Perkembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan
Perkembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan
Oleh:
Kelompok 4 / Golongan B
Tabel 1. Kondisi Eksisting SPT (IF) dan Implementasinya di kabupaten TTS. NTT
Konsep dari model ini sudah dilakukan penerapan di Desa Netpala, yaitu
memiliki potensi menghasilkan ternak ruminansia yang dominan serta Topografi
wilayah yang berbukit dan memiliki tingkat erosi yang tinggi. Penerapan konsep
tersebut dilakukan pada lahan kelompok Tani “Akar Mas” , dengan luasan lahan
yang digunakan sebagai lahan percobaan adalah seluas 1 Ha. Bentuk budidaya yang
dikembangkan adalah budidaya sayuran dataran tinggi. Pemilihan jenis usaha tani
ini didasarkan pada kemampuan iklim mendukung usaha tani sepanjang tahun.
Karena pedesaan memiliki kemiringan lebih dari 15%, tingkat erosi juga sangat
tinggi. Ketergantungan petani terhadap sarana produksi khususnya pupuk dan
pestisida kimia sangat tinggi. Pengembangan model SPT berbasis teknologi
Hedgerow disesuaikan dengan kearifan lokal petani di wilayah tersebut.
Gambar 1
Melihat dari skema gambar 1 bisa dilihat bagaimana alur dari kmponen yang
ada dalam sistem pertanian terpadu ini. Dilihat bahwa kegiatan pertanian dapat
dilakukan dengan menggabungkan berbagai komponen yang ada, yaitu: ternak sapi,
tanaman sayuran, dan tanaman legume. Tanaman Rumput fungsinya sebagai
tanaman penguat teras agar tidak mudah mengalami erosi (tanaman konservasi).
Jumlah hewan ternak yang dimasukan dalam sistem sebanyak 2 ekor sapi bakalan
untuk tujuan penggemukan dan juga dipelihara secara intensif dalam kandang.
Diantara barisan tanaman hedgerow (berupa lamtoro dan rumput yang dtanam
sepanjang garis kontur teras) dilakukan budidaya tanaman jagung dan berbagi
tanaman sayuran, seperti kubis, brokoli, sawi.
Lahan percobaan dibuat dengan membuat teras konservasi, 10-15% dari
kemiringan tanah, jarak antar teras 5-15 meter dan perbukitan ditanami tanaman
penguat teras yaitu. tanaman hijauan (rumput cipelang) dan Lammoro ditanam
dengan pola tanam membentuk pagar yang mengikuti kontur. Di sela-sela pagar
tanaman pakan ternak yang merupakan lahan budidaya digunakan
sistem pembuangan air dengan lebar 25 cm dan kedalaman 25 cm
untuk panjangnya menyesuaikan teras. Pengaruh penerapan sistem tersebut adalah
petani akan mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pertaniannya, karena
pembuatan teras dapat mengurangi erosi permukaan, sehingga memperkecil resiko
gagal panen, mempengaruhi hasil panen dan meningkatkan produktivitas lahan.
Aspek Ekologis, termasuk didalamnya adalah interaksi antara komponen
penyusun memiliki nilai positif dalam pelestarian lingkungan yang
berkelanjutan.Tanaman menghasilkan biomasa yang dapat dijadikan sebagai pakan
ternak, sedangkan ternak menghasilkan pupuk kandang yang dapat dikembalikan
ke lahan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah yang
menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman. Penanganan Biommassa
tanaman/ternak (limbah) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penerapan
model SPT di wilayah ini, terutama dalam penyediaan energi dan pepencemaran
lingkungan.
Aspek Ekonomis, hasil penelitian menunjukan terdapat interaksi positif
antara komponen penyusun dalam model yang diterapkan di wilayah Dataran tinggi
Netpala. Interaksi positif diperlihatkan melalui hasil analisis pendapatan dan R/C
ratio SPT, yang menunjukkan bahwa model usahatani sayuran berbasis konservasi
dan ternak sapi yang dikembangkan di zona agroekosistem dataran tinggi,
memberikan keuntungan sebesar Rp.57.050.000, atau setara dengan pendapatan
bulanan sebesar Rp 4.754.116 per bulan, dengan nilai R/C ratio sebesar 2.07. Nilai
R/C yang > 1 ini menunjukkan bahwa usaha pertanian terpadu berbasis konservasi
layak untuk dikembangkan
BAB 3. KESIMPULAN
Kanter, D. R., Musumba, M., Wood, S. L., Palm, C., Antle, J., Balvanera, P., &
Andelman, S. (2018). Evaluating agricultural trade-offs in the age of
sustainable development. Agricultural Systems :163, 73-88.
Yuriansyah, Y., Dulbari, D., Sutrisno, H., & Maksum, A. (2020). Pertanian Organik
sebagai Salah Satu Konsep Pertanian Berkelanjutan: Organic Agriculture as
One of the Concepts of Sustainable Agriculture. PengabdianMu: Jurnal
Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 127-132.
Puspitasari, R. D. (2020). Pertanian berkelanjutan berbasis revolusi industri
4.0. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 3(1), 26.
Sitti Arwati, S. P. (2018). Pengantar Ilmu Pertanian Berkelanjutan. Penerbit INTI
MEDIATAMA.
Abolla, N., Neonufa, N. E., Wardhana, L. W., & Basri, M. (2018). KAJIAN
PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU PADA MODEL
USAHATANI KONSERVASI BERBASIS TEKNOLOGI HEDGEROW
DALAM PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM LAHAN LERING DI
DATARAN TINGGI NETPALA, TTS. Partner, 23(1), 611-619.
Qaim, M. (2020). Role of new plant breeding technologies for food security and
sustainable agricultural development. Applied Economic Perspectives and
Policy, 42(2), 129-150.
Basso, B., & Antle, J. (2020). Digital agriculture to design sustainable agricultural
systems. Nature Sustainability, 3(4), 254-256.