yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan

perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi

sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan

laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dilakukan terhadap produk

yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan

farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. Telah kadaluwarsa;

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. Dicabut izin edarnya.

16
Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) terdiri dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) yang akan dimusnahkan;

b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan (BAP);

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada

pihak terkait;

d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk

sediaan serta peraturan yang berlaku.

7. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pengendalian obat dan bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah suatu

kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan

strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya

adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan

kesehatan dasar.

Pengendalian obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak dan kadaluwarsa.

8. Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara

17
tertib, baik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang diterima, disimpan,

didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya (Menkes

RI, 2016).

Pencatatan dan pelaporan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

telah dilakukan

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian

c. Sumber data untuk pembuatan laporan

9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat (EPO) dan Bahan Medis

Habis Pakai (BMHP)

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

(1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sehingga

dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.

(2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan Bahan Medis

Habis Pakai (BMHP).

(3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Menkes

RI, 2016).

5.12 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan

bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016)

18
Menurut Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016, pelayanan farmasi klinis

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan

pasien yang terkait dalam pelayanan kefarmasian.

d. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinis di Puskesmas menurut Permenkes RI Nomor 74

tahun 2016, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi:

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

a. Persyaratan administrasi meliputi:

a) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

b) Nama, dan paraf dokter

c) Tanggal resep

d) Ruangan/unit asal resep

b. Persyaratan farmasetik meliputi:

a) Bentuk dan kekuatan sediaan

b) Dosis dan jumlah obat

19
c) Stabilitas dan ketersediaan

d) Aturan dan cara penggunaan

e) Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)

c. Persyaratan klinis meliputi:

a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

b) Duplikasi pengobatan

c) Alergi, interaksi dan efek samping obat

d) Kontra indikasi

e) Efek adiktif (Menkes RI, 2016).

Kegiatan penyerahan (dispensing) dan Pemberian Informasi Obat (PIO)

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik

obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi

yang memadai disertai pendokumentasian.

Tujuannya adalah:

a. Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (Menkes RI, 2016).

Tujuannya adalah:

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di

lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

20
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang

memadai).

c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatannya seperti:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro

aktif dan pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta masyarakat.

e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis

Pakai.

f. Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian (Menkes RI, 2016).

3. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien

rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling

adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada

pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara

21
dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara

penyimpanan dan penggunaan obat.

Kegiatannya seperti:

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh

dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended

question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat,

bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat

tersebut, dan lain-lain.

c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi

dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti:

a. Kriteria pasien:

a) Pasien rujukan dokter

b) Pasien dengan penyakit kronis

c) Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli

farmasi.

d) Pasien geriatri

e) Pasien pediatri

f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas

b. Sarana dan prasarana:

a) Ruangan khusus

22
b) Kartu pasien/catatan konseling (Menkes RI, 2016).

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan

mendapat risiko masalah terkait obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial,

karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya

pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau

alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy

Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi obat (Menkes RI, 2016).

5.13 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

puskesmas adalah minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh apoteker, tenaga

teknis kefarmasian da/atau tenaga kesehatan lainnya sesuai kebutuhan. Dalam

hal Puskesmas belum memiliki apoteker sebagai penanggung jawab,

penyelenggaraan pelayanan kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga

teknis kefarmasian di bawah pembinaan dan pengawasan apoteker yang ditunjuk

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2020)

Jumlah kebutuhan apoteker di Puskesmas dihitung berdasarakan rasio

kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan

pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di

Puskesmas bila memungkinkan di upayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima

puluh) pasien per hari (Menkes RI, 2016).

Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut:

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang

bermutu.

23
b. Mampu mengambil keputusan secara profesional.

c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa

lokal.

d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker

dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes RI, 2006).

5.14 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu tempat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan

pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan

peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam

upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan adanya

sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-

masing puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang

rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien (Depkes RI,

2006).

Menurut Permenkes No 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Ruang Penerimaan Resep

Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu)

set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer jika memungkinkan. Ruang

24
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat

oleh pasien.

b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai

kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan

peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok

obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, temperatur ruangan, blangko

salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku

referensi standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini

diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika

memungkinkan disediakan pendingin ruangan (AC) sesuai kebutuhan.

c. Ruang Penyerahan Obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku

pencatatan penyerahan obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan

dengan ruang penerimaan resep.

d. Ruang Konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari

buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu

konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir

catatan pengobatan pasien dan lemari arsip serta 1 (satu) set komputer jika

memungkinkan.

e. Ruang Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,

temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk

25
dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya

yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan

rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari

penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan

khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus,

pengukur suhu dan kartu suhu.

f. Ruang Arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian dalam

jangka waktu tertentu.

Istilah ruang disini tidak harus diartikan sebagai wujud ruangan secara fisik,

namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap fungsi

tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat

digabungkanlebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas

antar fungsi.

26
BAB III

TINJAUAN KHUSUS UPT PUSKESMAS BESTARI

5.15 Sejarah UPT Puskesmas Bestari

Puskesmas Bestari berdiri pada tanggal 1 Februari tahun 2013, yang

merupakan sebuah gabungan dari Klinik Bestari dan Puskesmas Petisah.

Puskesmas Bestari terletak di Jalan Rotan No. 1, Petisah Tengah, Kecamatan

Medan Petisah. Puskesmas Bestari memiliki wilayah kerja seluas 220 Ha, terdiri

atas jumlah penduduk sebesar 24.405 jiwa, jumlah Laki-laki 11.943 jiwa, Jumlah

Perempuan 12.462 jiwa, dan terdiri dari 3 kelurahan yaitu:

a. Kelurahan Sei Putih Timur I

b. Kelurahan Sekip

c. Kelurahan Petisah Tengah

Batas wilayah kerja Puskesmas Medan Simpang Bestari sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan rel kereta api/Jalan Sekip Keluharan Sei

Agul.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Gajah Mada.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Punak Warga dan Sebagian Jalan

Iskandar Muda.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Glugur By Pass.

