Anda di halaman 1dari 33

Laporan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PUSKESMAS


DUNGINGI
Laporan Ini Disusun Sebagai Syarat Dalam Kurikulum Program Studi D3
Farmasi

OLEH

OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)

ANGGOTA
1. Citra Mamonto (821320009)
2. Risha Putri Hulopi (821320083)
3. Oktaviani Z Bafadhal (821320073)
4. Nurramadhani Samad (821320062)

PRODI D-3 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PUSKESMAS
DUNGINGI

OLEH
KELOMPOK : 4 (EMPAT)

1. Citra Mamonto (821320009)


2. Risha Putri Hulopi (821320083)
3. Oktaviani Z Bafadhal (821320073)
4. Nurramadhani Samad (821320062)

Gorontalo, Januari, 2023


Mengetahui
Apoteker Puskesmas Dungingi Dosen Pembimbing

Dian Oktovin Monua, S.Farm,Apt Andi Makkulawu, S.Si.,Apt.M.Farm


NIP. 19881002 201001 2001 NIP. 198208292009011004
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Serta
segenap pengikutnya hingga akhir zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya penulis
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan di Puskesmas Dungingi tepat pada
waktunya.
Tersusunnya laporan ini tentunya bukan karena hasil kerja keras penulis
semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan ini.
Ucapan terima kasih kepada pembimbing di Puskesmas Dungingi yang telah
membimbing penulis sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu. Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat membantu pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Januari 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... .i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan ................................................... 2
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan .......................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .. ................................................... 4
2.1 Puskesmas..................................................................................... 4
2.2 Organisasi Instansi ........................................................................ 5
2.3 Personalia ..................................................................................... 6
2.4 Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas. ........................................... 6
BAB 3 URAIAN KASUS ................................................................. 13
3.1 Waktu Pelaksanaan PKL .............................................................. 13
3.2 Pelaksaan Kegiatan di Puskesmas Dungingi ................................ 13
BAB 4 PEMBAHASAN. .................................................................. 19
1.1 Masalah Yang Di Timbulkan. .................................................... 19
1.2 Pemecahan Masalah . ................................................................. 19
BAB 5 PENUTUP ............................................................................. 21
5.1 Kesimpulan. .................................................................................. 21
5.2 Saran. ............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelengaraan
pendidikan keahlian yang memadukan secara sistematik dan sinkron program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui profesional tertentu. Praktek Kerja
Lapangan (PKL) mengandung makna bahwa kegiatan ini menjadi tanggung jawab
bersama antar pihak universitas dan masyarakat atau dunia kerja.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan
manusia, karena menjadi salah satu penunjang aktivitas manusia. Dengan pola
hidup sehat, setiap orang dapat berperan produktif secara sosial dan ekonomi
untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Selain upaya kesehatan secara
pribadi, perlu adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas pelayanan-pelayanan
kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Azwar, 1999).
Pusat Kesehatan Masyarakat juga sebagai unit pelayanan kesehatan
memiliki peran yaitu menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat
(kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan,
pelaporan, dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan hendakya dikelola
secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutunya
ditiap unit (Depkes, 2010).
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya peprluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmceutical care).
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas merupakan suatu kesatuan yangtidak
dapat terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

1
peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Menkes,
2016).
Pendidikan tinggi farmasi mempunyai peranan yang penting dalam
menghasilkan lulusan farmasi yang terampil dan berkompeten. Untuk
menciptakan lulusan yang berkompeten, setiap mahasiswa diwajibkan tidak hanya
menguasai ilmu secara teoritis saja, melainkan juga menguasai praktek di
lapangan. Salah satu lapangan kerja untuk para lulusan farmasi dan profesi
apoteker adalah puskesmas. Terdapat tiga bidang pengelolaan di puskesmas yang
perlu di pahami oleh mahasiswa, yaitu bidang manajemen, bidang administrasi,
dan bidang pelayanan. Untuk memahami ketiga bidang tersebut maka diadakanlah
PKL.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Adapun tujuan praktek kerja lapangan antara lain:
1. Memahami dan mengetahui ruang lingkup kerja dan tanggung jawab dari
Apoteker dan Asisten Apoteker di dalam Puskesmas Dungingi. Memahami
dan mempraktekan secara langsung standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Dungingi.
2. Mempelajari ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan,
pengolahan, penyadiaan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, dan
penyerahan obat, pelayanan informasi obat serta perbekalan farmasi di
Puskesmas.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengembangkan ilmu ilmu yang
didapatkan di kampus dan dapat diterapkan di lapangan kerja.
2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian
sesuai dengan program pendidikan yang telah ditetapkan secara lebih luas

