Anda di halaman 1dari 48

Sistem Jaminan Mutu Organik

Tim MK Pertanian Organik


PS. Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Jember
2021
No Kode Unit Unit Kompetensi Fasilitator Bidang Pertanian Organik Tanaman
Kelompok Kompetensi Umum/Dasar
1 TAN.OT01.001.01 Mengorganisasikan Pekerjaan
2 TAN.OT01.002.01 Melakukan Komunikasi Efektif
3 TAN.OT01.003.01 Membangun Jejaring Kerja
4 TAN.OT01.004.01 Mengorganisasikan Kelompok Sasaran
Kelompok Kompetensi Inti
1 TAN.OT02.001.01 Menganalisis Sejarah Lahan
2 TAN.OT02.002.01 Menyusun Program Fasilitasi
3 TAN.OT02.003.01 Mempersiapkan Materi Fasilitasi
4 TAN.OT02.004.01 Melaksanakan Fasilitasi
5 TAN.OT02.005.01 Mengevaluasi Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
6 TAN.OT02.006.01 Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik
7 TAN.OT02.007.01 Mengelola Konversi Lahan
8 TAN.OT02.008.01 Memproses Pupuk Organik
9 TAN.OT02.009.01 Memproses Pestisida Organik
10 TAN. OT02.010.01 Mengelola Kesuburan Tanah
11 TAN. OT02.011.01 Mengelola Pengairan
12 TAN. OT02.012.01 Mempersiapkan Benih/Bahan Tanam Organik
13 TAN. OT02.013.01 Mengendalikan Hama, Penyakit dan Gulma Secara Organik
14 TAN. OT02.014.01 Mengelola Panen dan Pasca Panen
KODE UNIT : TAN.OT02.006.01
JUDUL UNIT : Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang dibutuhkan fasilitator pertanian organik dalam melaksanakan sistem
jaminan mutu standar pangan organik

Pengetahuan yang dibutuhkan :


3.1. Persyaratan standar organik.
3.2. Persyaratan sistem sertifikasi.
Unit kompetensi yang terkait :
1.2.1. TAN.OT02.001.01 : Menganalisis Sejarah Lahan
1.2.2. TAN.OT02.007.01 : Mengelola Konversi Lahan
1.2.3. TAN.OT02.008.01 : Memproses Pupuk Organik
1.2.4. TAN.OT02.009.01 : Memproses Pestisida Organik
1.2.5. TAN.OT02.010.01 : Mengelola Kesuburan Tanah
1.2.6. TAN.OT02.011.01 : Mengelola Pengairan
1.2.7. TAN.OT02.012.01 : Mempersiapkan Benih/Bahan Tanam Organik
1.2.8. TAN.OT02.013.01 : Mengendalikan Hama, Penyakit dan Gulma Secara Organik
1.2.9. TAN. OT02.014.01 : Mengelola Panen dan Pasca Panen
Sistem Jaminan Mutu Organik

• SISTEM PENJAMINAN MUTU

• SISTEM PERTANIAN ORGANIK

• SIKLUS PENJAMINAN MUTU PERTANIAN ORGANIK

• REGISTRASI LAHAN USAHA

• SERTIFIKASI ORGANIK INDONESIA

• REGISTRASI PANGAN SEGAR ASAL TANAMAN (PSAT)