Tabel 3.1 Data Geografis Puskesmas Bestari Tahun 2020


NO KELURAHAN JUMLAH RT JUMLAH LUAS
LINGKUNGAN WILAYAH
1. Sei Putih Timur I 1.772 5 32
2. Sekip 1.882 11 61
3. Petisah Tengah 2.691 17 127
JUMLAH 6.345 33 220 Ha

27
Secara demografis, Puskesmas Bestari terdiri dari 3 kelurahan. Distribusi

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Bestari

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja


puskesmas Bestari Tahun 2021

No Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jml Penduduk Jumlah


Wilaya Lingkunga Pendudu
RW RT Laki- Perempua
h (Ha) n k
laki n

1 Sei Putih 32 5 - 1772 3.295 3.442 6.737


Timur I
2 Sekip 61 11 - 1882 3.879 4.170 8.049

3 Petisah 127 17 - 2691 4.769 4.850 9.619


Tengah
Jumlah 220 33 - 6345 12.462 24.405
11943

Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa distribusi penduduk di Wilayah

kerja Puskesmas Bestari paling banyak adalah Kelurahan Petisah Tengah dengan

jumlah penduduk 9.619 jiwa.

5.16 Visi dan Misi UPT Puskesmas Bestari

Visi:

Terwujudnya masyarakat yang sehat dalam wilayah kerja UPT Puskesmas Bestari

hidup sehat dan mandiri melalui penyelenggaraan kesehatan yang optimal.

Misi:

1. Mengutamakan pelaksanaan promotif dan preventif yang berorientasi aspek

kesehatan lingkungan dan PHBS sebagai pilar utama.

2. Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga dalam

pembangunan kesehatan dengan mengupayakan agar senantiasa berpartisipasi

dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat.

28
3. Memberikan pelayanan kesehatan pertama secara profesional yang bermutu,

merata dan terjangkau.

4. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

sehingga tercapai kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan.

5.17 Upaya Kesehatan

UPT Puskesmas Bestari sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama di wilayah kerja Kota Medan, menyelenggarakan upaya kesehatan wajib

dan upaya kesehatan pengembangan.

A. Upaya Kesehatan Wajib

a) Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS

b) Pelayanan Kesehatan Lingkungan

c) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana

(KB) yang bersifat UKM

d) Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

e) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

f) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

B. Upaya Kesehatan Pengembangan

a) Upaya Kesehatan Jiwa

b) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

c) Upaya Pembinaan Kesehatan Tradisional

d) Upaya Kesehatan Olahraga

e) Upaya Kesehatan Indra

f) Upaya Kesehatan Lansia

g) Upaya Kesehatan Kerja

29
h) Pelayanan Kesehatan Laboratorium

5.18 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan puskesmas harus dapat mendukung setiap kegiatan

pelayanan agar pasien dapat merasa nyaman selama mendapatkan pelayanan

kesehatan di puskesmas. Untuk sarana atau fasilitas yang ada di UPT Puskesmas

Bestari dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3. Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Bestari


No Fasilitas Gedung Jumlah
Ruang Dokter / Periksa Pasien 1
Ruang Obat 1
Ruang Suntik / Tindakan 1
Ruang KB-KIA/ IMS 1
Ruang Rabies 1
Ruang Klinik Gigi 1
Ruang Pendaftaran / Loket 1
Ruang Tunggu Pasien 1
Ruang Gizi 1
Laboratorium Sederhana 1
Kamar Mandi 3
Ruang Rujukan 1
Ruang Promosi Kesehatan 1
Ruang Kepala Puskesmas 1
Ruang Tata Usaha dan Konsultasi 1
Ruang Rapat 1

5.19 Tenaga Kesehatan

UPT Puskesmas Bestari memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari tenaga

medis, paramedik dan staf adminitrasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4. Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Bestari


Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter Umum 4
Dokter Gigi 3
Apoteker 1
Asisten Apoteker 1

30
Perawat 12
Perawat Gigi 1
Bidan 3
Analis 2
Gizi 1
Penyuluh 4
Radiografer 1
Refraksionis 1
Administrasi 1
Total 40

5.20 Data 10 Penyakit Terbesar

Berdasarkan hasil laporan selama tahun 2021 di UPT Puskesmas Bestari

didapatkan 10 Besar Penyakit yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Bestari.

Data dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Bestari Tahun 2021
No Nama Penyakit Jumlah Pasien
1 ISPA 759

2 Hipertensi 742

3 Kelainan Refraksi 380

4 Penyakit Kulit Alergi 208

5 Katarak 173

6 Karies 143

7 Penyakit Pulpa Jaringan Periapikal 129

8 Penyakit pada Sistem Otot dan 120


Jaringan Pengikat

9 Diare 113

10 Penyakit Kulit Infeksi 46

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) merupakan salah

satu kegiatan yang dilaksanakan bagi para calon apoteker sebagai pembekalan

dari segi keilmuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan pelayanan

kefarmasian di Puskesmas. Dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,

penulis ditempatkan di UPT Puskesmas Bestari mulai dari tanggal 27 Februari

2023- 8 April 2023. Hal yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) meliputi pelayanan obat, pengelolaan obat, promosi cara penggunaan

obat yang baik dan benar, dan juga posyandu.

5.21Pelayanan Kefarmasian

4.1.1 Pelayanan Resep Dokter

a. Penerimaan Resep

a) Menerima resep dari pasien.

b) Memeriksa kelengkapan resep yaitu: nama, nomor surat izin praktek, alamat

dan tanda tangan/paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis,

jumlah yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis

kelamin.

c) Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompabilitas, cara dan lama pemberian.

d) Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter

penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif, bila perlu

meminta persetujuan setelah pemberitahuan.

32
b. Peracikan Obat

a) Membersihkan tempat dan peralatan kerja.

b) Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan namadan jumlah obat yang

diminta dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan

diserahkan kepada pasien.

c) Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang

sesuai, misalnya sendok/spatula.

d) Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air

matang sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien.

e) Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung kesesuaian dosis.

2) Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan.

3) Menggerus obat yang jumlahnya lebih besar dan selanjutnya digerus sampai

homogen.

4) Membagi dan membungkus obat dengan merata.

5) Tidak mencampur antibiotika didalam sediaan puyer.

6) Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah yang besar sekaligus.

7) Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai

dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.

8) Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep,

lalu memasukan obat kedalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.

c. Penyerahan Obat

a) Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan

obat dengan permintaan pada resep.

33
b) Memanggil dan memastikan nomor urut/nama pasien.

c) Menyerahkan obat disertai Pemberian Informasi Obat.

d) Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.

e) Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari

jangkauan anak-anak.

5.22Pelayanan KIE

Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE) ini di apotek

Puskesmas meliputi nama dan kandungan obat, khasiat obat, dosis obat, cara

pemakaian obat, waktu pemakaian obat dan efek samping obat:

a. Nama dan Kandungan Obat

Nama obat pada kemasan dapat berupa nama generik saja, atau nama

dagang (merek) diikuti nama zat berkhasiat (nama generik). Nama generik

adalah nama zat berkhasiat dalam obat. Kandungan obat (komposisi) dapat

terdiri dari satu jenis obat/zat berkhasiat (tunggal) atau beberapa obat/zat

berkhasiat (kombinasi). Komposisi biasanya mencantumkan nama generik

atau nama kimia. (Menkes RI, 2017).

b. Khasiat Obat

Khasiat atau indikasi obat adalah efek positif yang telah terbukti dan

diharapkan muncul pada pengobatan. Khasiat obat ditentukan oleh kandungan

zat berkhasiat (komposisi), bukan oleh merek obat. (Menkes RI, 2017).

c. Dosis Obat

34
Dosis merupakan takaran untuk menghasilkan khasiat yang diharapkan

pada satu kali penggunaan atau interval waktu yang ditentukan. Dosis

disesuaikan dengan usia, berat badan, tingkat keparahan penyakit, dan tujuan

pengobatan. Penggunaan obat melebihi dosis yang dianjurkan dapat berakibat

terjadinya keracunan (Menkes RI, 2017).

d. Cara Pemakaian Obat

Pasien diberi penjelasan tentang bagaimana cara penggunaan yang benar

suatu obat agar dapat memberikan efek terapi seperti yang diharapkan.

Misalnya bagaimana cara penggunaanya apakah dengan diminum, diteteskan,

dioleskan maupun dengan cara lain sesuai dengan etiket yang tertera.

Untuk resep yang mengandung antibiotik atau antivirus, maka disarankan

pada pasien agar dia menghabiskan obatnya walaupun keluhan yang

dirasakan sudah hilang. Hal ini dilakukan agar pada pasien tersebut tidak

terjadi resistensi.

e. Waktu Pemakaian Obat

Pasien diberi tahu mengenai kapan obat tersebut harus diminum. Misalnya

suatu obat harus diminum pada pagi hari atau malam hari sebelum tidur, atau

mungkin sebelum maupun sesudah makan. Hal ini dilakukan agar obat dapat

memberi efek terapi seperti yang diharapkan, selain itu juga untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

f. Efek Samping Obat

35
Setiap obat pasti memiliki suatu efek samping, untuk itu setiap kali

menyerahkan obat kepada pasien, hendaklah seorang apoteker selalu memberi

informasi yang benar dan jelas tentang efek samping yang biasa ditimbulkan

oleh obat tersebut, agar pasien tidak merasa takut jika efek samping itu timbul

setelah pasien meminum obat tersebut.

5.23Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pada proses pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) adanya dilakukan perencanaan, permintaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, penarikan, pengendalian, dan administrasi.

a. Perencanaan

Perencanaan obat merupakan suatu rangakain proses kegiatan menentukan

jenis, jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuan dari perencanaan ini yaitu

tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari

terjadinya kekosongan obat dan meningkatkan efisiensi dan kerasionalan

penggunaan obat.

UPT Puskesmas Bestari merencanakan obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) berdasarkan:

1. Pola penyakit

2. Karakteristik pengunjung atau pasien (data pemakaian obat sebelumnya)

3. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)

Perencanaan obat untuk satu tahun dituangkan dalam Rencana Kebutuhan

Obat (RKO) yang diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

b. Permintaan

36
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kota Medan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) sesuai dengan kebutuhan Puskesmas.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) berisi laporan

pemakaian obat bulan sebelumnya dan daftar permintaan obat untuk

kebutuhan bulan berikutnya. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Formulir LPLPO berisi nomor,

nama obat, stok awal, penerimaan, pamakaian, persediaan, sisa stok,

permintaan, dan keterangan. (Menkes RI, 2016).

Kegiataan pengadaan/permintaan obat meliputi:

1. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun Gudang

Farmasi Kabupaten untuk masing-masing puskesmas, dimana pengadan obat

dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas Bestari dilakukan setiap

sebulan sekali.

2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), sesuai dengan jumlah

obat yang dibutuhkan.

3. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan

dan selanjutnya diselesaikan oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.

37
4. Rancangan Kebutuhan Obat (RKO) dilakukan setiap sebulan sekali,

permintaan obat ini khusus permintaan dari poli di Puskesmas dengan dana

yang sudah ditentukan.

Sumber dana yang digunakan untuk permintaan UPT Puskesmas Bestari,

Kecamatan Medan Petisah, adalah:

 DAK (Dana Alokasi Kota)

 APBD (Anggaran Program Belanja Daerah)

 P-APBD (Program Kerja APBD)

 APBN (Anggaran Program Belanja Nasional)

 JKN E-Katalog (Katalog Elektronik Jaminan Kesehatan Nasional)

 JKN Non E-Katalog

c. Penerimaan

Penerimaan obat merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan

yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola

dibawahnya.

Tujuannya agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas Puskesmas melakukan

pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup nama sediaan,

jenis sediaan, kekuatan sediaan, jumlah kemasan, jumlah obat, kondisi fisik

obat (bentuk, warna, keutuhan, kekentalan), tanggal kadaluwarsa sesuai

dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas

penerima/diketahui oleh Pimpinan Puskesmas.