2
dan mendalam yang terungkap dalam laporan yang disusun.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesehatan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehataan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada msyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya tanpa mengabaikan
mutu pelayanan kepada individu (Dinata, 2018).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014 tentang Puskesmas. Pusat kesehatan masyarakat atau disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif maupun rehab.
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Tujuan Puskesmas sesuai dengan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 75 tahun 2014 adalah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat,
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat dan untuk mewujudkan masyarakat
yang memiliki derajat kesehatan yang optimal (Kementerian Kesehatan RI No 75
tahun 2014).
2.1.3 Fungsi Puskesmas
Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun
2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut yaitu:

4
a. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
b. Untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu
c. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat
d. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2.1.4 Puskesmas Dungingi
Puskesmas Dungingi merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang
berada dibawah naungan Dinas Kesehatan. Puskesmas Dungingi beralamat di Jln.
Anggur Kelurahan Huangobotu Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Puskesmas
Dungingi melakukan pelayanan kesehatan perorangan yaitu berupa tindakan gawat
darurat, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi dan mulut, KIA/KB, kefarmasian,
imunisasi, laboratorium sederhana, dan prolanis. Upaya kesehatan esensial yang
dilakukan Puskesmas Dungingi berupa promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
gizi, pencegahan dan penangulanggan penyakit dan keperawatan kesehatan
masyarakat. Puskesmas Dungingi juga melakukan pelayanan kesehatan jiwa bagi
pasien ODGJ (orang dengan gangguna jiwa).
2.1.5 Visi dan Misi Puskesmas Dungingi
1. Visi
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri menuju
Dungingi sehat 2021
2. Misi
1) Tersedianya sumber daya manusia yang profesional
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
3) Mengembangkan kerjasama unsur-unsur terkair di bidang kesehatan
4) Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2.2 Organisasi Instasi
Dalam PERMENKES No. 43 tahun 2019 dijelaskan bahwa Puskesamas harus
memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi dalam
Puskesmas paling sedikit terdiri dari :

5
a. Kepala puskesmas
b. Kepala tata usaha ; dan
c. Penanggung jawab
Dalam pasal 42 PERMENKES No. 43 tahun 2019 dijelaskan bahwa :
1. Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas,
pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan bangunan, prasarana, dan peralatan.
PERMENKES No. 43 tahun 2019 pada pasal 43 menyebutkan bahwa Kepala
Puskesmas diberikan tunjangan dan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Syarat-syarat menjadi kepala puskesmas disebutkan dalam PERMENKES
NO. 43 tahun 2019 pasal (44) bahwa :
1. Kepala Puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.
2. Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara;
b. Memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1 (strata
satu) atau D-4 (diploma empat);
c. Pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan
jenjang ahli pertama paling sedikit 2 (dua) tahun;
d. Memiliki kemampuan manajemen di bidang kesehatan masyarakat;
e. Masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 (dua) tahun; dan
f. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
3. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak
tersedia seorang tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, kepala
Puskesmas dapat dijabat oleh pejabat fungsional tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.