SISTEM PENJAMINAN MUTU
Mutu adalah sifat-sifat yang dimiliki suatu benda yang secara keseluruhan memberi rasa puas kepada
penerima atau pengguna karena sesuai atau melebihi apa yang dibutuhkan atau yang diharapkannya.
Sehingga diperlukan usaha mengidentifikasi apa kebutuhan penerima atau pengguna serta upaya untuk
memenuhi harapan.
Pengertian lain, mutu adalah cocok atau layak untuk digunakan, dapat memenuhi kebutuhan/keinginan
pelanggan. Mutu memiliki peran penting untuk pertumbuhan suatu usaha, peningkatan daya saing dan
untuk pertanian berkelanjutan
Pengendalian mutu:
• Pengukuran kinerja produk
• Membandingkan dengan standar dan spesifikasi produk
• Melakukan tindakan koreksi bilamana terdapat penyimpangan.
Penjaminan mutu pangan organik, merupakan tindakan penyesuaian dengan regulasi SNI 6729:2016
tentang sistem pangan organik.
SNI SPO 6729:2016
• Ruang lingkup
• Definisi
• Persyaratan sistem pertanian organik
• Penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan pengemasan
• Pelabelan dan klaim
• Ketertelusuran dan dokumentasi rekaman
• Produk organik asal pemasukan
• Persyaratan bahan lain yang tidak terdapat pada lampiran
• Sertifikasi (Permentan No 64 tahun 2013 tentang SPO dan revisinya)
• Inspeksi (inspeksi SPO mengacu pedoman KAN No 902 tahun 2006 dan revisinya)
Strategi penjaminan mutu
• penetapan standar sebagai pedoman penjaminan mutu pangan/produk organik
• adanya komitmen untuk menjalankan, sehingga perlunya pemahaman standar sebagai ilmu
pengetahuan
• menjalankan mekanisme kerja penjaminan mutu
• peningkatan mutu berkelanjutan untuk memperoleh pengakuan di dalam maupun di luar negeri.
Sistem jaminan mutu untuk pangan berorientasi pada:
• ISO (SNI ISO 2200:2009 tentang sistem manajemen keamanan pangan – persyaratan untuk organisasi
dalam rantai pangan),
• GAP/GFP (good agricultural practice/good farming practice) (Cara Budidaya Tumbuhan/ternak yang Baik
agar menghasilkan pangan bermutu, aman, dan layak dikonsumsi),
• GHP (good handling practice) (Cara Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian yang Baik agar
menghasilkan pangan bermutu, aman, dan layak dikonsumsi),
• GMP (good manufacturing practice) (Cara Pengolahan Hasil Pertanian yang Baik agar menghasilkan
pangan bermutu, aman, dan layak dikonsumsi),
• HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point atau analisis bahaya dan penentuan titik kritis) (Upaya
yang dilakukan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penyebaran bahaya yang terkandung
dalam bahan pangan. Beberapa negara telah menerapkan HACCP sebagai acuan atau standar
internasional untuk pengawasan mutu dan keamanan pangan.)
Standarisasi Mutu
Standar adalah Spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait. Standardisasi adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar di bidang pertanian yang dilaksanakan secara tertib dan
bekerja sama dengan semua pihak.
Dalam penerapannya, standarisasi mencakup pemberlakuan standarisasi dalam 5 ruang lingkup yaitu:
1. Pemberlakuan standar
2. Penerapan standar
3. Penerapan akreditasi
4. Penerapan sertifikasi
5. Pengawasan standarisasi.
Sertifikasi
1. Untuk meningkatkan kepercayaan secara nasional dan internasional
2. Untuk meningkatkan ekspor
3. Memberikan jaminan mutu terhadap komoditas, barang dan jasa.

Kegiatan sertifikasi
1. Sertifikasi sistem manajemen mutu
2. Sertifikasi produk
3. Sertifikasi Inspeksi teknis (pengemasan)
4. Sertifikasi pelatihan
5. Sertifikasi hasil uji
6. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan
7. Sertifikasi personil
SISTEM PERTANIAN ORGANIK
• Regulasi Sistem Pertanian Organik
SNI SPO 6729:2016

• Pengertian dan Keuntungan Pertanian Organik


Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan
dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup,
berkualitas, dan berkelanjutan.

• Pertanian Organik dan Residu Pestisida


Praktek pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari residu karena adanya
polusi lingkungan secara umum.