38
Jika terdapat kekurangan pada saat penerimaan obat, penerima obat wajib

menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap

penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat

dan kartu stok.

d. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-

obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik

maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Disini yang lebih diutamakan

persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat. Pengaturan obat

dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis

dengan nama generik.

Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First

Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat. Artinya obat yang

masuk pertama dikeluarkan terlebih dahulu dari obat yang datang kemudian.

Untuk obat Look Alike Sound Alike (LASA) dan obat High Alert diberikan

penanda khusus, untuk meminimalkan kesalahan saat pengambilan obat.

Penyimpanan dilakukan menggunakan Lemari Kaca (Lemari Sediaan

Sirup, Lemari Obat High Alert dan Lemari Sediaan Pemakaian Obat Luar)

dan Rak Pallet. Untuk Obat Psikotropika dan Obat Narkotika disimpang di

masing-masing lemari khusus tertutup dan memiliki penguncian ganda

(double lock) dimana kedua kuncinya disimpan oleh dua orang berbeda

(Apoteker dan Tenaga Teknis Kesehatan) dengan tujuan agar pengeluaran

dan pemasukan obat dapat dipantau, obat psikotropika dan narkotika menjadi

tanggung jawab apoteker. Obat yang termolabil seperti vaksin disimpan

39
dikulkas dan suhunya dipantau setiap hari. Gudang Penyimpanan dilengkapi

Air Conditioner (AC) dan Termometer Raksa agar suhu tetap terjaga

sehingga kualitas obat terjamin.

Sediaan yang telah masuk digudang selalu dicatat di buku dan kartu stock

dimana meliputi nama obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal

kadarluarsa, tanggal sediaan masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok.

e. Pendistribusian

Tujuannya pendistribusian adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub

unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,

mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai di UPT Puskesmas Bestari didistribusikan sub unit pelayanan kesehatan

di dalam lingkungan Puskesmas (IGD, Poli Gigi dan KIA), Posyandu, Pos

UKK.

Pendistribusian langsung kepada pasien di UPT Puskesmas Bestari

dilakukan dengan sistem individual prescribing yaitu dengan menebus obat

ke Apotek Puskesmas dengan membawa resep yang didapat dari dokter. Alur

distribusi sediaan farmasi kepada pasien diawali dengan diterimanya resep

oleh Apoteker lalu apoteker akan mengkaji resep (persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetis dan persyaratan klinis), jika ada yang tidak/kurang

jelas, ditanyakan kembali ke dokter yang memberikan resep lalu tenaga teknis

kefarmasian menyiapkan obat.

Peracikan obat dilakukan sesuai dengan yang tertulis diresep. Kemudian

obat diberikan ke pasien dengan etiket yang jelas serta diberikan Pemberian

Informasi Obat (PIO) serta Konseling Informasi dan Edukasi (KIE) terkait

40
penggunaan obat. Obat dan pelayanan di Puskesmas tidak dipungut biaya

kepada pasien

f. Penanganan Obat Rusak dan Kedaluwarsa

Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Bestari ada

ditemukannya obat rusak atau kedaluwarsa. Adapun penanganan yang

terhadap obat rusak atau kedaluwarsa yaitu memisahkan obat rusak atau

kedaluwarsa dari penyimpanan obat lainnya, selanjutnya di data/dicatat jenis

dan jumlah obat yang rusak atau kedaluwarsa agar Apoteker Penanggung

Jawab melaporkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan. Kemudian

Petugas Dinas Kesehatan akan mengambil sediaan farmasi yang telah

kedaluwarsa disertai dengan berita acara penarikan sediaan farmasi.

Penarikan Sediaan Farmasi di UPT Puskesmas Bestari dilakukan sekali dalam

setahun untuk sediaan farmasi yang telah kedaluwarsa atau pun rusak (terjadi

inkompabilitas sediaan/fisik obat rusak).

g. Pengendalian

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di

unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:

 Pengendalian persediaan

Pengendalian persediaan dilakukan dengan cara pencatatan barang masuk dan

keluar pada kartu stok sediaan.

 Pengendalian penggunaan

Pengendalian penggunaan dilakukan dengan cara menyesuaikan jumlah/dosis

sediaan yang diminta dengan kebutuhan individu/kelompok.

41
 Penanganan sediaan farmasirusak dan kedaluwarsa.

Penanganan sediaan farmasi rusak dan kedaluwarsa akan di data dan di

laporkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan.

h. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi

terdiri dari pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan adminitrasi

penarikan (Menkes RI, 2016). Pembuatan laporan dimulai dari perencanaan

sampai dengan distribusi, dengan metode komputerisasi dengan sumber data

LPLPO.

42
5.24 Pelayanan Informasi Obat

4.4.1 PIO I

a) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Formulir Pelayanan Informasi Obat


No: 1 Tanggal: 8 Maret 2023 Waktu : 08.40 WIB Metode:
Lisan/Tertulis/Telepon)*
1. Identitas Penanya
Nama LW No. Telp. 0878 xxxx xxxx
Status : Pasien / Keluarga Pasien / Petugas Kesehatan ( )*
2. Data Pasien
Umur : 16 tahun; Tinggi : - cm; Berat : - kg; Jenis kelamin :
Laki- laki/Perempuan )*
Kehamilan : Ya (……minggu)/Tidak )* Menyusui : Ya/Tidak )*
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
1. Saya batuk dan flu selama hampir seminggu, obatnya
yang mana yang bisa mengatasi keluhan saya?
2. Apa saya mendapat antibiotik? Lalu kenapa
antibiotik harus selalu dihabiskan?

Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat □ Stabilitas □ Farmakokinetika
□ Interaksi Obat □ Dosis □
Farmakodinamika
□ Harga Obat □ Keracunan □ Ketersediaan
Obat
□ Kontra Indikasi □ Efek Samping Obat □ Lain-lain
□ Cara Pemakaian Penggunaan Terapeutik ...................
4. Jawaban
1. Obat batuknya diberikan Guaifenesin dan untuk
flunya diberikan Molexflu.
2. Karena keluhan Ibu sudah dialami selama hampir
seminggu, sehingga diberikan antibiotik untuk
mengatasi infeksinya. Penggunaan antibiotik harus
selalu dihabiskan agar tidak terjadi resistensi
antibiotik atau kekebalan/ketidakmempanan terhadap
suatu antibiotik.
5. Referensi
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 jam/Lebih dari 24 jam
Apoteker yang menjawab : Bella Shafira
Tanggal : 8 Maret 2023 Waktu : 8.40 WIB
Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*
Tabel 4.4 Form PIO

43
FORMULIR KUESIONER KEPUASAN
Sanga Tidak
t Pua Puas
N Jenis Pelayanan
Puas s
o
3 2 1
Ketanggapan Apoteker 
1 terhadap Pasien
2 Keramahan Apoteker 

Kejelasan Apoteker 
3 dalam Memberikan
Informasi Obat
4 Kecepatan Pelayanan 
Obat
Kelengkapan Obat 
5 dan Alat Kesehatan

6 Kenyamanan Ruang
Tunggu
7 Kebersihan Ruang 
Tunggu
Ketersediaan Brosur, 
8 Leaflet, Poster, dan
lain-lain sebagai
Informasi
Obat/Kesehatan
SKOR TOTAL 22

44
Tabel 4.5 Form Kuesioner Kepuasan
Lembar Checklist Pemberian Informasi Obat Pasien Rawat Jalan

N NAMA UM POLI Dx PENUN Petugas


O PASIE UR JANG INFORMASI YANG DIBERIKAN
N

KONTRAI
PENYIMP

STABILI

INTERA
SEDIAA
NAMA

EFEK
INDIKA
CARA

LAIN-
1 2 3 4 5 6 7 1 8 9 1 1 1 1 1 16 17 18
0 1 2 3 4 5
1 LW 16 Umu Flu-       Bella
m Batuk Shafira
2
3
4
Tabel 4.6 Lembar Checklist PIO
Catatan Pengobatan Pasien

Terapi
N Tgl. Nama Kasus (Nama Catatan Pelayanan
o Dokter Obat/Dosis/Cara Apoteker/Pengelola Obat
Pemberian)
1 8 dr.Mari Flu  Molexflu/  Diminum 3 x sehari 1
Maret a Batuk (Paracetamol 500 kaplet sesudah
2023 mg, makan, sebagai obat
Phenylephrine flu. Efek sampingnya
HCl 5 mg, CTM mengantuk jadi
2 mg)/Oral sebaiknya jangan
 Guaifenesin/100 berkendara.
mg/Oral  Diminum 3 x sehari 1
 Amoxicillin/500 tablet sesudah makan,
mg/Oral sebagai obat batuk.
 Vitamin C/50  Antibiotik diminum 3
mg/Oral x sehari 1 kaplet
sesudah makan.
Antibiotik harus
dihabiskan.
 Vitamin C untuk
daya tahan tubuh,

45
diminum 2 x sehari 1
tablet sesudah makan.

Tabel 4.7 Form Catatan Pengobatan Pasien

b) Penyiapan dan pemberian label

1. Molexflu diambil 10 kaplet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
HP: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: LW
3 x Sehari 1 Kaplet
Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.1 Etiket Putih Pemberian Obat Molexflu

2. Guaifenesin diambil 10 tablet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
Hp: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: LW
3 x Sehari 1Tablet
Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.2 Etiket Putih Pemberian Obat Guaifenesin

3. Amoxicillin diambil 10 tablet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
Hp: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: LW

46
3 x Sehari 1Kaplet
Harus Dihabiskan Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.3 Etiket Putih Pemberian Amoxicillin

4. Vitamin C diambil 10 tablet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
Hp: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: LW
2 x Sehari 1Tablet
Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.4 Etiket Putih Pemberian Vitamin C

c) Melakukan pemeriksaan akhir

Parameter Sesuai Tidak Sesuai


Identitas Pasien
a. Nama pasien: LW ✓
b. Umur pasien: 16 tahun ✓
c. Berat Badan:
Identitas Obat
a. Molexflu
Cara pemakaian: 3 x sehari 1 kaplet ✓
sesudah makan
b. Guaifenesin 100 mg ✓
Cara pemakaian: 3 x sehari 1 tablet
sesudah makan

c. Amoxicillin 500 mg
Cara pemakaian: 3 x sehari 1 kaplet
sesudah makan
d. Vitamin C 50 mg ✓
Cara pemakaian: 2 x sehari 1 tablet
sesudah makan

47
Tabel 4.8 Tabel Pemeriksaan Akhir

48
4.4.2 PIO II

a) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Formulir Pelayanan Informasi Obat


No: 1 Tanggal: 13 Maret 2023 Waktu : 08.30 WIB Metode:
Lisan/Tertulis/Telepon)*
1. Identitas Penanya
Nama SPS No. Telp. 0878 xxxx xxxx
Status : Pasien / Keluarga Pasien / Petugas Kesehatan ( )*
2. Data Pasien
Umur : 40 tahun; Tinggi : - cm; Berat : - kg; Jenis kelamin :
Laki- laki/Perempuan )*
Kehamilan : Ya (……minggu)/Tidak )* Menyusui : Ya/Tidak )*
4. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
1. Saya sakit lambung, ini obat untuk lambungnya yang
mana? Kapankah harus diminum?
2. Ini obat untuk apa? Berapa dosisnya? Berapa kali
sehari diminum?

Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat □ Stabilitas □ Farmakokinetika
□ Interaksi Obat  Dosis □
Farmakodinamika
□ Harga Obat □ Keracunan □ Ketersediaan
Obat
□ Kontra Indikasi □ Efek Samping Obat □ Lain-lain
□ Cara Pemakaian Penggunaan Terapeutik ...................
4. Jawaban
1. Obat untuk lambungnya Antasida, ini tablet kunyah,
diminum 2 x sehari, 30 menit sebelum makan.
2. Beneuron ini vitamin, di dalamnya ada Vitamin B1,
B6, dan B12, untuk mengatasi defisiensi atau
kekurangan vitamin B di dalam tubuh.
5. Referensi
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 jam/Lebih dari 24 jam
)*
Apoteker yang menjawab: Bella Shafira
Tanggal : 8 Maret 2023 Waktu : 8.30 WIB
Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*

Tabel 4.9 Form PIO

49
FORMULIR KUESIONER KEPUASAN
Sanga Tidak
t Pua Puas
N Jenis Pelayanan
Puas s
o
3 2 1
Ketanggapan Apoteker 
1 terhadap Pasien
2 Keramahan Apoteker 

Kejelasan Apoteker 
3 dalam Memberikan
Informasi Obat
4 Kecepatan Pelayanan 
Obat
Kelengkapan Obat 
5 dan Alat Kesehatan

6 Kenyamanan Ruang
Tunggu
7 Kebersihan Ruang 
Tunggu
Ketersediaan Brosur, 
8 Leaflet, Poster, dan
lain-lain sebagai
Informasi
Obat/Kesehatan
SKOR TOTAL 22

50
Tabel 4.10 Form Kuesioner Kepuasan
Lembar Checklist Pemberian Informasi Obat Pasien Rawat Jalan

N NAMA UMUR POLI Dx PENU Petugas


O PASIE NJAN INFORMASI YANG DIBERIKAN
N G

KONTRAI
PENYIMP

STABILI

INTERA
SEDIAA
NAMA

EFEK
INDIKA
CARA

LAIN-
1 2 3 4 5 6 7 1 8 9 1 1 1 1 1 16 17 18
0 1 2 3 4 5
1 SPS 40 Umu Gastriti       Bella
m s Shafira
2
3
4
Tabel 4.11 Lembar Checklist PIO
Catatan Pengobatan Pasien

Terapi
N Tgl. Nama Kasus (Nama Catatan Pelayanan
o Dokter Obat/Dosis/Cara Apoteker/Pengelola Obat
Pemberian)
1 13 dr. Gastritis  Antasida (AlOH  Tablet ini dikunyah,
Maret Maria 200 mg, MgOH diminum 2 x sehari 1
2023 200 mg)/Oral tablet kunyah, 30
 Beneuron 10 menit sebelum
mg/Oral makan, untuk
menetralisir asam
lambung.
 Vitamin Beneuron
diminum 1 x sehari 1
tablet sesudah makan.

Tabel 4.12 Form Catatan Pengobatan Pasien

b) Penyiapan dan pemberian label

1. Antasida diambil 10 tablet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI

51
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
HP: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: SPS
2 x Sehari 1 Tablet
Dikunyah Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.5 Etiket Putih Pemberian Obat Antasida

52
2. Beneuron diambil 10 tablet dan diberi etiket putih

PUSKESMAS BESTARI
Jl. Rotan No. 1 Petisah Tengah, Medan Petisah.
apt. Yunita K. Simanjuntak, S.Farm.
Hp: 081397197303
Tgl: 8/3/23
Nama: SPS
1 x Sehari 1Tablet
Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Gambar 4.6 Etiket Putih Pemberian Obat Beneuron

c) Melakukan pemeriksaan akhir

Parameter Sesuai Tidak Sesuai


Identitas Pasien
a. Nama pasien: SPS ✓
b. Umur pasien: 40 tahun ✓
c. Berat Badan:
Identitas Obat
a. Antasida
Cara pemakaian: 2 x sehari 1 tablet ✓
kunyah, 30 menit sebelum makan
b. Beneuron 10 mg ✓
Cara pemakaian: 1 x sehari 1 tablet
sesudah makan

Tabel 4.13 Tabel Pemeriksaan Akhir

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) di UPT Puskesmas Bestari Medan adalah sebagai berikut:

a. Calon Apoteker harus memahami peran dan tanggung jawab Apoteker

sebagai Apoteker Penanggung Jawab di Puskesmas sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

b. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskemas memberikan

wawasan dan pengalaman secara mendalam tentang keterampilan dan

pengetahuan apoteker dalam menjalankan peran dan fungsinya secara

profesional sesuai standar kompetensi bagi calon Apoteker.

5.2 Saran

a. Disarankan untuk menambahkan pallet agar dapat meningkatkan sirkulasi

udara, memudahkan pemindahan obat, dan agar obat tidak langsung

bersentuhan dengan permukaan lantai.

b. Disarankan untuk menambahkan washtafel dan timbangan analitik agar

memudahkan pelayanan kefarmasian.

54
DAFTAR PUSTAKA

Abelson, B., 2009, Flu Shots, Antibiotics, & Your Immune System, (online),
(http://www.drabelson.com/PDF/Flu.pdf, diakses 07 April 2023).

BPOM RI. 2018. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 8 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:


Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alkes.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 tentang Puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 74 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Cara Cerdas Gunakan Obat: Buku
Panduan Agent of Change. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Profil Puskesmas Bestari Kota Medan Tahun 2021.

Presiden Republik Indonesia. 2009a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Jakarta

Profil Puskesmas Bestari Kota Medan Tahun 2021.