6
2.3 Personalia
1. Muhammad Mansyur Tojib, S.KM (Kepala Puskesmas)
2. Jolli Sigarlaki, S.I.K (Kepala Tata Usaha)
3. Dr. Jasawarjo Puhi (Dokter Puskesmas)
4. Dr. Sandra L. Dunggio (Dokter Puskesmas)
5. Drg. Tety H. Sulistyo (Dokter Puskesmas)
6. Apt. Dian Oktovin Monua, S.Farm (Apoteker)
7. Sandra Limonu (Pegawai Apotek)
8. Fitri Piinga (Pegawai Apotek)
2.4 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
2.4.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dan
pusat pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan pelayanan kefarmasian
di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya sarana prasarana dan
sumber daya manusia (Permenkes, 2014).
Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan ditetapkan di
berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010).
2.4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas
1. Perencanaan
Menurut Permenkes No 30 tahun 2014 perencanaan yaitu kegiatan seleksi
obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di Puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya

7
tepat jumlah, tepat jenis dan efisien. Perencanaan obat dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan peningkatan efisiensi penggunaan obat secara
rasional dan perkiraan jenis dan jumlah obat yang di butuhkan.
2. Permintaan
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap
tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban
menulis resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan
milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia
di Puskesmas. Permintaan untuk mendukung pelayanan obat di masing-
masing puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi Kabupaten dapat
menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Depkes, 2003).
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah
agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan
pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib

8
melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi
yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan (PERMENKES, 2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan
jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika
dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus (Permenkes,2014).
Prosedur Sistem Penyimpanan obat menurut Palupiningtyas (2014) yakni:
a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis), persamaan bentuk (obat kering
atau cair) dan cara pemberian obat (luar, oral, dan suntikan)
b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan:
1) FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluarsa lebih
awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan
dan obat baru diletakkan paling belakang.
2) FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa harus
dikeluarkan lebih dahulu.
c. Obat disusun berdasarkan volume
1. Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus
agar mudah ditemukan kembali
2. Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan obat merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan bahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi

9
kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Permenkes RI,
2014).
6. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar (Permenkes
RI,2014).
Pengendalian obat terdiri dari :
1) Pengendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat kepada Instalasi Farmasi merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi obat, baik obat diterima,
disimpan, di distribusikan atau diberikan di Puskesmas maupun di unit
pelayanan kesehatan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data jenis dan jumlah
penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan, dan data durasi seluruh
mata rantai usaha mutasi obat. Beberapa kegiatan registrasi dan notifikasi
obat ini telah dijelaskan dalam setiap aspek pemberian obat. Berikut ini
adalah uraian singkat tentang kegiatan registrasi dan pelaporan obat yang
harus dilakukan oleh IFK.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi:

10
1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan
Pengadaan Obat melalui kegiatan perhitungan tingkat kecukupan obat per
UPK
2. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi
akan dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK.
3. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat.
4. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi dengan
pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan. (Kemenkes, 2010)
2.4.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, peran
tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bertugas dan bertanggung jawab
dalam memberikan informasi terkait cara pemakaian obat yang rasional
(Arimbawa, & Wijaya, 2014).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung kepada pasien serta
bertanggung jawab terhadap Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah
dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.
Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patiente safety) sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin (Permenkes No. 74, 2016).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi; Pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat kegiatan pengkajian resep dimulai
dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis
baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter

11
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian (Permenkes RI no.74, 2016).

12
BAB III
KEGIATAN DI PUSKESMAS
3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan magang bagi mahasiswa program studi D3 Farmasi Universitas
Negeri Gorontalo di Puskesmas Dungingi ini dilaksanakan selama empat puluh
lima hari, dimana mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok, dan masing-masing
kelompok mempunyai masa magang lima belas hari. Kegiatan ini berlangsung dari
tanggal 9-26 Januari untuk periode pertama, 27-13 Februari untuk periode kedua,
dan 14-2 Maret untuk periode ketiga. Kegiatan magang di Puskesmas Dungingi ini
dilaksanakan setiap senin-sabtu, pukul 08.00-15.00 WITA.

3.2` Pelaksanaan Kegiatan Di Puskesmas Dungingi


Kegiatan magang bagi mahasiswa program studi D3 Farmasi Universitas
Negeri Gorontalo di Puskesmas Dungingi ini dimulai pada tanggal 9 januari 2023.
Masing-masing kelompok pada hari pertama sampai hari ke lima belas magang
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Perkenalan baik dari staf sampai sediaan farmasi yang ada di Puskesmas
Dungingi.
2. Orientasi tentang Apotek, meliputi :
a. Perkenalan baik dari staf sampai sediaan farmasi yang ada di Puskesmas
Dungingi.
b. Penjelasan atau pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan di apotek,
diantaranya Standar Operasional Prosedur (SOP), sumber daya
manusia, dan laporan-laporan yang dibuat oleh apotek.
Kegiatan lain yang dilaksanakan yakni terlihat langsung dalam pelayanan
resep meliputi :
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memeriksa kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal,

13
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin.
b. Memeriksa kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensistabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Mempertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Mengonsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia.
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.
b. Meracik obat, apabilah bentuk sediaan harus diracik dahulu.
c. Memberikan etiket warna putih untuk sediaan oral dan etiket warna biru
untuk sediaan topikal atau obat luar.
3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal seperti berikut :
a. Memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat sebelum obat diserahkan kepada
pasien.
b. Menyerahkan obat kepada pasien dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang
stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarga.
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan
lain-lain.
4. Pelayanan Informasi Obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksanan dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien, sumber infomasi obat adalah

14
buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialit Obat (ISO), Informasi Obat
Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku
lainnya.
Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
yang berisi :
a) Nama dagang obat jadi
b) Komposisi
c) Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
d) Dosis pemakaian
e) Cara pemakaian
f) Khasiat atau kegunaan
g) Kontra indikasi (bila ada)
h) Tanggal kadaluarsa
i) Nomor izin edar/nomor registrasi
j) Nomor kode produksi
k) Nama dan alamat industri
3. Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Dungingi meliputi :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan Farmasi Klinik.
4. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
Dungingi meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan merupakan proses kegiatan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Untuk perencanaan
sediaan farmasi tersebut Puskesmas membuat Rancangan Kebutuhan
Obat yang disingkat RKO. RKO merupakan perkiraan kebutuhan obat
satu tahun berikutnya berdasarkan perhitungan pemakaian rata- rata
obat satu tahun dan sisa stok akhir tahun juga berdasarkan epidemologi
dan kombinasi obat yang sering digunakan. Selain itujuga Puskesmas
setiap bulan berjalan melakukan SO (stok opname) untuk pembuatan

15
LPLPO, yang selanjutnya diserahkan pada pihak Instalasi Farmasi.
Selain melaksanakan SO dan pembuatan RKO pihak Puskesmas juga
bisa melakukan pengadaan obat melalui dana JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional). Proses pengadaan obat JKN diawali dengan penyusunan
Formularium Nasional (Fornas) yang merupakan dasar untuk
penetapan e-Katalog sebagai referensi bagi faskes dalam pengadaan
obat. Harga obat dalam e-Katalog ditetapkan melalui proses lelang
nasional terbuka (atau negosiasi jika penyedia obat hanya tiga
perusahaan farmasi atau kurang), dengan harga perkiraan sendiri (HPS)
dan rencana kebutuhan obat (RKO) yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan sebagai harga dan volume kebutuhan acuan. Pembiayaan
dana JKN dilakukan berdasarkan RKO yang dibuat pada awal tahun
dan berdasarkan kebutuhan.
b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang dibuat.
Untuk permintaan tersebut mamasukan LPLPO (Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat) yang ditanda tangani oleh Apoteker
penangung jawab dan juga kepala Puskesmas.
c. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.
Instalasi Farmasi Kota kemudian mengeluarkan SBBK (Surat Bukti
Barang Keluar).
d. Penyimpanan

16
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang diterima.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
puskesmas Dungingi adalah :
1. Bentuk sediaan
2. Sesuai abjad
3. Secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out)
e. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain :
1. Apotek
2. Pustu (Puskesmas Pembantu) (Pustu Tuladenggi, Pustu
Huangobotu, Pustu Libuo, Pustu Tomulabutao dan Pustu
Tomulabutao Selatan)
3. KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak)
4. Laboratorium
5. UGD (Unit Gawat Darurat)
6. Ruang Tindakan
7. Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut
f. Pengendalian
Pemusnahan dan Penarikan Sediaaan Farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah berdasarkan oleh BPOM
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan

17
2. Pengendaliaan penggunaa
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluarsa.
Puskesmas Dungingi tidak melakukan pemusnahan semua Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah ED (expire date)
akan dicatat, dikemas dan dikembalikan ke Instalasi Farmasi
dengan menggunakan berita acara yang dibuat sebanyak dua
rangkap lengkap dengan lampiran daftar obat yang kadaluarsa
ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab.
g. Pencatatan, pelaporan
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di Puskesmas atau
unit pelayanan lainnya. Laporan yang digunakan di Puskesmas
Dungingi adalah Laporan Yanfar (Layanan Kefarmasian) dan POR
(Penggunaan Obat Rasional).
h. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi.
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebapkan

18
penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika adalah zat/bahan obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebapkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
3. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi yang mengandung ephedrine, pseudoeperdine,
norepherdine/phenylpropanolmine, ergotamin, ergometrine, atau
potasium permanganat.
Tempat penyimpanan Narkotik, Psikotropika dan Prekursor Farmasi :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Tidak mudah di pindah dan mempunyai dua buah kunci yang berbeda
c. Harus diletakan dalam ruangan khusus di sudut gudang
d. Diletakan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
e. Kunci lemari khusus dikuasi oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjukan dan pegawai lain yang dikuasai.

19
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KASUS KLINIK
4.1 Masalah yang Ditemukan
Dalam pelaksaan kegiatan magang di Puskesmas Dungingi ada berapa
masalah yang ditemukan yaitu, terjadi kekurangan dalam jumlah obat atau obat
habis karena lambatnya pengadaan obat dari Instalasi Farmasi yang ada, sehingga
obat yang ada diresep diganti dengan obat yang serupa indikasinya berdasarkan
konsultasi dengan dokter yang bersangkutan. Selain itu juga, masih kurangnya
tenaga kefarmasian pada Puskesmas pembantu yang ada di bawah naungan
Puskesmas Dungingi. Masalah lainnya yang di alami yaitu stok obat tidak sesuai
dengan kartu stok.
4.2 Alternatif Pemecahan Masalah
Setiap masalah yang di alami pasti ada solusi untuk pemecahannya. Untuk
masalah kehabisan stok obat dapat diatasi dengan pemeriksaan stok atau melakukan
manajemen persediaan obat sehingga masalah kehabisan stok obat tidak dapat
terjadi. Menurut Priyambodo (2007) bahwa pengendalian persediaan adalah
menghasilkan keputusan tingkat persediaan yang menyeimbangkan tujuan
diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan
tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan
mendasar yaitu kapan dilakukan pemesanan dan berapa jumlah yang harus di pesan
dan kapan harus dilakukan pemesanan kembali. Menurut Seto (2004), pengendalian
persediaan sangat penting karena persediaan/stok obat akan memakan biaya yang
melibatkan investasi yang besar karena itu perlu dilakukan dengan efektif dan
efisien. Pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan dua tujuan
yaitu memperkecil total investas pada persediaan obat dan menjual berbagai produk
yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.
Penggunaan obat harus disesuaikan dengan petunjuk. Petunjuk penggunaan
dapat diperoleh dari informasi yang diberikan oleh Apoteker atau dari petunjuk
pemakaian yang tertera dalam kemasan obat atau leaflet. Cara penggunaan obat
yang tepat, yaitu 1) Penggunaan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket
atau brosur. 2) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus-menerus. 3)
Tidak disarankan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit yang

20
ditimbulkan sama. 4) Apabila obat yang digunakan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan, segera hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan Dokter
(DepKes RI, 2006).

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ruang lingkup kerja farmasi di Puskesmas mencakup semua kegiatan yang
terkait dengan obat-obatan dan apotek itu sendiri, tidak hanya berfokus pada
penerimaan resep, penyiapan atau peracikan dan penyerahan obat, tetapi
bertanggung jawab juga pada penyediaan dan perencanaan obat yang bertujuan
untuk menetukan jenis dan jumlah perbekalan kesehatan, penyimpanan sekaligus
dapat menempatkan obat-obatan yang di terima pada tempat yang sesuai dengan
pengaturan yang sudah ada, distribusi dalam rangka pengeluaran dan pengiriman
obat-obatan yang bermutu pada pasien, pengecekkan terhadap obat, serta
pencatatan dan pelaporan data obat-obatan.
Tanggung jawab seorang farmasi di Puskesmas terkait obat begitu luas
sehingga diperlukan kemampuan dan kompetensi yang baik pada bidang tersebut,
harus menyalurkan ilmu teoritis dan praktek yang diperoleh di kampus agar dapat
diwujudkan atau dilakukan secara nyata dalam dunia pekerjan sehingga dapat
memperluas, mengembangkan dan meningkatkan keterampilannya. Adapun
pelayanan farmasi terdiri atas perbekalan di gudang, dan pelayanan di apotek
puskesmas. Adapun alur pelayanan resep meliputi penerimaan resep, skrining resep
seperti melihat kelengkapan dan kesesuaian dari resep tersebut, pengambilan /
penyediaan dan peracikan obat, pemberian etiket dan kemasan, skrining akhir
kesesuaian obat yaitu untuk melihat apakah jumlah dan jenis obat sudah sesuai
dengan yang tertulis di resep, dan penyerahan obat kepada pasien yang disertai
dengan pemberian informasi mengenai obat kepada pasien.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran untuk jurusan kedepannya agar bisa lebih memantapkan kembali
bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa PKL agar dapat meminimalisir
keselahan yang akan terjadi di instansi tempat PKL.
7.2.2 Saran Untuk Puskesmas

22
Saran untuk puskesmas kedepannya untuk pihak Puskesmas Dungingi agar
kiranya dapat terus berkenan untuk tetap menerima dan membimbing mahasiswa
PKL khusunya jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
5.2.2 Saran Untuk Mahasiwa
Saran untuk mahasiswa agar dapat lebih meningkatkan dan menambah
pengetahuan tentang kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
termasuk didalamnya tentang pelayanan resep, terkait interaksi obat, perhitungan
dosis, nama latin, efek samping obat, dan penggolongan obat.

23
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, E., Suarjana, I. K., & Wijaya, I. P. G. (2014). Hubungan Pelayanan
Kefarmasian dengan Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotik di
Kota Denpasar. Public Health and Preventive Medicine Archive
Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
DepKes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia Revisi II. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Pelayanan
Medik.
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. JAKARTA:
Kementrian Kesehatan RI.
Depkes. Riset Kesehatan Dasar (2010). Jakarta: Balitbangkes Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
Dinata, A., (2018). Bersahabat dengan Nyamuk: Jurus Jitu Atasi Penyakit
Bersumber Nyamuk. 2nd ed. Pangandaran: Arda Publishing.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban
Menggunakan OGB Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
JakartaKementerian Kesehatan RI.
Menkes RI Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 43 Tahun (2019).
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Menkes RI Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 74 Tahun (2016).
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Palupiningtyas, Retno. (2014). Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang
Farmasi RS Mulya Tangerang Tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun (2014) tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Permenkes, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72
Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes., (2014), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta Departemen
Kesehatan RI.
Priyambodo. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama.
Seto, Soerjono. (2004). Manajemen Farmasi. Airlangga University Press. Surabaya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Etiket Biru

2. Etiket Putih

3. Etiket Putih Antibiotik


4. Etiket Sirup

5. Gudang Obat (Lemari sediaan oral yang diatur sesuai abjad)

6. Gudang Obat (Lemari BMHP)


7. Gudang Obat (Lemari Sirup)

8. Rak Obat Di Apotek

9. Tempat Penyimpanan Vaksin (Cold Chain)


10. Lemari Narkotika

Anda mungkin juga menyukai