Anda di halaman 1dari 38

Laporan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PUSKESMAS


DUNGINGI
Laporan Ini Disusun Sebagai Syarat Dalam Kurikulum Program Studi D3
Farmasi

OLEH

OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)

ANGGOTA
1. Citra Mamonto (821320009)
2. Risha Putri Hulopi (821320083)
3. Oktaviani Z Bafadhal (821320073)
4. Nurramadhani Samad (821320062)

PRODI D-3 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PUSKESMAS
DUNGINGI

OLEH
KELOMPOK : 4 (EMPAT)

1. Citra Mamonto (821320009)


2. Risha Putri Hulopi (821320083)
3. Oktaviani Z Bafadhal (821320073)
4. Nurramadhani Samad (821320062)

Gorontalo, Januari, 2023


Mengetahui
Apoteker Puskesmas Dungingi Dosen Pembimbing

Dian Oktovin Monua, S.Farm,Apt Andi Makkulawu, S.Si.,Apt.M.Farm


NIP. 19881002 201001 2001 NIP. 198208292009011004
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat
dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Serta segenap pengikutnya hingga akhir zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya
penulis menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan di Puskesmas Dungingi
tepat pada waktunya.
Tersusunnya laporan ini tentunya bukan karena hasil kerja keras penulis
semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Ucapan terima kasih kepada pembimbing di Puskesmas Dungingi yang telah
membimbing penulis sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu. Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat membantu pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Januari 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................1
Latar Belakang 1
Tujuan Praktek Kerja Lapangan..............................................................................2
Tujuan Pembuatan Laporan.....................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................4
Puskesmas 4
Organisasi Instansi...................................................................................................5
Personalia 7
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas...................................................7
Pelayanan Farmasi Klinik Di Puskesmas................................................................12
BAB 3 URAIAN KASUS..................................................................16
Waktu Pelksanaan Kegiatan....................................................................................16
Pelaksanaan Kegiatan Di Puskesmas Dungingi..................................16
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................24
Masalah Yang Di Timbulkan...................................................................................24
Pemecahan Masalah.................................................................................................24
BAB 5 PENUTUP..............................................................................26
Kesimpulan..........................................................................................26
Saran....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelengaraan
pendidikan keahlian yang memadukan secara sistematik dan sinkron program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui profesional tertentu. Praktek Kerja
Lapangan (PKL) mengandung makna bahwa kegiatan ini menjadi tanggung
jawab bersama antar pihak universitas dan masyarakat atau dunia kerja.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan
manusia, karena menjadi salah satu penunjang aktivitas manusia. Dengan pola
hidup sehat, setiap orang dapat berperan produktif secara sosial dan ekonomi
untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Selain upaya kesehatan secara
pribadi, perlu adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas pelayanan-pelayanan
kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Azwar, 1999).
Pusat Kesehatan Masyarakat juga sebagai unit pelayanan kesehatan
memiliki peran yaitu menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat
(kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan,
pelaporan, dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan hendakya dikelola
secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutunya
ditiap unit (Depkes, 2010).
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya peprluasan
dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmceutical care).
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas merupakan suatu kesatuan yangtidak
dapat terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam

1
peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Menkes,
2016).
Pendidikan tinggi farmasi mempunyai peranan yang penting dalam
menghasilkan lulusan farmasi yang terampil dan berkompeten. Untuk
menciptakan lulusan yang berkompeten, setiap mahasiswa diwajibkan tidak
hanya menguasai ilmu secara teoritis saja, melainkan juga menguasai praktek di
lapangan. Salah satu lapangan kerja untuk para lulusan farmasi dan profesi
apoteker adalah puskesmas. Terdapat tiga bidang pengelolaan di puskesmas
yang perlu di pahami oleh mahasiswa, yaitu bidang manajemen, bidang
administrasi, dan bidang pelayanan. Untuk memahami ketiga bidang tersebut
maka diadakanlah PKL.
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Adapun tujuan praktek kerja lapangan antara lain:
1. Memahami dan mengetahui ruang lingkup kerja dan tanggung jawab dari
Apoteker dan Asisten Apoteker di dalam Puskesmas Dungingi. Memahami
dan mempraktekan secara langsung standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Dungingi.
2. Mempelajari ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan,
pengolahan, penyadiaan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, dan
penyerahan obat, pelayanan informasi obat serta perbekalan farmasi di
Puskesmas.
Tujuan Pembuatan Laporan
Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengembangkan ilmu ilmu yang
didapatkan di kampus dan dapat diterapkan di lapangan kerja.
2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian
sesuai dengan program pendidikan yang telah ditetapkan secara lebih luas