Riskesdas, 2018, Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

55
LAMPIRAN

Lampiran 1. UPT Puskesmas Bestari

56
Lampiran 2. Kartu Persediaan Obat

57
Lampiran 3. Alur Pelayanan Resep UPT Puskesmas Bestari

Menerima Resep

Mengkaji Resep

Kelengkapan Resep

Tidak
Apakah sudah sesuai? Konsultasi Dokter

Ya

Pemeriksaan Kembali
Obat

Penyerahan Obat
disertai Informasi

Pasien
Pulang

58
Lampiran 4. Penyampaian Informasi Obat

59
Lampiran 5.
Dokumentasi Resep UPT Puskesmas Bestari

60
61
Lampiran 6. Etiket

Gambar Etiket Obat Luar

Gambar Etiket Obat Dalam

62
Lampiran 7. Dokumentasi Meja Kerja dan Peracikan di Apotek UPT Puskesmas
Bestari

63
Lampiran 8. Dokumentasi Rak Obat Apotek UPT. Puskesmas Bestari

64
Lampiran 9. Dokumentasi Lemari High Alert, Narkotika dan Psikotropika UPT.
Puskesmas Bestari

65
Lampiran 10. Dokumentasi Gudang Obat UPT. Puskesmas Bestari

66
Lampiran 11. Dokumentasi Konseling Obat

67
Lampiran 12. Dokumen Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO)

68
Lampiran 13. Promosi Kesehatan tentang Influenza

69
LAPORAN PRAKTIK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

UPT PUSKESMAS BESTARI MEDAN

TUGAS KHUSUS

"PROMOSI KESEHATAN: INFLUENZA"

Disusun Oleh:
Bella Shafira, S.Farm.
212133057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023

70
DAFTAR ISI

RINGKASAN .........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................3
1.3 Manfaat............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Influenza ...........................................................................................................4
2.2 Etiologi Influenza ............................................................................................4
2.3 Gejala Klinis Influenza.....................................................................................4
2.4 Cara Penularan Influenza..................................................................................4
2.5 Pengobatan Influenza........................................................................................4
BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................8
3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan .........................................................................8
3.2 Waktu dan Tempat ...........................................................................................9
3.3 Jumlah Peserta ................................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................13
4.1 Hasil Kegiatan.................................................................................................13
4.2 Saran ................................................................................................................14
BAB V PENUTUP ..............................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
4.2 Saran ................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

71
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Promosi kesehatan Puskesmas adalah upaya Puskesmas melaksanakan

pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungan secara

mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

(Menkes RI, 2013).

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan

agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai

bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik

masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi

mengancam, secara mandiri. Di samping itu, petugas kesehatan puskesmas

diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat

untuk melakukan PHBS (Menkes RI, 2013).

Penanggulangan penyebaran ISPA tentu diperlukan pengetahuan

mengenai faktor-faktor risiko ISPA. Beberapa penelitian sudah banyak

dilakukan untuk mengetahui faktor pemicu maupun pencegahan ISPA.

Negara berkembang, sekitar 24% infeksi saluran nafas kebanyakan

disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan seperti

polusi udara dalam ruang maupun di luar ruangan, asap rokok (Rahayu,

2011). Faktor faktor yang berhubungan dengan ISPA antara lain umur, jenis

kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI, status imunisasi, kepadatan

hunian, penggunaan anti nyamuk bakar, bahan bakar untuk memasak dan

72
keberadaan perokok. Sedangkan hasil dari analisis data Riskesdas (2018)

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan

kejadian ISPA pada balita yaitu umur, status gizi, pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, bahan bakar masak, perokok dalam rumah, jenis lantai dan outdoor

pollution.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan ISPA

dititikberatkan pada program pencegahan penyebarluasan kasus. Upaya yang

dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas

kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

sebagai pelayanan promotif berupa promosi kesehatan dengan

memberdayakan, yaitu membuat masyarakat tidak sekedar tahu dan mau,

tetapi juga mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (Dewi, 2015).

Kebiasaan hidup sehat yang dapat ditanamkan seperti kebiasaan mencuci

tangan, memberikan anak jajanan yang sehat dan higienis, menghindari hal-

hal yang dapat menyebabkan penularan penyakit, serta membuang sampah

pada tempatnya. Proses pendidikan kesehatan akan memperoleh hasil yang

efektif bila ada alat bantu atau media (Notoatmodjo, 2003).

ISPA selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak

di Indonesia. Insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Negara

berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Karakteristik

penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 14 tahun

yaitu sebesar 25,8% (Riskesdas, 2018). Episode penyakit batuk, pilek pada

balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali pertahun (Kunoli, 2013).

73
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan menuliskan bahwa angka

kejadian ISPA di kota Medan adalah sebanyak 203.558 atau sebesar 41,09%

dan menjadi masalah kesehatan pertama di kota Medan. Pada pola 10 besar

diagnosa penyakit pada pasien rawat jalan UPT Puskesmas Bestari tahun

2021 menunjukkan ISPA menempati urutan pertama dengan jumlah kasus

754 pasien.

Fenomena tersebut yang mendorong pemberian promosi kesehatan

untuk memberikan edukasi mengenai pencegahan dan pengobatan influenza

untuk membantu masyarakat mencegah dan mengobati serta mengurangi

angka kejadian ISPA di Indonesia khususnya kota Medan, Sumatera Utara.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya Promosi Kesehatan mengenai Influenza di

UPT Puskesmas Bestari adalah :

1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pasien di

Puskesmas Bestari.

2. Untuk mengajak masyarakat khususnya pasien di Puskesmas

Bestari agar menerapkan pola hidup sehat maupun vaksin dalam

pencegahan influenza.

1.3 Manfaat

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat,

khususnya pasien di Puskesmas Bestari tentang pencegahan dan pengobatan

74
influenza serta mampu menerapkan pola hidup sehat serta melakukan vaksin

influenza untuk pencegahan penyakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Influenza

Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh

virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat

(Abelson, 2009). Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita

penyakit ini. Bila terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang,

karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal linu,

lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi (Prabu, 1996).

Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga

Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia termasuk manusia.

Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk,

bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus)

penderita (Spikler, 2009).

2.2 Etiologi Influenza

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di

antara banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan

A (H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza

bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih

jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk

dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah

75
saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan

orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission.

Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah

penularan, orang harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika

batuk, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat

ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar

pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza

manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara

ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling

terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1) (Spickler,

2009). Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan

lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman

antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem

kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus. Virus

influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadang kala menyebabkan

penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi

dibanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-

anak (Spickler, 2009).

2.3 Gejala Klinis Influenza

Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk

(biasanya kering), sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair.