• Sistem Pangan Organik


Pangan organik adalah salah satu jenis produk pangan, sebagai salah satu jenis pangan maka sistem keamanan
pangan pada produk organik juga menjadi hal yang sangat penting mengingat produk organik dikenal sebagai
produk yang aman, sehat, dan berkualitas tinggi.

• Prinsip-prinsip Produksi Pangan Organik


Prinsip persiapan, produksi, dan budidaya mencakup prinsip pada lahan, benih serta prinsip pengendalian hama
dan pengendalian gulma.
SIKLUS PENJAMINAN MUTU PERTANIAN ORGANIK
Pengawasan Mutu
• Analisis Input
• Good Agricultural Practices
• Good Handling Practices
• Inspeksi
Sistem Keamanan Pangan Organik
• Keamanan Pangan
• Penjaminan Mutu Pangan melalui HACCP
Ruang lingkup Good Agricultural Practices (GAP) merupakan titik kendali mutu pedoman berbudidaya
tanaman yang baik, meliputi :
1) Kriteria
2) Registrasi dan Sertifikasi
3) Lahan
4) Penggunaan Benih dan Varietas Tanaman
5) Penanaman
6) Pupuk
7) Perlindungan Tanaman
8) Pengairan
9) Panen
10) Penangaan Panen dan Pasca Panen
11) Alat dan Mesin Pertanian
12) Pelestarian Lingkungan
13) Pekerja
14) Fasilitasi Kebersihan dan Kesehatan Pekerja
15) Kesehatan Pekerja
16) Tempat Pembuangan
17) Pengawasan, Pencatatan dan Penelusuran Balik
18) Pengaduan
19) Evaluasi Internal
Ruang lingkup Good Handling Practices (GHP) meliputi:
1) panen,
2) penanganan pascapanen,
3) standardisasi mutu,
4) lokasi,
5) bangunan,
6) peralatan dan mesin,
7) bahan dan perlakuan,
8) wadah dan pembungkus,
9) tenaga kerja,
10) Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3),
11) pengelolaan lingkungan,
12) pencatatan,
13) pengawasan dan penelusuran balik,
14) sertifikasi,
15) pembinaan dan pengawasan.
Sistem Jaminan Mutu Organik
• Tersedia acuan sistem mutu organik sesuai standar yang diacu
• Tersedia dokumentasi sistem mutu yang diterapkan di kelompok berupa Panduan
Mutu/Manual/Standar internal
• Tersedia bukti penerapan standar dan dokumentasi sistem mutu yang telah
diterapkan, berupa :
• Rekaman atau catatan penerapan standar pertanian organik dari
dokumentasi sistem mutu yang ditetapkan
• Rekaman evaluasi penerapan standar pertanian organik dan dokumentasi
sistem mutu dalam bentuk audit internal
Dokumen yang disiapkan
• Panduan/Manual Mutu/standar internal
• Dokumen prosedur/SOP
• Instruksi kerja
• Formulir dan rekaman
Penyusunan dokumen manual mutu
Harus mengacu pada SNI Pertanian Organik
Isi manual mutu:
• Lembar pengesahan
• Lembar perubahan/revisi
• Lembar distribusi
• Pendahuluan (profil termasuk aspek legal)
• Ruang lingkup penerapan organik
• Kebijakan mutu organik kelompok
Penyusunan dokumen manual mutu
• Persyaratan sistem pertanian organik mencakup: manajemen produksi tanaman,
pengelolaan lahan dalam masa konversi, pemeliharaan manajemen organik,
pencegahan kontaminasi, pengelolaan lahan, kesuburan tanah, dan air; pemilihan
tanaman dan varietas, manajemen ekosistem dan keanekaragaman produksi
tanaman, pengelolaan organisme penganggu tanaman
• Penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan pengemasan:
manajemen pasca panen
• Pelabelan dan klaim
• Ketelusuran dan dokumentasi rekaman
SOP
• SOP pengelolaan lahan dalam masa konversi
• SOP pemeliharaan manajemen organik
• SOP pencegahan kontaminasi
• SOP pengelolaan lahan, kesuburan tanah, dan air
• SOP pembuatan pupuk organik
• SOP pemilihan benih tanaman dan varietas
• SOP manajemen ekosistem dan keanekaragaman dalam produksi
tanaman
SOP
• SOP pengelolaan organisme pengganggu tanaman
• SOP manajemen pascapanen
• SOP pelabelan
• SOP pengendalian dokumen dan rekaman
Rekaman yang disiapkan sebelum budidaya
pertanian organik
• Rekaman sejarah penggunaan lahan
• Rekaman peta lahan dalam kawasan
• Rekaman hasil uji lab thd air yg digunakan
• Rekaman hasil uji lab thd tanah/lahan
Pengendalian penerapan sistem budidaya organik
• Mendampingi kelompok untuk menerapkan sistem budidaya organik:
bagian dari tugas dan tgg jwb fasilitator
• Pengendalian penerapan sistem budidaya organik melalui:
• Pembentukan tim audit internal
• Melaksanakan audit internal
• Melakukan perbaikan thd temuan ketidaksesuaian dalam audit internal
Audit internal
• Tahapan evaluasi thd penerapan standar pertanian organik dan dokumentasi
sistem mutu yang telah ditetapkan
• Persyaratan pelaksanaan audit internal:
• Dilakukan oleh personil terlatih, kompeten, dan independen (personil khusus/tim
sistem pengendalian internal, atau metode silang antar anggota dlm kelp)
• Dilakukan scr sistematis dan terdokumentasi
• Sesuai SOP yg tlh ditetapkan
• Bukti penerapan audit internal harus terdokumentasi
Tahapan audit internal
• Audit kecukupan dokumen
• Membandingkan antara dokumentasi sistem mutu (panduan mutu) dg SNI
pertanian organik
• Hasil temuan ketidakcukupan dinyatakan dg cukup/tidak cukup thd dokumen
• Audit kesesuaian (on site audit)
• Membandingkan bukti penerapan dokumentasi sistem mutu dan SNI
pertanian organik serta dokumentasi sistem mutu
- Hasil temuan ketidak sesuaian dinyatakan dg:
Mayor (temuan menggagalkan integritas produk organik)
Minor (temuan melanggar standar atau doksistu, namun tidak
menggagalkan integritas produk organik)
Saran (temuan peningkatan)
- Hasil temuan ketidaksesuaian harus diselesaikan seblm pengajuan
permohonan sertifikasi ke LSO
Rumus kalimat temuan ketidaksesuaian
• P : Problem
• L : Lokasi
• O : Obyek
• R : Referensi (acuan)
SPI/ICS
• Tim sistem pengendali internal (SPI)/internal control system (ICS):
kepanjangan tangan lembaga sertifikasi
• Tugas SPI: evaluasi penerapan sistem pertanian organik sesuai standar
dan dokumetasi sistem mutu yg telah ditetapkan, scr berkala
• Pelaksanaan audit internal: terjadwal, min. 1x/thn, tidak terjadwal
(bila terjadi kasus/keluhan pelanggan)
• Dokumen dan rekaman yang harus didokumentasikan:
• Program audit, jadwal audit, surat tugas auditor, check list audit, hasil audit
kecukupan, hasil temuan ketidaksesuaian, pelaksanaan tindakan perbaikan
dan verifikasi efektivitas hasil tindakan perbaikan
Persyaratan sertifikasi organik