2
dan mendalam yang terungkap dalam laporan yang disusun.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Puskesmas
Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesehatan organisasi


kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehataan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada msyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada individu (Dinata, 2018).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014 tentang Puskesmas. Pusat kesehatan masyarakat atau disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif
maupun rehab.
Tujuan Puskesmas
Tujuan Puskesmas sesuai dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 75 tahun 2014 adalah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat,
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat dan untuk mewujudkan
masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal (Kementerian
Kesehatan RI No 75 tahun 2014).
Fungsi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun
2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut yaitu:
4
a. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
b. Untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu
c. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat
d. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
Puskesmas Dungingi
Puskesmas Dungingi merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang
berada dibawah naungan Dinas Kesehatan. Puskesmas Dungingi beralamat di Jln.
Anggur Kelurahan Huangobotu Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Puskesmas
Dungingi melakukan pelayanan kesehatan perorangan yaitu berupa tindakan
gawat darurat, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi dan mulut, KIA/KB,
kefarmasian, imunisasi, laboratorium sederhana, dan prolanis. Upaya kesehatan
esensial yang dilakukan Puskesmas Dungingi berupa promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, gizi, pencegahan dan penangulanggan penyakit dan
keperawatan kesehatan masyarakat. Puskesmas Dungingi juga melakukan
pelayanan kesehatan jiwa bagi pasien ODGJ (orang dengan gangguna jiwa).
Visi dan Misi Puskesmas Dungingi
1. Visi
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri menuju
Dungingi sehat 2021
2. Misi
1) Tersedianya sumber daya manusia yang profesional
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
3) Mengembangkan kerjasama unsur-unsur terkair di bidang kesehatan
4) Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Organisasi Instasi
Dalam PERMENKES No. 43 tahun 2019 dijelaskan bahwa Puskesamas
harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi dalam
Puskesmas paling sedikit terdiri dari :

5
a. Kepala puskesmas
b. Kepala tata usaha ; dan
c. Penanggung jawab
Dalam pasal 42 PERMENKES No. 43 tahun 2019 dijelaskan bahwa :
1. Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas,
pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan bangunan, prasarana, dan peralatan.
PERMENKES No. 43 tahun 2019 pada pasal 43 menyebutkan bahwa
Kepala Puskesmas diberikan tunjangan dan fasilitas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Syarat-syarat menjadi kepala puskesmas disebutkan dalam PERMENKES
NO. 43 tahun 2019 pasal (44) bahwa :
1. Kepala Puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.
2. Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara;
b. Memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1
(strata satu) atau D-4 (diploma empat);
c. Pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan
jenjang ahli pertama paling sedikit 2 (dua) tahun;
d. Memiliki kemampuan manajemen di bidang kesehatan masyarakat;
e. Masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 (dua) tahun; dan
f. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
3. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak
tersedia seorang tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, kepala
Puskesmas dapat dijabat oleh pejabat fungsional tenaga kesehatan
dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.

6
Personalia
1. Muhammad Mansyur Tojib, S.KM (Kepala Puskesmas)
2. Jolli Sigarlaki, S.I.K (Kepala Tata Usaha)
3. Dr. Jasawarjo Puhi (Dokter Puskesmas)
4. Dr. Sandra L. Dunggio (Dokter Puskesmas)
5. Drg. Tety H. Sulistyo (Dokter Puskesmas)
6. Apt. Dian Oktovin Monua, S.Farm (Apoteker)
7. Sandra Limonu (Pegawai Apotek)
8. Fitri Piinga (Pegawai Apotek)
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan
pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya
sarana prasarana dan sumber daya manusia (Permenkes, 2014).
Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan ditetapkan di
berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010).
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas
1. Perencanaan
Menurut Permenkes No 30 tahun 2014 perencanaan yaitu kegiatan seleksi
obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di Puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya

7
tepat jumlah, tepat jenis dan efisien. Perencanaan obat dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan peningkatan efisiensi penggunaan obat secara
rasional dan perkiraan jenis dan jumlah obat yang di butuhkan.
2. Permintaan
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap
tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban
menulis resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan
milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan
tersedia di Puskesmas. Permintaan untuk mendukung pelayanan obat di
masing- masing puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi Kabupaten dapat
menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit ke
kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO
(Depkes, 2003).
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam
kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian

8
wajib

9
melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian
dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan
Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di
Puskesmas ditambah satu bulan (PERMENKES, 2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan
jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan
narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
(Permenkes,2014).
Prosedur Sistem Penyimpanan obat menurut Palupiningtyas (2014) yakni:
a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis), persamaan bentuk (obat
kering atau cair) dan cara pemberian obat (luar, oral, dan suntikan)
b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan:
1) FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluarsa lebih
awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan
dan obat baru diletakkan paling belakang.
2) FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa harus
dikeluarkan lebih dahulu.
c. Obat disusun berdasarkan volume
1. Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus
agar mudah ditemukan kembali
2. Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan obat merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan bahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi

10
kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock)
(Permenkes RI, 2014).
6. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar (Permenkes RI,2014).
Pengendalian obat terdiri dari :
1) Pengendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat kepada Instalasi Farmasi merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi obat, baik obat
diterima, disimpan, di distribusikan atau diberikan di Puskesmas maupun di
unit pelayanan kesehatan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data jenis dan jumlah
penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan, dan data durasi seluruh
mata rantai usaha mutasi obat. Beberapa kegiatan registrasi dan notifikasi
obat ini telah dijelaskan dalam setiap aspek pemberian obat. Berikut ini
adalah uraian singkat tentang kegiatan registrasi dan pelaporan obat yang
harus dilakukan oleh IFK.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi:

11
1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan
Pengadaan Obat melalui kegiatan perhitungan tingkat kecukupan obat
per UPK
2. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana
distribusi akan dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK.
3. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat.
4. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi dengan
pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan. (Kemenkes,
2010)
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, peran
tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bertugas dan bertanggung jawab
dalam memberikan informasi terkait cara pemakaian obat yang rasional
(Arimbawa, & Wijaya, 2014).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung kepada pasien
serta bertanggung jawab terhadap Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan
kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patiente
safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin (Permenkes No.
74, 2016).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi; Pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat kegiatan pengkajian resep dimulai
dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

12
2. Nama, dan paraf dokter

13
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran
obat) Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian (Permenkes RI no.74, 2016).
Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (PERMENKES 74, 2016)
Tujuan pelayanan farmasi klinik :
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.

14
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan Farmasi Klinik Meliputi
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran
Obat). Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

15
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka. Membuat buletin, leaflet, label Obat,
poster, majalah dinding dan lain-lain.
3. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
4. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
5. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1. Sumber informasi Obat
2. Tempat.
3. Tenaga.
4. Perlengkapan.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan Obat.
4. Ronde/Visite Pasien

16
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1) Memeriksa Obat pasien.
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
4) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien.
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1) Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Tujuan:
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
Obat. (PERMENKES 74, 2016)

17
BAB III
KEGIATAN DI PUSKESMAS
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan magang bagi mahasiswa program studi D3 Farmasi Universitas
Negeri Gorontalo di Puskesmas Dungingi ini dilaksanakan selama empat puluh
lima hari, dimana mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok, dan masing-masing
kelompok mempunyai masa magang lima belas hari. Kegiatan ini berlangsung
dari tanggal 9-26 Januari untuk periode pertama, 27-13 Februari untuk periode
kedua, dan 14-2 Maret untuk periode ketiga. Kegiatan magang di Puskesmas
Dungingi ini dilaksanakan setiap senin-sabtu, pukul 08.00-15.00 WITA.

` Pelaksanaan Kegiatan Di Puskesmas Dungingi


Kegiatan magang bagi mahasiswa program studi D3 Farmasi Universitas
Negeri Gorontalo di Puskesmas Dungingi ini dimulai pada tanggal 9 januari 2023.
Masing-masing kelompok pada hari pertama sampai hari ke lima belas magang
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Perkenalan baik dari staf sampai sediaan farmasi yang ada di Puskesmas
Dungingi.
2. Orientasi tentang Apotek, meliputi :
a. Perkenalan baik dari staf sampai sediaan farmasi yang ada di
Puskesmas Dungingi.
b. Penjelasan atau pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan di apotek,
diantaranya Standar Operasional Prosedur (SOP), sumber daya
manusia, dan laporan-laporan yang dibuat oleh apotek.
Kegiatan lain yang dilaksanakan yakni terlihat langsung dalam pelayanan
resep meliputi :
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memeriksa kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal,

18
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin.
b. Memeriksa kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensistabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Mempertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Mengonsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia.
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.
b. Meracik obat, apabilah bentuk sediaan harus diracik dahulu.
c. Memberikan etiket warna putih untuk sediaan oral dan etiket warna biru
untuk sediaan topikal atau obat luar.
3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal seperti berikut :
a. Memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat sebelum obat diserahkan kepada
pasien.
b. Menyerahkan obat kepada pasien dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang
stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarga.
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat,
dan lain-lain.
4. Pelayanan Informasi Obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksanan dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien, sumber infomasi obat adalah

19
buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialit Obat (ISO), Informasi
Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-
buku lainnya.
Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
yang berisi :
a) Nama dagang obat jadi
b) Komposisi
c) Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
d) Dosis pemakaian
e) Cara pemakaian
f) Khasiat atau kegunaan
g) Kontra indikasi (bila ada)
h) Tanggal kadaluarsa
i) Nomor izin edar/nomor registrasi
j) Nomor kode produksi
k) Nama dan alamat industri
3. Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Dungingi meliputi :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan Farmasi Klinik.
4. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
Dungingi meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan merupakan proses kegiatan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Untuk
perencanaan sediaan farmasi tersebut Puskesmas membuat Rancangan
Kebutuhan Obat yang disingkat RKO. RKO merupakan perkiraan
kebutuhan obat satu tahun berikutnya berdasarkan perhitungan
pemakaian rata- rata obat satu tahun dan sisa stok akhir tahun juga
berdasarkan epidemologi dan kombinasi obat yang sering digunakan.
Selain itujuga Puskesmas setiap bulan berjalan melakukan SO (stok
opname) untuk pembuatan

20
LPLPO, yang selanjutnya diserahkan pada pihak Instalasi Farmasi.
Selain melaksanakan SO dan pembuatan RKO pihak Puskesmas juga
bisa melakukan pengadaan obat melalui dana JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional). Proses pengadaan obat JKN diawali dengan
penyusunan Formularium Nasional (Fornas) yang merupakan dasar
untuk penetapan e-Katalog sebagai referensi bagi faskes dalam
pengadaan obat. Harga obat dalam e-Katalog ditetapkan melalui
proses lelang nasional terbuka (atau negosiasi jika penyedia obat
hanya tiga perusahaan farmasi atau kurang), dengan harga perkiraan
sendiri (HPS) dan rencana kebutuhan obat (RKO) yang ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan sebagai harga dan volume kebutuhan
acuan. Pembiayaan dana JKN dilakukan berdasarkan RKO yang
dibuat pada awal tahun dan berdasarkan kebutuhan.
b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang
dibuat. Untuk permintaan tersebut mamasukan LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang ditanda tangani oleh
Apoteker penangung jawab dan juga kepala Puskesmas.
c. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.
Instalasi Farmasi Kota kemudian mengeluarkan SBBK (Surat Bukti
Barang Keluar).
d. Penyimpanan

21
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang diterima.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
puskesmas Dungingi adalah :
1. Bentuk sediaan
2. Sesuai abjad
3. Secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out)
e. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan
jaringannya.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain :
1. Apotek
2. Pustu (Puskesmas Pembantu) (Pustu Tuladenggi, Pustu
Huangobotu, Pustu Libuo, Pustu Tomulabutao dan Pustu
Tomulabutao Selatan)
3. KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak)
4. Laboratorium
5. UGD (Unit Gawat Darurat)
6. Ruang Tindakan
7. Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut
f. Pengendalian
Pemusnahan dan Penarikan Sediaaan Farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah berdasarkan oleh BPOM
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan

22
2. Pengendaliaan penggunaa
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluarsa.
Puskesmas Dungingi tidak melakukan pemusnahan semua Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah ED (expire
date) akan dicatat, dikemas dan dikembalikan ke Instalasi
Farmasi dengan menggunakan berita acara yang dibuat sebanyak
dua rangkap lengkap dengan lampiran daftar obat yang kadaluarsa
ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab.
g. Pencatatan, pelaporan
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Laporan yang digunakan di
Puskesmas Dungingi adalah Laporan Yanfar (Layanan Kefarmasian)
dan POR (Penggunaan Obat Rasional).
h. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi.
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebapkan

23
penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika adalah zat/bahan obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebapkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
3. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan,
dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoeperdine,
norepherdine/phenylpropanolmine, ergotamin, ergometrine, atau
potasium permanganat.
Tempat penyimpanan Narkotik, Psikotropika dan Prekursor Farmasi :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Tidak mudah di pindah dan mempunyai dua buah kunci yang berbeda
c. Harus diletakan dalam ruangan khusus di sudut gudang
d. Diletakan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
e. Kunci lemari khusus dikuasi oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjukan dan pegawai lain yang dikuasai.
6. Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Dungingi Meliputi :
1. Pengkajian dan pelayanan resep yang diterima dari dokter
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang dilakukan langsung oleh
apoteker penanggung jawab yang ada di Puskesmas Dungingi melalui
pemberian leaflet kepada pasien, komunikasi dengan pasien melalui
pesan singkat, komunikasi antar tenaga kesehatan dan atau lintas
program, kegiatan penyuluhan tentang DAGUSIBU melalui kegiatan
GEMA CERMAT
3. Konseling, dilakukan untuk pasien TB dan HIV
4. Monitoring Efek Samping Obat, dilakukan untuk pasien baru yang
menjalani perawatan TB dan HIV

24
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KASUS KLINIK
Masalah yang Ditemukan
Dalam pelaksaan kegiatan magang di Puskesmas Dungingi ada berapa
masalah yang ditemukan yaitu, terjadi kekurangan dalam jumlah obat atau obat
habis karena lambatnya pengadaan obat dari Instalasi Farmasi yang ada, sehingga
obat yang ada diresep diganti dengan obat yang serupa indikasinya berdasarkan
konsultasi dengan dokter yang bersangkutan. Selain itu juga, masih kurangnya
tenaga kefarmasian pada Puskesmas pembantu yang ada di bawah naungan
Puskesmas Dungingi. Masalah lainnya yang di alami yaitu stok obat tidak sesuai
dengan kartu stok.
Alternatif Pemecahan Masalah
Setiap masalah yang di alami pasti ada solusi untuk pemecahannya. Untuk
masalah kehabisan stok obat dapat diatasi dengan pemeriksaan stok atau
melakukan manajemen persediaan obat sehingga masalah kehabisan stok obat
tidak dapat terjadi. Menurut Priyambodo (2007) bahwa pengendalian persediaan
adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan yang menyeimbangkan tujuan
diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan
tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan
mendasar yaitu kapan dilakukan pemesanan dan berapa jumlah yang harus di
pesan dan kapan harus dilakukan pemesanan kembali. Menurut Seto (2004),
pengendalian persediaan sangat penting karena persediaan/stok obat akan
memakan biaya yang melibatkan investasi yang besar karena itu perlu dilakukan
dengan efektif dan efisien. Pengendalian persediaan yang efektif adalah
mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investas pada persediaan obat
dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.
Penggunaan obat harus disesuaikan dengan petunjuk. Petunjuk
penggunaan dapat diperoleh dari informasi yang diberikan oleh Apoteker atau dari
petunjuk pemakaian yang tertera dalam kemasan obat atau leaflet. Cara
penggunaan obat yang tepat, yaitu 1) Penggunaan obat sesuai dengan anjuran
yang tertera pada etiket atau brosur. 2) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian
secara terus-menerus. 3) Tidak disarankan menggunakan obat orang lain
walaupun gejala penyakit yang
25
ditimbulkan sama. 4) Apabila obat yang digunakan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan, segera hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan
Dokter (DepKes RI, 2006).

26
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Ruang lingkup kerja farmasi di Puskesmas mencakup semua kegiatan yang


terkait dengan obat-obatan dan apotek itu sendiri, tidak hanya berfokus pada
penerimaan resep, penyiapan atau peracikan dan penyerahan obat, tetapi
bertanggung jawab juga pada penyediaan dan perencanaan obat yang bertujuan
untuk menetukan jenis dan jumlah perbekalan kesehatan, penyimpanan sekaligus
dapat menempatkan obat-obatan yang di terima pada tempat yang sesuai dengan
pengaturan yang sudah ada, distribusi dalam rangka pengeluaran dan pengiriman
obat-obatan yang bermutu pada pasien, pengecekkan terhadap obat, serta
pencatatan dan pelaporan data obat-obatan.
Tanggung jawab seorang farmasi di Puskesmas terkait obat begitu luas
sehingga diperlukan kemampuan dan kompetensi yang baik pada bidang tersebut,
harus menyalurkan ilmu teoritis dan praktek yang diperoleh di kampus agar dapat
diwujudkan atau dilakukan secara nyata dalam dunia pekerjan sehingga dapat
memperluas, mengembangkan dan meningkatkan keterampilannya. Adapun
pelayanan farmasi terdiri atas perbekalan di gudang, dan pelayanan di apotek
puskesmas. Adapun alur pelayanan resep meliputi penerimaan resep, skrining
resep seperti melihat kelengkapan dan kesesuaian dari resep tersebut,
pengambilan / penyediaan dan peracikan obat, pemberian etiket dan kemasan,
skrining akhir kesesuaian obat yaitu untuk melihat apakah jumlah dan jenis obat
sudah sesuai dengan yang tertulis di resep, dan penyerahan obat kepada pasien
yang disertai dengan pemberian informasi mengenai obat kepada pasien.
Saran
Saran Untuk Jurusan
Saran untuk jurusan kedepannya agar bisa lebih memantapkan kembali
bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa PKL agar dapat meminimalisir
keselahan yang akan terjadi di instansi tempat PKL.
7.2.2 Saran Untuk Puskesmas

27
Saran untuk puskesmas kedepannya untuk pihak Puskesmas Dungingi agar
kiranya dapat terus berkenan untuk tetap menerima dan membimbing mahasiswa
PKL khusunya jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
Saran Untuk Mahasiwa
Saran untuk mahasiswa agar dapat lebih meningkatkan dan menambah
pengetahuan tentang kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
termasuk didalamnya tentang pelayanan resep, terkait interaksi obat, perhitungan
dosis, nama latin, efek samping obat, dan penggolongan obat.

28
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, E., Suarjana, I. K., & Wijaya, I. P. G. (2014). Hubungan Pelayanan
Kefarmasian dengan Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotik di
Kota Denpasar. Public Health and Preventive Medicine Archive
Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
DepKes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit di Indonesia Revisi II. Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik.
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. JAKARTA:
Kementrian Kesehatan RI.
Depkes. Riset Kesehatan Dasar (2010). Jakarta: Balitbangkes Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
Dinata, A., (2018). Bersahabat dengan Nyamuk: Jurus Jitu Atasi Penyakit
Bersumber Nyamuk. 2nd ed. Pangandaran: Arda Publishing.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban
Menggunakan OGB Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
JakartaKementerian Kesehatan RI.
Menkes RI Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 43 Tahun (2019).
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Menkes RI Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 74 Tahun (2016).
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Palupiningtyas, Retno. (2014). Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang
Farmasi RS Mulya Tangerang Tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun (2014) tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Permenkes, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72
Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes., (2014), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta Departemen
Kesehatan RI.
Priyambodo. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama.
Seto, Soerjono. (2004). Manajemen Farmasi. Airlangga University Press. Surabaya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Etiket Biru

2. Etiket Putih

3. Etiket Putih Antibiotik


4. Etiket Sirup

5. Gudang Obat (Lemari sediaan oral yang diatur sesuai abjad)

6. Gudang Obat (Lemari BMHP)


7. Gudang Obat (Lemari Sirup)

8. Rak Obat Di Apotek

9. Tempat Penyimpanan Vaksin (Cold Chain)


10. Lemari Narkotika

11. Konseling pasien TB paru

Anda mungkin juga menyukai