Pada anak dengan influenza B dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya diare

76
serta nyeri abdomen. Kebanyakan orang dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam

waktu kurang lebih satu minggu tanpa membutuhkan perawatan medis yang

serius. Waktu inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar virus sampai munculnya

gejala kurang lebih dua hari (Abelson, 2009). Pada masa inkubasi virus tubuh

belum merasakan gejala apapun. Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai

dirasakan dan berlangsung terusmenerus kurang lebih selama satu minggu. Hal ini

akan memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah kurang lebih

satu minggu tubuh akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar

sembuh dari influenza (Spickler, 2009).

Orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun, atau

orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-paru,

ginjal, jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang

sistem imunnya rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk

membedakan flu dan selesma pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat

diidentifikasi dengan adanya demam mendadak dan rasa lelah atau lemas

(Spickler, 2009). Prognosis pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi

berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder.

Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan

infeksi bakteri sekunder (WHO, 2009).

2.4 Cara Penularan Influenza

Cara penularan influenza dapat terjadi dengan cara kontak langsung

dengan penderita atau unggas sakit atau kontak tidak langsung melalui percikan

77
ludah, paparan muntah, air minum yang terkontaminasi virus, dan juga alat makan

yang digunakan bersama.

2.5 Pengobatan Influenza

Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum

banyak cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala

yang mengganggu. Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa

pengobatan meliputi antara lain:

a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang

tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar

yang banyak mengandung vitamin.

c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di

tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.

d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di

tenggorokan (BPOM, 2006).

Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat

terjadi demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika

terjadi batuk. Karena influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak

memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk infeksi sekunder

seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian

galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antivirus

standar (Abelson, 2009). Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter

yang dapat diperoleh di apotek-apotek dan toko obat berizin.

78
Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa zat aktif, seperti

kombinasi-kombinasi dari:

a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.

b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan

antihistamin.

c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan,

antihistamin dan antitusif atau ekspektoran.

Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat

flu:

a. Analgesik dan antipiretik

Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang

dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang

memiliki khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan

dalam obat flu adalah Paracetamol.

b. Antihistamin

Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi

melawan histamin, yaitu salah satu mediator dalam tubuh yang dilepas

pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara

lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat.

79
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Adapun pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan ini ialah dengan:

a. Penyuluhan dengan menggunakan brosur.

b. Diskusi dan tanya jawab mengenai permasalahan yang berkaitan dengan

influenza.

3.2 Waktu, Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan promosi kesehatan tentang influenza dilakukan pada hari

Kamis, 7 April 2023 pukul 09.30 WIB-10.00 WIB di UPT Puskesmas Bestari.

3.3 Peserta Kegiatan

Peserta yang mengikuti promosi kesehatan berjumlah 10 orang. Peserta

merupakan pasien yang sedang menunggu pengobatan di UPT Puskesmas Bestari.

80
BAB IV

HASIL KEGIATAN

4.1 Hasil Kegiatan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan tentang influenza ini berjalan lancar dan baik serta

mendapatkan respon positif dari peserta promosi kesehatan. Selama promosi

kesehatan tentang influenza berlangsung, dilakukan tanya jawab antara peserta

dan juga yang memberikan promosi kesehatan. Pertanyaan tersebut antara lain

adalah seperti:

1. Apakah bapak ibu yang masih memiliki bayi atau cucu disini sudah

melakukan vaksin influenza sebagai pencegahan?

2. Apakah ada obat flu yang diberikan secara gratis?

3. Apakah penyebab terjadinya influenza dan bagaimana supaya tidak terjadi

penularan?

Diharapkan dengan dilakukannya promosi kesehatan tentang influenza ini,

pasien lebih aware dengan pola hidup sehat dalam pencegahan influenza yaitu

seperti menghindari tempat-tempat yang kotor, menghindari unggas yang sakit,

menghindari kontak langsung dengan penderita, melakukan vaksin influenza

sebagai tindak pencegahan, menghindari hujan-hujanan, makan-makanan yang

sehat dan bergizi cukup agar imun tetap terjaga dengan baik untuk menghindari

terserangnya penyakit, serta mengunjungi faskes terdekat apabila gejala sakit

lebih dari tiga hari, dan melaporkan kejadian unggas sakit kepada pihak terkait..

81
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPA) di Puskemas

memberikan wawasan kepada calon apoteker tentang cara melakukan

promosi kesehatan yang baik dan benar.

 Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh

virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit

berat.

 Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C.

 Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk

(biasanya kering), sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung

berair.

 Cara penularan influenza dapat terjadi dengan cara kontak langsung

dengan penderita atau unggas sakit atau kontak tidak langsung melalui

percikan ludah, paparan muntah, air minum yang terkontaminasi virus, dan

juga alat makan yang digunakan bersama.

 Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum

banyak cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan

gejala yang mengganggu.

5.2 Saran

Disarankan kepada peserta untuk mendapatkan vaksinasi influenza,

melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pergi ke faskes

terdekat apabila tertular influenza.

82
DAFTAR PUSTAKA

Abelson, B., 2009, Flu Shots, Antibiotics, & Your Immune System, (online),

(http://www.drabelson.com/PDF/Flu.pdf, diakses 07 April 2023).

Kunoli, F. J, 2013, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta: Trans Info

Media.

Majid, Abdul, 2015, Infeksi Saluran Pernapasa Akut, Acta Universitatis

Agriculturae Et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 16(2), 39–55.

https://Doi.Org/10.1377/Hlthaff.2013.0625

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Prabu, B.D.R., 1996, Penyakit-Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, 119-123, Widya

Medika, Jakarta.

Profil Puskesmas Bestari Kota Medan Tahun 2022

Rahayu, Y. S, 2011, Kejadian ISPA pada Balita Ditinjau dari Pengetahuan Ibu,

Karakteristik Balita, Sumber Pencemar dalam Ruangan dan Lingkungan Fisik

Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Cibeber Kabupaten Lebak Propinsi

Banten Tahun 2011.

Riskesdas, 2018, Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar, Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Spickler, A., 2009, Influenza, (online),

(http://www.csfph.iastate.edu/pdfs/influenza.pdf, diakses 07 April 2023).

83

Anda mungkin juga menyukai