• Rekaman sejarah lahan


• Rekaman peta lahan
• Rekaman penerapan konversi lahan
• Rekaman seluruh penerapan SOP budidaya, penanganan produk
organik dan distribusi produk organik
Persyaratan sertifikasi organik
• Rekaman pelaksanaan audit internal:
• Rekaman pelatihan tim SPI
• Rekaman program audit internal secara berkala
• Rekaman jadwal audit internal
• Rekaman surat tugas auditor
• Rekaman hasil audit kecukupan dokumen
• Rekaman hasil audit kesesuaian
• Rekaman sertifikasi efektivitas tindakan perbaikan
REGISTRASI LAHAN USAHA
Ruang Lingkup dan Definisi
Proses Registrasi Kebun/Lahan Usaha
• Permohonan
• Verifikasi Dokumen
• Penilaian
• Hasil Penilaian
Praktek Kriteria Penilaian Registrasi
Kebun/Lahan Usaha
SERTIFIKASI ORGANIK INDONESIA
• Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2016, seluruh produk
organik yang beredar di wilayah Indonesia baik produksi dalam negeri maupun pemasukan (impor)
harus mencantumkan logo organik Indonesia.
• Hanya pelaku usaha organik yang sudah disertifikasi oleh LSO yang berhak mencantumkan logo
organik Indonesia.
• LSO, Lembaga yang berhak memberikan sertifikasi pangan organik di Indonesia adalah lembaga yang
telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan telah diverifikasi oleh Otoritas Kompeten
Pangan Organik (OKPO).
• Pemilik usaha (operator) harus memenuhi beberapa persyaratan untuk mendapatkan sertifikat organik
di Indonesia, yang menyangkut kelengkapan dokumen administrasi dan kelembagaan. Pemilik usaha
harus menetapkan, menerapkan dan menjaga produk organik yang sesuai dengan ruang lingkup
kegiatannya sebagai langkah awal dalam mempersiapkan sertifikasi, dalam hal ini pemilik harus
mendokumentasikan kebijakan, sistem, program, prosedur, dan instruksi untuk menjamin mutu produk
organiknya. Dokumentasi sistem ini harus dikomunikasikan kepada, dimengerti oleh, tersedia bagi, dan
diterapkan oleh semua personil yang terkait dalam bidang usaha yang dikerjakan dengan cara
melakukan langkah-langkah yang berkaitan dengan persyaratan manajemen dan persyaratan teknis.
Alur Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik

CPCL : Calon Petani Calon Lokasi


ICS : Internal Control System
LSO : Lembaga Sertifikasi Organik
1) Apresiasi dan Sosialisasi
• Apresiasi dan sosialisasi bertujuan untuk mensosialisasikan standar dan regulasi yang dijadikan
acuan dalam penerapan sistem pertanian organik. Apresiasi juga bertujuan untuk membangun
komitmen poktan/gapoktan dalam menerapkan sistem pertanian organik dan mengikuti sertifikasi
organik berbasis kelompok.
• Apresiasi/sosialisasi dilakukan langsung di poktan/gapoktan CPCL, diikuti oleh anggota dan
mengurus poktan /gapoktan, dipandu oleh Petugas Pendamping/Pembina/Petugas PMHP dari
Dinas Kabupaten/Kota/ Provinsi, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Litbang dan instansi lainnya
yang memiliki kompetensi yang memadai.

Materi yang harus disosialisasikan:


▪ Kebijakan Pengembangan Pertanian Organik
▪ SNI 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik
▪ Sertifikasi berbasis kelompok (Penerapan Internal Control System/ICS)
▪ Strategi Membangun Bisnis Organik
2) Pembentukan Tim Internal Control System (ICS)
Untuk sertifikasi organik berbasis kelompok, poktan/gapoktan harus membentuk Tim Internal Control
System (ICS). Tim ICS dapat diintegrasikan dalam struktur organisasi poktan/gapoktan organik yang sudah
ada.
3) Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)
Bimbingan teknis penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan langsung di poktan/gapoktan CPCL, dipandu
oleh petugas pendamping / pembina / Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) dari Kabupaten /Kota
/Provinsi/Pusat. Dokumentasi Sistem Mutu yang akan disusun untuk sertifikasi sistem pertanian organik
berbasis kelompok terdiri atas:
▪ Panduan Penerapan Sistem Kendali Internal (Internal Control System/ICS)
▪ Prosedur Budidaya Organik
▪ Prosedur Pembuatan Pupuk Organik
▪ Prosedur Pembuatan Pestisida Organik
▪ Prosedur Penanganan Pascapanen
▪ Peta Lahan
▪ Formulir pencatatan (catatan budidaya organik, panen,penyimpanan hasil panen, pengiriman dan penjualan)
4) Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)
Dokumen sistem mutu harus disosialisasikan kepada seluruh anggota oleh tim penyusun. Penyuluh/Petugas
Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) dari Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat harus membantu
mensosialisasikan dokumen sistem mutu. Kegiatan sosialisasi dokumen sistem mutu harus
didokumentasikan.
5) Penerapan Internal Control System (ICS)
Untuk sertifikasi berbasis kelompok, pelaku usaha harus menerapkan Internal Control System (ICS)
dengan tahapan sebagai berikut:
• Pendaftaran Petani
• Inspeksi Internal (Pengawas internal dari Tim ICS melakukan inspeksi internal penerapan sistem
pertanian organik terhadap seluruh petani anggota kelompok yang sudah didaftar)
• Persetujuan dan Sanksi (Hasil inspeksi internal diputuskan dalam komisi persetujuan dengan status
(organik, konversi tahun 1, konversi tahun 2) dan direkapitulasi dalam form daftar petani yang disetujui
Approved Farmer List (AFL).
• Pra Assessment (Pra Assessment dilakukan untuk memastikan persyaratan sertifikasi pertanian
organik baik aspek teknis maupun manajemen telah dipenuhi oleh poktan/gapoktan organik)
• Tindakan Perbaikan (Temuan ketidaksesuaian pada saat pra assessment harus diperbaiki sebelum
engajukan permohonan sertifikasi organik ke Lembaga Sertifikasi Organik)
• Permohonan Sertifikasi (Poktan/Gapoktan yang telah menyelesaikan tindakan perbaikan dapat
mengajukan sertifikasi organik ke LSO melalui Dinas Pertanian Provinsi penerima dana dekonsentrasi)
Alur Sertifikasi Sistem Pertanian Organik
6) Pengajuan Registrasi PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan)
Produk yang sudah disertifikasi organik dan dikemas dalam kemasan retail harus didaftarkan registrasi
PSAT ke Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P)/ Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D). Jika OKKP-D belum memiliki ruang lingkup verifikasi untuk registrasi PSAT maka
pengajuan registrasi PSAT disampaikan ke OKKP-P.
Registrasi PSAT

1) Identifikasi
Dinas lingkup pertanian provinsi melakukan identifikasi calon pelaku usaha yang akan dibina dan proses
pengusulan dapat dikoordinasikan dengan dinas kabupaten/kota.
Kriteria CPCL pelaku usaha yang akan dibina hingga siap diajukan registrasi PSAT meliputi:apan Jaminan Mutu
Produk Tanaman Pangan
▪ Pelaku usaha/poktan/gapoktan yang telah menghasilkanproduk segar asal tumbuhan dalam bentuk
terkemas(kemasan retail);
▪ Poktan/gapoktan penggilingan padi yang sudah menghasilkanproduk beras dalam kemasan;
▪ Diutamakan penerima kegiatan tugas pembantuan pascapanen atau peralatan pengolahan dari Ditjen
Tanaman Pangan;
▪ Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem jaminan mutu produk yang baik.

2) Apresiasi dan Sosialisasi


Apresiasi bertujuan untuk mensosialisasikan standar dan/atau regulasi yang dijadikan sebagai acuan
penerapan sistem jaminan mutu produk.
3) Pembentukan Tim Mutu
Untuk penerapan sistem jaminan mutu produk harus dibentuk tim mutu terdiri dari anggota poktan/gapoktan
yang memahami sistem jaminan mutu produk. Pada tahap awal tim mutu bertugas untuk menyusun
dokumen sistem mutu, dan mensosialisasikan penerapan sistem jaminan mutu kepada anggota.

4) Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)


Bimbingan teknis penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan langsung di poktan/gapoktan CPCL, diikuti
oleh anggota dan pengurus poktan /gapoktan, dipandu oleh Petugas Pendamping/Pembina/Petugas PMHP
dari Dinas Kabupaten/Kota/ Provinsi, instansi Pusat atau dari Perguruan Tinggi, Badan Litbang dan lain-lain
yang memiliki kompetensi yang memadai di bidangnya (pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman
pendampingan).

5) Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)


Dokumen sistem mutu harus disosialisasikan kepada seluruh anggota oleh tim penyusun.
Penyuluh/Petugas dari Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat harus membantu mensosialisasikan dokumen sistem
mutu. Kegiatan sosialisasi dokumen sistem mutu harus didokumentasikan.
6) Penerapan Sistem Jaminan Mutu
Dokumen sistem mutu yang telah disusun harus dijadikan acuan dalam operasionalisasi kegiatan secara
konsisten oleh poktan/gapoktan. Penerapan dokumen sistem mutu tersebut harus dibuktikan dengan
pencatatan. Peran penyuluh/pendamping dan tim keamanan pangan sangat diperlukan dalam penerapan
sistem jaminan mutu keamanan pangan.

7) Permohonan Registrasi PSAT


Pelaku usaha/Poktan/Gapoktan yang telah menyelesaikan tindakan perbaikan dapat mengajukan
permohonan registrasi PSAT ke Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKPP/ OKKP-D). Pada saat
pengajuan registrasi PSAT pelaku usaha pangan segar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Kartu Tanda Penduduk Pemohon
• Akte pendirian dan perubahannya (badan usaha/badan
• hukum pembentukan poktan/gapoktan)
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon
• Surat Keterangan Domisili
• Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
• Sertifikat Jaminan Mutu Produk (jika ada)
• Dokumen Sistem Manajemen Mutu (doksistu)
Jika dari hasil penilaian proses permohonan registrasi PSAT yang diajukan ke OKKP-P/OKKP-D
dinyatakan bahwa pelaku usaha/poktan/gapoktan yang telah dibina oleh Dinas Pertanian Provinsi sebagai
penyelenggara tidak layak untuk memperoleh nomor registrasi PSAT, maka OKKP-P/OKKP-D yang
melakukan penilaian harus mengemukakan kejelasan secara tertulis ketidaklayakan tersebut agar dapat
dilakukan pembinaan lebih lanjut.
Referensi
• Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
KEP.07/MEN/I/2011 tentang PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
SEKTOR PERTANIAN BIDANG PERTANIAN ORGANIK TANAMAN MENJADI STANDAR KOMPETENSI KERJA
NASIONAL INDONESIA
• Badan Standardisasi Nasional, 2016, SNI 6729:2016 Sistem Pertanian Organik
• Sapto Priyadi, 2015, Sistem Penjaminan Mutu Pertanian Organik, Univ. Tunas Pembangunan
• Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kemneterian Pertanian RI, 2017, Panduan Teknis Penerapan Jaminan
Mutu Produk Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanamn Pangan, Kementan,
Jakarta
TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan sistem jaminan mutu, kenapa membutuhkan Jaminan mutu
2. Mengapa Sistem jaminan mutu untuk pangan berorientasi pada:
ISO, GAP/GFP (good agricultural practice/good farming practice); GHP (good handling
practice) (Cara Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian yang Baik), GMP (good
manufacturing practice) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point atau analisis bahaya
dan penentuan titik kritis)
3. Dokumen Apa saja yang harus disiapkan pada sistem jaminan mutu organik
4. Apa syarat boleh mencantumkan logo organik indonesia
5. Sebutkan (Berikan bukti/Gambar/foto) produk pangan yang sudah ada logo organik indonesia (5
produk)
Pekerjaan langsung upload di MMP, tanggal 17 Oktober sampai jam 20.30 WIB.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai